Aku terus sibuk mengatur lalu lintas. Tak ku pedulikan peluh yang sejak tadi membasahi tubuh kekarku. Memang sudah 3 tahun aku menjalani kehidupan ini sebagai polisi. Dan memang sangat menyenangkan. Menjadi polisi adalah cita-citaku sedari kecil. ;Priiiit....!!;Aku membunyikan peluitku. Seorang pengendara motor tidak memakai helm. Pengemudi motor itu berhenti dan mendekatiku. Ku lihat wajahnya pias karena ketakutan. ;Anda tahu kesalahannya kan ?;tanyaku berusaha menampakkan kewibawaanku sebagai polisi. Ku pandangi wajahnya yang begitu tampan, membuatku tergoda. Aku tak tahu, kenapa setiap melihat lelaki tampan, hati ku selalu tergoda. Seperti halnya saat ini, pengemudi motor yang diperkirakan mahasiswa itu sangat tampan. Bibirnya merah dan tipis. ;Aku tidak pakai helm, pak...,;jawabnya. Aku menjelaskan pasal yang telah ia langgar. Aku periksa surat motornya, dan aku nyatakan motornya harus ditilang. Dan ini bukan untuk pertama kali aku menilang motor atau mobil orang. ;Motor anda harus ditilang... ;Jangan Pak. Berapa yang harus aku bayar...,;rengeknya mengharapkan belas kasihan. Keinginanku terhadap dirinya, membuat aku tak ingin melepaskannya begitu saja.
Biasanya kalau pemilik kendaraan yang aku tilang telah memberi uang, maka dengan begitu mudah aku bebaskan. Tapi, kali ini aku punya ide. Ketampanan dan postur tubuhnya yang atletis membuatku ingin menjebaknya dalam permainanku. Akua tak ingin, hanya dalam khayalan saja. Ini saatnya keinginanku menjadi suatu kenyataan. ;Aku tak menerima sogokan. Motor anda harus ditilang,;ku lihat wajahnya semakin pucat karena ketakutan. ;Tolong Pak, itu bukan motor ku....aku.... ;Tapi, peraturan tetap peraturan... Sekali lagi ku pandangi wajahnya yang begitu tampan. Terlihat ada belahan di dagunya. Hidungnya mancung dengan alis yang menaungi mata besarnya berwarna hitam pekat. ;Begini saja..., motor ini dengan terpaksa aku bawa. Kamu bisa mengambilnya malam ini di alamat ini,;Aku memberikan kartu namaku padanya. Ku lihat pemuda itu pergi dengan lunglai. Aku hanya tersenyum. Aku tak mungkin melepaskan begitu saja pemuda tampan itu. Ku lihat KTPnya yang aku ambil. Namanya ADIYASA PRATAMA. Usianya baru 23 tahun. Empat tahun di bawah usiaku.
Aku gelisah sendiri. Aku hanya mondar mandir tak karuan. Aku sengaja tak membuka pakaian seragamku. Sebab, aku harus tampil formal. Ku lihat arlojiku telah menunjukkan pukul 21.00. Hatiku bertanya-tanya, apakah pemuda yang bernama Adiyasa itu akan datang malam ini ? Aku sangat menginginkannya. Aku ingin memeluk dan mengecup bibirnya. Dan...aku akan memainkan kepunyaannya dan menggagahinya. Itu yang ku inginkan darinya. Adiyasa.... ;Tok...tok....!!; Bunyi ketukan pintu itu membuat aku berdebar. Aku membuka pintu dengan harapan pemuda itu yang datang. Ternyata dugaanku salah. Yang ada di hadapanku Riyaz, teman dekatku. Ku lihat ia juga masih mengenakan seragam, dan tampak gagah. Riyaz, juga tampan. Namun aku tak berani jika menyalurkan keinginanku dengan teman seprofesi. Aku takut perbuatanku terbongkar. ;Apa aku boleh masuk ?;tanya Riyaz dengan senyumannya yang memikat. ;Tentu saja boleh... ;Aku baru pulang dari Indramayu. Boleh aku menginap di sini ?;tanyanya sambil menjatuhkan pantatnya yang sexy di sofaku. Aku kebingungan.
Bagaimana aku ingin melaksanakan rencanaku terhadap Adiyasa. Aku berdo’a agar Adiyasa datang besok malam saja. ;Kenapa kamu kelihatan bingung ?;tanya Riyaz. ;Aku heran, kamu tumben ke sini. Mau nginap lagi ?;Aku tersenyum. Duduk di sisinya. ;Lagi kesepian...,;Riyaz mendongakkan kepalanya dengan kedua tangannya dibelakang pundak. ;Emang isteri kamu kemana ?;Aku tahu Riyaz sudah menikah 2 bulan yang lalu. ;Ternyata punya istri itu nggak enak...,;desahnya kemudian. ;Kenapa ? ;Banyak keinginan dan memuakkan,;Ujar Riyaz sambil menatapku penuh arti. Aku jadi heran. ;Boleh kan aku nginap di sini ?;tanyanya penuh harap. Aku mengangguk tanpa berani menolak. Pikiranku tertuju dengan rencanaku terhadap Adiyasa. Aku dan Riyaz berbincang banyak. Aku sangat menikmati senyumnya.
Hingga aku berandai-andai, jika Riyaz mau mengerti perasaanku menuntut untuk dilampiaskan. Apalagi saat Riyaz mulai menyinggung masalah hubungan intim. ;Hubunganku dengan isteri memburuk, saat aku.... ;Kenapa ?;Ku lihat ada mendung di wajah Riyaz. ;Aku bingung untuk memulai ceritanya,;Riyaz tersenyum hambar. ;Semoga aku bisa bantu... ;Baiklah... Melihat wajah Riyaz, untuk sesaat aku melupakan Adiyasa. Kini di benakku, apakah aku bisa memeluk dan menggagahi Riyaz. Ia tampan dengan tubuh kekarnya, sangat merangsang, membuat kepunyaanku horny. ;Setiap kali aku akan berhubungan, kepunyaanku langsung loyo. Padahal sebelumnya sempat ereksi.... ;Mungkin kamu lagi capek, atau nggak konsentrasi,;ujarku menimpali. ;Aku takut... ;Taku bagaimana ? ;Aku takut impoten...,;keluhnya kemudian. ;Boleh aku lihat punyamu ?;tanyaku memberanikan diri. Penasaran juga aku jadinya.
;Boleh...,;jawabnya membuat hatiku kegirangan. Ku lihat ia mulai membuka ritsluiting celana coklat seragamnya. Aku menantinya dengan dada bergemuruh. Riyaz melorotkan celananya tanpa malu-malu. Aku terpana dibuatnya. ;Lihatlah...,;Riyaz menunjukkan kontolnya yang masih loyo. ;Apakah kamu bisa mengobati orang yang impoten ?;tanyanya kemudian sambil menatapku penuh harap. ;Aku coba,;jawabku sambil mulai mengelus dan mengusap kontolnya.
Aku merasakan bermimpi bisa memegang kontol Riyaz. Tidak !! Aku tidak bermimpi. Ini kenyataan !! Aku benar-benar merasakan kehangatan menyentuh telapak tanganku. Aku merasakan denyutan di batang kontolnya yang mulai ereksi. Aku senang melihatnya.
;Ereksi....,;desisku. ;Teruskan, Rif...,;Riyaz kenikmatan. kontolnya semakin mengeras dan aku bisa mengira-ngira panjangnya bisa mencapai 18 cm. Aku jadi bernafsu melihatnya. Kepala kontolnya tampak mulai mengkilap oleh mani. Aku tahu Riyaz terangsang. Aku memberanikan diri mulai mengulum dan menghisap kontol Riyaz. Ini untuk pertama kali dalam hidupnya melakukan hal itu. Rasa asin dan gurih menyentuh lidah dan tenggorokannya. Mata Riyaz merem melek sambil menikmati servis yang ku berikan. kontolnya keluar masuk di dalam mulutku. Aku berdiri dan kami saling memandang. Dari melihat tatapan matanya, aku bisa memahami, kalo Riyaz ingin aku menggagahinya. ;Kamu tidak impoten, Yaz. Keinginan sexualitas mu menuntut untuk sesama jenis,;ujarku. ;Benarkah ?;Ada binar di matanya. ;He-eh,;Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. ;Maukah....malam ini kamu melayaniku ? Aku ingin sekali...,;pintanya yang membuatku senang. ;Tentu saja, Yaz. Aku juga membutuhkanmu malam ini...,;bisikku sambil memeluk Riyaz.
Dan ia menyambut pelukanku. Kami saling berciuman. Ku lumat bibirnya dan lidah kami menari-nari mengikuti desahan nafas. Tangan Riyaz mulai merayap ke selangkanganku. ;Celanamu dibuka ya ?; Pinta Riyaz. Aku menganggukkan kepala. Ku biarkan, Riyaz jongkok dan membuka celana coklatku. Hingga ia mendapatkan kontolku mengeras tepat di depan wajahnya. Tak urung kontolku pun ia emut. Aku merasakan kenikmatan tiada tara. Kenikmatan yang selama ini ku inginkan. Pengalaman pertamaku yang tak mungkin aku lupakan. Dalam sekejap aku dan Riyaz telah telanjang bulat. Posisi kami pun sudah 69. Aku begitu asyik menghisap dan mengulum kontolnya yang mengeras bagai kayu. Urat-urat di sekitar batang kontolnya menyembul menampakkan keperkasaannya. Aku sangat menyukainya. Di lubang kontolnya cairan mani yang tampak bagai dipernis mengkilap. Sebaliknya, Riyaz dengan liar menghisap dan mengemut kontolku. Enak dan nikmat sekali yang ku rasakan. Aku benar-benar blingsatan di buatnya.
Rasa-rasanya tak tahan lagi aku ingin memuncratkan spermaku. Namun aku ingin spermaku muncrat di lubang anus Riyaz yang pasti sempit dan enak. Itulah yang kubayangkan saat ini. ;Riyaaz....,;bisikku. ;Ada apa ??;tanyanya menghentikan aktivitasnya terhadap kontolku. ;Aku...aku ingin fucking kamu, boleh ?? Riyaz memandangku. Kami saling menatap penuh makna. Ku lihat wajah tampan Riyaz tersenyum. ;Kamu telah berjasa buatku, Rif. Aku tak mungkin menolak...,;jawabnya sambil melingkarkan tangan kekarnya ke leherku. Aku pun membalasnya dengan hangat. Kami saling berciuman. Lalu aku mulai menindih tubuh Riyaz. kontol kami saling bertemu dan bergesekan satu sama lainnya. Sangat nikmat sekali. Kemudian kedua kaki Riyaz aku angkat dan dibuka lebar-lebar. Ku lihat, lubang anusnya tertutup oleh bulu-bulu yang menggairahkan. Nafsuku semakin meledak-ledak. Ku sibak bulu-bulu itu hingga lubang anus Riyaz dengan mudah ku pandang. Betapa lubang anus itu idamanku selama ini. Aku mendekatkan wajahku ke selangkangannya dan mulai menjilat buah kontolnya yang menggelantung, lalu turun ke bawah tepat di lubang anusnya yang harum. Lidahku mulai menari-nari di sekitar lubang anus itu, bahkan ujung lidahku mulai menyusuk ke dalam lubang anus yang indah itu. ;Ahhhh....ohhhh !!;Riyaz menggeliat kegelian. Aku yakin ia merasakan kenikmatan. ;Kamu tidak jijik, Rif ?;tanyanya sambil menahan kegelian. ;Tidak. Aku malah menyukainya...,;ujarku sambil kembali menjilat lubang anusnya.
Aku telah melumuri kontolku dengan minyak zaitun yang tadi sore aku beli. Sehingga tampak kontolku mengkilap bagai dipernis. Kemudian tak lupa aku melumuri juga lubang anus Riyaz dengan minyak zaitun tersebut. Ini bertujuan, agar aku dengan mudah memasukkan kontolku ke dalam lubang anus temanku itu. Jariku mulai menari-nari dan keluar masuk mempermainkan lubang anus Riyaz. ;Auuhh...!!;Riyaz menggelinjang bagai cacing kepanasan. Riyaz mengambil posisi menungging. Pantatnya yang kenyal berisi sangat menggodaku. Aku mulai mengarahkan kontolku ke lubang anus Riyaz yang mengkilap karena telah ku lumuri dengan minyak zaitun. Dan perlahan-lahan, kepala kontolku mulai menyentuh dan memasuki lubang kenikmatan itu. ;Akhhh...ss...sakiiit....,;Riyaz merasakan perih. Aku tak mempedulikan lagi erangan itu. kontolku terus ku tekan masuk. Terasa sempit dan seret. Tak dapat ku ungkapkan dengan kata-kata betapa nikmatnya. Kini seluruh kontolku telah amblas masuk. ;Sss...saakitt....Rif....,;keluh Riyaz. Matanya merem melek. Aku mulai menghentak-hentak bagai memacu kuda. kontolku mulai masuk keluar mengaduk-aduk lubang anus Riyaz. Di ruangan kamar itu yang ada hanyalah suara desah dan erangan kami.
Inilah untuk pertama kalinya aku melakukan hal ini. Dan khayalan-khayalanku menjadi kenyataan. Ini yang selama ini ku inginkan. Kenikmatan yang tiada duanya. Aku semakin keras menghentak-hentak. Pantat sexy ku turun naik seirama dengan desah dan erangan. Tak ku pedulikan Riyaz yang kesakitan. kontolku semakin cepat keluar masuk di lubang anusnya. Lama kelamaan tak kudengar lagi erangan Riyaz, kini yang hanya terdengar desahan. Aku mendekapnya tanpa menghentikan aktivitas kontolku. Lehernya ku pagut, dan lidahku menyapu belakang telinga Riyaz. ;Terus...teruuuusss....auuuuh !!;desah Riyaz. Aku tahu, kini ia merasakan kenikmatan. Hentakan ku semakin cepat dan kuat. Aku merasakan ada sesuatu yang akan dimuntahkan kontolku. Desirannya terasa dari ubun-ubun hingga ke bagian selangkanganku. Ku benamkan kontolku dalam-dalam hingga amblas semuanya. Aku ingin memuntahkan spermaku ke dalam lubang anus Riyaz yang nikmat. ;Aku mau keluarrr...,;bisikku ke telinga Riyaz. Ku lihat ia tersenyum. Tubuhku mulai mengejang. Ku dekap erat-erat tubuh Riyaz.
Aku tak tahan lagi untuk bertahan. Hingga akhirnya..... ;Creeettt....crooott !!;Spermaku menyembur keluar memenuhi lubang anus Riyaz. ;Aaahhhhh.....nikmaaatt....,;Aku memuntahkan semua spermaku hingga tuntas. Tubuhku mulai loyo. Namun aku tak mau mengeluarkan kontolku dari lubang anus Riyaz. Aku sangat betah dan menikmatinya. ;Sekarang giliran aku...,;pinta Riyaz. Aku pun mencabut keluar kontolku. Aku sangat capek bagai orang yang habis dikejar anjing. Aku berbaring terlentang. Ku biarkan Riyaz mulai mengangkat kedua kakiku dan lidahnya menari-nari di lubang anusku. Geli dan nikmat yang ku rasakan. Desah nafasnya menghangatkan selangkanganku. kontolku yang tadi mulai loyo, tiba-tiba berdenyut-denyut dan kembali mengeras. Ku lihat, Riyaz mulai melumuri lubang anusku dengan minyak zaitun, lalu jarinya mulai keluar masuk. Dari mulai satu jari hingga tiga jari masuk ke lubang anusku. Aku berusaha menahan sakit. Kakiku diangkat, hingga pantatku naik. Riyaz mulai mengarahkan kontolnya ke lubang anusku. Aku memejamkan mataku. Dan tiba-tiba ku rasakan sesuatu yang keras menghantam membuatku terlonjak kesakitan. ;Aaakhhh..!!;Aku berusaha menahan rasa perih di anusku. Aku berusaha menikmati gesekan kontol Riyaz yang keluar masuk menghentak-hentak penuh nafsu. ;Rif...pantatmu enaaak...oohhhh, ini benar-benar syurgaa.... ;Augh....uuhhh !!;Aku hanya bisa mengerang.
Hantaman kontol Riyaz semakin cepat. Tubuhku bagaikan cacing kepanasan dibuatnya. kontolku menegang, ada kenikmatan mengalir perlahan ke sekujur tubuhku. Sambil menghentak-hentak, Riyaz melumat bibirku. Deru nafasnya bagai serigala kelaparan. Riyaz benar-benar gagah. ;Aku...mau keluarr....Rif,;bisiknya ke telingaku. Aku tersenyum. Apalagi sambil menghentak-hentak, tangan Riyaz dengan nakal mengelus kontolku yang sudah ngeceng dari tadi. Hentakan Riyaz semaking keras, membuat aku meringis. Aku tahu, Riyaz tak tahan lagi untuk menyemprot spermanya ke dalam lubang anusku. Dihujamnya dalam-dalam sambil memelukku dengan erat. Kurasakan Riyaz menggigit leherku sambil mengerang.
;Aaaaakh.....uuuuuh !! ;Croot...crooot...!!;Riyaz menumpahkan spermanya yang banyak ke dalam lubang anusku. Ku rasakan kehangatan di lubang anusku. Membayangkan semuanya, membuatku horny. Riyaz masih tetap mengocok kontolku, hingga akupun orgasme. Kami tersenyum puas. Riyaz mengecupku berkali-kali. ;Kamu telah membuatku bahagia, Rif. Aku baru menyadari, sesungguhnya ini yang aku butuhkan.... ;Aku pun bahagia...sayaang...
Aku terjaga saat pintu rumah diketok beberapa kali. Begitupun Riyaz. Aku dan Riaz segera mengenakan pakaian. Aku masih terasa capek. Ku coba menyisir rambutku, agar tak kelihatan acak-acakan. ;Siapa, Rif ?; Tanya Riyaz. Aku hanya menggelengkan kepala. Aku meninggalkan Riyaz yang masih di kamar. Saat ku buka pintu, ku lihat wajah tampan tersenyum penuh hormat. Pemuda itu datang juga. Untuk beberapa saat aku telah melupakan janjiku pada pemuda ini. Adiyasa kini berdiri di depanku. ;Maaf, terlambat Pak. Tadi aku nyasar.... ;Mari masuk...,;Aku berusaha tetap menjaga wibawa sebagai polisi. ;Apa aku boleh mengambil kembali motor ku ?;tanyanya setelah duduk. Aku memberanikan diri memandang wajah tampannya.
Bibirnya yang merah sangat menggodaku untuk mencium dan melumatnya. ;Boleh. Ikut aku sekarang...,;ujarku. Aku mengajak Adiyasa ke kamarku, lalu dengan paksa aku memeluk tubuhnya. Riyaz tersenyum melihat apa yang ku lakukan. ;Apa-apaan ini ??;Adiyasa kaget. Ia berusaha menepis pelukanku. Ku lihat Riyaz juga mulai memeluk Adiyasa yang meronta-ronta. Aku dan Riyaz bekerjasama mencopot semua pakaian yang melekat di tubuh Adiyasa. Nafsu telah membuatku semakin ganas. ;Lepaskan aku !! Aku lelaki normal !! Lepaskan !! ;Layani kami....sayaang... Riyaz mengeluarkan borgol, sedangkan aku membaringkan tubuh Adiyasa di ranjang. Memang agak sulit, karena Adiyasa terus meronta.
Namun, karena aku dan Riyaz telah dimabuk nafsu, akhirnya kedua tangan Riyaz berhasil diborgol dalam keadaan miring. ;Kamu hebat, Rif. Dapat dari mana cowok ganteng ini ?;Tanya Riyaz sambil membuka kembali pakaiannya. ;Nanti aku ceritakan. Kita nikmati dulu tubuh yang sudah bugil ini,;ujarku yang penuh nafsu melihat tubuh Adiyasa. ;Kalian polisi bejat !!;Bentak Adiyasa dengan sorot mata yang penuh amarah. ;Tenang ganteng, kamu akan ketagihan....,;ujarku mulai menindih tubuh Adiyasa. Sejak melihat pemuda ini aku memang mengkhayal bisa menikmati tubuh kekarnya. Aku dan Riyaz kembali telanjang bulat. Kami berdua ingin mengefuck Adiyasa secara bergilir. kontol kami masing – masing sudang ngeceng kembali mengeras siap untuk bertempur. Wajah Adiyasa tampak pias ketakutan.
;Jangan kalian lakukan !! Ku mohon...aku lelaki normal !!;Adiyasa memelas. Aku mengangkangi wajah Adiyasa, mulut pemuda itu aku sumpal dengan kontolku. kontolku mulai keluar masuk di mulut Adiyasa. Enak banget. Sebaliknya kulihat Riyaz sibuk menghisap kontol Adiyasa. Setelah puas menghisap kontolnya, Riyaz mengangkat kedua kaki Adiyasa, aku segera beralih memegang kedua kaki itu. Sehingga Riyaz dengan leluasa menjilat lubang anus yang masih virgin itu. Aku ingin sekali melihat dengan jelas bagaimana kontol Riyaz memasuki lubang anus itu. “Riyaz...cepetan masukin, biar aku yang megang kakinya !!;Pintaku. ;Eh...pelumas yang tadi mana ? Tanya Riyaz. ;Ku mohoon...jangaan...;pinta Adiyasa. Kakinya meronta-ronta, aku berusaha memegang dengan erat. Riyaz sudah memulai mengoles lubang anus Adiyasa dengan pelumas. Jari-jarinya mulai menusuk masuk. Aku terangsang berat. kontolku tegang bagai kayu.. ;Cepetan Riyaz !! Masukin kontolmu !! Riyaz mulai mengarahkan kontolnya ke lubang anus Adiyasa. Aku jadi tidak sabaran ingin melihatnya. Adiyasa meronta-ronta. Perlahan-lahan kontol Riyaz yang sudah dilumuri pelumas itu mulai perlahan-lahan menerobosi liang anus yang masih serat itu.
;Aaaagghhhh...sss...ssaakiiit....aoowww !!;Adiyasa menjerit. Ku lihat kontol Riyaz berhasil masuk dan mulai keluar masuk. Aku dan Riyaz tak mempedulikan lagi erangan kesakitan Adiyasa. Ku lihat ada bercak darah petanda hilangnya kevirginan Adiyasa. Riyaz terus memacu bagai menunggang kuda. Ku lepaskan kaki Adiyasa yang kini hanya pasrah pada kenyataan. Pemuda tampan itu hanya mampu mengerang menahan sakit. Hentakan Riyaz semakin cepat dan keras, wajahnya mulai memerah. Aku tahu Riyaz hampir mencapai puncaknya.
Aaaahhhh....aku...maau...keluaaar....!! Crooot...crooot !!;Riyaz memuntahkan spermanya yg kental ke dalam lubang anus Adiyasa. Riyaz menarik keluar kontolnya. Ada bercak darah melekat dikontolnya. Aku tersenyum, melihat Riyaz lunglai. Ku suruh Adiyasa memiringkan tubuhya, lalu salah satu kakinya aku angkat. kontolku mulai ku arahkan ke lubang anusnya yang mengkilap karena pelumas dan sperma Riyaz. Dengan sekali hentakan kontolku masuk ke liang anus. Adiyasa kembali menjerit. Dengan posisi miring aku menghentak – hentak kontolku keluar masuk. Sungguh nikmat tiada tara. Beberapa menit kemudian aku merasakan sesuatu mengalir dari kontolku. Ku hentak dalam-dalam dan ku tumpahkan spermaku memenuhi ruang sempit anus Adiyasa. Spermaku bercampur dengan sperma Riyaz. ;Croooot...croooot !! Aaaaahhhh !! Nikmaaat......!!
Paling Populer Selama Ini
-
Namaku Suryati, biasa dipanggil Yati. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semar...
-
Bang Samsul keranjingan membobol duburku. Nyaris setiap hari setelah Mbak Laras pergi, ia mengentotiku. Satu hari ia minta aku mengemut kont...
-
Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk. “T...
-
“Pak, ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar, melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru aku beli ke atas kas...
-
Album Sebelumnya
-
Minggu pagi. Minggu yang cerah. Sebagian besar kaun bapak di RT-ku bergotong royong membersihkan lingkungan yang rutin dilaksanakan sebulan ...
-
. Album Berikutnya
-
turkish: big mustache
-
Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap waj...
-
No comments:
Post a Comment