Atas permintaan Koh Rudi kami nonton film porno koleksiku, lebih tepatnya pemberian dari Om Lok. Terlihat Koh Rudi begitu menikmati film itu sambil meraba raba tubuhku, meski aku tidak terlalu menikmatinya, aku ikutan memegang megang penisnya. Setengah jam tidak terjadi apa apa, mungkin Koh Rudi belum recovery, tapi setelah itu kurasakan penis Koh Rudi mulai menegang ketika terlihat di TV seorang laki laki sedang dikerubuti dua orang cewek bule yang cantik, entah apa yang ada di benaknya, tapi penisnya mulai bereaksi menegang.
Tak lama kemudian sebelum film itu berakhir, Koh Rudi sudah mulai mencumbuku, mencium bibirku, lalu meremas dan mengulum putingku, aku kembali pura pura mendesah, Koh Rudi menggeser dan memiringkan tubuhku menghadap ke TV, dia berada di belakangku lalu mengusap usapkan penisnya di pantatku, kaki kiriku di angkat naik untuk memudahkan penisnya memasuki vaginaku, dengan sedikit susah karena terganjal perut buncitnya, akhirnya dia berhasil melesakkan ke vaginaku, ini posisi baru bagiku. Sambil menonton film kami bercinta, dia mengocokku dari belakang dengan posisi tidur miring menghadap TV.
Tangannya tiada henti meremas remas buah dadaku, sepertinya dia begitu menikmati bercinta dan nonton film secara bersamaan, desahan ke-pura pura-an bercampur jerit kenikmatan dari TV, dia makin bergairah mengocokku, seakan dia bercinta dengan wanita bule yang cantik di film itu, aku tidak tahu fantasi laki laki yang mengocokku dari belakang ini, tapi yang penting bagiku bagaimana menyelesaikan secepat mungkin, karena aku tidak bisa menikmati bercinta dengannya.
Dengan posisi seperti ini aku susah menggoyangkan pantatku, jadi sepenuhnya tergantung gerakan Koh Rudi, entah sudah berapa kami bercinta dengan posisi seperti ini, film sudah berganti ke VCD kedua secara otomatis. Seiring dengan pergantian VCD, tubuh Koh Rudi naik di atasku, dia menindih tubuhku, bibirnya menyusuri leher dan dadaku, perut buncitnya terasa mengganjal perutku membuat aku tidak nyaman dalam tindihannya, dia menyusupkan tangannya dipunggungku, mengganjal hingga buah dadaku naik lebih menekan tubuhnya, pelukannya semakin rapat seiring dengan cepatnya kocokannya, pantatnya turun naik diatas tubuhku, aku mendesah seolah dalam kenikmatan, bibirnya menyusuri leher jenjangku, sesekali kepalanya berpaling menyaksikan adegan di TV yang sudah mulai lagi.
Tak lama kemudian sebelum adegan sex pertama berakhir, Koh Rudi menyemprotkan spermanya ke vaginaku untuk kedua kalinya, aku menjerit nikmat dalam ke-pura pura-an, dia memelukku lebih rapat hingga berakhirnya denyutan di penisnya. Tubuh Koh Rudi yang penuh peluh kenikmatan ambruk di atas tubuhku, napasnya menderu di dekat telingaku, detak jantungnya kencang kurasakan di dadaku. Perlahan penisnya melemas dan keluar dengan sendirinya, kudorong tubuhnya menjauh karena aku tak bisa bernapas terhimpit perut buncitnya, sungguh tersiksa bercinta dengan dia karena tak secuil kenikmatan yang kudapat, hanya perasaan risih dan marah yang menggunung di dadaku.
"Ly, kamu hebat deh, tubuhmu masih bagus dan buah dada yang kenceng gitu bikin aku makin bernafsu saja, apalagi desahanmu bikin aku makin gemes" pujinya.
Aku tak tahu harus menjawab apa, tak mungkin aku berkata jujur didepannya.
"Koh Rudi juga hebat, bisa berturut turut gitu, lama lagi" jawabku klise menghibur
Kubersihkan penis Koh Rudi dengan handuk kecil yang sudah aku siapkan, kurasakan sperma Koh Rudi meleleh keluar dari vaginaku, tak benyak memang tapi membuatku risih, segera kucuci di kamar mandi.
Kubersihkan sekalian tubuhku, dengan air shower yang hangat terasa menyegarkan dan memadamkan kemarahanku, cukup lama aku di kamar mandi hingga tak kusadari Koh Rudi sudah berada di situ memperhatikanku. Aku kaget, secara reflek kututup tubuh telanjangku dengan tangan sebisanya, mau marah, belum pernah seumur umur ada laki laki melihatku mandi meskipun ex-suamiku dulu, tapi aku segera tersadar bahwa dia adalah tamuku, percuma aku menutupi tubuhku, toh dia sudah menikmatinya, dengan senyum terpaksa aku menghilangkan kekagetanku.
"Koh Rudi bikin aku kaget saja" teriakku manja
"Sini aku mandiin" dia menawarkan diri, agak ragu aku menerima tawarannya, belum pernah aku mandi bersama dengan laki laki, meskipun ex-suamiku, kini Koh Rudi yang baru kukenal sejam yang lalu sudah mau mandiin aku, tapi apa dayaku untuk menolak, toh ini untuk kepuasan tamuku juga, aku hanya tersenyum menerima tawarannya.
Koh Rudi mengikutiku ke dalam bathtub, dia menggosok punggungku dengan tangan dan sabun, tangannya kemudian menjelajah ke depan dan meremas buah dadaku, dipeluknya aku dari belakang, kurasakan erotica tersendiri merasakan pelukan dalam licinnya busa sabun. Kubalikkan tubuhku, kini aku menggosok tubuh Koh Rudi dengan sabun, tangannya tak henti menjamah buah dadaku yang masih berbusa sabun, kami kembali berpelukan, kali ini berhadapan, dia menggesek gesekkan tubuhnya di tubuhku, memang ada erotica yang tak kuduga, tak mau terhanyut terlalu lama dalam erotisme ini, kunyalakan air shower menyiram dan membasahi kami berdua, Koh Rudi membalikkan tubuhku dan mendorongku ke dinding, dengan posisi condong begitu, maka pantatku tepat di depan penis Koh Rudi, aku baru menyadari ketika kembali Koh Rudi mengusap usapkan penisnya di tubuhku.
Kakiku sedikit dibuka, maka Koh Rudi dengan mudah memasukkan penisnya ke tubuhku dibawah siraman air shower yang hangat, kami bercinta dengan berdiri, pancuran air shower membasahi tubuh kami, baru sekarang kurasakan nikmatnya bercinta, mungkin karena perasaan erotisme saat mandi bersama tadi, kali ini aku mendesah tanpa pura pura, sebenarnya ada sedikit menyesal merasakan nikmat dari Koh Rudi, tapi tak bisa kupungkiri nikmatnya kocokannya sekarang. Kecipuk air mengiringi kocokan kami, perlahan gairahku mulai naik, semakin cepat Koh Rudi mengocokku semakin cepat birahiku naik, tak kuhiraukan air membasahi rambutku, aku konsentrasi pada pencapaian kenikmatan, tangan Koh Rudi kembali menjamah buah dadaku dan meremasnya.
Kuimbangi kocokan Koh Rudi dengan goyangan di pantatku, semakin nikmat kurasakan serasa melayang di awing, tapi tiba tiba kurasakan denyutan di vaginaku, ternyata Koh Rudi mendahuluiku mencapai puncak kenikmatan, dia mencengkeram buah dadaku erat, aku tetap menggoyangkan pantat dengan cepat, tak kupedulikan denyutan Koh Rudi di vaginaku, tak kupedulikan teriakan kenikmatan darinya, aku ingin orgasme saat ini, tapi harapan tinggal harapan, ternyata penis Koh Rudi melemas tak lama kemudian sebelum puncak kenikmatan kugapai, dan orgasme semakin menjauh dariku.
Aku kecewa sungguh kecewa, dia tak dapat memberiku kepuasan secuilpun, sesaat kemudian aku tersadar, memang bukan tugas dia untuk memuaskanku, tapi tugaskulah untuk memuaskan dia, jadi tak ada yang salah dalam hal ini, akulah yang terlalu banyak berharap.
Dengan menelan kekecewaan demi kekecewaan aku tetap berusaha tersenyum, kututupi kekecewaanku dengan mencuci penis Koh Rudi, kulihat senyum kepuasan mengembang di wajahnya, aku terpaksa ikut puas melihat kepuasannya.
"Baru kali ini aku bercinta sambil mandi, ternyata sungguh nikmat" katanya, aku kaget mendengarnya, ternyata aku dijadikan percobaan olehnya. Kuteruskan mencuci, agak sulit karena harus membuka kulit penutup kepala penisnya, aku masih merasa lucu melihat bentuk penis yang belum disunat.
Sehabis mandi Koh Rudi langsung kembali berpakaian bersiap untuk pulang, aku hanya mengenakan handuk melilit tubuhku, tak terasa hampir dua jam aku menemani dia dengan tiga kali bercinta, aku berharap dia puas dan memberiku tip yang lumayan atas pelayananku atau paling tidak dia akan kembali menjadi pelanggan tetapku.
"Tak salah kamu memang primadona si Lok dan kamu memang luar biasa" katanya sebelum meninggalkan kamarku, dia memberiku ciuman di pipi dan pergi.
Aku agak kecewa karena tak ada tip untukku, meski hargaku tinggi tapi kalau dengan tip pasti tak akan aku tolak, mungkin dia merasa sudah membayar mahal atau mungkin aku kurang memberikan servis yang dia inginkan, atau aku kurang memuaskannya, tapi ah siapa peduli, aku sudah berusaha dan dia sudah membayarku mahal untuk pelayanan dan tubuhku.
Aku melanjutkan mandiku yang terpotong, lalu menonton VCD yang belum selesai tadi sambil mengenakan piyama, menunggu order tamu berikutnya, tanpa tahu laki laki macam apalagi yang akan menikmati tubuhku, bagiku yang penting adalah duit dan duit selagi tubuhku masih mempunyai daya jual.
Sang Ajudan
Sesuai informasi Om Lok, tamuku selanjutnya akan datang sekitar pukul 7 malam, berarti tinggal kurang dari satu jam untuk mempersiapkan diri, sebenarnya tidak ada persiapan khusus yang harus aku lakukan, tetapi setelah bermain beberapa babak dengan Koh Rudi, rasanya aku perlu istirahat lebih lama untuk mengembalikan staminaku, Om Lok hanya berpesan untuk memperlakukan tamuku ini agak istimewa karena dia seorang pejabat dari kalangan tentara, seorang ajudan sang panglima. Dia tidak memberitahuku, Cuma dia mengingatkanku berkali kali untuk menjaga rahasia ini rapat rapat kalau tidak ingin mendapat masalah.
Seperti umumnya seorang tentara dengan disiplin tinggi, lima menit sebelum pukul 7 malam beliau sudah ada di kamarku, aku tidak mengenalnya, orangnya lebih pendek dari aku, berkulit gelap dan berkepala botak, mungkin sudah menjadi suratan nasibku bahwa hari ini aku harus melayani para tamu yang usianya sebaya papaku di kisaran 50 tahun.
Kupanggil beliau Pak Sam, meskipun wajahnya terlihat galak, tapi sikapnya sungguh sopan dan menyenangkan, banyak joke joke yang dia berikan, ini membuat suasana sangat akrab seperti aku sudah lama mengenalnya. Kutemani dia ngobrol di sofa, kami duduk bersebelahan dan saling berhadapan. Sesuai permintaannya, aku hanya mengenakan pakaian tidur sutra semi transparan berwarna putih, sehingga seluruh lekuk sexy tubuhku yang ramping tampak dari balik pakaian tidur sutraku. Bra Biru yang aku pakai sejak tadi pagi untuk kesekian kalinya kembali menghias tubuhku.
Aku salut sama Pak Sam, Selama kami berbicara tak kutangkap kerling nakal di matanya menatap tubuh terutama buah dadaku, membuat aku makin terpesona akan kharismanya. Lebih dari lima belas menit kami berdua, tidak terjadi apa apa, bahkan menyentuhkupun tidak apalagi mencium, aku jadi bingung bagaimana harus memulai, dari dua tamuku terdahulu biasanya mereka yang mengambil inisiatif, tapi kali ini lain, terlalu sopan sehingga membuat aku jadi salah tingkah, aku sadar mestinya akulah yang harus memulainya, tapi masih ada rasa malu untuk memulainya.
Berkali kali aku pura pura menyenggolkan buah dadaku ke lengannya, tapi tidak mendapat respon yang aku harapkan, bahkan ketika aku sengaja membungkuk didepannya ketika memberikan minuman, aku yakin dia bisa melihat buah dadaku dengan jelas, tapi tak ada tanda tanda untuk memulainya. Akhirnya kuberanikan diri untuk memulainya, secara demonstratif kulepas bra-ku didepannya, tentu saja putingku membayang dibalik baju tidurku, dia hanya memandang dengan sorot mata kagum tidak lebih dari itu, kuberanikan untuk duduk di pangkuannya sambil menempelkan buah dadaku di pundaknya, masih tidak ada respon yang berarti.
Aku bertindak lebih jauh lagi, kupeluk kepalanya dan kucium pipi dan bibirnya, barulah dia merespon dengan membalas ciuman bibirku, tangannya sudah mulai mengelus pahaku, terus ke atas ke punggungku, aku tak mau kehilangan momen, kupermainkan lidahku dibibirnya, tangannya sudah mulai menjelajah di sekitar dadaku, dielusnya buah dadaku lalu dia meremas remas ringan.
Aku berdiri di depannya, kulepas celana dalamku, aku yakin dia sudah bisa menikmati tubuh telanjangku dari balik baju tidurku, kutarik Pak Sam berdiri, kutuntun menuju ranjang, sebelum sampai di ranjang, tiba tiba Pak Sam membopong tubuhku dan merebahkan di ranjang. Dengan agak tergesa Pak Sam melepas baju dan celananya, tinggal celana dalam yang menempel di tubuhnya, sepertinya dia sudah menahan nafsu dari tadi.
Aku kaget melihat postur tubuhnya yang begitu padat atletis, tak tampak timbunan lemak di balik kulitnya, Pak Sam langsung berlutut di antara kakiku, aku kira dia akan langsung memasukkan kejantanannya, ternyata aku salah, dia mengusap usap rambut pubic-ku, kubuka lebar kakiku, aku memejamkan mata bersiap menikmati sensasi berikutnya, tiba tiba kurasakan jilatan di vaginaku, kubuka mataku, kulihat kepala Pak Sam sedang berada di antara kakiku hingga tampak botaknya. Lidah Pak Sam terasa menari nari di klitoris dan bibir vaginaku, sungguh nikmat jilatan Pak Sam, tanpa kusadari aku mulai mendesis merasakan nikmatnya pelayanan Pak Sam, kakiku kubuka makin lebar, kutekuk lututku, hingga jari jarinnya menyentuh telinga Pak Sam, jilatan dan permainan mulut Pak Sam semakin lama semakin nikmat kurasakan, aku sudah tak bisa mengontrol gerakan kakiku yang kini sudah berada di kepala botak Pak Sam, tak pernah terbayang dalam hidupku kalau aku bisa "Menginjak" kepala seorang jendral yang selama ini dihormati anak buahnya, dalam keadaan berdua dan posisi seperti ini siapa peduli antara jendral maupun pelacur seperti aku ini.
Pak Sam memasukkan jarinya ke vaginaku, lalu dua jari, belum pernah aku merasakan kocokan dua jari di vagina, ini pengalaman pertamaku, ternyata nikmat juga apalagi ketika lidahnya mempermainkan klitoris, aku semakin menggelinjang, kakiku semakin tak teratur menjamah kepala botak Pak Sam, kujepit kepalanya dengan pahaku, semakin aku mendesis semakin liar dia mengocok dan menjilat. Pak Sam lalu membalik tubuhku, kini aku nungging, aku pikir dia segera memasukiku dari belakang, ternyata aku salah lagi, dia malah menjilati pantatku, kembali vaginaku mendapat jilatannya, kali ini dari belakang, tanpa kuduga, dia melanjutkan jilatannya di lubang anusku, aku menjerit kaget, belum pernah aku mendapat jilatan di situ, membayangkan pun jauh dari benakku, tapi kurasakan ada kenikmatan tersendiri dari jilatan di lubang anus, apalagi yang menjilati adalah Pak Sam, seorang jendral yang sedang naik daun, tentu menimbulkan kenikmatan dan sensasi tersendiri. Kubiarkan dia menjilati vagina dan anusku bergantian, aku tak peduli selama dia menyukai dan aku menikmati, apa salahnya.
Desahanku semakin berani, tak malu lagi aku mendesis dan mendesah di depan Pak Sam, yang kupikirkan hanyalah kenikmatan mendapat permainan lidah dari Pak Sam, padahal dia adalah orang ketiga yang menikmatiku hari ini, mungkin juga ada sisa sperma di vaginaku dari Koh Wi atau Koh Rudi, tapi siapa peduli sepanjang dia mau melakukannya.
Puas bermain di vagina dan anusku, dia lalu telentang di sampingku, dia minta aku naik di atasnya, kupikir dia ingin aku posisi di atas, tapi ternyata lagi lagi aku salah, dia justru minta aku naik di kepalanya, agak bingung aku mengikuti kemauannya, ternyata dia mau menjilati aku dari bawah, aku turuti saja permintaannya. Kini kepala Pak Sam ada di bawahku di selangkanganku, aku mengangkangi kepala sang Jendral, kuatur posisiku seolah jongkok di kepalanya, maka vaginaku terbuka lebar tepat di atas wajah dan mulutnya, kucoba untuk menggoda dia, sifat isengke tiba tiba timbul, kusapukan vaginaku ke seluruh wajahnya, lidahnya menjulur untuk mendapatkan vaginaku, akhirnya dia pegang pantatku dan langsung mengulum bibir vaginaku yang sudah siap di depannya. Kembali lidah Pak Sam menjelajah di vagina dan anusku, aku mengimbangi permainannya dengan menggoyangkan pantatku di atas wajahnya, tangannya mulai ikutan mempermainkan putingku, entahlah mungkin sudah menjadi hobinya untuk menikmati vagina dengan mulutnya.
Aku Cuma khawatir dia minta aku melakukan hal yang sama di kejantanannya, cukup lama aku mengangkangi kepala Pak Jendral sebelum akhirnya beliau memintaku turun. Dia memintaku kembali telentang, kini baru kusadari kalau dia masih mengenakan celana dalamnya, kulepas celana dalamnya hingga tampaklah kejantanannya yang besar tegang kekar menantang, kuraih batang kejantanannya, kukocok, untuk membalas "Kebaikannya" kujilat kepala kejantanannya, tapi dia menarik kepalaku, dia nggak mau kukulum penisnya, kebetulan karena aku juga tidak terlalu suka melakukannya.
Kembali aku ditelentangkan di ranjang, kali ini dia langsung menyapukan penisnya ke vaginaku, perlahan mendorong masuk hingga semua melesak ke dalam. Oh betapa nikmatnya setelah beberapa lama mendapat jilatan, kini mendapatkan penis di vagina, begitu nikmat apalagi ketika Pak Sam mulai mengocok vaginaku, aku mendesah dalam kenikmatan, sekaranglah benar benar kurasakan kenikmatan bercinta dibandingkan dengan tamuku sebelumnya.
Pak Sam mengocokku dengan pelan penuh perasaan, berulang kali dia mencium pipiku dengan gemas, sungguh aku diperlakukan seperti layaknya kekasih, dia memandangku dengan sorot mata yang teduh, baru kusadari dialah orang non Chinese pertama yang menikmati kehangatan tubuhku, meski aku bukan orang Chinese tapi ex-suami dan lingkungan pergaulanku adalah Chinese jadi aku sudah menjadi ke-cina cina-an, apalagi postur tubuh dan wajahku yang memang lebih menyerupai Chinese.
Kunikmati kocokan demi kocokan dari Pak Sam, dia mulai meremas buah dadaku, kocokannya makin cepat, aku mengimbangi dengan menggoyangkan pantatku, aku sudah merasakan nikmatnya irama kocokannya membawaku melayang dalam nikmat yang indah, desahku semakin keras, tanpa malu lagi kuminta Pak Sam untuk mempercepat kocokannya. Pak Sam memelukku, kubalas dengan elusan di punggungnya, beliau menciumi leherku yang mulus, aku semakin menggeliat tak karuan apalagi saat dia mengulum telingaku, geli bercampur nikmat menyatu dalam birahiku yang makin terbang tinggi, ketika hampir kugapai puncak kenikmatan, tiba tiba kurasakan tubuh Pak Sam menegang, sedetik kemudian disusul semprotan dan denyutan penis Pak Sam di vaginaku, terasa menghantam dinding vaginaku, aku teriak menerima semprotan Pak Sam, kudiamkan sesaat, kubiarkan dia menikmati orgasmenya, setelah itu aku mulai menggoyang pantatku lagi untuk mencapai orgasme yang tertunda, tapi aku harus menelan kekecewaan, puncak kenikmatan yang sudah didepan mata terasa makin menjauh, makin lama terasa makin susah digapai, penis Pak Sam makin melemas, aku berusaha lebih keras menggoyangkan pantatku tapi tidak menolong, napas Pak Sam turun naik di atasku, akhirnya aku menyerah harus memendam orgasme, aku sadar bahwa harus mulai membiasakan diri memendam kekecewaan semacam ini, kudorong tubuh Pak Sam turun, kami telentang bersebelahan.
"Sorry, aku keluar duluan, kamu belum ya" kata Pak Sam
"Nggak apa, toh nanti bisa lagi" kataku menghibur, lebih tepatnya menghibur diriku sendiri, sambil membersihkan penis Pak Sam dengan handuk kecil.
Aku ke kamar mandi membersihkan vaginaku dari sperma Pak Sam, aku segera kembali ke ranjang dan langsung tiduran dalam pelukan Pak Sam, terus terang aku menyukai dadanya yang bidang dengan sedikit bulu dada, terlihat atletis, kurebahkan kepalaku di dada Pak Sam sambil memainkan bulu bulu di dadanya. Kutemukan sedikit kehangatan yang selama ini hilang dalam hidupku, entah kenapa.
Kami berpelukan dalam kebisuan, sambil menikmati HBO yang dari tadi kami acuhkan, kupegang dan kupermainkan kejantanannya, kujilati putingnya, tanpa dia sadari aku sudah mulai melancarkan serangan ringan, perlahan tapi pasti penisnya mulai sedikit demi sedikit menegang, kalau sebelumnya aku selalu pasif, kali ini terpaksa aku yang harus aktif.
Kunaiki tubuh kekar Pak Sam, aku tengkurap di atasnya, kuciumi leher dan pipinya sambil menggoyang goyangkan pantatku menggesek gesek kejantanannya, makin lama kurasakan makin keras, hingga kurasa siap untuk melanjutkan babak berikutnya.
Kubimbing penis Pak Sam ke vaginaku, kusapukan di bibirnya lalu kudorong tubuhku ke belakang, masuklah penis itu ke dalam, aku kembali merasakan nikmatnya penis Pak Sam di vaginaku, Pak Sam memelukku erat, dia mengocokku dari bawah, desahanku tepat di telinga beliau, Pak Sam mengocokku makin lama makin cepat, makin nikmat kurasakan. Aku duduk di atas beliau, kini aku pegang peranan, kugoyangkan pantatku, Pak Sam meremas buah dadaku sambil mempermainkan putingku, Pak Sam mengimbangi gerakanku dengan menggoyang pantatnya, kurasakan penisnnya bergerak liar di dalam membuat aku makin mendesah keras.
Kucondongkan tubuhku ke depan, buah dadaku tepat di atas wajah Pak Sam, langsung disambut kuluman ringan di putingku tanpa menghentikan remasannya, kugerakkan tubuhku hingga penis Pak Sam sliding keluar masuk vaginaku, kurasakan kenikmatan yang hebat, puncak orgasme sudah hampir kuraih, aku semakin cepat menggerakkan pinggulku, begitu juga Pak Sam, kami berdua seolah berpacu dalam berahi, ternyata Pak Sam lebih cepat, aku terlalu bernafsu mengejar puncak kenikmatan hingga tak kusadari penis Pak Sam yang tiba tiba berdenyut keras, aku teriak kaget terkejut mendapat semprotan itu, tanpa menunggu berhentinya denyutan itu aku terus mempercepat gerakanku untuk mengejar orgasme yang tinggal selangkah lagi, tapi sungguh sayang aku harus menelan kekecewan untuk kedua kalinya ketika Pak Sam berulang kali memintaku menghentikan gerakanku, sungguh tidak sopan apabila aku memeksakan kehendakku karena dalam hal ini aku dibayar oleh beliau, dengan menahan kecewa dan marah, aku tak bisa berbuat banyak akhirnya menyerah dibawah kekuasaan uang, kuhentikan gerakanku.
Magic
Kupaksakan tersenyum melihat senyum kepuasan mengembang di wajah Pak Sam, kucium keningnya dan dia menarikku dalam pelukannya, masih bisa kurasakan detak jantungnya yang masih kencang, beliau mengelus punggungku mesra, kembali kami terdiam sambil pelukan.
"Kamu udah keluar sayang?" Tanya Pak Sam, entah pura pura atau memang tidak tahu
"Udah, bapak hebat deh aku teller dibuatnya" jawabku berbohong menyenangkan beliau.
"Kalo begitu ntar kita main lagi, bapak masih kuat kok" lanjutnya
"Cilaka, kalau terus terusan tidak tuntas seperti ini aku bisa darah tinggi" pikirku tapi aku diam saja, hanya tersenyum melihat senyum bangga diwajah Pak Sam.
"Oke tapi kasih aku istirahat dulu, habis bapak bikin aku kewalahan sih" jawabku kembali berbohong sambil turun dari tubuhnya dan menuju kamar mandi membersihkan sperma dari vaginaku.
Ketika aku keluar kamar mandi, Pak Sam sudah duduk di sofa, aku duduk disampingnya, kami berdua masih telanjang.
"Bagaimana hari pertamamu, cukup menyenangkan?"Tanya Pak Sam cukup mengagetkanku, rupanya Om Lok memang sedang mempromosikanku.
"Ya namanya juga masih baru, jadi harap dimengerti kalau belum terlalu pintar" jawabku sambil bergelayut manja di lengannya, seperti anak kecil yang sedang merajuk bapaknya.
"Tapi kamu cukup bagus untuk ukuran pemula, apa lagi ini hari pertamamu"
"Terima kasih Pak"
Singkat kata akhirnya kami bercinta lagi, kali ini atas permintaan Pak Sam kami lakukan di sofa. Aku duduk di sofa panjang sementara Pak Sam sudah berlutut di selangkanganku, aku heran beliau senang sekali menjilati vagina, aku sih senang senang saja karena aku memang mulai menikmati jilatan di vaginaku, apalagi aku merasa bisa membuat laki laki apalagi seorang Jendral berlutut di antara kaki dan bahkan bisa menginjak kepala laki laki bahkan Jendral sekalipun, sungguh kejadian yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
Pak Sam bisa bertahan lama menjulurkan lidahnya di sekitar vaginaku, kuberanikan memegang kepala botaknya dan kutekan ke vaginaku supaya dia bisa menjilat lebih ke dalam, dia diam saja sambil tetap memainkan lidahnya, aku lebih berani lagi, dengan kedua tanganku, kupegang kepalanya dan kuusap usapkan di vaginaku, tak kuhiraukan lagi bahwa pada kenyataannya dia jendral, tapi sekarang dia sedang berlutut di selangkanganku.
Lidah Pak Sam menari nari di sekitar vaginaku, mulai dari klitoris, vagina, hingga lubang anus, aku mendesah sambil mengelus elus kepala botak Pak Sam, kurasakan sensasi tersendiri ketika mengelus kepala botaknya, aku tahu ketidak sopanan ini, tapi selama beliau tidak keberatan maka aku makin berani "Kurang ajar" padanya, apalagi permainan lidah Pak Sam benar benar nikmat. Pak Sam menyudahi permainan lidahnya, kini berlutut dan menyapukan penisnya di vaginaku, dengan sekali dorong melesaklah kejantanannya ke dalam diiringi teriakan kenikmatan dari mulutku.
Tidak seperti sebelumnya, kini Pak Sam langsung mengocokku dengan cepat dan sesekali diselingi hentakan keras ke vaginaku, membuat aku mendesah dan menjerit kenikmatan, tangan Pak Sam sudah berada di dadaku, memainkan putingku, kakiku sudah melingkar di pinggangnya, lidah Pak Sam mulai menjilati leherku, terus turun hingga buah dadaku dan beliau mengulum putingku, aku makin kelojotan dibuatnya. Kocokannya semakin liar kurasakan, iramanya jadi kacau, tapi aku makin menyukainya, membawaku melayang lebih tinggi ke awan kenikmatan.
Pak Sam mengatur posisi duduknya, aku tak tahu apa yang akan dia lakukan, dia memegang tanganku dan menariknya ke pangkuannya. Ini posisi baru bagiku, bercinta dipangkuannya, mulanya agak susah aku mengatur gerakan, karena dengan posisi seperti ini Pak Sam tidak bisa bergerak, hanya mengandalkan gerakanku. Dengan agak kikuk aku menggerakkan pinggulku, ternyata ada kenikmatan yang lain, aku semakin berani menggerakkan pantatku lebih cepat, semakin nikmat rasanya hingga aku sudah bisa menguasai gerakanku, buah dadaku yang tepat di depan mulut Pak Sam langsung mendapat kuluman penuh gairah dari satu puting ke puting lainnya sambil tangannya tak henti meremas dengan gemas, sesekali dia memainkan putingku.
Kudorong Pak Sam, kini dia telentang di karpet, kembali aku menggoyangkan pantatku di atas beliau. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Pak Sam bisa bertahan lebih lama, dia memintaku nungging di kursi, Pak Sam kini mengocokku dari belakang langsung cepat dan keras, hentakannya membuatku menjerit nikmat, sebenarnya ini adalah posisi favoritku dulu, dan kini aku merasa ini adalah posisi yang paling nyaman karena aku tak perlu melihat wajah tamuku yang belum tentu membangkitkan seleraku, aku bisa lebih bebas berfantasi dengan siapa aku bercinta, apalagi dari pengalaman hari ini semua tamuku tidak ada yang memenuhi seleraku.
Dengan berpegang pada pinggulku Pak Sam mengocokku dengan cepatnya, lalu beliau memelukku dari belakang, diremasnya buah dadaku yang menggantung bebas, diciuminya tengkukku, aku kegelian bercampur nikmat, semakin keras dia menghentakku semakin aku melambung tinggi, dan terus tinggi hingga kugapai puncak kenikmatan.
Aku menjerit histeris, vaginaku berdenyut keras seakan meremas penis Pak Sam, ternyata beliau makin kesetanan mengocokku, teriakanku makin histeris dibuatnya, kuremas sandaran kursi, tak tahan aku menerima kocokannya saat orgasme, hanya menjerit dan menjerit yang bisa kulakukan, Pak Sam meremas buah dadaku makin keras. Untunglah tak lama kemudian beliau mengikutiku ke puncak kenikmatan beberapa detik setelah aku, kurasakan penisnya membesar sebelum berdenyut, beliau berteriak histeris dalam kenikmatan, genggamannya di buah dadaku makin kencang hingga melemah seiring dengan berakhirnya denyutan itu. Beliau lalu ambruk di atas punggungku, perlahan lahan penisnya melemas dan keluar dengan sendirinya, kubersihkan dengan tissue.
Kami berdua beristirahat duduk di sofa, napas kami masih memburu dari sisa sisa kenikmatan yang baru kami alami.
"Kamu sungguh luar biasa, hebat mau melayaniku tiga kali berturut turut, belum pernah aku bercinta sebanyak ini" puji Pak Sam.
"Bapak juga hebat bisa bercinta sebanyak itu"
"Ini karena kamu yang terlalu sexy, aku selalu terangsang melihatmu telanjang, terlalu hot"
"Ah bapak bisa saja"
"Ingin aku bercinta sepanjang malam"
"Ya udah nginap saja, ntar kita habisin malam ini" rayuku, dengan menginap berarti hitungan rupiahnya lebih banyak.
"Sayang aku nggak bisa, besok ada tamu dari Mabes" jawabnya, agak kecewa aku karena tidak bisa mendapat tambahan rupiah lebih banyak, aku tak pernah berpikir bagaimana seorang tentara semacam dia bisa membayarku sebanyak itu.
"Ya kapan dong kesini lagi, jangan lama lama ya" rayuku
"Kalau aku nggak bisa ntar aku kenalin sama komandanku"
"Yang mana?" tanyaku penasaran
"Ntar kamu tahu sendiri"
Akhirnya aku tak bisa menahan dia lebih lama lagi, hampir pukul sebelas malam ketika dia meninggalkan kamarku, Pak Sam meninggalkan tip ratusan ribu di meja rias.
Belakangan setelah era reformasi aku mengetahui bahwa Pak Sam bertugas di Jakarta, sebagai Kepala Dinas Penerangan lalu menjadi orang nomer satu di lembaga pendidikan angkatan darat, entah sekarang jabatannya apa. Selamat untuk beliau.
Aku kini sendirian di kamar, baru sekarang kurasakan hampa hidup ini. Kemarin aku masih bisa memandang dunia dengan dada membusung, kini aku harus melihat dunia dengan pandangan lain, mungkin orang akan memandangku sebagai sampah, penggoda. Apa peduliku dengan mereka, toh kalau aku susah mereka tak akan membantuku. Yang penting aku tak menggoda mereka, suami mereka, keluarga mereka, anak mereka, justru merekalah yang datang ke tempatku karena membutuhkan pelayanan dariku, membutuhkan kehangatan dariku, membutuhkan petualangan denganku, membutuhkan pelampiasan padaku, membutuhkan variasi bercinta denganku, bahkan membutuhkan apa yang tidak mereka dapatkan di rumah, sekali lagi bukan aku yang menggoda mereka tapi mereka yang mendatangiku. Kucoba memberikan apa yang mereka harapkan, sebaliknya mereka juga memberikan apa yang aku harapkan, yaitu uang sebagai balas jasa atas pelayananku memuaskan dan memenuhi harapan mereka.
Hari ini telah kutulis lembaran sejarah baru bagi perjalanan hidupku, aku sudah menikmati 3 macam penis dari tiga orang yang berbeda, baik gaya bercinta maupun bentuk dan ukuran penis. Bahkan aku sudah berani mempermainkan seorang jendral, membuat sang jendral berlutut diantara kakiku, ada sedikit kebanggaan di hatiku.
Akhirnya dengan keadaan masih telanjang dan sisa sperma Pak Sam di vaginaku aku tertidur untuk menyongsong hari esok yang aku sendiri tidak tahu akan seperti apa, berapa orang lagi yang akan menikmati tubuhku, siapa lagi yang akan membayarku, dan dengan siapa aku akan tidur besok malam.
"I don't care who you are, where you from, what you do, as long as you love me"
lagu Backstreet Boys yang selalu menyemangati hidupku, menunggu datangnya seorang pangeran yang siap mencium seekor katak untuk menjadi seorang Putri.
*****
Kisah lainnya akan aku kirimkan secara bertahap tapi bukan merupakan cerita bersambung, masing masing mempunyai kisah pengalaman tersendiri.
Tamat
6/27/2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling Populer Selama Ini
-
Namaku Suryati, biasa dipanggil Yati. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semar...
-
Bang Samsul keranjingan membobol duburku. Nyaris setiap hari setelah Mbak Laras pergi, ia mengentotiku. Satu hari ia minta aku mengemut kont...
-
Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk. “T...
-
Minggu pagi, jalanan di Kota Malang sangatlah ramai. Banyak pria-wanita, tua-muda semua berjalan kaki ataupun jojing sekedar menghirup ud...
-
Album Sebelumnya
-
“Pak, ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar, melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru aku beli ke atas kas...
-
Ele militar...
-
turkish: big mustache
-
Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap waj...
-
Wah, anaknya om kok kecil banget?
No comments:
Post a Comment