6/21/2011

Kesepian Seorang Istri

Copyright 2002, by Ozzy Arg (ozzy_arg@yahoo.com>)

(Istri Selingkuh)

Kisah ini terjadi saat aku dan suamiku pindah ke suatu daerah di Sumatera Selatan. Sebagai pengusaha yang sukses, suamiku membuka sebuah perkebunan di daerah itu. Sedang kedua anak kami kutitipkan di tempat neneknya di Padang.

Di kota ini aku tinggal dan sengaja ikut suami. Sebagai pengusaha, ia ingin kudampingi sehingga tidak merepotkannya untuk pulang pergi ke Padang menemuiku. Anakku yang pertama berumur 6 tahun dan yang kedua berumur 5 tahun. Sekali sebulan aku pulang menemui kedua anakku.

Di rumahku kini aku tinggal dengan dua orang pembantu. Yang satu perempuan, sementara satunya lagi seorang laki-laki yang bertugas menjaga rumah sekaligus membersihkan mobil dan taman di rumahku ini.

Laki-laki itu namanya Oding. Ia dipekerjakan oleh suamiku karena di daerahku ini amat sering terjadi perampokan. Masyarakatnya pun masih terbelakang. Pak Oding sangat disegani oleh masyarakat desa ini. Umurnya 52 tahun. Badannya sangat kekar. Hanya kakinya yang pincang sebelah akibat berkelahi dengan perampok beberapa tahun yang lalu. Para perampok itu berhasil dikalahkannya. Hanya saja satu kakinya pun menderita kelumpuhan akibat bacokan.

Setiap minggu, suamiku pergi ke perkebunan selama 1-2 hari dan bermalam di base campnya. jadi aku terpaksa tinggal sendirian di rumah ini bersama kedua pembantuku. Letak rumahku di desa ini jauh dari pemukiman penduduk lainnya. Tidak heran jika malam hari amat sepi dari kebisingan.

Saat ini umurku menginjak 29 tahun dan suamiku 31 tahun. Kami dulunya kuliah bersama-sama. Suamiku memilih jadi pengusaha dan aku disarankannya menjadi ibu rumah tangga, karena segala kebutuhan hidupku telah tercukupi olehnya. Suamiku amat pengertian dan mencintaiku. Hampir dua kali seminggu kami selalu melakukan hubungan suami istri yang sering membuatku puas dan orgasme. Ini membuatku tambah mencintainya. Meskipun telah memiliki dua orang anak namun kami tetap mesra dan hangat.

Suatu saat suamiku sedang ke Jakarta untuk beberapa hari. Terpaksalah aku tinggal dan ditemani kedua pembantuku. Saat itu aku merasakan ada yang lain pada diri pembantuku yang laki-laki. Pak Oding sering mencuri pandang terhadapku. Sebagai majikannya, aku anggap bisa saja namun lama-kelamaan aku merasa jengah juga.

Aku maklum, sebab sebagai laki-laki normal, Pak Oding tentu juga memiliki nafsu dan keinginan, namun aku tidak mungkin berselingkuh dengan pembantuku. Aku tidak mau mengkhianati suamiku.

Suatu saat, ketika aku mau ke pasar dengan menyetir mobilku, Pak Oding mencuri pandang ke arah dadaku, yang saat itu agak rendah belahannya. Bulu kudukku agak merinding melihat matanya yang melotot memandang dadaku.

Suamiku, karena kesibukannya, kini jarang sekali memberiku nafkah batin. Sebagai wanita normal, aku sebetulnya menginginkannya. Pada malam hari, suamiku mulai selalu pulang dalam keadaan capai dan terburu-buru.

Suatu hari, suamiku kembali ke perkebunan. Diperlukan waktu 4 jam untuk pergi ke sana. Hari itu cuaca hujan disertai guntur, namun suamiku tetap pergi karena ada yang perlu ia atur dengan para petani di perkebunan.

Malam itu, aku tidur sendiri di kamarku yang cukup luas. Aku tak bisa tidur. Gairahku menghentak-hentak. Aku menjadi pusing dan mencoba keluar kamar untuk minum, dengan harapan akan dapat menurunkan gairahku.

Di ruang belakang, aku mendengar suara televisi hidup. Aku pun pergi ke situ. Rupanya Pak Oding belum tidur dan masih nonton. Sedangkan pembantuku yang wanita tadi siang pulang ke kampungnya karena ada keperluan. Jadi di rumah itu sekarang yang ada hanya aku dan Pak Oding.

Lalu kusapa dia, “Oooo, Pak Oding belum tidur ya?”

“Belum, Bu… Acaranya bagus, nih,” katanya lagi, sambil tiduran di lantai.

Lalu aku ikut duduk juga di lantai yang beralaskan permadani itu untuk nonton. Saat itu aku mengenakan kimono tidur.

“Bu, Bapak pulangnya kapan? Udah malam kok belum juga pulang?” kata Pak Oding.

“Besok, Pak,” kataku, “Ada urusan penting di perkebunan.”

“Oooo…” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Lalu ia berkata, “Kasian juga Ibu tinggal sendirian. Malam lagi… Apa ndak takut, Bu?”

“Oooo….. Nggak lah, Pak… Kan ada Bapak…. yang menjaga,” jawabku.

Dueeeerrrrrrrrrrrr!!!!!!… Terdengar bunyi petir yang diiringi hujan dan angin badai. Aku agak takut juga, namun tidak kuperlihatkan. Terbayang olehku kalau-kalau Oding memperkosaku saat ini.. Ihhhh ngeri, pikirku. Lalu aku beranjak ke kamarku…

“Kemana, Bu?” Tanya pak Oding.

“Saya tidur dulu…” Jawabku.

“Awas lho, Bu… Ada hantunya…!” katanya.

“Husyyyyy… Bapak ini koq nakutin saya?” kataku.

“Bukan begitu, Bu. Kan Ibu dengar sendiri bunyi itu,” katanya lagi.

Aku diam dan coba mendengarkannya… Memang ada suara gemerisik, namun tak jelas apakah karena hujan atau bukan. Aku merasa takut dan minta Pak Oding menemaniku…

“Pak… tidur di kamarku aja.. tapi dilantainya ya?” kataku.

“Baiklah, Bu….” Jawabnya sambil berdiri dan mematikan televisi. Pak Oding berjalan tertatih-tatih, karena kakinya memang pincang. Ia pun masuk kekamarku dan aku berikan sebuah bantal kepadanya. Aku tidur diatas ranjang yang besar dan kosong.

Mataku tak mau terpejam. Oding pun aku lihat belum tidur. Lalu kami bercerita tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaanya sampai ke keluarganya di kampung.

“Bu… malam ini apa nggak kedinginan,” tanyanya.

Aku pikir ini pertanyaan yang kurang ajar dari seorang pembantu kepada majikannya.

“Nggak,” kataku singkat.

“Pak Oding Gimana? Mau selimut?” tawarku.

“Tidak usah, Bu,” tolaknya.

Aku turun dari ranjangku dan duduk di lantai dekat Oding.

“Mataku tak mau tidur, Pak”

“Masih takut, Bu?” tanyanya sambil duduk juga dekatku.

Lalu tangannya melingkar di bahuku. Aku kaget dan menepiskannya.

“Jangan, Pak. Saya kan istri Bapak, majikan kamu?” kataku.

“Maaf, Bu,” katanya lagi sambil menjauhkan dirinya dariku.

Namun entah kenapa di malam yang dingin dan suasana yang redup itu, tanpa kusadari, aku akhirnya pasrah dalam pelukan Pak Oding yang adalah pembantuku.

Aku tahu ia sudah lama berminat pada diriku. Aku yang sedang dilanda kesepian akhirnya tergoda juga untuk berhubungan intim dengan Pak Oding. Apalagi suasana saat itu sangat mendukung.

Beberapa saat setelah kutolak, malah aku yang lalu merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Saat itu Pak Oding agak kaget namun ia dengan cepat dapat menangkapnya. Ia pun kembali melingkarkan tangannya di bahuku. Kali ini aku tak menolak. Beberapa waktu kemudian, kurebahkan kepalaku di bahunya yang bidang.

Tampak jelas bahwa Pak Oding sangat senang mendapatkan kenyataan itu. Tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun, ia langsung mengerti lampu hijau yang kuisyaratkan padanya. Tangannya pun lalu mulai berani bergerilya ke sekujur tubuhku yang dibalut kimono sutra. Akhirnya aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya saat ia lepaskan satu per satu kimono tidurku hingga aku tak berpakaian sehelai benang pun.

Di malam itu aku pasrahkan setiap rongga tubuhku yang putih mulus ini untuk dicumbui pembantuku yang sudah tua ini. Malam itu pun aku terima keperkasaan permainan yang disuguhkan Pak Oding kepada tubuhku. Dengan sukarela, malam itu aku disenggamai oleh Oding. Aku pun menikmati setiap hentakan kelamin Pak Oding yang bergerak-gerak di dalam kemaluanku.

Buah dadaku pun tidak luput dari jamahan tangan kasarnya. Malam yang dingin itu, membuat kami bersama-sama sampai di pendakian birahi. Tubuhku dan tubuh pak Oding sama-sama basah oleh keringat dan saling bercampur.

Aku tidak berpikir tentang kekayaan dan wajah laki-laki yang menggauliku malam itu. Yang aku pikirkan adalah kepuasan ragawi yang diberikan pembantuku. Meskipun kakinya cacat namun ia amat perkasa mengaduk-aduk vaginaku.

Ada juga terbersit rasa penyesalan di dadaku karena telah mengkhianati suamiku dan menyeleweng dengan pembantuku yang sudah tua ini. Sampai menjelang pagi Pak Oding tidak henti-hentinya terus mengaduk-aduk kemaluanku dengan penisnya yang panjang dan besar.

Semenjak kejadian itu, aku jadi terperangkap oleh permainan seks yang diberikan Pak Oding. Dengan suatu kode saja, ia akan tahu arti dan keinginanku. Di ranjang yang biasanya aku tiduri dengan suamiku ini, aku serahkan kehormatanku sebagai istri kepada Pak Oding bulat-bulat. Sampai saat ini aku masih selalu menjalaninya bersama dengan Oding saat suamiku ke Jakarta atau ke perkebunan.

TAMAT

Ines dan Om Brewok

Sejak kecil aku sudah yatim piatu. Aku hidup dari "belas kasihan" sodara2 almarhum kedua ortu aku. Hidup saja sudah susah untuk dijamin keluarga ortu apalagi sekolahku. Ketika aku SMU, tidak ada lagi yang mau membiayai sekolahku sehingga aku harus dropout dari sekolah karena menunggak uang sekolah 3 bulan. Padahal saat itu baru taun pertama. Ya terpaksalah, atas bantuan cowokku aku kerja di toko pakean pantai disatu mal besar. Paling tidak aku punya uang walaupun dikit untuk membiayai hidupku dengan sangat pas pasan. Baiknya cowokku mau membantu biaya hidupku sehari2, sehingga aku gak sampai kelaparan. Aku sudah males minta tolong ke sodara ortu karena kaya ngemis kalo minta tolong mereka, biar gini aku masi punya harga diri dan aku gak rela harga diriku mereka injak2. Mereka juga sudah tidak perduli ma aku, jadi ketika aku gak perna nongol kerumah mereka, mereka juga gak ambil pusing. Ketika kau kerja, mereka nyuru aku pake kostum khusus, karena tokonya menjual pakean dan peralatan pantai, aku disuru pake celana pendek yang pendek banget dan tanktop aja. Paha mulusku jadi tertampang jelas, dan toketku yang walaupun imut pun jelas tercetak di tank top ketat yang harus kukenakan. Aku nurut aja, disuru pake bikini juga akan aku kerjakan, namanya juga nyari makan disitu kan, lagian juga rasanya gak mungkinlah mreka nyuru aku pake bikini, bisa digrebek satpol pp ntar hihi. Karena aku mejeng dipintu toko, banyaklah lelaki yang lewat, baik tua maupun muda yang matanya jelalatan menelusuri rubuhku, aku si cuek aja, malah dengan senyumku yang paling manis, aku menawarkan untuk liat2 kedalam. Umumnya karena aku temani mereka masuk ke toko, tapi buat ngobrol ma aku bentar. aku si nawarin produk2 yang dijual di toko itu, tapi mereka cuma cengengesan, dah gitu keluar lagi tanpa beli apa2. Yang penting kan aku dah berusaha untuk mengajak mereka kedalem toko, kalo gak da transaksi ya mo gimana lagi. Baiknya ada juga si yang belanja karena ajakan aku masuk ke toko, biar gak banyak juga.

Satu waktu ketika aku mejeng didepan toko, ada seorang lelaki yang sepertinya berdarah India, dia lumayan ganteng, kancing bajunya sebelah atas dibuka dua sehingga bulu-bulu dadanya
yang lebat nongol, menambah keseksian tu lelaki. Palagi mukanya rada gelap bekas cukuran cambang, kumis dan jenggotnya. Gak tau deh ni orang manusia pa simpanse ya hihi, bulu melulu pasti disekujur badannya. Dia senyum2 aja liat aku dari toko didepan toko aku. Toko itu jual kosmetik dan wangi2an. Pesolek juga tu lelaki. Selesai belanja, dia menghampiri aku, "hai sexy", sapanya. "Kok sexy si om". "Iyalah, kamu pake pakean kaya gitu sexy banget". "Masak si om, rasanya badan inez kurus deh". "O, inez toh namanya. Kamu tu bukan kurus tapi imut, masi abege banget ya". "Kok om tau si". "Ya kelihatan dari muka kamu. Kamu gak sekolah?" tanyanya, karena memang hari itu hari jumat. "Gak om, do". "Lo napa". "Gak da biaya, gak bayar2 uang sekolahnya ya disuru do lah ma kepseknya". "Wah sadis amir tu kepseknya". "Nama kepseknya bukan amir kok". "Aku tau,, tapi amir lagi gantiin tugas amat kan". Aku geli mendengar guyonnya, nyenengin juga ngobrol ma ni orang. "Om India ya". "Kok tau". "Ya kliatan lah, kan India katanya sodara deketnya simpanse". "Wah gak bole sara dong". "Sori om, becanda, soale om kan bulunya dimana2, lebat lagi, kaya simpanse", jawabku sembari tertawa. Diapun ikut tertawa, "tapi kamu suka kan ma simpanse kaya aku". "Iya, om ganteng, sexy juga". "Kok bisanya bilang aku sexy". "Iya, kan om ganteng, bodi atletis, buluan lagi". Ada tamu masuk ke toko. "Bentar inez ngelayani tamu dulu ya om, om masuk aja", kataku sambil ninggalin dia. Dia tetep saja nungguin diluar toko. Seperti biasa tu tamu yang baru masuk liat2 bentar trus kluar lagi tanpa beli apa2. "Sori ya om, gak bisa ngobrol trus". "Gak papa kok Nez, kan kamu kerja. Kamu makan siangnya jam brapa, bareng yuk". "Masi lama om, ya jam 12an si". "Ya udah, ntar aku balik lagi jam 12, bener ya makan siangnya ma aku". Aku mengangguk dan diapun pergi. Karena hari itu belum weekend, ya mal sepi aja, aku sampe ngantuk bengong didepan toko.

Menjelang jam 12 tu om balik lagi, aku pamit ma yang punya toko mo istirahat makan siang, jatahnya sejam. Biasanya si aku makan di kantin karyawan yang murmer, yang letaknya diluar gedung mal. Si om ngajak aku ke foodcourt yang ada di mal itu. Aku segera nyari tempat duduk. "Kamu suka apa Nez". "apa juga doyan kok om". "Ya udah aku beliin sesuai selera aku ya". Dia pergi beli makanan dan minuman, rada lama juga si karena foodcourtnya rame pas waktunya makan siang. Banyak orang ke mal cuma buat makan siang, tapi yang ngelongok ke toko dikit, maklum abis makan mreka balik lagi ketempat kerjanya. Si om dah bali, dia beliin aku gado2 dan segelas es jeruk. "Suka kan goda2". "Gak tu". "Wah dah aku beliin tu, tadi bilangnya suka apa aja". "Ya kalo digodain trus ya gak asik lah om", kena dia aku godain balik. Dia cuma tertawa. "Kamu asik ya Nez, biar masi abege banget juga". "Mangnya abege ada yang gak asik ya om". "Ya si, banyak yang blon apa2 dah minta ini itu, bete kan". "Wah om penggemar abege rupanya ni, inez jadi korban ke brapa neh". "Ya bukan korban lah, lagian kan lebaran haji masi lama". "Kok lebaran haji". "Iya kalo lebaran haji kan orang suka sumbang sapi ma kambing korban". "Wah inez disamain ma kambing nih". "Iya ntar dijadiin inez guling". Aku tertawa aja, "mau gak?" tanyanya lagi. "Gulingnya sapa om". "Ya guling aku lah". "wah kayanya dah banyak nih abege yang jadi gulingnya om". Dia senyum2 aja dan menyantap makanannya, bgitu juga aku. "Gak sayang Nez, kamu gak skola, kerja gitu gak sebrapa kan gajinya". "Iya si om, tapi mo bilang apa, skola kan mahal, inez gak da yang biayain lagi". "Ortu?" "Inez yatim piatu om". "O, sori yah". "Gak apa kok om". "Kalo om yang biayain skolah kamu mau gak, paling gak ampe lulus". "Bener ni om mo biayain inez". "Serius, mau gak". "Pasti ada imbalannya ya". Dia cuma senyum, "di dunia ini kan gak da yang gratis, nez". "iya si". "tapi imbalannya kan asik juga buat kamu kok. kamu dah punya cowok kan". aku ngangguk. "Cowok kamu gak bantuin biayain kamu?" "kalo nyekolain si gaklah om, dia juga masi skola kan, paling jajanin dan blanjain aku aja dikit". "Pake imbalan asik juga kan". "Maksud om", aku pura2 gak ngerti. "Iya, kamu ngasi nikmat ke cowok kamu kan". Aku ngangguk, "abis inez juga pengen si om". "tu ma cowok kamu ja kudu berbagi kenikmatan, aku juga mau kalo kamu bagi knikmatan". "Om sukanya ma abege imut kaya inez ya". "Iya nez, yang imut biasanya sexy buat aku". "Bukannya yang bahenol yang sexy". "Ya juga si, tapi kan kudu berimbang, skali2 ma yang bahenol, skali2 ma yang imut kaya kamu, skarang giliran yang imut". "Kok jadi kaya transaksi si om". "Ya enggaklah, aku kan nawarin mo bayarin kamu skola sampe lulus". "Kudu tinggal ma om juga". "Kalo kamu mau, aku tinggal ndirian kok". "Kok ndirian". "Iya, dah pisah dari istri, anak dibawa istri". "Trus om tinggal dimana". "Diatas". "Maksudnya?" "Di apartment atas". Diatas mal itu ada aprtmentnya. "Wah tajir dong om, pantes mo biayain skolah sgala, itu kan jangka panjang om". "Ya gak apa kan, jadi di apartment ada yang nemenin om tiap ari". "Kalo inez nemenin om di apartment, om masi nyari abege laen". "Ya enggaklah, asal kamu udahan juga ma cowok kamu. ntar kamu aku kenalin ma temen2 bisnis aku". "Wah asik tu om, kenalan ma simpanse yang laen", jawabku tertawa. "Gak smuanya simpanse kok". Kebayang kalo aku tinggal ma dia, pasti tiap malem aku dikerjain, kalo temennya ikutan nimbrung bisa di3some tu aku, slama ini aku lon perna ngrasain di 3some. cowokku gak mau share aku ma temen2nya, padahal aku si gak keberatam kalo di 3some juga, pengen ngrasain ja kaya apa udahannya. Maklum deh aku gak da yang ngurus, jadi klakuanku rada liar gitu. Waktu istirahat dah abis, aku balik ke toko lagi. "Ntar kamu bubar jam brapa?" "Napa om". "Aku mo ngajak kamu jalan aja". Aku sebutkan jam aku slesai kerja dan dia meninggalkan aku di toko.

Waktu rasanya berjalan amat lambat, akhirnya sampelah jam bubar aku kerja. Si om dah nunggu aku di toko sebrang. dia masi pake pakean yang sama. "Om mo ngajak inez kemana, inez masi bau gini om, lon mandi". "Yang penting kan cantik, kita blanja keperluan kamu aja, mau kan kamu tinggal ma aku. Senin nanti kita ke skolah kamu lagi, ngurus administrasinya supaya kamu bisa skola lagi". sbenarnya aku dah males skola, asik juga hidup bebas gini, maklum deh masi abege banget jadi masi mendambakan idup yang santai dan banyak duit. "Mangnya inez cantik om?" Banget, sexy lagi". Aku berbunga2 mendengar gombalannya, maklum masi abege, gampang digombalin banget. Aku nurut aja ketika dia membawa kau ke toko pakean, dia membelikan aku sejumlah pakean, buat dirumah, buat santai, yang buat sekolah kebetulan juga ada dijual seragam, lengkap ma dalemannya. "Aku jadi tau deh ukuran branya kamu". "Kecil kan om". "Imut lah, tapi kan sesuai dengan badan kamu, kalo imut tapi tokednya gede kan aneh jadinya, gak imbang". "Om blanjainnya banyak banget si". "Ya kan beli keperluan pakean yang dasar, tinggal ngambil pakean kamu dirumah kan. kamu tinggal ma cowok kamu ya". "Gak om ngekos, makanya kudu kerjakan buat bayar kosnya". "Kamu kos ditempat aku aja, gratis". Dia ngajak aku ke apartmentnya untuk menaruh pakean yang baru dibeli, asik juga apartmentnya, ada 3 kamar tidur, ruang keluarga merangkap ruang tamu nyambung dengan kamar makan, lengkap dengan perabotannya. ada dapur dan tempat jemur pakean . pral;atan dapur dan mesin cucinya juga lengkap. Kamarnya ada kamar mandi didalemnya. "Inez tidur dikamar mana om". "Ya dikamar aku lah, tu blanjaan tinggalin dikamar aja. kita turun lagi beli perlengkapan skolah kamu, kamu prlu laptop segala kan". Wah luar biasa ni orang, dia mau banget ngeluarin duit segitu banyaknya untuk nyenengin aku, aku kudu ngasi imbalan yang asik banget juga ya buat si om. Dia beli perlengkapan sekolah lengkap, trus beliin aku hape dan laptop baru. Seneng banget aku dblanjain kaya gitu. Semua blanjaan itu dibawa ke apartment dan diletakan dikamar satunya, "Ni jadi kamar belajar kamu". Ada colokan buat internet segala, lengkap banget fasilitas apartmentnya, enak banget deh kalo tajir kaya dia, mo apa juga ada. Kita turun lagi ke foodcourt dan nyari makan malem. Kali ini aku ikut dia brosing mo makan apa.

Malam harinya selesai makan kami sanati ja diruang keluarganya. "Om inez bau ni, inez mandi dulu ya". "Ya sana, pake ja tu baju rumah yang tadi baru dibeli, gak usah dicuci dulu juga gak apa kan". Aku mengeluarkan blanjaan, aku masukkan ke lemari pakean yang masi kosong. Lemari pakeannya besar dan hampir penuh dengan pakeannya. Pakeanku gak banyak, jadi aku rapikan di lemari yang masi kosong. Pakeanku dirumah juga gak banyak, lagian dah kjelek2, rencananya aku mo kasikan ma anak jalanan yang suka nongrong deket kosan aku. Yang masi oke cuma ada beberapa. Aku segera melepas semua yang nempel dibadanku. Di kamar mandinya, aku mengisi bakmandinya dengan air panas dan kukasi sabun cair buat berendem. Si om yang ngasi tau. Aku pengen ngerasain kemewahan brendem di bak mandi gitu. Asik juga brendem diair anget yang penuh busa wangi, aku hampir ketiduran, kalo enggak si om masuk kekamar mandi. "Nez, kalo mo bo2 diranjang lah, masak di bak mandi". aku kaget, segera aku menyalakan shower dan membilas badanku. Aku gak perduli si om masi ada dikamar mandi, bentar lagi toh dia bakalan nggelutin aku di ranjang. "Wah bodi kamu asik banget nez, toket imut, jembut masi alus gitu, jadi ngaceng ni aku". "Ya udah om kluar ja dulu, biar inez bebersi dulu". "Ntar pake baju mandi yang ada diblakang pintu aja ya Nez". Dia dah gak sabar banget kayanya ya. Selesai mandi aku melap badanku sampe kering dengan anduk besar yang ada, aku pake baju mandi model kimono, kegedean si, aku gak pake daleman lagi, biar dia bisa langung kalo mo ngegarap aku. Aku jadi horni ndiri ngebayangin kaya apa gedenya kontolnya. Katanya kont0l india ma arab sama gede en panjangnya. wah nikmatnya kemasukan yang gede panjang gitu.

Dia sudah nunggu aku diranjang, cuma pake celana pendek tanpa baju, bulu dadanya yang lebat menambah keseksiannya, lengan dan kakinya juga berbulu. Di selangkangannya ada tonjolan yang kayanya gede banget, dah ngaceng rupanya dia melihat aku bilas dikamar mandi tadi. Aku berbaring disebelahnya, segera saja aku diraih kedalam pelukannya. Bibirnya dengan penuh napsu mulai merambah bibirku dengan ciuman ‘panas’. Kami jadi saling memagut dan berguling-gulingan, lidahnya menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leherku sementara tangannya menyusup kedalam kimono meremas-remas toketku yang imut menyebabkan aku mendesah-desah, suaranya desahanku terdengar sangat sensual. Ikatan kimonoku diurainya sehingga aku langsung berbugil ria dipelukannya, lidahnya langsung menjalar dan meliuk-liuk di pentilku, menghisap dan meremas-remas toketku. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang sudah mulai basah. perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara pahaku. Dengan hati-hati dia membuka kedua pahaku dan mulai mengecup memekku disertai jilatan-jilatan. Tubuhku bergetar merasakan lidahnya. “Agghh.. om.. oohh.. enakk..” Mendengar desahanku, dia semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap memekku dan meremas-remas toketku dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai aku, tubuhku menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tanganku mengusap-usap dan menarik-narik rambutnya. aku semakin membuka lebar kedua kakiku agar memudahkan mulutnya melahap memekku. Kepalaku mengeleng kekiri-kekanan, tanganku menggapai-gapai, semua yang kuraih kucengramnya kuat-kuat. Aku sudah tenggelam dan setiap detik berlalu semakin dalam aku menuju ke dasar lautan birahi. Dia tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuhku. Kontolnya bener2 besar dan panjang yang diliputi dengan jembut yang lebat, jauh banget bedanya dengan kont0l cowokku yang dah rutin aku nikimati, kebayang deh kaya apa nikmatnya kalo yang XL itu ntar kluar masuk memekku. Dia menggumuli aku dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali dia di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, aku tidak tinggal diam, melakukan juga yang sama. Memekku saling beradu dengan kontol XL nya, yang menggesek dan menekan-nekan memekku. Dia kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kontolnya. Dia mengarahkan kontolnya keselah-selah pahaku. “Rileks nez” katanya sambil mengosok-gosok ujung kontolnya dimemekku. "oohh.. aahh” aku tenggelam dalam desahanku sendiri. “Nikmatin aja nez” “Ehh.. akkhh.. mpphh” aku semakin mendesah. “Gitu nez.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”. “Enak nez?” “Ehh.. enaakk om.”desahan kenikmatanku makin keras saja. “Aku masukin ya nez” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.

Dia langsung menekan pinggulnya, ujung kontolnya tenggelam dalam memekku. “Aakhh.. om. eengghh” erangku cukup keras, terasa sekali lubang memekku harus menganga selebar2nya untuk menelan palkonnya yang besar itu, baru palkonnya ja yang nyelip dah penug banget rasanya memekku. sensasinya beda banget dengan kalo cowokku ngentotin aku. Bener kata temen2ku kalo kont0l gede yang masuk asik banget deh. Dia lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat toketku. “Teruss.. om.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass om”, aku meracau. “Aku suka sekali toket kamu nez, imut napsuin banget, pentilnya juga masi imut banget.. mmhh.” “inez juga suka om isep .. ahh”, aku menyorongkan dadaku membuat dia bertambah mudah melumatnya. Aku terayun-ayun gelombang birahi, tanpa sadar aku mulai meremas-remas toketku ketika pentilku diemutnya, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya. Dia tahu kalo aku sudah pada situasi ‘point of no return’, ia merebahkan badannya
menindihku dan memelukku seraya melumat mulut, leher dan telingaku. Dia menekan pinggulnya, kontol XLnya melesak masuk ke dalam rongga memekku. “Auuwww.. om.. sakiitt” jeritku. Maklum deh baru sekali ini memekku ditrobos kont0l XL kaya dia punya ini.
Kalo kemasukan kont0l cowokku si gak apa. “Rileks nez.. supaya enak nanti” bujuknya, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
seluruh kontolnya akhirnya terbenam di dalam rongga kenikmatanku. Beberapa saat dia tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya toketku kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya.

Perlakuannya membuat birahiku terusik kembali, aku mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuhnya mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tanganku. Dia memahami sekali keadaanku, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging toketku yang dihiasi pentil kecil kemerah-merahan. “Uhh.. ohh.. om” desahku kenikmatan, kaki kubuka lebih melebar lagi. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya. “Agghh.. ohh.. terus om” aku meracau merasakan kontolnya yang berputar-putar di memekku. kepalaku tengadah dengan mata terpejam, pinggulku turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon dia tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kontolnya.
“Aaauugghh.. sshh.. om.. ohh..” aku tak kuasa lagi menahan luapan
kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutku. Pinggulnya yang turun naik makin cepat dan kakiku terbuka makin lebar untuk memberi kesempatan kontolnya kluar masuk makin ambles di memekku. “Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala kontolnya ambles semuanya dimemekku. aku memekik, “Adduuhh.. om.. nikmat sekalii”. Aku terbuai dalam birahi yang menggebu-gebu.
“Nikmati nez.. nikmati sepuas-puasnya”. “Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak om”. “Memekmu enaakk sekalii nez, peret banget, kerasa banget kedutannya.. uugghh”. "Kan baru sekali kemasukan kont0l raksasa om, sampe penuh deh mem3k inez kesumpel kont0l om". "Kamu nikmat kan". "Banget, mau banget kalo om ngentotin inez tiap malem, nikmatnya...." aku menjadi lebih agresif, pantatku bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantatnya. “Enaak nez.. terus goyang.. uhh.. eenngghh”. merasakan goyanganku dia semakin mempercepat hujaman-hujaman kontolnya. “Ahh.. aahh.. om.. teruss..” pekikku.
Semakin liar kami bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh kami. “om.. tekan.. uuhh.. inez mau ke.. kelu.. aarrghh” erangku. Dia Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh kami berdua pun mengejang. Gema erangan kenikmatan kami memenuhi seantero kamar dan kemudian kami berdua
terkulai lemas. Terasa sekali semburan pejunya yang dahsyat memenuhi memekku, saking banyaknya sampe meleleh keluar, padahal kontolnya masi tertancep dalem skali dimemekku. "Om, nikmatnya, blon pernah inez ngerasain nikmet kaya gini om, masi ada ronde kedua kan om". "Wah napsu kamu gede juga nez, so pastilah kita maen lagi, kamu istirahat dulu ja".

Cukup lama aku terlena sampe aku merasakan ada hembusan angin dimemekku. Dia berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kakiku. Mulutnya mengulum-ngulum mem3k dan itilku. tak lama kemudian dia meletakan kedua tungkai kakiku dibahunya dan kembali menyantap ‘segitiga venus’ yang semakin
terpampang dimukanya. Tak ayal lagi aku berkelojotan diperlakukan seperti itu. “Ssshh.. sshh.. aahh” desisku. “Oohh.. om.. nikmat sekalii. Gigit.. om, Auuwww.. pelan om gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda diriku satu tanganku mencengkram kepalanya, tanganku lainnya meremas-remas toketku sendiri serta memilin pentilku. Beberapa saat kemudian kami berganti posisi, aku yang berlutut di lantai, tanganku mengocok-ngocok kontolnya, sekali-kali kujilat bagai menikmati es krim. “Jilat.. nez” perintahnya tegas. Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat kontolnya yang besar dan sudah keras membatu itu, dia mendesah-desah merasakan jilatanku. “Aaahh.. nez.. jilat terus.. nngghh” desahnya. “Jilat kepalanya nez” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak. lidahku berputar dipalkonnya membuat dia mendesis desis. “Ssshh.. nikmat sekali nez.. isep sayangg.. ” pintanya disela-sela desisannya. palkonnya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, dia meringis. “Jangan pake gigi nez.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini diamendesis nikmat. “Ya.. gitu .. sshh.. enak.. nez” Melihat dia saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika
sebagian kontolnya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, aku mengocok-ngocok kontolnya yang separuhnya berada dalam mulutku.Setiap gerakan kepalaku sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi dia. “Aaahh.. aauugghh.. teruss nez” desahnya, “Ohh.. nez.. enakk sekalii”. Suara desahan dan erangannya membuat aku tambah bernafsu melumat kontolnya. Beberapa saat kemudian dia mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kontolnya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kontolnya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kontolnya seperti dikocok-kocok. Dia bertambah beringas mengeluar-masukan
kontolnya. “Aaagghh.. nikmatt.. nez.. aku.. ngga tahann.. masukin ya” pintanya.

Aku menyudahi lumatanku dan beranjak keatas, berlutut diranjang dengan pinggulnya berada diantara pahaku, tanganku menggapai kontolnya, kuarahkan kemulut memekku dan kubenamkan. “Aaagghh”, kami sama2 melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif kami masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya aku mulai menggerakan pinggulku mundur maju, karuan saja dia mengeliat-geliat merasakan kontolnya diurut-urut memekku. Sebaliknya, kontolnya yang ngaceng dengan keras banget kurasakan mengoyak-ngoyak dinding dan lorong memekku. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala kami sedang dirasuk kenikmatan duniawi. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas, kamipun saling memagut, lidahnya menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku. Dia agak membungkuk sehingga bisa melahap pentilku sambil memilin2 pentil toket satunya. “Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan. “Teruss.. om.. aakkhh”

Dia terus saja menjilat dan menghisap telingaku. aku makinmerasakan kontolnya yang besar dan keras dan hangat didalam rongga memekku. Dia kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kontolnya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kontolnya dirongga memekku kembali
menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar. “Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk om.. empphh” desahku tak tertahan. “Ohh.. nez.. enak banget memekmu.. oohh” pujinya diantara lenguhannya. “Agghh.. terus om.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya
hujaman-hujaman kontolnya di memekku. Peluh-peluh birahi kembali menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kontolnya terus saja menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya. “oohh.. tekan om.. agghh.. nikmat sekali ” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku. Tubuhku mengejang, kupeluk dia erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan
cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung memekku.
Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama.

Beberapa menit kemudian dia mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat
mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali memekku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi dia sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. “Aauugghh.. om” jeritku lirih, saat palkonnya melesak masuk kedalam rongga memekku. Dia menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan palkonnya dalam kehangatan liang memekku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukannya. “Ooohh.. om. sshh.. aahh.. enakk,” desahku lirih. Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di memekku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis. “Enak.. nez?” tanyanya berbisik. “He ehh om.. oohh enakk.. pm.. sshh”. Dia terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kontolnya dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba dia menekan kontolnya lebih dalam membelah memekku. Aku begitu
menginginkan kontolnya trus mengaduk-aduk seluruh isi rongga memekku. “Aaargghh.. nez.. enak banget.. terus nez.. goyang terus” erangnya. Tubuhku kembali bergetar hebat, saat batang kontolnya makin menusuk dengan liarnya. "Om lama banget si ngentotnya, inez dah lemes banget om". "Kalo kedua memang aku sukanya lama gini, tapi nikmat kan". "Bangetz om, cuman lemesnya juga bangetz". "Ya udah kamu nikmatin aja ya", katanya sambil kembali mencium bibirku, kali ini lembut. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam memekku kembali akan meledak,
“Aaagghh.. ouuhh.. om.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggulnya kuat-kuat, kutarik agar kontolnya menghujam keras dimemekku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan kami menjadi satu.
“Aduuhh.. om.. nikmat sekalii”. “Aaarrghh.. nez.. enakk bangeett”
Dia menekan dalam-dalam kontolnya mereka, cairan hangat menyembur dimemekku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dimemekku dan akhirnya kami terkulai lemas.

Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan.

Diduain Satpam dan Temannya

Malam itu Dewi sendirian menonton TV diruangan keluarga, suaminya belum kembali dari tugas luarkotanya, sementara Doni sedang pergi kerumah temannya, malam ini Dewi mengenakan daster 1 tali berwarna pink dengan belahan berbentuk V dibagian dadanya sehingga belahan payudaranya putih mulus terlihat dengan jelas, kedua putingnya terbayang dengan jelas dari balik dasternya, sementara bayangan hitam di selangkangannya terlihat dengan jelas dari balik dasternya yang berbahan satin dan agak tipis itu.

Sayup-sayup Dewi mendengar suara ketukan dipintu rumahnya, dengan sedikit malas Dewi beranjak dari tempat duduknya menuju kepintu depan untuk melihat siapa yang datang, sesampainya di depan pintu Dewi membuka kunci pintu dan membukanya, ternyata Sugito (Baca: Dewi - Sugito Satpam Perumahannya) dan temannya yang datang.

“Ada apa, pak Sugi?” Dewi bertanya maksud kedatangan Sugito.

“Ini, Bu, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu,” Sugito memohon maaf atas kedatangannya malam-malam.

“Ini, teman saya Parmin sedang ada sedikit masalah dengan keuangan, siapa tahu ibu bisa membantunya,” lanjut Sugito menjelaskan kedatangannya.

“Oh, untuk apa dan berapa banyak, “ Dewi bertanya kembali

“Gak banyak kok, Bu, si Parmin ini butuh 500ribu untuk ngongkosin istrinya pulang kampong karena orang tua istrinya sakit, “ Sugito kembali menjelaskan

“Oh, kalau segitu sich ada, ayo masuk dulu pak, saya ambilkan uangnya” Dewi berkata kepada mereka.

Sementara Dewi masuk kedalam kamarnya untuk mengambil uang, Sugito dan Parminpun masuk kedalam rumah Dewi, merekapun duduk diruang tamu menunggu Dewi kembali.

Tak lama berselang Dewi kembali dari dalam, lembaran uang terlihat digenggaman tangannya.

“Ini pak uangnya, mudah-mudahan cukup untuk ongkos istri bapak,” Dewi berkata kepada Parmin sambil menyerahkan uangnya.

“Terima kasih banyak, bu, atas bantuannya,” kata Parmin.

“Sama-sama, Pak,” kata Dewi.

“Oh iya Bu Dewi, ada satu lagi, saya hampir lupa menyampaikannya,” Sugito berkata kepada Dewi.

“Apa tuch, pak Sugi,” Dewi bertanya kepada Sugito.

Bukan menjawab pertanyaan Dewi tapi malahan Sugito tersenyum dengan penuh arti, tingkahnya ini membuat Dewi menjadi bingung.

“Ini pak Sugi, ditanya malah tersenyum,” Dewi mengomel melihat tingkah Sugito.

Dengan senyuman yang tetap tersungging di wajahnya, Sugito menghampiri Dewi yang sedang berdiri didekat Parmin, kemudian dengan gerakan yang cepat tubuh Dewi dipeluknya dan mulutnya memagut bibir Dewi yang saat itu terbuka karena terperangah atas tindakan Sugito, sementara itu Parmin tanpa perlu diperintah langsung menutup pintu depan rumah Dewi dan menguncinya, setelah itu iapun ikut memeluk tubuh Dewi dari arah belakang.

Dewi betul-betul terkejut mendapat serangan seperti ini dari mereka berdua, apalagi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa kedua orang ini akan menyerang dia.

“Hmmmhhhh….hmmhhhh….” Dewi menggumam sambil berusaha berontak dari sekapan Sugito dan Parmin, tapi apa daya tenaga Dewi tidak dapat menandingi kedua orang ini, Dewipun tidak dapat berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh mulut Sugito.

“Sssstttt….tenang Bu, jangan berteriak, kita akan buat ibu merasakan surga dunia,” Parmin berbisik ditelinga Dewi.

“Hmmhhhh…hmmmhhh…,” Dewi tetap meronta-ronta sambil bergumam.

“Sssttt….gak usah takut Bu, bukannya kemaren ini malah ibu yang minta dipuasin ama siGito,” kembali Parmin berbisik ditelinga Dewi.

“Sekarang ini bukan hanya si Gito yang bakalan muasin ibu, tapi saya juga akan muasin ibu, dijamin pasti ibu ketagihan nantinya, “ lanjut Parmin sambil kedua tangannya mulai beraksi, tangan kirinya mulai meremas kedua belah payudara Dewi, sementara tangan kanannya mulai meluncur kebawah keselangkangan Dewi dan mulai mengelus-ngelus lembah kenikmatan Dewi.

Sementara Parmin asyik bergerilya ditubuh Dewi, Sugito asyik mencumbu Dewi, serangan kedua orang ini akhirnya membuat pertahanan Dewi runtuh, rontaan-rontaannya berhenti, pagutan Sugito sekarang dibalasnya dengan penuh nafsu, gumamannya berubah menjadi desahan-desahan.

“Nah, gitu Bu, kita jamin kok, ibu bakalan ketagihan sama kita berdua,” Parmin berbisik lagi, sambil menjilati telinga Dewi, sementara kedua tangannya semakin menjadi-jadi beraksi ditubuh Dewi.

Kedua tangan Sugito mulai beraksi di tali daster Dewi, diturunkannya kedua tali daster Dewi dari bahu Dewi perlahan-lahan menuruni kedua tangan Dewi, Kedua bukit kembar Dewi perlahan-lahan mulai terlihat oleh mata Sugito, aksi Sugito ditingkahi oleh Parmin dengan memegangi pundak Dewi yang sudah telanjang dan menciuminya, membuat Dewi menggelinjang kegelian karena merasakan kumis Parmin bergesekan dengan kulit pundaknya, Sugito terus menurunkan tali daster itu sampai terlepas dari tangan Dewi sehingga membuat tubuh bagian atas Dewi terpampang dengan jelas, tidak berhenti sampai disitu saja, daster yang sudah setengah jalan itu dia turunkan terus sehingga kekaki Dewi, sehingga lembah kenikmatan Dewi yang tertutupi oleh semak-semak hitam terlihat dengan jelas oleh Sugito.

Sugito dengan penuh nafsu mulai menciumi, menjilati dan menghisap-hisap lubang kenikmatan Dewi, slrrpppp…sslrpppp…..terdengar bunyi hisapan-hisapan Sugito di kemaluan Dewi, ditimpali oleh desahan-desahan Dewi, tubuh Dewi semakin menggelinjang mendapat serangan atas-bawah dari kedua orang ini.

“Ooohhhh…..sssshhhhh…aaagghhhh……” lenguhan dan desahan keluar dari mulut Dewi….

“Hmmmmhhh…ssllrrppp…enaaakkk..meki bu Dewi nich, harum…,” gumam Sugito sambil asyik menjilati dan menghisap-hisap meki Dewi.

“Tubuhnya juga harum, dan ini toketnya…hhhmmmm…ranum betul….,” Parmin ikut mengomentari, sambil kedua tangannya asyik meremas-remas toket Dewi, sementara mulutnya bergerilya menciumi telinga, tengkuk, dan leher Dewi…

Sementara itu Sugito semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tapi sekarang jari-jari tangannya mulai beraksi dilubang kemaluan Dewi, pertama hanya jari tengahnya saja yang Sugito masukkan kedalam lubang kemaluan Dewi dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknyapun ikut keluar masuk di meki Dewi, membuat meki Dewi semakin basah oleh cairan kenikmatannya, desahan dan lenguhan Dewi semakin menjadi-jadi, gelinjangan tubuh Dewipun menggila, kelihatannya Dewi akan segera mencapai puncak kenikmatannya, terlihat kedua tangan Dewi meremas-remas kepala Sugito, sementara kepala Dewi bergerak liar kekanan dan kekiri, pantatnya kadang-kadang ditekan kebawah menyambut sodokan-sodokan jari tangan Sugito, merasakan gerakan tubuh Dewi yang semakin tak beraturan Parmin mengalihkan ciuman-ciumannya ke payudara Dewi, kedua payudara dan puting susunya bergantian dihisap dan dijilati oleh Parmin, tangan kirinya memeluk punggung Dewi sementara tangan kanannya bergantian meremas-remas payudara Dewi.

“Ooogghhhh…..aaaagghhhhh…aaakhhuuu…gaakkk..tahan laagiiii….,,oohhh…aku keluaarr… sssshhhh aaaacchhh,” Dewi melenguh dan mendesah saat mencapai puncak kenikmatannya.

Ssseerrrr……ssseeeerr…..lahar kenikmatan Dewi menyembur dari lubang senggamanya…Sugito merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi, tanpa segan-segan Sugito menghisapnya dalam-dalam…semua cairan kenikmatan Dewi tertelan oleh Sugito…tubuh Dewi mengejang menikmati pencapaian puncak kenikmatannya ini.

Setelah ombak kenikmatannya mereda, Dewi mengajak Sugito dan Parmin untuk meneruskan aksi mereka diruang tidurnya, sesampainya ditempat tidur Dewi berduduk dipinggir tempat tidur dan menyuruh kedua orang itu untuk membuka pakaian yang mereka kenakan, Dewi terperangah saat melihat tubuh telanjang Parmin, konti Parmin ternyata lebih besar dari punya Sugito sementara panjangnya hanya lebih panjang sedikit dari punya Sugito.
Melihat konti Parmin yang sudah ngaceng tanpa sabar lagi Dewi segera meraih konti Parmin itu dan mulai menciumi, menjilati dan mengulum-ngulumnya, lenguhan dan desahan Parmin bersahutan dengan decakan mulut Dewi yang sedang asyik bermain dikontinya.

Melihat Dewi mulai beraksi dengan konti Parmin, Sugito tidak mau membuang waktu lagi, didorongnya tubuh Dewi sehingga Dewi terlentang diatas tempat tidur, sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang Dewi tidak mau melepaskan pegangan dan kulumannya di konti Parmin, sehingga membuat Parmin sedikit kelabakan mengikuti tarikan tangan Dewi di kontinya, dengan bertumpu diatas kedua lututnya Parmin bersujud disamping kepala Dewi, sementara tangannya mengangkat kepala Dewi dan menahan posisi kepala Dewi sehingga Dewi dengan leluasa bermain dikontinya.

Sugitopun segera beraksi dengan mengangkangkan kaki Dewi, diselipkannya kepala kontinya dibelahan bibir kemaluan Dewi, slleeeppp….dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan kontinya, konti Sugito mulai merangsek masuk kedalam lubang kemaluan Dewi…. Bleeessss…..ssrrrttttt….blleeesss….sssrtttt…..akhi rnya konti Sugito terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Dewi.

Saat lesakan konti Sugito di dalam lubang kemaluannya Dewi merasakan kenikmatan yang sangat, lenguhannya terdengar ditengah-tengah suara kulumannya dikonti Parmin, sementara matanya merem-melek merasakan kenikmatan gesekan konti Sugito dimekinya.

“ssllruppp…hhhmmmhhh…aaaagghhhh…..sssshhsss…sssllr rpppp….ooohhh….hhhmmmm,” Dewi melenguh saat merasakan konti Sugito mulai menerobos lubang kenikmatannya sambil mengulum-ngulum konti Parmin.

Sugito mulai memaju-mundurkan kontinya, ssssrrrttt….bleeesss…..sssrttttt….bleeesssss… konti Sugito mulai keluar masuk di meki Dewi, Sugito bergerak dengan perlahan-lahan ia ingin betul-betul merasakan geseran dinding vag†na Dewi di batang kontinya, lama-lama ritme gerakannya mulai meningkat, seiring dengan memuncaknya nafsu birahi Sugito.

Biarpun kali ini untuk kedua kalinya Sugito merasakan jepitan meki Dewi dikontinya, tapi Sugito merasakan meki Dewi betul-betul sempit, sempitnya lubang kenikmatan Dewi membuat Sugito merem-melek, lenguhan dan dengusan terdengar dari mulutnya, bersahutan dengan lenguhan dan desahan Dewi dan Parmin yang juga sedang sama-sama menikmati persetubuhan ini, sementara Dewi betul-betul merasakan kenikmatan senggama yang baru.

Baru sekali ini Dewi merasakan mulut dan mekinya penuh dengan konti secara berbarengan, tak lama berselang saat Dewi sedang asyik-asyiknya merasakan kedua konti itu keluar masuk di mulut dan di mekinya, Sugito menghentikan gerakannya dan mencabut keluar kontinya, kemudian Dewi melihat Sugito merangkak keatas tempat tidur lalu duduk bersandar disandaran tempat tidur lalu Sugitopun mengangkangkan kakinya.

“Aku udah mau keluar…tapi aku ingin ibu memuaskan kontiku dengan mulut ibu, Min, giliranmu sekarang menggenjot meki ibu tuch,” kata Sugito sesaat setelah ia duduk bersandar.

Mendengar itu Parmin menarik kontinya yang sedang berada digenggaman tangan dan dikuluman mulut Dewi, Parmin menarik bangun Dewi dan menyuruh Dewi untuk merangkak, dan Parmin mengarahkan kepala Dewi tepat berhadapan dengan konti Sugito, ditekannya kepala Dewi sehingga kepala konti Sugito bersentuhan dengan mulut Dewi, Dewi mengerti keinginan mereka, kemudian Dewi mulai membuka mulutnya dan mulai mengulum-ngulum konti Sugito, Sugito mulai mengerang-ngerang merasakan hisapan dan kuluman mulut Dewi dikontinya, sementara itu Parmin mulai beralih kebelakang Dewi dan mulai mengarahkan kontinya kelubang meki Dewi, diselipkannya kepala kontinya di bibir vag†na Dewi, dan perlahan-lahan Parmin mulai mendorong masuk kontinya.

Sleeepppp….bleessss…. konti Parmin yang lebih besar ukurannya dari punyanya Sugito mulai menerobos masuk kedalam lubang vag†na Dewi.

“Uuggghhhh…..peelaaannn….hhmmmhhh…ssshhhh…ssssllrr rpppp..,” Dewi melenguh saat konti Parmin mulai melesak masuk, ia merasakan mekinya seperti robek saat konti Parmin mulai melesak masuk itu.

Mendengar itu Parmin mendiamkan gerakannya, ia memberikan kesempatan kepada lubang vag†na Dewi untuk beradaptasi dengan ukuran kontinya, beberapa saat kemudian dengan sekali sentakan Parmin menekan kontinya dalam-dalam dilubang vag†na Dewi, perbuatannya membuat Dewi menjerit, tapi yang terdengar dari mulut Dewi hanya gumaman saja karena gerakan Parmin tadi membuat tubuhnya terdorong kedepan dan akibatnya konti Sugito masuk hampir seluruhnya kedalam mulut Dewi.

“Hhhhmmppphhhh……sssssllrrrpppppp..”Dewi menjerit tertahan.

Dewi merasa mekinya seperti sobek, tapi ia juga merasakan kenikmatan yang sangat, Dewi merasakan denyutan di batang konti Parmin yang terjepit erat oleh dinding vag†nanya, dan ia sendiri merasakan otot dinding vag†nanya berdenyut juga.

Dewi mulai merasakan Parmin dengan perlahan-lahan menarik kontinya…gesekan batang konti Parmin didinding vag†nanya membuat Dewi merem-melek karena kenikmatan yang sangat, sementara karena gerakan menarik Parmin membuat tubuh Dewipun tertarik kebelakang dengan sendirinya mulutnya mulai bergerak juga, konti Sugito yang hampir terbenam semuanya didalam mulutnya perlahan-lahan mulai keluar sedikit-demi sedikit dari kuluman mulut Dewi, kemudian Parmin mulai mendorong kembali kontinya masuk kedalam lubang senggama Dewi sehingga membuat konti Sugito mulai melesak masuk lagi kedalam mulut Dewi, Sugito merasakan kenikmatan yang luarbiasa saat kontinya tergesek-gesek oleh mulut Dewi, lenguhan-dengusan dan desahan dari mereka bertiga kembali terdengar, keringatpun mulai mengalir keluar dari tubuh mereka.

Gerakan maju-mundur Parmin mulai tidak beraturan, sementara pantat Sugitopun semakin terangkat, kedua tangannya memegangi kepala Dewi, tubuhnya mengejang, Dewipun mulai merasakan hal yang sama dengan Sugito dan Parmin, puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka hampir mereka raih, lenguhan dan desahan Dewi semakin sering terdengar, kepala Dewi semakin cepat naik turun dan tidak seirama lagi dengan gerakan maju mundur Parmin, sementara Dewipun mulai menggerakkan pantatnya untuk menyambut sodokan Parmin.
Akhirnya puncak kenikmatan itu mereka raih hampir berbarengan, dimulai dengan Sugito yang melenguh panjang lalu Dewi dan terakhir Parmin yang melepaskan lahar kenikmatannya.

“Ooohhhhh…..aaaakkuuuu….keeellluaaaarrr….,’ Sugito melenguh panjang.

Creeeetttt…..ccccreeeetttt…cccreeet….. konti Sugito menyemprotkan cairan kenikmatannya di mulut Dewi, disambut dengan lenguhan Dewi yang juga merasakan puncak kenikmatannya.

“Akkhuuuu…juuuggaaa….ooohhhhh…sssssllrppppp….sslll rpppp….,” Dewipun melenguh sambil menelan sperma Sugito yang keluar dalam mulutnya.

Sssseeerrr….ssseeerrr….ssseerrrr….. vag†na Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Parmin merasakan semburan hangat dibatang kontinya.

“Akkuuuu….kheeellluaaaarr….juuggaaaa….aaaaggghhhh… .eeenaaakkk ssekalii…,” lenguhan Parmin terdengar merasakan puncak kenikmatannya.

Creeeettt….creettt…creettt…..konti Parmin menyemburkan lahar kenikmatannya didalam lubang vag†na Dewi, Dewi merasakan kehangatan sperma Parmin didinding vag†nanya.

Nampak tubuh mereka bertiga mengejang menikmati puncak kenikmatan dari persetubuhan ini. Setelah badai nafsu mereka mereda serta tetesan terakhir dari lahar kenikmatan mereka telah menetes, akhirnya tubuh merekapun terkapar kelelahan, nafas mereka terlihat masih memburu, mata mereka terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka raih.


story by:
shirogane

Bukan Model tapi ...(lanjut)















 


Bukan Model tapi ...





















Paling Populer Selama Ini