Awal kejadian yang sungguh sulit untuk kulupakan, pada saat aku dapat tugas dari pimpinan cabang Malang untuk rapat ke kantor pusat Jakarta. Saat itu aku naik kereta api executive Gajayana Malang-Jakarta. Saat pukul 13.00 aku diantar istri dan anak-anak ke stasiun Kota Baru Malang.
Gerbong kereta telah siap dan beberapa orang sudah masuk sesuai tempatnya masing-masing. Kebetulan aku di kursi 1 A ujung depan dekat jendela, dan disebelahku seorang pemuda tanggung. Tepat jam 16.05 , akhirnya istri dan anak-anakku keluar dari gerbong kereta api saat kereta mulai bergerak. Selama di perjalanan laki-laki di sampingku diam tak berbicara, dan akupun tidah menghiraukannya. Dan kuperhatikan dia sibuk dengan HP. Waktu kereta memasuki Kota Blitar dimulai menyapa.
"Tujuan mau kemana Mas?"aku dibuat kaget dengan sapaanya.
"Jakarta. Kalau adik tujuan kemana?" aku berbalik tanya.
"Saya juga ke Jakarta, memang Jakartanya turun mana Mas?"
"Gambir, trus ntar nyambung naik taksi ke Menteng" jawabku singkat.
"Wah, kita satu arah Mas saya daerah Jalan Jaksa."
Hari mulai gelap, saat kami mulai akrab dan sudah saling bercerita, dari tanya jawab tentang skripsi sampai pekerjaanku. Laki-laki bernama Hermawan ini berinisiatip untuk banyak ngomong dan mengajak aku berbicara. Selama pembicaraan sepenuhnya dia menujukkan sikap hormat dan santunnya padaku. Aku juga menaruh respek padanya karena sikapnya itu. Dia pinjamkan majalah dan koran bacaannya padaku, dia juga tawarkan makanan atau minuman yang dia bawa.
Jam 20.00 pegawai kereta membagikan selimut dan bantal. Dan akhirnya pukul 22.15 lampu kereta mulai ada yang dipadamkan. Mungkin memberi kesempatan penumpang untuk isirahat. Akupun mulai berselimut dan mencoba memejamkan mata. Malam semakin larut Aku sangat kaget ketika tiba-tiba tangannya menggenggam tanganku, hampir kutarik kalau dia tidak bilang,
"Tangan Mas dingin banget, nih. Mau nggak kalau aku pijat refleksi tangannya, nanti hangat, deh?", ah, dia punya seribu satu alasan yang selalu tepat untuk banyak berbuat padaku. Aku juga nggak tahu, kenapa aku pasrah saja saat tangannya meraih tanganku membawa ke pangkuannya untuk dia pijit-pijit. Dia bilang pijat refleksi. Aduh, aku berteriak tertahan karena kesakitan, tetapi dengan cepat dia bilang dalam bisikkan, bahwa kalau aku merasakan sakit artinya bahwa memang aku sedang sakit.
Dia terangkan bahwa yang dia pijat itu adalah tombol-tombol saraf yang berhubungan dengan bagian di tubuhku yang sedang kena sakit. Dia bilang paru-paru dan punggungku sedang tidak normal karena dingin atau mungkin karena lelahnya perjalanan. Dan yang membuatku langsung merinding dan bergetar adalah suara bisikkannya itu.
Hermawan mulai tangannya menyentuh pahaku dan aku singkirkan tangannya dari pahaku.
"Maaf Wan," aku mencoba menegurnya.
"Maaf Mas bukan maksudku." Jawabnya sopan.
Langsung aku putus pembicaraannya.
"Dudahlah Dik, lebih baik adik tidur saja, Mas juga sudah ngantuk."
Iwanpun terdiam, tapi ternyata Hermawan tidak mau menyerah begitu saja mungkin rasa penasarannya terhadapku.
Tangannya mulai bergerak lagi tapi tanganya merangkul aku, diletakkan tangannya dibelakang kepalaku. Dan memaksaku dalam pelukannya. Akupun kaget tapi apa daya tangannya kuat, aku pun gak mau membuat keributan di dalam kereta yang penuh dengan penumpang. Akhirnya aku dipelukannya dengan kusandarkan kepalaku di pundaknya dan tanganya melingkar di tubuhku.
Sangat luar biasa kehangatan yang kurasakan saat itu, dan rasa yang aneh karena seorang pemuda merangkulku.
Hermawan tidak berhenti disitu aja dia mulai meraba paha dan menyentuh jendolan selangkanganku. Aku mencoba melarangnya tapi kenapa aku merasakan kenikmatan. Dia terus memijit-mijit daerah sensitifku, dan aku mendesis, "akh.!!!"
Hermawan terus memijit daerah sensitifku tersebut tanpa henti-henti.
Akupun tidak merasa takut ketahuan penumpang lainya karena perbuatannya d ibawah selimut kereta api.
Hermawan mulai bergerak dan membuka kancing celanaku. Aku hanya diam tak bicara, ingin tau apa yang akan dilakukannya.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Hermawan supaya ia melepaskan pelukannya pada diriku.
"Wan, jangan Wan, ini enggak pantas kita lakukan..!", kataku terbata-bata.
Tiba-tiba Hermawan menarik badanku sehingga merapat ke tubuhnya. Tanpa berkata apa-apa dia langsung menciumku. Aku tidak sempat menghindar, dan aku merasakan sesuatu aneh. Bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Hermawan menempel ke tengkuk leherku. Aku merasakan birahi dan rangsangat menjalar ke sekujur tubuhku.
bibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Hermawan melumat mulutku. Lidah Hermawan menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Lalu ia mulai menjilati dan menciumi seluruh leherku, lalu merambat pipi dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Hermawan sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Hermawan memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampingku dengn erat. Aku juga masih terduduk dipangkuannya.
"Memang nggak pantas Mas, tapi gimana lagi Mas, toh juga meresponku waktu di kereta api ", Ujar Hermawan yang terdengar seperti desahan.
Setelah itu Hermawan kembali mendaratkan ciuman Hermawan sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Hermawan yang kekar itu membuka kancing celanaku. Tak ayal lagi, celana dalam berwarna putih bersih itu terbuka di depan Hermawan. Secara refleks aku masih coba berontak.Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan tangaku. Tetapi dengan cepat tangan Hermawan memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Hermawan menunduk dan tanpa membuang waktu, bibir Hermawan melumat jendolan celana dalamku.
Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan meremas jendolan kenyal di dalam celana dalamku itu..
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku semakin menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika tangan Hermawan mencoba menyingkap celana dalamku. Ikat pinggang celaku dikendorkan dan diturunkan, sehingga kontolku yang telah tegang itupun lalu mencuat keluar. Aku tersentak kaget, namun aku kalah cepat karena bibir dan lidah Hermawan menjilat dan melumat kontolku yang teracung itu.
"Mas.. barangmu besar banget. A.. aku makin nggak ta.. tahan.... , ", kata Hermawan terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak. Sambil dijilati dan dihisapnya kontolku, tangan Hermawan menggerayang ke dadad dan perutku. Lala dia mengulum dan menyedoti cairan precum dari ujung kontolku.
Kemudian Hermawan juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat Hermawan melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki Hermawan , dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.
"Gimana Mas?"
Akh. Ogh... aku hanya mendesisi kenikmatan. Ternyata tidak berhenti disitu saja dia mulai menurunkan seluruh celanaku. Lalu dia menurunkan celana dalamku.
Dan ya ampun.. Nikmat luar biasa sangat dia mengulum buah pelerku.
"Akh.. Akh... ough.. Terus dik. Terus.. Oh...!!!"
Dia terus mengobok-ngobok kontolku dengan mulutnya dan menghisap kontolku. Dan akhirnya aku kontolku berdenyut denyut mau mengeluarkan sesuatu yang menyentak nyentak di dalam kantung spermaku. Aku akhirnya ejakulasi di dalam mulut pemuda ini. Baru kali ini aku rasakan oral seks dan aku memuncratkan spermaku di dalam mulut orang. Karena selama ini tidak pernah aku merasakan hisapan dan jilatan lidah di kontolku.
Sungguh nikmat luar biasa. Aku mengerang dan menjambak rambutnya saat ejakulasi. "Akhhhhh...!!!" Crott….crottt…semburan spemaku memenuhi mulut pemuda ini.
Hermawan lalu duduk dan dengan tissue mengelap sudut bibirnya.
"Mas tolong gantian dong."
Dia menuntun tangannya kearah kontolnya. Sebetulnya aku amat tersinggung dan terhina pada ulah Hermawan ini, tetapi nggak tahu kenapa aku tiba-tiba serasa ditimpa dan ditampar sebuah sensasi yang hebat saat tanganku dia paksakan menggenggam sesuatu yang sangat luar biasa bagiku. Tanganku merasakan kontol Hermawan itu sangat hangat, meskipun gede dan panjangnya hanya selisih lebih dikit dibanding milikku. Sepertinya aku terpukau oleh sihir kontol Hermawan ini. Untung reflek bertahanku masih menampakkan penolakkan dengan berusaha menarik dari cengkeraman tangannya. Hanya akhirnya karena kekuatan yang tidak seimbang, dia membuat aku tidak berkutik,
"Tolong, Mas, sebentar saja, saya bener-bener tidak bisa menahan nafsu birahiku, tolong Mas, biar aku terlepas dari siksaanku ini, tolooonng.. tadikan Mas sudah saya buat orgasme. Jadi gantian Mas.", dia menghiba dalam berbisik dan aku semakin tertelikung oleh kekuatan tangannya dan sekaligus sihir nafsu birahiku yang tak mampu menghadapi sensasi penuh pesona ini.
Dia kembali bisikkan ke telingaku,
"Kocok, Mas, aku pengin keluar cepet, nih", sambil dia pegang tanganku untuk menuntun kocokkannya. Dan aku sudah mengambil keputusan yang sangat berbeda dengan ketegaran awalku tadi. Aku merasa telah dikalahkan oleh suatu kondisi.
Akupun mulai mengocok kontolnya.
Telah beberapa saat dia mendesah dan merintih lirih, tetapi belum juga ejakulasinya datang. Bahkan kini aku sendiri mulai terjebak dalam kisaran arus birahi sejak tangannya juga merabai dadaku dan memainkan puting susuku. Sedangkan tangan satunya kembali meraba raba jendolan kontolku. Aku terbawa mendesah dan merintih pelan dan tertahan. Aku mengalami keadaan ekstase birahi. Mataku tertutup, khayalanku mengembara, pikiranku sudah kemana-mana mungkin karena aku sudah terangsang.
"Ayoo, dik, aku sudah cape, nih, keluarin cepeett...s",
Dia tersenyum, "Susah, Mas, kecualii...",
"Apaan lagi?",
"Kalau Mas mau menciumi dan mengisepnya.". Gila. Dia sudah gila. Beraninya dia bilang begitu padaku. Tt.. tet.. ttapi .. mungkin aku kini yang lebih gila lagi. Aa.. aak.. ku mengangguk saat matanya melihat mataku. Sesungguhnya sejak tadi saat tanganku menggapai kontolnya kemudian merasakan betapa keras aku sudah demikian terhanyut untuk selekasnya bisa menyaksikan betapa mentakjubkan kontol segede itu. Aku sudah demikian tergiring untuk selekasnya mencium betapa harumnya aroma kontol itu, betapa lidahkupun ingin merasakan bagaimana seandainya aku berkesempatan melumat-lumat kontol si Hermawan ini. Dan kini rasanya yang sangat berharap untuk mengisep-isep itu bukan dia tetapi aku kini yang kehausan dan ingin sekali menciumi dan mengisep kontol Hermawan .
Cahaya lampu Kereta Gajayana yang memang diredupkan untuk memberi kesempatan para penumpang bisa tidur nyenyak sangat membantu apa yang sedang berlangsung di kursi kami ini. Aku bergerak telungkup menyusup ke dalam selimutnya. Gelap, tetapi bibirku langsung menyentuh kemudian mencaplok kontol Punya Hermawan itu. Aku sudah di luar kendali. Entah apa yang terjadi. Aku tidak lagi berfikir jernih. Aku sudah masa bodo. Nafsuku sudah menjerat aku. Aku mulai mengkulum kontol itu, lidahku bermain dan aku mulai memompakan mulutku ke kontol Hermawan . Huuhh, aroma kontolnyaa.., sungguh aku langsung terhanyut dan bergelegak. Aku mengharapkan sperma dan air mani Hermawan cepat muncrat ke mulutku. Aku biasa menelan sperma suamiku, sehingga kini aku juga merasa biasa saja kalau kontol ini akhirnya akan memuncratkan spermanya dan aku pasti menelannya.
Aku yakin Hermawan sudah memikirkan kemungkinan untuk tidak sampai menjadi perhatian penumpang lainnya. Aku sendiri akhirnya demikian masa bodoh. Aku yang sudah demikian larut dalam kenikmatan yang tak mudah kutemui di tempat lain ini terus hanyut dalam keasyikan birahi dengan kontol dalam jilatan dan kulumanku. Aku merem melek setiap lidahku menjulur dan menariknya kembali. Rasa asin precum Hermawan demikian aku nikmati sepenuh perasaan dan gelinjang nafsuku.
Aroma jembut tebal Hermawan sangat memabukkanku. Dalam ruangan selimut yang demikian sempit itu aroma kelelakian Hermawan demikian menggumpal merasuki hidungku. Sementara tangan Hermawan sendiri kurasakan aktif mengelusi di arah rambutku, terkadang juga turun hingga ke pantatku. Aku menggelinjang tertahan dalam tempat yang serba terbatas ini.
Kini yang kurasakan adalah kehausan yang amat sangat. Aku ingin minum. Aku ingin secepatnya air mani Hermawan muncrat dari kontolnya ini. Aku sangat haus untuk segera meminum sperma panasnya. Aku lumat-lumat sepenuh perasaanku dengan harapan bisa secepatnya merangsang Hermawan untuk melepaskan spermanya. Kontol itu kuperosokkan dalam-dalam kemulutku hingga menyentuh tenggorokkanku. Aku mengerang, mendesah sambil bergumam meracau. Tanganku juga ikut mengelusi batangnya kekar dan keras itu. Sesekali lidah dan bibirku menjilati batangnya hingga ke pangkal dan bijih pelernya.
Benar, tidak sampai 5 menit sebuah kedutan yang sangat keras mengejut dalam mulutku diikuti pancaran panas air mani Hermawan . Kedutan-kedutan selanjutnya membuat mulutku penuh oleh cairan lendir panas itu. Aku buru-buru menelannya agar tidak tercecer.
"Terima kasih, ya Mas", katanya sambil membetulkan celananya dan menarik tutup resluitingnya.
Akupun membersihkan mulutku dengan tisu diatas kursi kami.
Akhirnya karena kelelahan, kamipun tertidur pulas.
Akhirnya pukul 06.30 kereta api sampai Stasiun Gambir dan kami pun turun.
"Mas gimana kalau kita satu taksi biar irit biaya toh jalannya satu arah"
"Ok..!!" akupun mengiyakan
Didalam taksi aku dan Hermawan berdiam diri. Aku terdiam sambil membayangkan semalam di dalam kereta api yang aneh dan kurasakan luar biasa.
Akhirnya saya turun depan kantor pusat aku bekerja. Lalu kami tukar nomor HP dan aku turun dari taksi.
Setelah selesai bertemu dengan staf kantor pusat sekaligus mengatur jadwal kegiatanku selama di Jakarta. Aku diantar staf untuk check in di salah satu hotel dekat kantor pusatku.
Setelah berbenah diri dan membongkar barang bawaanku, aku ingin mandi rendaman di bath up. Namun, sungguh aneh. Kuterbayang lagi kejadian pertama kali yang kurasakan di dalam kereta api tadi malam.
Bunyi Hp berdering, lalu kuangkat
"Sore Mas. lagi dimana??"tanya Hermawan
"Sore juga Wan, Aku lagi di kamar hotel. Ini mau mandi. Kalo kamu?.
"Aku lagi di jalan, abis cari makan. Boleh mampir ke kamar Mas?
Antara ragu dan gamang, akhirnya aku malah memberikan nomor kamar hotelku.
Saat aku masih rendaman di bath up, kudengar suara dering bel pintu. Bergegas aku menyambar handuk dan kubukakan pintu kamar. Ternyata Hermawan datang lebih cepat dari perkiraanku.
“Bentar ya…aku selesaikan mandiku dulu” aku berpamitan dan menyilahkan Hermawan duduk.
Lalu aku kembali ke kamar mandi. Namun rupanya Hermawan malah membuntutiku dan menahan pintu kamar mandi saat kututup.
Lalu dengan gerak cepat dia menyambar handukku, sehingga aku telanjang bulat di depannya.
Sekarang tubuhku yang padat dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Hermawan . Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain seperti ini. Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan terjadi seperti ini.
Entah karna apa aku malah cuma diam saja ketika Hermawan mulai mendekapku. Perlahan birahiku mulai mengalir saat rabaan dan elusan tangan Hermawan menjulur di bagian sensitifku.
Aku diam saja ketika Hermawan kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggerayangi dadaku, sementara tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba Hermawan beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku sama-sama telanjang dengan sesama laki-lakinya. Ohh. Aku melihat tubuh Hermawan yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan denganku.
Kini tubuh telanjang Hermawan mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Hermawan menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas dadaku. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang menggelitik pantatku. Ternyata Hermawan nekat memasukkan jari tangannya kecelah pantatku.Ia memutar-mutar telunjuknya di dalam lubang pantatku, aku merasakan suatu sensasi yang aneh dan nikmat yang berbeda. Sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.
"Wan, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ", pintaku.
Tetapi lagi-lagi Hermawan tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis kontolku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Hermawan yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Hermawan melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
"Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti Mas dong yang aktif..!", Kata Hermawan dengan manja.
"Mas nggak bisa Wan, lagian Mas masih takut..!", Jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon... kocok kontolku kayak di kereta api kemarin Mas", ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Hermawan ..
Dengan dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan penis milik Hermawan . Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Hermawan yang sangat besar tersebut. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Hermawan cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Hermawan yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar di hadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Hermawan kembali melumat batang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di urat keras batang kontolku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Hermawan dengan tanganku.
Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu. Setelah itu Hermawan beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak di sebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Hermawan yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh sesama lelaki yang juga sedang telanjang.
Hermawan kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Hermawan . Hermawan terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Hermawan . Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Hermawan . Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat bergesekan dengan batang kemaluanku. Gesekan dua batang kontol ini kurasakan sensasi luar biasa. Lalu Hermawan turun dan mulai menjilati dada, perut terus turun ke bulu-bulu kemaluanku hingga akhirnya kontolku melesak habis dikulum bibirnya.
Lama Hermawan mengocok dan menjilati batang kontolku, sambil tangannya meraba raba dan memijiti sekujur titik sensitifku. Lalu kurasakan jari telunjuk Hermawan menguak belahan pantatku dan menusuk ke lubang anusku.
Rupanya Hermawan berusaha memasukkan jarinya ke lubang anusku. Tentu saja aku tersentak dan kaget.
"Hermawan . jangan dimasukkan..!", kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
"Oke. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan di luarnya saja ya..?", jawab Hermawan juga dengan napas yang terengah-engah.
Kemudian Hermawan meubah posisi dan kini memasang ujung penisnya tepat di celah lubang anusku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh lubang anusku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Hermawan berhasil menerobos lubang anusku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung kepala penis itu mulai menerobos masuk. Walau pun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Seperti janji Hermawan , penisnya itu hanya hanya digesek-gesekan di bibir lubang anusku saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Hermawan itu luar biasa nikmatnya.
Hermawan terus menerus memaju-mundurkan batang penis sebatas di bibir lubang anusku. keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.
" Ayoohh.. ngoommoong lhooo, giimaanna raasaanyaa..?", Kata Hermawan tersengal-sengal.
"Oohh.. teeruuss.. Wan.. teeruss..!", ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu telah amblas semua ke lubang anusku. Bless, perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang anusku.
"Lohh..? wan..! Dimaassuukiin seemmua yah..?", tanyaku.
"Taanguung, Mas. Aku juga nggak tahhan..!", ujarnya dengan terus memompa kontolnya secara perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua di lubang anusku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Hermawan semakin tertekan kedalam lubang anusku dan melesak hingga ke dasar usus besarku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding ususku hingga perutku terasa penuh.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Hermawan dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya Hermawan . Semakin lama, genjotan Hermawan semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. "Clep., clep., clep., cleep..", begitulah bunyi batang zakar Hermawan yang terus memompa lubang pantatku.
"Teerruss waaannn..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!", erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini.
Aku sudah tidak berpikir lagi tentang hubungan sejenis antara dua pria ini. Hermawan benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.
Tidak lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh Hermawan . Kontolku tergesek gesek di perutku dan perutnya. Ada sensasi aneh ketika bulu-bulu di perut Hermawan menggelitik urat kontolku. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Hermawan dan kupeluk erat-erat.
"Wannnn.. aakkuu.. haampiir.. keluarr..!", desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan. Tahu aku hampir orgasme, Hermawan semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya lubang belahan pantatku.
Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Hermawan yang kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
"Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Maasss.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. barengan.!"desah Hermawan .
"Ooh.. aauuhh.. aakkuu.. mauuu klimaks.. wwaan..!", jawabku.Lalu dengan secepat kilat, aku mengocok kocok kontolku, agar ejakulasiku lebih cepat.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Hermawan , sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Hermawan dapat menancap sedalam-dalamnya.
Lalu beberapa semprotan spermaku muncrat menyembur membasahi perutku dan perut Hermawan. Tapi sperma itu tidak terlalu banyak, mungkin karena aku belum benar-benar mencapai klimas yang sebenarnya.
Setelah kenikmatan sesaat ejakulasi itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Hermawan juga menghentikan genjotannya.
"Aku belum keluar sayang. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..!", ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Hermawan memompa terus lubang anusku. Karena lelah, aku pasif saja saat Hermawan terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Hermawan . Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat lubang pantatku yang dihajar batang kejantanan Hermawan .
Hermawan semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari perbatasan selangkangan yang dengan kencang dipompa si Hermawan. Maka aku balik membalas ciuman Hermawan, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Hermawan yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang anusku.
"Mas ingiin.. lagii..?", tanya Hermawan .
"Eehh..", hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Hermawan bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Hermawan dibawah.
"Ayoohh gaantii..! Mas.. seekaarang di ataass..", kata Hermawan .
Dengan posisi tubuh diatas Hermawan , pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Hermawan yang masih mengacung di lubang anusku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Hermawan . Hermawan yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.
"Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa..", kata si Hermawan sambil meremas-remas dadaku serta mengocok kocok mkontolku.
Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Hermawan , lagi-lagi kenimatan tak terkira akan datang menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan lubang pantatku kebatang penis Hermawan. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Hermawan . Aku juga semakin liar membalas ciuman Hermawan sambil tangaku terus membantu mengocok kocok kontolku.
Wwaaann.. aakuu.. haampiir.. keluarrr.. laaggii....!", kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Hermawan langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Sehingga orgasmeku tertahan.Dengan napas yang terengah-engah, Hermawan yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa lagi lubang pantatku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke celah pantatku. Hermawan kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.
"Kalau mau orgasmee ngomong yaa.., biaar lepaass..!", desah Hermawan .
Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
"Teruss.. , teruss.. , akuu.. mauu orgasmee Wannn..!", desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Hermawan .
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Hermawan mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di lubang anusku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
"Mas.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr..!", erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat Hermawan yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat mengocokm kocok kontolku sendiri. Crot.. crot.. crot..! Sperma Hermawan terasa sangat deras muncrat dilubang anusku.
Hermawan memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang anusku. Aku merasa lubang anusku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Hermawan .
Gila, sperma Hermawan luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang anusku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Hermawan belepotan hingga mengalir keluar dan meleleh di pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk beberapa saat Hermawan masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar, sungguh baru kali ini kurasakan betapa nikmatnya disodomi. Mengapa tak sedari dulu kurasakan persetubuhan sejenis ini. Mengapa saat aku telah menikah dan punya anak??
Paling Populer Selama Ini
-
Namaku Suryati, biasa dipanggil Yati. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semar...
-
Bang Samsul keranjingan membobol duburku. Nyaris setiap hari setelah Mbak Laras pergi, ia mengentotiku. Satu hari ia minta aku mengemut kont...
-
Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk. “T...
-
Minggu pagi, jalanan di Kota Malang sangatlah ramai. Banyak pria-wanita, tua-muda semua berjalan kaki ataupun jojing sekedar menghirup ud...
-
Album Sebelumnya
-
“Pak, ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar, melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru aku beli ke atas kas...
-
Ele militar...
-
turkish: big mustache
-
Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap waj...
-
Wah, anaknya om kok kecil banget?
No comments:
Post a Comment