Pada satu kesempatan miting SDM, diperkenalkan majaner baru dilingkungan SDM grup yang khusus menangani masalah pelatihan dan pengembangan karyawan. Orangnya sih late thirties lah, atau paling gak awal 40an, atletis dan lagi guanteng banget, Deni namanya. Aku senang sekali berkenalan dengan pak Deni, orangnya ramah, humoris, baru diperkenalkan saja dia sudah akrab dengan semua penanggung jawab sdm anak perusahaan, termasuk aku tentunya. Selama miting, aku sering melirik kearahnya, dan herannya setiap kali aku meliriknya diapun sedang memandangku. Ketika tatapan mata kami bertemu dia selalu tersenyum ramah, menambah kegantengannya. Aku sampe tersipu karenanya, tapi ya kapok lah, terus saja mencuri pandang kearahnya terus. Sepertinya aku dah tertarik padanya sejak pandangan pertama, mungkin dia juga. Karena dia terus2an memandangiku, walaupun dilakukannya dengan tidak mengundang perhatian yang lainnya. Demikianlah hal itu kami lakukan selama miting berlangsung, sampai tau2 mitingnya dah selesai. Baru sekali ini aku tidak merasa mitingnya bertele2 dan berkepanjangan, walaupun aku tidak memperhatikan apa yang dibicarakan karena perhatianku terpusat pada pak Deni terus, toh nanti sekretaris Kadiv SDM grup akan mengirimkan notulen miting by email.
Sejak miting itu, aku terus berusaha dalam melaksanakan pekerjaanku, untuk kontak dengan pak Deni. aku sering mencari alasan supaya bisa berkunjung ke kantor SDM grup, salah satu aktivitasnya dengan pura2 konsultasi masalah pelatihan karyawan dengan pak Deni. Telpon dan sms antara aku dan pak Deni makin sering dan kami menjadi semakin akrab. Sudah beberapa kali pak Deni ngajakin aku lunch, kebetulan dekat kantorku ada banyak penjual makanan, baik model cafe atau resto, atau juga amigos
(agak minggir got sdikit). Kaki lima maksudnya. Taste makanan menjadi nomor dua, yang penting adalah kami bisa bertemu dan tidak ngomongin pekerjaan.
Suatu hari, aku mendapat telpon dari pak Deni, dia ngajak aku jalan sore ini. Wah berbunga2 rasanya diajak jalan ama pak Deni. Karena telpon kantor dibatasi hanya maksimum 3 menit, dia tidak bicara lama denganku. Gak lama kemudian setelah telpon ditutup, dia meng sms ku, “Nes, kita jalan yuk. boleh dong skali2 kita jalan berdua yang gak makan siang doangan. aku pengen ngobrol ama kamu”. Aku bales
smsnya, “Cuma ngobrol doangan kan pak”. “Ngobrol dan laen2 deh, biar afdol. Sore ini aku ada seminar pendek di lembaga pelatihan dekan kantor kamu. Nanti bubar kantor kamu nunggu di cafe tempat kita biasa makan aja, aku kabur aja dari seminarnya sebelum selesai. Yang penting kan ketemu kamunya bukan seminarnya”. “Aku membalas smsnya yang panjang lebar itu, “Dan laen2nya apaan pak”.
Jawabnya, “Liat aja ntar sore deh”. Bubar kantor, aku buru2 menuju ke cafe yang dimaksudkan, ternyata pak deni dah nongkrong duluan disana. “Kok dah sampe duluan pak?”, sapaku. “Iya, kan dah diitung supaya aku bisa sampe disini sebelum kamu nyampe. Seminarnya gak penting dan pembicaranya gak menarik, apalagi gratisan, jadi gak masalah kan ditinggal pulang”, jawabnya sambil tersenyum.
“Emangnya kita mo kemana sih pak?” “aku pengen ngobrol sama kamu Nes, kita cari tempat ngoborol yang private yuk”. Aku diajaknya ke mobilnya dan mobilnya meluncur meninggalkan cafe tersebut.
Ternyata dia mengajakku ke motel yang ada didekat cafe itu. “Kok kesini pak”, tanyaku. “Biar ada privacynya Nes, ngoborol dan yang laen2nya”. Mobilnya masuk ke garasi dan rolling door ditutup petugasnya. Aku tau deh apa yang dia maksud dengan yang laen2 tadi. Aku diem saja ketika dia menggandengku menaiki tangga memasuki ruangan motel. Kamarnya standar motel lah, ada kaca besar
ditembok, dan juga dilangit2, ranjang besar, tv dan lemari es, seperangkat meja dan sofa dan di kamar mandi cuma disediakan shower saja. Dia membereskan administrasi motelnya, dia mengambil minuman yang ada di lemari es, “sudah termasuk biaya sewa”, katanya. Aku duduk diranjang, “Pak, kok Ines diajak ke motel sih, emangnya abang mo ngapain ama Ines”. “Santai aja Nes, minum deh. Aku mo mandi dulu ya”. Dia masuk kekamar mandi, terdengar suara air mengucur. Tak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi hanya berbalut anduk saja. “Kamu gak mo mandi dulu Nes, biar seger”. Akupun melakukan hal yang sama. Karena aku dah tau maksud sebenarnya dia ngajak aku ke motel, akupun keluar hanya berbalut anduk. Karena anduknya kecil, hanya bisa menutupi dada dan pantatku saja. Aku senang dia mengajaku berbagi kenikmatan.
Dia sedang berbaring di ranjang, aku duduk disebelahnya. “bapak pengen maen ama Ines ya”. “Jangan panggil bapak lah, rasanya tua banget. Kalo dah jadi Kadiv boleh dipanggil bapak”. “Abis panggil apa dong, kalo panggil nama Ines sungkan”. “Panggil abang aja”. Memang dia orang tapanuli, jadi biasa dipanggil abang, walaupun kalo bicara logat tapanulinya tidak dominan. “Kok abang ngajaknya Ines sih, kan masih ada cewek2 laen di SDM grup, Dina, Sintia dan laennya lagi”. “Kamu yang paling seksi Nes, aku dah tergiur sejak kita ketemu pertama kali
waktu aku diperkenalkan”. “Pantes abang selama miting ngeliatin Ines terus”. “Kamu juga kan, ngelirik ke
aku terus”. “Abis abang ganteng banget sih, cewek2 suka ngomongin kegantengan abang lo”. “masak seh”, dia kelihatannya senang aku sanjung seperti itu. “Terus kita mo ngapain bang, cuma pake anduk gini”. Dia tidak menjawab, aku ditariknya kedalam pelukannya sehingga aku terbarik disebelahnya.
“Yang, kamu sudah tahu maksudku kan?” katanya lirih di telingaku. Merinding aku mendengarnya memanggil aku yang, dan aku hanya mengangguk. “Ya bang, Ines tahu, abang ,,,” belum selesai aku menjawab, kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku. Bibirku dilumatnya dengan lembut. Ternyata dicium pria bibir tebal nikmat sekali, aku bisa mengulum bibirnya lebih kuat dan ketebalan bibirnya memenuhi mulutku. Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya menguraikan belitan anduk didadaku, sehingga aku langsung bertelanjang bulat. “Nes, kamu merangsang amat sih”. Aku diam saja dan dia langsung meremas lembut toketku. Ohh.., toketku ternyata tercakup seluruhnya dalam tangannya. Dan aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal pemanasan. Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, leherku dikecup, dijilat kadang digigit lembut. Sambil tangannya terus meremas-remas toketku. Bibirnya terus menelusur di permukaankulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. non0kku yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu dilakukannya. Jembutku sudah basah karena cairan non0kku yang sudah banjir. Dibelainya celah non0kku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh it1lku karena ketika dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia bisa mengakses daerah non0kku dengan leluasa. Bergetar semua rasanya tubuhku. Jarinya mulai sengaja memainkan it1lku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam non0kku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiridan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku.
Dan akhirnya sampailah ke non0kku. Kali ini diciumnya jembutku yang lebat dan aku rasakan bibir non0kku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali non0kku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang bibirnya dihisap, kadang it1lku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir non0kku sambil menghisap it1lku. Dia benar benar mahir memainkan non0kku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan it1lku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu non0kku, rasanya belum puas dia memainkan non0kku hingga napsuku bangkit kembali dengan cepat.
“Bang, Ines sudah pengen dimasukin” kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar. Dia pun bangkit, membuka belian anduknya. Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. kont0lnya sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Dan saat dia pelan-pelan menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar non0kku menunggu masuknya kont0lnya. Aku pejamkan mata. Dia mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir non0kku mulai tersentuh ujung kont0lnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir non0kku terdesak menyamping. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kont0lnya. Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kont0l itu menyentuh bagian dalam non0kku, maka secara refleks kurapatkan pahaku. Dia terus menciumi bibir dan leherku. Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kont0l yang mulai dienjotkan halus dan pelan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kont0lnya. Napsuku makin berkobar ketika aku melihat kecermin yang ada disamping ranjang dan dilangit2, melihat gerakannya mengenjotkan kont0lnya keluar masuk non0kku. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat. Dengan tusukan kont0lnya yang agak kuat dan dipepetnya it1lku dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. non0kku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah kualami. Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Baaang, Ines nyampe baang”.
Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan. Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih kuat. Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia mengenjotkan kont0lnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi. Dia terus mengenjotkan kont0lnya dan kali ini dia ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam non0kku, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi non0kku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar
kuat.
Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku. “Yang, kamu luar biasa, non0kmu peret dan nikmat sekali” pujinya sambil membelai dadaku. “Abang juga hebat. Bisa membuat Ines nyampe beberapa kali.” “Jadi kamu suka dengan kont0lku?” godanya sambil menggerakkan kont0lnya dan membelai belai wajahku. “Ya bang, kont0l abang nikmat dan keras banget” jawabku jujur. Dia tidak langsung mencabut kont0lnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari kont0lnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai toketku. Aku merasakan pejunya yang bercampur dengan cairan non0kku mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kont0l yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Dibimbingnya aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang mengganjal non0kku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin saking banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam non0kku.
Di kotak shower dia mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni punggungnya. Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku. Sesekali aku menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang dipenuhi busa sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal pahaku tersenggol2 kont0lnya. Hal itu menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil mengusap- usapkan busa sabun, tangannya terus menyusur kebawah. Dia mengusap-usap pantatku dan diremasnya. kont0lnya pun mulai ngaceng ketika menyentuh non0kku. Terasa bibir luar non0kku bergesekan dengan kont0lnya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya terus menyusuri pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung jarinya menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan non0kku. “Abang nakal!” desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku. Walau tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari non0kku. Aku menggeliatkan pinggulku. Ia mengecup leherku berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir non0kku. Tak lama kemudian, tangannya menyusur hingga ke bagian depan tubuhku, akhirnya kurasakan lipatan bibir luar non0kku diusap-usap. Dia berulang kali mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. “Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihku berulang kali. Dia menggerakkan tangannya keatas, meremas dengan lembut kedua toketku dan pentil ku dijepit2 dengan jempol dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan. Lalu dia mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. “Bang, lama amat menyabuninya”, rintihku sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan kont0lnya semakin kerasdan membesar. Tangan kiriku segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelernya dengan gemas. Dia menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal pahaku. Sesaat dia mengusap usap jembutku, lalu mengusap non0kku berulang kali. Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar non0kku. Dia mengusap berulang kali. It1lku pun menjadi sasaran usapannya. “Aarrgghh..!” rintihku. Aku merasa lendir membanjiri non0kku.
Aku jongkok didepannya, kont0lnya telah berada persis didepanku. Kont0lnya telah ngaceng berat. “Bang, kuat banget sih abang, baru aja ngecret di non0k Ines sekarang sudah ngaceng lagi”, kataku sambil meremas kont0lnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kont0lnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kont0lnya. Dia meraih bahuku karena tak sanggup lagi menahan napsunya. Setelah berdiri, aku dibuatnya menungging membelakanginya sambil memegang dinding di depanku dan dia menyelipkan kepala kont0lnya ke celah di antara bibir non0kku. “Argh, aarrgghh..,!” rintihku. Dia menarik kont0lnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar non0kku ikut terdorong bersama kont0lnya. Perlahan-lahan menarik kembali kont0lnya sambil berkata “Enak Yang?” “”Enaak banget bang”, jawabku!” Dia mengenjotkan kont0lnya dengan cepat sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya meremas toketku. “Aarrgghh..!” rintihku ketika kurasakan kont0lnya kembali menghunjam non0kku. Kedua tangannya dengan erat mememegang pinggulku dan dia mengenjotkan kont0lnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pantatku. “Aarrgghh.., aarrgghh..baang.., Ines nyampe..!” Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Rupanya dia juga tidak dapat menahan pejunya lebih lama lagi. “Aarrgghh.., Yang”, kata nya sambil menghunjamkan kont0lnya sedalam-dalamnya. “Bang.., sstt, sstt..” kataku karena berulangkali ketika merasa tembakan pejunya dinon0kku. “Aarrgghh.., Yang, enaknya!” bisiknya ditelingaku. “Bang.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dient0t abang”, jawabku karena nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara kont0lnya masih nancep dinon0kku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kont0lnya yang masih menancap di non0kku. Kemudian dia menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi.
Setelah selesai dia keluar duluan, sedang aku masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku keluar dari kamar mandi. Dia sudah menyiapkan makan siang berupa sandwich dan kentang goreng yang dibelinya tadi di cafe lengkap dengan soft drink dingin dari lemari es, di meja dekat sofa. Aku dipersilakan minum dan makan sambil mengobrol.
Setelah makan, dia lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Akhirnya setelah selesai makan, diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai meremas-remas lembut toketku, kemudian tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit. Aku bersimpuh di depannya dan ternyata kont0lnya sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kuraih, kubelai dan kukocok pelan. Kemudian aku kulum kont0lnya. Dengan cepatnya kont0lnya makin membengkak dan dia mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh. “Bang hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk bang”, kataku yang juga sudah terangsang. Rupanya dia makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Dia menelentangkanku ditempat tidur, membuka kakiku dan dia langsung menelungkup di antara pahaku. “Aku suka melihat non0k kamu yang” ujarnya sambil membelai jembutku. “Napa?” “Seneng aja”. Aku merasakan dia terus membelai jembutku dan bibir non0kku. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan.
Aku suka non0kku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukannya. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir non0kku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari non0kku. Dia terus memainkan non0kku seolah tak puas-puas memperhatikan non0kku, kadang kadang disentuh sedikit it1lku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai
menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan
bibirnya. Terasa dia menghisap lubang non0kku yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk non0kku, dan saat dihisapnya it1lku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung it1lku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadarberteriak.. “Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi. “Ayo dong bang, Ines dah pingin dient0t lagi” ujarku.
Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan kont0lnya ke arah non0kku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang kont0lnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir non0kku. Saat kepala kont0lnya telah menyentuh di antara bibir non0kku, aku menahan nafas untuk menikmatinya. Pegangan dilepasnyasaat kepala kont0lnya mulai menyelinap di antara bibir non0kku dan menyelusup lubang non0kku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan dia mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya kont0lnya tidak terlalu masuk ke dalam. Dia langsung menjepit kedua pahaku hingga terasa sekali kont0lnya menekan dinding non0kku. kont0lnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, dia menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah dia puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengenjotnya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak. Tak tahan aku berteriak, terus dia menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal ngent0t dengan dia, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam ngent0t, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara.
Pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan, tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas toketku. Pelan-pelan mulai dienjotkan kont0lnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai pentilku. Dan kont0lnya dipompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa. Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat. Dia makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan kont0lnya makin cepat. Gesekan di dinding non0kku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang kont0lnya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di it1lku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba dia dengan cepat mengenjot lagi. Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, dia benar-benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat.
Sesaat dia menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuhnya. Dengan sisa tenagaku aku keluarkan kont0lnya dari non0kku. Dan kuraih batang kont0lnya. Tanpa pikir panjang, kont0l yang masih berlumuran cairan non0kku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atasnya lagi dengan posisi terbalik. Kembali non0kku yang berlumuran cairan jadi mainannya, aku makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kont0lnya. Dipeluknya pinggulku hingga sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya it1lku sambil ujung lidahnya menari cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir non0kku merapat ke bibirnya. Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar aku menggigit agak kuat kont0lnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih menikmati orgasme. “Yang, aku mau ngecret yang, di dalam non0kmu ya”, katanya sambil menelentangkan aku. “Ya, bang”, jawabku.
Dia menaiki aku dan dengan satu hentakan keras, kont0lnya yang besar sudah kembali menyesaki non0kku. Dia langsung mengenjot kont0lnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja ubuhnyapun mengejang. Pantat kuhentakkan ke atas dengan kuat sehingga kont0lnya nancap semuanya ke dalam non0kku dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecretnya yang ketiga masih saja pejunya keluar banyak, memang luar biasa stamina si abang. Dia menelungkup diatasku sambil memelukku erat2. “Yang, nikmat sekali ngent0t sama kamu, non0k kamu kuat sekali cengkeramannya ke kont0lku”, bisiknya di telingaku. “Ya bang, Ines juga nikmat sekali. Rasanya sesek deh non0k Ines kalau abang neken kont0lnya masuk semua.
Paling Populer Selama Ini
-
Namaku Suryati, biasa dipanggil Yati. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semar...
-
Bang Samsul keranjingan membobol duburku. Nyaris setiap hari setelah Mbak Laras pergi, ia mengentotiku. Satu hari ia minta aku mengemut kont...
-
Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk. “T...
-
Minggu pagi, jalanan di Kota Malang sangatlah ramai. Banyak pria-wanita, tua-muda semua berjalan kaki ataupun jojing sekedar menghirup ud...
-
Album Sebelumnya
-
“Pak, ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar, melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru aku beli ke atas kas...
-
Ele militar...
-
turkish: big mustache
-
Wah, anaknya om kok kecil banget?
-
Copyright 2004, by Andani Citra (Keroyokan) Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vi...
No comments:
Post a Comment