5/21/2011

Polisi Impian

Aku tinggal di daerah Sawojajar di Kota Malang Jawa Timur. Pekerjaanku sehari-hari sebagai seorang sopir sekaligus sebagai buruh bongkar muat juga. Karena pekerjaan keras inilah yang membuat tubuhku menjadi sehat dan terentuk, sehngga tidak perlu lagi pergi ke fitness centre.


Pada suatu hari, aku disuruh oleh bosku untuk mengantarkan barang pesanan, karena barang yang diantar tidak terlalu banyak, maka aku berangkat seorang diri. Alamat yang dituju juga tidak terlalu jauh, sebuah kompleks perumahan sederhana yang cukup nyaman untuk ditempati.

Aku berhenti di depan sebuah rumah yang ditunjukan sesuai dengan alamatnya. Terlihat sebuah sosok laki-laki berseragam polisi datang menyambutku. Umurnya sekitar 35 tahunan, dengan seragamnya yang ketat, terlihat sekali kalau dia rajin berolah raga, tubuhnya tidak terlalu kurus maupun gemuk, tidak terlihat sedikitpun adanya tonjolan lemak di sekitar pinggangnya, benar-benar tubuh yang ideal yang kudambakan selama ini. Terlebih lagi, kulitnya yang berwarna sawo matang agak gelap, benar-benar membuat jantungku berdebar tidak karuan.

Dia menyapaku, "Ngantarin barang ya mas? Taruh aja di ruang tamu". Suaranya terdengar tegas di telingaku, bagaikan sedang menyapa seorang bawahan. Dalam hatiku berkata "Yah, maklumlah aku ini kan hanya supir". Saat kami saling bertatapan mata, aku melihat sorot matanya yang tajam seakan-akan memendam suatu kebencian. Aku tidak berani menatap matanya lagi. Segera kuangkat barang yang kubawa satu per satu. Kuamati rumahnya sepi sekali, mungkin dia tinggal sendiri kali. Sesekali aku tergiur untuk melihat lagi sekilas tubuhnya yang aduhai. Dia agaknya tahu kalau aku terkadang curi pandang. Tetapi entah kenapa aku juga merasa kalau dia juga memperhatikan aku. Apa mungkin dia tahu kalau aku ini gay? Apakah gerak-gerikku terlalu mencurigakan? Pdahal selama ini aku berusaha untuk menutup-nutupi identitasku. Setelah selesai aku segera berpamitan.

Selama beberapa hari, wajah dan bentuk tubuhnya itu terekam jelas dalam ingatanku. Jujur saja, aku selalu membayangkan dia saat aku beronani. Aku tidak bisa melupakannya, aku berharap kalau-kalau dia gay, seandainya dia itu mau menjadi pacarku, alangkah bahagianya, serasa tidak sia-sia aku menjalani hidup.

Seminggu setelah itu, menjelang sore aku disuruh bosku untuk mengantar barang ke tempat Bp. Mohan ke kompleks perumahan yang sama tapi tanpa alamat yang jelas. Kutanyakan alamat pastinya kepada bosku, dan bosku menjawab "Kata Pak Mohan, kamu dulu sudah pernah kirim ke tempat dia, dia sendiri yang bilang kalau kamu pasti masih ingat rumahnya". Dalam hatiku, aku bertanya-tanya apakah mungkin pak polisi yang dulu itu? Walau aku masih belum pasti, aku langsung nekat saja ke rumah pak polisi itu.

Kuketuk pintu rumahnya, selang beberapa saat dia membukakan pintu. Kali ini, dia lain, dia duluan yang tersenyum padaku. Dengan nada ragu-ragu aku menanyakan apakah benar dia yang bernama pak Mohan. Dan dengan sopan pula dia mengiyakan pertanyaanku, tidak salah alamat pikirku. Dia masih mengenakan seragam polisinya yang ketat itu, dan ikut membantuku mengangkat barang bawaanku. Selesai sudah kerjaanku hari ini, aku berencana langsung berpamitan, tapi tak disangka, dia menawariku secangkir kopi. Aku pikir tidak ada salahnya kalau santai sebentar setelah hari kerja, lagipula kantorku sudah tutup. Aku duduk di ruang tamu sambil melihat-lihat perabotan. Tak lama kemudian, Pak Mohan keluar dengan membawa 2 cangkir kopi.

Tegukan kopi pertama benar-benar melepaskan dahagaku, begitu pula dengan Pak Mohan, dia langsung menghela napas untuk melepaskan rasa lelahnya. Dia lalu melepas seragamnya, bekas keringat yang membekas di sekitar punggung, dada dan ketiak masih terlihat basah melekat di pakaian dalamnya yang berwarna coklat. Rambut dan keningnyapun agak sedikit basah terkena keringat. Aroma keringat tubuhnya yang khas tapi tidak menyengat, sempat tercium olehku. Ahh, aku sudah tidak tahan lagi menghadapi semua ini, kontolku sempat bereaksi, walau belum maksimal tapi kelihatan ada tonjolan di celanaku. Aku pura-pura membersihkan kotoran yang menempel di celanaku untuk membuat kontolku agak kendor sedikit. Pak Mohan memperhatikan gerak-gerikku sambil tersenyum. Jadi malu aku dibuatnya.

Dia memandangku agak lama, aku jadi salah tingkah. Dia berkata "Dik, aku suka kamu". "Dari dulu aku suka sekali kalau melihat laki-laki putih seperti kamu. Tak ada petir maupun badai, aku terkejut mendengarnya. "Saya sengaja memesan barang ini supaya bisa ketemu kamu," katanya. Dengan rasa deg-degan juga, aku menjawab, "S...Saya juga pak". Dia mendekatiku, dan duduk di sampingku. Kami saling bertatap muka sebentar, perlahan2 dia mendekatkan bibirnya padaku. Kami saling berciuman dengan mesra, lepas seperti tanpa ada penghalang. Caranya mencium seperti melepaskan birahi yang terpendam sudah sejak lama. Benar-benar sebuah ciuman yang nikmat sekali. Sambil sesekali dia gigit bibirku, dia serasa tidak mau melepaskan bibirnya yang melumat bibirku, sedikitpun. Aku sempat kehabisan napas.

Dia kecup keningku, lalu disambarnya telingaku. Geli rasanya, terlebih lagi terdengar suara yang keluar dari mulutnya yang membuat bulu kudukku berdiri. Kucium pipinya, lalu kusambar pula telinganya. Dia mendesah, kukecup lehernya beberapa kali, dengan susah payah tanganku berusaha membuka kaos coklatnya yang ketat dan basah oleh keringat. Tapi susah sekali.
Akhirnya dia membuka kaosnya sendiri, dan spontanitas akupun berbuat hal yang sama. Terbelalak mataku melihat badannya yang kekar. Dadanya yang lebar dan bidang, perutnya yang kotak, pinggang yang tak ada lemaknya. Otot bisep dan trisepnya kelihatan besar, dengan sedikit kelihatan urat-urat yang menonjol. Kulitnya yang sawo matang agak gelap membuatnya kelihatan lebih seksi dan macho.

Dia menuntunku menuju ke kamarnya. Tanpa membuang waktu lagi, kucium bibirnya sekali lagi. Kujilati perlahan-lahan dadanya yang kecoklatan itu tak bersisa. Keringatnya yang sudah agak kering terasa agak asin di lidahku, tetapi aku tidak peduli, birahiku sudah tak tertahankan lagi. Pak Mohan kembali mendesah saat putingnya kusedot. Dia berkata, "Gigit, gigit yang keras". Mendengar permintaan itu, aku langsung menggigit dan menyedot kulitnya persis di bawah puting. Bagaikan menggigit coklat sedikit demi sedikit. Dia mengelijang dan mendesah berulang kali sambil memegang kepalaku. Tak puas hanya dengan satu putingnya saja, aku beralih melakukan hal yang sama pada puting sebelahnya.

Kemudian aku meminta Pak Mohan untuk tidur terlentang dengan kepala beralaskan kedua tangannya. Dalam posisi seperti itu, kelihatan sekali bentuk tubuhnya V-Shaped. Bulu ketiaknya yang tipis, aroma deodorant yang ia pakai, membuatku bertambah nafsu. Tanpa disuruh lagi, kugigit mesra kedua ketiaknya, sambil sesekali kujilat dengan lidahku.

Setelah puas dengan ketiaknya, aku bermain2 di daerah perutnya. Kotak demi kotak dari otot perutnya menjadi sasaran empuk lidahku. Rambut-rambut tipis yang ada di bawah pusarnya, kutarik2. Aku sudah tidak sabar lagi untuk melihat kontol Pak Mohan. Segera kulepaskan sabuknya yang besar dan kubuka resleting celananya. Aroma kejantannannya tercium olehku. kontolnya sudah membesar dengan kepala sudah menonjol ke luar. Celana dalamnya sudah tidak kuat lagi menahannya. Kulihat cairan precum sudah menetes bagaikan embun di pagi hari.

Kutarik celana panjang dan celana dalamnya dengan paksa. Kini sudah tidak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya. kontolnya berwarna coklat, lebih gelap sedikit dari warna tubuhnya. Terlihat ada urat-urat yang menonjol di bagian batang. Diameternya cukup besar, panjangnya +/- 15 cm. Bulu-bulu jembutnya dicukur rapi.

Kujilat cairan precum yang keluar dari lubang kencingnya. Pak Mohan mendesah. Lalu kumasukan batang kontolnya ke dalam mulutku sampai habis. Dia mengelijang sambil menjambak rambutku, "Terus dik, jangan berhenti," katanya. Kunikmati kontol pak Mohan itu di mulutku. Benar-benar nikmat sekali rasanya. Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini begitu saja. Tidak gampang mencari orang yang benar-benar sesuai kriteriaku, seperti pak Mohan ini, makanya aku harus puas2 menikmatinya. Tingkah laku pak Mohan yang mengelijang bagai orang kerasukan tidak membuatku melepaskan kulumanku. Kemudian kusedot buah pelirnya yang hitam itu secara bergantian.

Kumainkan lubang kencingnya dengan ujung lidahku. Pak Mohan kembali mendesah,"Dik, aku sudah tidak tahan". Dan "Ahh....." crot... crot... Air maninya membasahi mukaku. Napas Pak Mohan tersengal-sengal " Ahh...Ahh...". Pak Mohan kemudian bangun dan menjilati air maninya yang menempel di mukaku sambil sesekali kali menciumku.
"Belum pernah aku merasakan yang seperti ini," katanya. Dan akupun menjawab, "Aku juga pak, belum pernah aku bertemu dengan orang yang seganteng Pak Mohan, bapak adalah pria idamanku". Dia tersenyum padaku. "Ayolah, panggil saja aku mas, aku belum setua itu kan?" katanya mengeledek.

Walaupun mas Mohan sudah ejakulasi, tapi rasanya aku masih belum puas menikmati tubuhnya. Aku meminta Pak Mohan untuk tidur telungkup. Dia agak terkejut mendengar permintaanku, tapi dia menurut saja. Mungkin dia masih ketagihan lagi. Kutindih punggungnya dengan badanku, kurasakan panas tubuhnya sedikit demi sedikit menyatu dengan panas tubuhku. Kukecup telinganya dari belakang. Kembali lidahku menari2 menjelajahi bagian punggungnya, sesekali kukecup dan kugigit kulit coklatnya sampai memerah. Tak ada bagian yang luput. Punggungnya benar-benar seksi. Lekuk2 ototnya benar-benar membuatku kembali bergairah. Pak Mohan tidak bisa berbuat banyak selain menghela napas dan mendesah.

Setelah itu keremas2 pantatnya dengan gemas. Kugigit pantatnya dengan penuh napsu, pak Mohan mengelijang kesetanan. Aku bermain2 dengan pantatnya cukup lama, gesekan ujung lidahku membuat kulitnya merinding. Melihat reaksi seperti itu, kugigit lebih keras lagi. Dan "Ahh...." suara desahan makin terdengar jelas.

Perlahan-lahan lipatan diantara kedua pantanya itu kubuka dengan kedua tanganku. Terlihat anusnya yang berwarna merah gelap dengan kerutan2 yang ada di seputar lubangnya. Kujilat pelan-pelan dengan ujung lidahku, sedikit demi sedikit. "Ahh..... Ssss....Ahh.... Dik.... Terus.... Dik....." pintanya. Aku tidak peduli, aku sedang asik menikmati anus mas Mohan. Lalu kusedot dengan mulutku, pak Mohan tersentak kaget " Ahh.....".

Rasanya aku ingin lebih lama lagi bermain-main dengan anusnya itu, tapi pak Mohan kemudian membalikkan badannya dengan paksa. Aku tercengang ketika kulihat kontol mas Mohan sudah dalam keadaan tegak kembali. Dia lalu bangun dari ranjangnya dan mengambil sesuatu dari laci lemarinya. Ternyata adalah gel pelicin. Dia berkata, "Boleh aku mengentot kamu?". Aku menjawab, "Mas, aku belum pernah digituin". "Ayolah, pasti enak rasanya" katanya, setelah itu dia mengecup keningku.
Aku pikir, sudah kepalang basah kenapa tidak mandi sekalian. "Tapi pelan-pelan ya mas," pintaku. Aku kemudian membalikkan badanku. Mas Mohan segera beraksi. Lubang anusku dijilatnya. Aku mengelijang keenakan. Sekarang aku baru tahu kenapa mas Mohan tadi mendesah kesetanan. Ternyata sensasi seperti itu memang tak tertandingi. Begitu nikmat sekali.

Setelah lubang anusku basah oleh ludahnya, mas Mohan mulai berusaha memasukkan kontolnya ke dalam anusku. Aku yang tidak terbiasa dengan perlakukan seperti ini, hanya bisa meringis kesakitan. Anusku terasa panas sekali. Setelah batang kontol mas Mohan masuk semuanya, dia menjilat telingaku dari belakang sambil berkata, "Tenang saja sayang". Rangsangannya pada telingaku sedikit membuatku rileks. Kemudian mas Mohan menarik kontolnya dan memasukannya lagi, berulang2. Setelah beberapa saat, dalam kesakitan yang kurasakan di sekitar lubang anusku, aku merasakan ada kenikmatan tersendiri yang tidak bisa kujelaskan. Aku pun mulai menikmatinya.

Gerakan mas Mohan makin lama makin cepat, napasnya tersengal-sengal. Aku bisa merasakan keringatnya yang menetes di punggungku. Dan tak lama kemudian, pak Mohan menarik kontolnya dan "Ahh...Ahh....Ahh....". Kurasakan cairan mani yang masih hangat menetes di sekitar pantatku. Anusku serasa lega, perlahan2 panas yang kurasakan mulai memudar.

Pak Mohan jatuh menindih punggungku. Napasnya masih tersengal-sengal tidak beraturan. "Kamu memang benar-benar gila dik," katanya. "Aku suka sekali sama kamu" sambungnya. Keringatnya membasahi punggungku. Dan aku benar-benar bisa merasakan kehangatan tubuhnya. Sensasi seperti inilah yang benar-benar nikmat, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Hari sudah menjelang gelap, setelah kami mandi bersama, aku segera berpamitan dengan mas Mohan dengan janji akan kembali lagi. Dalam hatiku, aku berteriak kegirangan

Basic Instinct

#1 Malam sekitar pukul 23.00 di sebuah hotel kelas menengah, seorang pria berbulu terlihat telanjang bulat di atas ranjang. Tubuhnya yang besar tergolek pasrah dengan tangan diborgol dan kaki diikat. Selain itu, mulutnya tertutup sehingga ia tidak bisa berteriak. Dari raut mukanya, terlihat ia sangat ketakutan. Padahal, belum ada setengah jam lalu ia baru saja melampiaskan nafsu birahinya. Kontolnya yang besar menunjukkan keperkasaanya dengan membobol sebuah lobang pantat. Ia sangat puas dengan percintaannya tadi. Namun sekarang, ia tak berdaya dengan kontol yang tertunduk lemas karena rasa takut yang meninggi. Lalu, munculah seorang pria yang tadi baru saja ia tiduri. Pria tersebut datang dengan membawa sebuah pisau dan tongkat panjang. Ia mendekat ke arah ranjang. Matanya tajam menatap tubuh pria berbulu yang semakin ketakutan. Dengan sigap, pria tersebut mencoba mengarahkan tongkat yang ia bawa ke lobang anus pria berbulu. Terlihat pria berbulu meronta dan semakin ketakutan. Namun, pria tersebut tidak perduli. Ia langsung saja menusukkan tongkatnya ke dalam anus pria berbulu. “argh....” Pria berbulu hanya bisa berteriak, meskipun suaranya tertelan lagi karena mulutnya tertutup. Dan saat tongkat sudah berada di dalam anus, pria tersebut menggerak-gerakkannya. Pria berbulu meronta karena merasakan rasa sakit yang luar biasa. Ia merasakan lobang anusnya yang seperti akan jebol. Ia sampai menitikkan air mata karena kesakitan. Tidak sampai disitu, tubuh pria berbulu disayat dengan pisau yang dibawa oleh pria tersebut. Satu demi satu sayatan pada bagian tubuh pria berbulu, membuat rasa sakit yang luar biasa. Pria berbulu hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya, pria berkulit putih mengambil sebuah bolpoint dan menusukkannya ke leher pria berbulu. Dan pria berbulu itu tewas mengenaskan.
....
Beeepp....beep.....beep......beep.... Terdengar suara HP. Beep...beep...beep...beep.... Panggilan belum diangkat. Hingga... “ya halo?” seorang pria mengangkat telepon dengan mimik muka yang masih ngantuk. Ternyata ia masih tidur ketika hp berbunyi. “oke, saya segera kesana” kata pria yang masih berada di atas tempat tidur. Tak berapa lama ia bangkit dari ranjang. Ia berdiri dan menuju kamar mandi. Ia berjalan dengan tubuh bugil karena ia tidur tanpa memakai baju. Tubuhnya sangat seksi. Dengan tb/bb 182cm/75kg dan otot yang menonjol, pria tersebut sangat menarik. Ia seorang polisi berumur 30 tahun. Namanya Bowo. Rambut cepak, wajah tampan, dada bidang, dan tentunya kontol besar, siapa yang tidak tertarik dengannya. Dengan wajah masih sayu, ia menuju wastafel untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Lalu ia menuju ke shower dan membasuh tubuhnya dengan air. Ia mengambil sabun dan mengusapkannya ke seluruh tubuh. Saat tangannya tiba menggosok kontol, ia malah sekalian memainkannya. Ia ternyata masturbasi. Sudah lama ia tidak becinta. Ia usap-usap kontolnya yang panjangnya 12 cm saat masih tidur dengan menggunakan sabun. Dan saat sudah menegang, ia mulai mengocoknya. Kontolnya menjadi sangat besar, sekitar 19cm dengan bulu jembut yang sangat lebat. Tangan kirinya mengocok-ngocok kontolnya. Sedangkan tangan kanan menari-nari di atas puting dada. Ia remas dan pilin puting hitam ketatnya. Itu menambah sensasi saat masturbasi. Sambil mengengadah, ia menikmati kegiatan swalayan di pagi hari itu. “ough..ough...” ia terus mengocok kontolnya. Ia urut maju, mundur, cepat, pelan. “ough..ough...” hingga tak butuh waktu lama, kurang dari 10 menit ia akan mencapai klimaks. Ia mempercepat gerakan tangannya.

“ough..ough..ough.........” tubuhnya sebentar menggelinjing saat kontolnya memuntahkan pejuh kental yang cukup banyak. “ough...ough...” tangannya masih menggengam kontol untuk mencari sisa-sisa kenikmatan. Lalu, ia mengucurkan air shower lagi, dan melanjutkan kegiatan mandi yang sempat tertunda. Bowo keluar dari rumah dan memacukan mobilnya ke sebuah motel. Telepon yang ia terima tadi pagi ternyata panggilan dari kantor karena ada peristiwa pembunuhan. Mungkin saja ini akan jadi kasusnya. Bowo memang terkenal sebagai polisi investigasi yang handal. Tak mengherankan apabila ia-lah yang paling sering menangani kasus-kasus pembunuhan. Sesampainya di TKP, Bowo langsung melakukan penyisiran. Ia melihat tubuh korban terlihat di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat dan tangan terikat pada besi ranjang. Mulut korban menganga dan mulutnya tertutup lagban.

Namun yang jelas, korban meninggal karena tusukan sebuah bolpoint pada lehernya. Selain itu, ditemukan bekas ceceran sperma di atas ranjang. Mungkin pria tersebut sempat berhubungan seks sebelum menemui ajalnya. Satu barang bukti yang didapat adalah bungkus kondom dengan brand sebuah club gay terkenal, “Heaven”. Dari hasil olah TKP dan keterangan saksi dari pihak hotel, korban diketahui check in sekitar pukul 21.00 bersama seorang pria. Dari kartu identitas, korban bernama Budi, usia 35 tahun, sedangkan pria yang bersamanya belum diketahui identitasnya. Pria yang datang bersama korban itu sendiri diperkirakan meninggalkan kamar hotel sekitar pukul 24.00. Namun, belum bisa dibuktikan apakah pria tersebut yang telah membunuh korban atau bukan. Setelah penyisiran dirasa cukup, polisi kemudian mengembangkan kasus ini. Bowo mendapat informasi bahwa korban sebelum masuk hotel sempat terlihat berada di sebuah klub malam, yang menyajikan tarian telanjang sekitar pukul 20.00. Satu hal lagi yang diketahui oleh polisi, posisi tubuh korban saat ditemukan sama persis dengan cerita dalam sebuh novel. Novel dengan judul “Slave” tersebut bercerita tentang serangkaian pembunuhan yang terjadi di kalangan kaum homoseksual. Akan tetapi, polisi belum berani mengkaitkan kasus ini dengan novel “Slave”. Hanya saja, Bowo meminta Andi untuk mencari informasi tentang penulis novel tersebut.

Andi adalah polisi muda asisten Bowo. Bowo sendiri akan mendatangi klub tarian telanjang tersebut untuk mencari info lebih Sesampainya di klub yang bernama “Heaven”, Bowo awalnya tidak berpikir macam-macam. Namun saat masuk ke dalam, ia tercengang dengan pertunjukkan yang sedang berjalan. Terlihat seorang pria muda, sekitar 25 tahun, sedang meliuk-liukkan badannya yang seksi di atas pentas. Pria muda berwajah tampan itu hanya mengenakan sebuah kancut yang menutupi kontolnya saja. Keringat yang keluar dari tubuhnya, membuat tubuhnya menjadi berkilat-kilat dan semakin seksi. Setiap gerakan yang ia lakukan, membuat penonton di klub tersebut, yang semuanya pria, berteriak-teriak. Mereka meneriakkan kata-kata supaya penari tersebut melepaskan kancutnya. Namun, penari tersebut masih belum mau melepaskannya. Ia terus saja menari dan melakukan gerakan-gerakan erotis yang semakin memanaskan suasana klub. Tidak terkecuali Bowo yang terkesima. Ia yang merasa dirinya normal 100%, sampai heran dengan perasaanya. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat tarian penari tersebut. Tanpa sadar, kontolnya menjadi tegang. Ia sangat menikmati hiburan tersebut. Gerakan penari tersebut semakin panas, hingga akhirnya ia melepaskan kancutnya. Sekarang ia sudah telanjang bulat di atas pentas. Kontol yang sangat indah dengan bulu jembut yang lebat nan tercukur rapi, terpapar dengan mengairahkan. Para penonton sontak berteriak heboh saat itu semua terjadi. Apalagi saat penari dengan sengaja menggoyang-goyangkan pinggulnya sehingga kontolnya bergoyang-goyang, para penonton semakin riuh rendah. Lampu disko yang remang-remang semakin membuat tarian tersebut erotis. Bowo sendiri semakin bingung dengan dirinya. Dalam hati yang paling dalam, ia jujur menyukai suguhan tarian tersebut. Namun secara logis, ia langsung membantahnya sendiri. Saat ia sedang mengamati tarian tersebut, secara tidak sengaja mata Bowo dan penari tersebut saling beradu. 3 detik mereka berpandangan, hingga Bowo kemudian beranjak dari tempat ia berdiri menuju office untuk menemui sang manajer. Sedangkan penari itu terlihat terus memandangi Bowo yang beranjak pergi. Bowo meninggalkan bagian utama klub tersebut dan menuju office. Di sana ia menemui manajer klub ini, yang bernama Agus. Manajer dengan ramah menyambut kedatangan Bowo. Tanpa berbasa-basi, Bowo menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan kasus yang sedang ditangani. Tak dinyana, Agus mengatakan bahwa pria korban pembunuhan tersebut adalah pelanggan setia klub ini. Hampir seminggu 3 kali ia menyambangi klub ini. Baik untuk sekedar menikmati tarian erotis, ataupun mencari teman untuk kencan. Namun, manajer tersebut tidak bisa bercerita banyak karena tidak mengenal secara personal dengan korban. Ia hanya mengatakan bahwa ada salah satu penari di klub ini yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan korban. Bowo pun memutuskan untuk meminta manajer agar penari tersebut mendatangi kantor polisi esok hari untuk memberikan keterangan.

Setelah urusan selesai, bowo langsung pulang. Saat berjalan menuju pintu keluar, ia sempat sedikit-sedikit mencari keberadaan penari yang dilihat tadi, namun sudah tidak ada. Bowo pun meninggalkan club dengan rasa penarasan yang masih tersisa. Keesokan paginya, Bowo menunggu kedatangan seorang penari yang diceritakan oleh manajer. Tak berapa lama, ia diberitahu apabila orang yang ia tunggu sudah datang. “pak, orangnya sudah datang. Sekarang sedang menunggu di ruang interogasi” kata salah satu bawahan. “Baik, saya akan segera kesana” jawab bowo sambil beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ruang interogasi. Ia berjalan sambil membaca file-file yang berisi kasus ini. Sesampainya di depan ruang interogasi, ia membuka pintunya dan langsung masuk. Ia kemudian duduk tanpa memperhatikan orang yang yang sudah ada di dalam. Hingga akhirnya, ketika ia akan mulai mengajak bicara, ia terhenyak kaget mendapati pria yang berada di depannya. Ternyata ia adalah penari yang tadi malam menari di Heaven. Beberapa saat bowo terdiam karena kaget. Pria yang di depannyalah yang akhirnya memulai bicara. “apa khabar?” tanya pria tersebut datar dan penuh ketenangan. Bowo terhenyak mendengar sapaan tersebut. “oh baik. Semoga anda juga begitu” balas bowo dengan nada yang sedikit gugup. Pria di depannya hanya membalas dengan senyuman kecil. “Kenalkan, nama saya bowo” kata bowo sambil mengulurkan tangannya, yang dibalas langsung oleh pria tersebut. “saya rio. By the way, ada apa saya di panggil ke sini?seumur-umur, saya belum pernah berurusan dengan pihak polisi” “begini, ada sebuah kasus yang sedang saya tangani. Kebetulan, anda mempunyai peran” “ooo begitu? Peran apa?” tanya rio dengan nada yang masih datar.

“sementara ini sebagai saksi” “sementara? Jadi maksud anda, ada kemungkinan saya akan jadi tersangka?” kata rio. Sekarang nada bicaranya sedikit naik, tapi mukanya masih terlihat tenang. “mungkin saja. Tergantung dari keterangan yang anda berikan dan bukti-bukti yang kami dapat” jelas bowo. “oke, tidak masalah. Tapi, mohon jelaskan kasus yang ada terlebih dahulu” ucap rio sambil mengambil sebatang rokok. Namun belum sempat dihidupkan, bowo sudah melarangnya. “maaf, tidak boleh merokok disini”. Rio hanya tersenyum lagi. Lalu ia memasukkan rokok itu kembali ke bungkusnya. Kemudian, ia merubah posisi duduknya dan membalas tatapan mata bowo.

Bowo ternyata belum berani beradu mata dengan rio. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan mulai menjelaskan kasus ini. Bowo pun menjelaskan panjang lebar mengenai kasus pembunuhan yang terjadi dan kaitannya dengan klub ini. Rio mendengarkan dengan seksama penjelasan Bowo. Saat sedang mendengarkan penjelasan itu, ia terus saja mengamati sosok Bowo. Ia baru menyadari bahwa polisi inilah yang kemarin malam berpandangan mata dengan dirinya. Lalu ia memperhatikan diri Bowo yang terlihat sangat menarik, penuh dengan kewibawaan. Rambut cepak khas polisi, wajah yang tampan, mata tajam, hidung mancung, dan bekas cukuran kumis dan jenggot yang hijau, membuat rio terkesima dengan Bowo. Wajah Bowo memang sangat manly.

Apalagi ditunjang dengan tubuhnya yang sangat proposional. Baju warna biru muda yang melekat ketat di tubuh Bowo, membuat dada bidang Bowo terlihat jelas. Dengan otot lengan yang juga tampak berotot. Belum lagi bagian antara kedua paha yang terlihat sangat menonjol saat Bowo duduk, semakin membuat rio menikmati pria di depannya ini. Rio semakin tidak memperhatikan penjelasaan Bowo. Ia justru menjadi tertarik setengah mati pada Bowo. Bowo sendiri yang sedang menjelaskan permasalahan kepada rio, juga sempat mengamati sosok rio. Kemarin malam, di bawah temaram lampu disko, rio terlihat sangat seksi, dan sekarang ketika sudah dekat, rio jauh semakin menarik. Wajahnya lumayan tampan dengan senyum yang manis pula. “Ah..kenapa jantungku kembali berdetak keras”, begitu kata hati Bowo. Ia sangat heran karena ia tidak merasa sebagai seorang biseks apalagi seorang gay. Selama ini ia mempunyai orientasi seks yang lurus-lurus saja. Akan tetapi, saat melihat dan berhadapan dengan rio, ia menjadi ragu dengan dirinya sendiri. “Apakah Bowo menyukai sejenis?”kata hati Bowo kembali berkata. Namun Bowo berusaha untuk menepis perasaanya tersebut. “begitulah yang terjadi. Oleh karena itu anda berada disini” Bowo menutup penjelasannya. “terima kasih untuk penjelasannya. Tapi, saya tidak merasa berkaitan dengan kasus ini. Terlalu gegebah bila polisi menuduh saya” “bukan menuduh, untuk sementara menjadi saksi” “tapi apa bedanya? Toh, dalam memberikan keterangan, polisi akan memojokkan saya” nada bicara rio mulai naik. Terbersit sedikit kemarahan dari dalam dirinya. Namun, ia berusaha menahannya. “itu terserah bagaimana anda memandang kasus ini. Tapi yang jelas, anda harus memberikan keterangan” suara bowo tambah berwibawa. “baiklah, saya tidak akan berdebat lagi.

Tapi, untuk saat ini saya tidak bisa memberikan keterangan. Ada pekerjaan yang harus saya lakukan” kata rio tanpa memandang bowo sedikitpun. Mungkin ia sebal dengan tuduhan bowo. “tapi...” kata bowo. “maaf, saya harus pergi. Dan ingat, saya meminta surat resmi, jika tidak, saya tidak akan memberikan keterangan apapun” ucap rio panjang lebar. Ia lalu bangkit dari duduk dan menuju pintu keluar. Saat itulah, rio menyempatkan mendekati bowo dan melatakkan tangannya di dada bowo sambil tersenyum nakal. Bowo kaget dan langsung menghindar. Rio pun meninggalkan ruangan. Di dalam ruangan, bowo masih berpikir keras, apa yang sedang terjadi?. Saat sedang berpikir keras, Andi menemui Bowo. Ia memberikan informasi perkembangan kasus ini. Menurut Andi, penulis novel “Slave” bernama Rio, yang juga seorang penari striptis di klub “Heaven”. Rio sudah menulis novel sekitar 5 buah.” jelas Andi. Mendengar nama rio dan tentang penari di klub striptis, Bowo langsung bisa menebak apabila pria yang baru saja ia temui tadi, sekaligus penulis novel. Ia serasa mendapat keterangan jelas. Nanti malam, ia berencana untuk menemui Rio. ..............

#2
Malam, sekitar pukul 9, bowo menuju kos rio. Bowo sempat bertanya kepada seseorang mengenai letak kamar rio. Ternyata kamar rio ada di lantai 3. Setelah dicari-cari, kamar rio berada paling pojok. Sampai di depan pintu, Bowo mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban. Dan karena pintu terbuka, ia memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar. Saat Bowo masuk, ia melihat sebuah kamar yang suasananya romantis. Lampu remang-remang, warna sprei ranjang dan gorden yang berwarna merah, membuat kamar tersebut sangat menari untuk dilihat. Saat sedang menikmati kamar itulah, rio tiba-tiba keluar dari kamar mandi. Ia terlihat telanjang bulat. Ia ternyata baru saja mandi. Bowo kaget senang karena melihat tubuh rio yang indah untuk sekali lagi. Jantungnya langsung berdetak dan seketika kontolnya menegang.

“maaf, saya tidak tahu kalau ada tamu. Biasa sendirian di kamar..” kata rio sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Matanya terlihat sedikit menggoda.

“sayalah seharusnya yang minta maaf sudah masuk tanpa permisi”

“silahkan duduk. Karena tidak ada kursi, duduk di atas ranjang saja. Saya kira kita baru akan bertemu saat makan siang”.

“saya harus mempercepatnya karena ada hal mendesak” Kemudian Bowo menjelaskan perkembangan kasus ini. Ia mengatakan bahwa ada dugaan kalau rio bisa dijadikan tersangka karena ia adalah orang yang terakhir terlihat dengan korban. Selain itu, ada kesamaan antara cerita novel yang rio tulis dengan kasus ini.

“hahahaha..akhirnya, anda sampai juga pada posisi ini. Saya salut dengan kerja anda. Namun, saya tidak takut karena punya alibi kuat” bela rio dengan nada bicara yang datar namun tegas seperti biasa.

“selain itu, meskipun kasus ini mirip dengan novel yang saya tulis, bukan berarti saya adalah pelakunya. Bisa saja pembaca yang terobsesi adalah pelakunya.” bela Rio lagi. Bowo masih diam saja. Diamnya Bowo bukan karena mendengar pembelaan Rio, tapi terkesima dengan sosok rio yang semakin memikat hatinya. Ia sepertinya mulai terhanyut. Tanpa sadar, ia memandang tajam mata rio. Melihat Bowo diam saja, rio kembali berbicara.

“sepertinya kasus ini terlalu berlebihan. Saya jadi malas untuk membantu pihak polisi”

“tapi, keterangan yang polisi dapat, sudah dapat dijadikan bukti” Bowo mulai menyerang lagi.

“I don’t care. Saya tidak terpengaruh dengan itu. Kalau anda ingin menangkap saya, bawa surat resmi” kata rio tenang. Terlihat ia tidak takut sama sekali. Ia lalu bangkit dari ranjang.

“maaf, soal kasus ini, saya tidak bisa membantu lagi. Keterangan yang saya berikan sudah cukup. Saya hanya akan memberikan keterangan atau apapun itu, apabila anda membawa surat perintah”

“ini surat perintahnya” bowo menunjukkan sebuah surat kepada rio. Lalu rio membacanya sebentar. Tak ada reaksi apapun dari muka rio, ia masih terlihat tenang-tenang saja. Bowo mulai menunjukkan wibawanya sebagai seorang polisi.

“oke... Lalu, apa saya akan ditangkap?” kata rio dengan mata genitnya menatap mata tajam bowo. Setelah itu, terjadi kesenyapan di antara mereka berdua. Hingga kemudian Rio berbalik badan dan mendekat ke arah Bowo yang masih duduk di atas ranjang. Rio sepertinya sudah tidak bisa menahan diri. Dengan mata yang menyiratkan nafsu, ia duduk di dekat Bowo. Bowo hanya diam saja. Ia tidak paham dengan apa yang akan dilakukan Rio. Lalu tiba-tiba saja tangan rio sebelah kanan mendarat di atas paha kiri Bowo. Bowo kaget, ia langsung bangkit dari duduk dan berdiri menjauh. Namun rio terus mengikuti. Ia raih tubuh Bowo dan membalikkannya. Rio langsung saja mencium bibir Bowo. Dengan penuh nafsu rio mencium bibir Bowo. Bowo yang semula dia, akhirnya melayani ciuman rio karena ia mulai terangsang. Sekarang mereka berdua sudah berciuman. Tidak berlangsung lama, Rio lalu mendudukan kembali Bowo ke atas ranjang. Bowo seperti sapi yang di cucuk, tidak bereaksi apa apa. Rio kemudian jongkok di depan Bowo. Dia menarik sabuk celana Bowo. Lalu membuka celana tersebut. Ia tarik ke bawah resleting celana Bowo. Sekarang, terlihatlah celana dalam Bowo berwarna hitam. Dengan gundukan besar di dalamnya. Rio sempat menatap mata Bowo sebelum kembali beraksi. Kemudian ia mengusap gundukan milik Bowo tersebut. Dan tanpa basa-basi, rio menarik celana dalam tersebut, sehingga muncul sebuah kontol besar, yang saat itu belum menegang, sekitar 12cm. Dengan penuh kelembutan, rio membelai buah peler Bowo. Ia juga menyibak jembut Bowo yang sangat lebat. Bau maskulin langsung tercium di hidung rio yang membuatnya semakin bergairah. Bowo yang untuk pertama kalinya diperlakukan seperti itu, darahnya menjadi mendidih.

“ah....”. Bowo mulai merasakan nikmat. Rio semakin giat melakukan aksinya. Ia mengocok pelan kontol Bowo. Hingga tak butuh waktu lama, kontol Bowo langsung mengembang. Kontol tersebut mengacung tegak. Kontol Bowo memang sangat besar. Saat tegang panjang kontolnya sekitar 19cm.

”wow, besar sekali. Kontol polisi memang sangat menarik” kata rio setengah genit. Bowo yang mendengar pujian rio hanya tersenyum. Lalu, rio mulai menggunakan lidahnya. Ia jilati kontol Bowo mulai dari bawah, hingga ke atas. Tubuh Bowo semakin bergetar saat kontolnya dijilati rio. Jilatan rio memang yahud, seperti layaknya makan es krim, ia memberikan layanan pada kontol Bowo.

“ough...ough..” desahan Bowo karena nikmat yang semakin terasa. Rio semakin bersemangat. Ia akhirnya memasukkanya batang kontol besar milik Bowo ke dalam mulut. Dan saat sudah berada di dalam, ia langsung menghisapnya kuat-kuat.

“arrrrgggghhhh....” Bowo menggelinjing keras saat kontolnya disedot untuk pertama kali. Tubuhnya sampai bergetar dan mengeluarkan banyak keringat. Sekali lagi, sambil dikocok-kocok dengan tangan, kontol Bowo di masukkan dan keluarkan dari mulut rio. Keluar masuk, dan dihisap berulang kali, menimbulkan sensasi yang luar biasa.

“ough..ough..ough..” desahan Bowo semakin kerap, seiring dengan kenikmatan yang mengalir cepat. Permainan mulut dan tangan rio sangat lihai, berkali-kali Bowo harus menggelinjing karena tidak kuat dengan rasa nikmatnya.

“ough..shit..ough...” Bowo terus mendesah dan merancu sambil tangannya menjambak-jambak kepala rio. Bahkan gerakan tangannya di atas kepala rio seperti menyuruh rio untuk mempercepat gerakan mulutnya. Memang, tidak semua batang kontol Bowo masuk ke dalam mulut rio karena besarnya kontol Bowo. Namun, itu tidak menyurutkan nafsu rio untuk menghisap kontol Bowo. Terlihat ia sangat menikmatinya. Kontol Bowo berulang kali ia masukkan, lalu di sedot dalam-dalam, dan kemudian di keluarkan lagi, dikocok dengan tangan, dimasukkan lagi, dihisap, dan begitu seterusnya, membuat kontol Bowo kembang kempis. Hingga akhirnya setelah sekitar 7 menit, Bowo merasa akan mencapai klimaks.

“ough..ough..mau keluar, ough...” rio mempercepat kocokan dan hisapannya. Dan..

“ough..ough...arggggggggghhhhhhhhhh.............” crot...crot..crot...mani kental keluar dari kontol Bowo. Diiringi dengan tubuh Bowo yang bergetar karena rasa nikmat yang memuncak. Mani Bowo muncrat di mulut rio. Sebagian ada yang masuk ke dalam mulut, sebagian ada yang tumpah dan mengenai celana Bowo. Rio sangat menikmati mani Bowo. Ia menjilati sisa-sisa mani di kontol Bowo. Bowo sendiri mencoba mengatur nafas. Selesai membersihkan mani disekitar kontol Bowo, rio melihat kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih. Ia bangkit, berdiri dan melepaskan handuk di pinggangnya. Rio sekarang telanjang bulat di depang Bowo. Ia kemudian mendekat ke arah Bowo dan duduk di pangkuan Bowo. Ia mencoba merangsang kembali birahi Bowo. Dengan mencium bibir dan leher Bowo, sekaligus juga melepaskan satu demi satu kancing baju Bowo. Bowo tidak bisa menolak itu semua. Ia hanya pasrah, namun menikmatinya. Akan tetapi, saat semuanya belum berjalan jauh, HP Bowo berbunyi. Beberapa saat, Bowo tidak memperdulikannya. Namun, akhirnya ia tersadar dan mencoba melepaskan diri dari pelukan rio. Bowo mendorong tubuh rio ke atas ranjang dan bangkit dari dudukknya. Ia kemudian mengambil HP dari saku celananya.

“ya halo, apa ndi?” ternyata andi. Rio sendiri yang terbaring di atas ranjang, masih berusaha untuk menggoda Bowo. Ia berdiri dan mencoba meraih tubuh Bowo yang sedang mengangkat HP. Namun sayang, Bowo menolaknya. Ia malah menjauh dari rio. Melihat itu, rio kecewa. Ia lalu mengambil handuk untuk dililitkan di tubuhnya lagi dan mengambil rokok. Setelah selesai menerima telepon, Bowo ternyata pamit untuk keluar.

“maaf, saya harus kembali ke kantor”. Rio hanya memandang Bowo dengan sinis.

“apa yang terjadi tadi adalah sebuah kesalahan. Dan lupakan yang tadi” kata Bowo sambil membuka pintu dan keluar. Reaksi rio terlihat datar. Meskipun kecewa, ia tetap tersenyum. Mungkin ada suatu rencana di dalam otaknya. Bowo sendiri meninggalkan kamar kos rio dengan kegelisahan. Ia menyesal dengan apa yang terjadi.

.............

Bowo berusaha keras memikirkan kasus ini. Dia merasa bahwa rio-lah dalang dari semua ini. Tapi untuk saat ini, ia masih belum bisa berbuat lebih karena belum ada bukti kuat yang bisa menjerat rio. Saat ini yang bisa ia lakukan adalah dengan terus mencari bukti-bukti dan saksi-saksi lain yang dirasa penting dan kuat. Tiba-tiba, Hp nya berbunyi. Ada sms masuk, ternyata dari rio. Bowo membatin, mau apa dia sms? Think about me?come to me.. :)

Ternyata Rio lebih cerdas dari apa yang Bowo kira karena ia tahu apa yang sedang dialami bowo. Selain itu, ternyata rio ingin agar bowo datang menemuinya. Setelah dipikirikan dengan matang, Bowo merasa mungkin rio berubah pikiran dan ingin menceritakan sesuatu. Ia pun langsung ke “heaven”.

Sampai di klub, bowo mendapati klub dalam keadaan sepi. Karena masih siang hari, sekitar jam 1. Ia masuk dan menanyakan keberadaan rio pada orang yang ada di dalam klub. Orang tersebut bilang kalu rio ada di ruang ganti. Bowo pun menuju ruang yang dimaksud. Tapi, ketika sedang berjalan menuju ruang ganti, ia mendengar suara yang tidak biasa. Suara yang membuat bowo menjadi penasaran. Dia mendengar suara nafas yang terengah-engah. Dia kemudian sadar kalau suara itu berasal dari 2 orang. Bowo lalu bisa memastikan kalau kedua orang tersebut sedang melakukan hubungan seksual. Karena penasaran, ia berinisiatif untuk mengintip. Dan kagetlah Bowo saat mendapati apa yang ia lihat. Ternyata ada dua manusia sejenis yang sedang mengumbar nafsunya. Dan yang semakin membuat bowo kaget, salah satu dari pria tersebut adalah Rio. Bowo menyaksikan pergumulan yang tak lazim tersebut. Dua pria telanjang dia atas sofa. Pria yang satu berposisi nungging menyorongkan pantatnya, sedangkan Rio dengan setengah duduk menggoyang-goyangkan pinggulnya sambil memegang buah pantat pria yang nungging. Rio dengan perkasa, memasukkan kontolnya yang tegang ke dalam lobang anus pria tersebut.

“ough..ough..ough..” suara desahan mereka berdua terdengar keras di dalam ruangan tersebut. Bowo melihat adegan semua itu menjadi salah tingkah. Jantungnya berdetak kencang. Ia akhirnya tak tahan dan beranjak pergi. Setelah Bowo pergi, rio menoleh ke arah tempat dimana bowo tadi mengintip. Ternyata ini semua sudah direncanakan oleh Rio. Ia sengaja melakukan hubungan seks ketika tahu Bowo datang. Ia ingin bowo melihat apa yang ia lakukan dan menjadi terpengaruh. Rio terlihat tersenyum sambil terus mengentot lobang pasangannya.

Bowo sendiri meninggalkan club tersebut dengan perasaan bingung. Apa yang sedang direncanakan oleh Rio?ia juga semakin bingung dengan perasaanya sendiri taktala melihat hubungan seks sejenis barusan.

........... Siang harinya, Bowo kembali ke kantor setelah makan siang. Di sana, Andi sudah menunggu. Mereka kemudian membahas tentang perkembangan kasus ini.

“pak, saya mendapatkan info bahwa Rio ikut masuk ke kamar hotel” terang Andi.

“benarkah begitu? Berarti dia berbohong soal pernyataan bahwa dia tidak ikut ke hotel”

“iya pak, pihak hotel langsung mengiyakan saat saya menunjukkan foto Rio” Andi duduk di depan Bowo. Bowo sendiri sibuk membaca file-file.

“hm…tapi bagaimana dengan alibi yang ia punya?”

“itu yang tidak saya paham pak. Tapi ada kemungkinan dia menekan pihak lain untuk berbohong. Sebaiknya kita menghubungi orang yang menjadi saksi alibinya” saran Rio.

“okelah kalau begitu. Kamu sudah membaca novelnya?” Tanya Bowo.

“sudah pak. Isinya memang sangat berkaitan dengan komunitas kaum gay. Mulai dari percintaan, hubungan seks, perselingkuhan dan pembunuhan. Semua hal kompleks tentang kamu gay ada semua dalam novel itu. Tidak hanya itu, dalam novel-novel sebelumnya yang Rio tulis pun, objek utamanya adalah kamu homoseksual.” Andi berkata sambil terus memandang Bowo. Ternyata Andi juga menyukai atasannya tersebut. Andi punya insting kalau Bowo mempunyai kecenderungan biseks. Itulah yang coba diangkat oleh Andi. Sayang, ia belum punya keberanian untuk mengungkapkannya. Bowo sendiri sebenarnya sudah merasa apabila andi punya perasaan lebih padanya. Sikap perhatian andi yang agak berlebihan, membuat Bowo curiga. Tapi karena ia harus menjaga wibawa, ia berusaha untuk mengacuhkannya. Sekarang ini, Andi berpikir apabila saat ini merupakan saat yang tepat. Saat Bowo sedang membaca file, tangan Andi jatuh di atas paha Bowo. Bowo yang merasakan keganjilan, menoleh ke arah Andi.

“pak...” kata Andi pelan. Ia tidak berani memandang mata Bowo. Ia hanya menunduk. Bowo sendiri memandang Rio tanpa ekspresi. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia meninggalkan Andi begitu saja. Andi merasakan kekecewaan yang begitu besar. ..........
#3
“well..well...siapa yang datang” kata Rio sebagai reaksi atas kedatangan Bowo yang tiba-tiba.

“apa yang tadi pagi masih kurang?sehingga anda harus kembali kesini?” tanya Rio genit.

“jangan salah sangka. Saya datang kesini karena ada kaitan dengan kasus” jawab Bowo.

“kasus lagi, kasus lagi. Apa tidak ada hal lain yang ada di benak kamu, honey?” tanya Rio sekali lagi sambil mendekat ke arah Bowo. Dan saat sudah di dekat Bowo, Rio mengangkat tangannya dan meletakkannya di dada Bowo. Bowo seketika langsung menyingkirkan tangan Rio dari dadanya, dan berjalan sedikit menjauh dari Rio.

“Anda jangan melewati batas. Saya bisa menahan anda? Saya kesini untun menanyakan sesuatu” kata Bowo sedikit keras.

“kayaknya ada yang marah nih. Maaf kalau anda tidak nyaman. Tapi, apakah yang terjadi tadi pagi, juga tidak nyaman?” serang balik dari Rio.

“maksud anda?”

“kalau anda tidak merasa nyaman, kenapa anda mendesah dan terlihat sangat menikmati permainan mulutku?tidakkah itu lucu kalau sekarang anda jadi sok munafik begitu?”

“seperti yang sudah saya bilang, kejadian tadi pagi hanya kesalahan. Dan saya sudah melupakannya”

“hahahaha..kesalahan?betulkah itu?” tanya Rio setengah menyindir. Rio sepertinya sudah bisa membaca pikiran Bowo. Ia tahu betul apa yang mesti ia katakan atau lBowokan. Ia kemudian kembali mendekat ke arah Bowo. Kembali ia menyentuhkan tangannya di dada Bowo, sambil berkata lirih di dekat telinga:

“apakah anda tidak mau yang lebih?” rayu Rio sambil mengusap-usap dada bidang milik Bowo. Jantung Bowo makin tidak karuan. Ia sepertinya sudah terjebak dalam permainan Rio, seperti yang terjadi tadi pagi. Namu seketika juga, ia langsung sadar dan membanting tubuh Rio ke atas ranjang.

“anda jangan kurang ajar!” seru Bowo. Ia sepertinya sudah sangat marah. Matanya melotot tajam ke arah Rio. Rio sendiri masih tenang, bahkan dia semakin yakin bahwa Bowo bisa berubah.

”oke, jika anda memang tidak suka saya. Tapi, bukan berarti anda tidak suka permainan saya bukan? Saat di klub, anda begitu menikmati tarian saya. Dan apalagi, anda sangat menikmati permainan oral tadi pagi. Munafik!” serang Rio sebagai pancingan. Bowo yang merasa disudutkan, menjadi semakin marah. Ia lalu menuju arah ranjang dan langsung menindih tubuh rio yang terbaring. Ia mencoba untuk memberikan pukulan pada Rio.

“banci kurang ajar!” kata Bowo dengan nafas yang sudah tidak teratur karena rasa marah. Ia lalu menarik kaos Rio. Namun lagi-lagi, Rio tetap tenang sambil tersenyum. Dan tiba-tiba saja, Rio malah nekat mencium bibir Bowo. Bowo berusaha melepaskan ciuman Rio.

“apa-apaan ini?” teriak Bowo.

“ini kan yang sebenarnya kamu mau?” jawab Rio sedikit menantang. Mata mereka saling berpandangan tajam. Tidak ada suara selain deru nafa mereka berdua. Entah deru nafas marah atau nafsu. Sedetik, dua detik.. hingga lima detik, mereka tidak mengeluarkan kata-kata, dan hanya saling bepandangan. Hingga akhirnya, Bowolah yang telebih dahulu bertindak. Ia sepertinya sudah tidak bisa menahan nafsunya. Langsung saja ia mencium bibir Rio dengan ganas Rio yang memang sejak awal sudah menginginkan ini semua, langsung melayani permainan Bowo yang mengebu-gebu. Mereka berdua sekarang sudah berpagutan dengan liar. Merek ajuga mainkan lidah mereka satu sama lain. Sambil berciuman, mereka juga berusaha melepaskan baju mereka satu demi satu. Setelah hampir pakaian yag mereka kenakan sudah tanggal, Rio berinisiatif merubah posisi. Ia menarik tubuh Bowo dan merebahkannya di ranjang. Rio lah yang sekarang memegang kendali. Bibir Rio langsung menyosor leher Bowo.

“oughhhhhh...” birahi Bowo sontak kaget. Bibir rio semakin liar. Sambil menciumi leher Bowo, ia memilin-milin puting Bowo yang besar dan ketat.

“argh...arghhh..” Bowo hanya bisa mendesah saat tubuhnya menjadi “jarahan” Rio. Puas dengan leher, Bibir rio bergerak ke bawah. Sekarang giliran dada bidang Bowo yang jadi sasaran. Ia jilati keringat yang keluar dari tubuh Bowo. Ia juga mainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di dada Bowo. Hingga akhirnya ia sampai juga mengulum puting Bowo. Awalnya ia jilati, kemudian ia hisap..

“arggghhhhh....” Bowo bergetar saat putingnya dihisap. Tidak hanya dihisap, puting Bowo juga digigit lembut yang semakin menambah sensasi. Tidak berapa lama, bibir dan lidah Rio makin turun ke bawah. Sekarang sudah berada di daerah paling inti, taitu sekitar kontol. Awalnya ia pegang kontol Bowo yang sudah mengacung tegak. Rio mengocoknya pelan, dan memainkan buah pelernya.

“ough..ough...” baru awal saja, Bowo sudah tidak karuan. Ia tidak sabar supaya kontolnya segera di sedot.

“please...” pinta Bowo lirih sambil melirik ke arah Rio. Dan Rio sepertinya senang-senang saja. Ia langsung memulainya dengan menjilati seluruh batang dan buah peler kontol Bowo. Bak makan es krim, ia menikmati kontol Bowo sepenuhnya.

“ough yes...ough...” desah Bowo. Lalu, Rio melanjutkannya dengan memasukkannya ke dalam mulut. Slurp...sebagian batang kontol Bowo sudah masuk ke dalam mulut Bowo.

“ough shit...ough...” Tubuh Bowo seketika menggelinjing. Rio menggerakkan tangan dan bibirnya seirama. Ia masukkan kontol Bowo ke dalam, laluia sedot kuat-kuat.

“ourghhhhhhhhh...ourghhh....” sering Bowo mendesah karena saking tidak kuatnya ia merasakan sensasi pada kontolnya. Ia merem melek menikmati pelayanan bibir Rio. Rio pun semakin bersemangat mengoral. Ia berulang kali mengocok dan meng hisap kontol Bowo. Namun, Rio tiba-tiba menghentikan permainan bibirnya. Ia sepertinya ingin juga merasakan nikmat. Ia membuka celana dalamnya juga. Sekarang mereka berdua sudah telanjang bulat di atas ranjang. Melihat Rio sudah telanjang juga, langsung Bowo menerjang tubuh Rio. Bowo menindih tubuh Rio sambil kembali menciumi bibir Rio. Kontol mereka berdua yang sudah tegang, saling bergesakan. Gesekan kedua kontol gedhe tersebut, menimbulkan rasa nikmat yang lain. Naik turun Bowo menggerakkan badannya untuk menggesek-gesekkan kontolnya di atas kontol Rio. Dengan penuh nafsu mereke memacu birahi. Keringat keluar dari tubuh keduanya. Lalu, Rio mengatakan sesuatu:

”kentot gue, please...” pinta Rio. Mendengar itu, Bowo kemudian menegakkan tubuhnya dan dan mengambil posisi setengah berdiri. Rio mengambil bantal untuk mengganjal pinggulnya supaya lobang anusnya sedikit terangkat. Dia juga mengangkat kaki tinggi-tinggi sehingga sekarang mengambil posisi ngangkang. Bowo sendiri mempersiapkan kontolnya dengan mengocoknya cepat agar tegang sempurna. Lalu dengan sigap, Bowo mengarahkan kontolnya yang gedhe di depan bibir anus Rio.

“ayo,masukin...gue suka banget kontol gedhe kamu” pinta Rio sekali. Dan akhirnya, Bowo pun memasukkan kontolnya dengan pelan-pelan. Pertama, ia katubkan ujung kontolnya di bibir lobang anus, kemudian ia mendorong kontolnya pelan-pelan.

“ougrghhhh...” sekarang gantian Rio yang mendesah. Ia sampai memejamkan mata karena bercampurnya rasa sakit dan nikmat yang datang. Ia juga merasakan sedikit rasa geli pada bibir anusnya karena bergesakan dengan jembut Bowo yang sangat lebat.

“tahaaann..” kata Rio. Ia meminta Bowo menahan kontolnya di dalam anus untuk menyesuaikan dengan dalamnya anus. Baru kemudian Bowo menggerakkan pinggulnya. Gerakan pinggulnya Bowo masih monoton. Ia gerakkan pingulnya depan-belakang dengan pelan. Mungkin karena ia belum pernah ngentot sebelumnya.

“ouggh...shit...” desah Bowo. Ia mulai mempercepat gerakan depan-belakang.

“lebih cepat, arghhh.....” pinta Rio sambil tangannya mengocok kontol sendiri.

“argh..argh...” gerakan Bowo makin luwes. Ia seperti sudah bisa melBowokannya dengan baik.

“iyah..gitu, terus...arghh...” Rio bisa merasakan bagaimana kentotan Bowo memang hebat. Bowo mempercepat gerakan pinggulnya, bahkan ia menambah gerakan pinggulnya dengan menggoyangnya ke kanan- ke kiri.

“ough yes..ough yes...” Bowo mendesah sambil terus memacu gerakan pinggulnya. Sesekali ia menundukan badan untuk mencium bibir Rio atau memagut lehernya.

“argh..argh..lebih dalam..lebih cepat...argh...” Rio sendiri juga semakin tidak karuan. Ia menggelepar di aats ranjang karena dikentotin oleh polisi.

“ah..ah..ah...” gerakan pantat Bowo yang maju mundur dan kanan-kiri terlihat sangat erotis.

“argh..argh...enak...enak...aku suka kontolmu” kata rio disela-sela erangannya.

“ough...ough..pantatmu juga enak!shit...ough yes...ough...” Bowo tak mau kalah. Ia merancu karena rasa nikmat yang semakin mendera. Rio yang menerima kentotan, terus saja mengocok kontolnya sendiri. Kontolnya sudah berdenyut-denyut karena birahi yang semakin memuncak. Gerakan pinggul Bowo juga semakin cepat.

“argh..argh...shit...argh...”

”ahh...ah...enak!lebih cepat...” teriak Rio sambil terus mengocok kontolnya. Sepertinya ia yang akan keluar duluan. Ia semakin mempercepat kocokannya.

“agh..agh..”hingga akhirnya, Crot...crooot....crott.....mani Rio muncrat cukup banyak hingga mengenai perut Bowo yang kebetulan berada di atas.

“argh...argh..” nafas Rio sudah kacau balau. Tapi ia tidak bisa berhenti meskipun sudah muncrat karena pantatnya masih dikentot Bowo. Ia baru sadar kalo permainan Bowo sangat lama. Belum pernah selama ini ia bercinta. Bowo benar-benar hebat. Gerakannya semakin lama semakin hebat. Gerakan pinggulnya depan belakang-kanan kiri seperti layaknya pemain film porno.

“yeaah..ough..ough...” erang Bowo. Sudah 15 menit, tapi ia tetap perkasa. Keringat berjatuhan dan dari badannya. Sprei ranjang pun juga sudah basah kuyup.

“ough..ough...lagi...” desah Rio.

“argh..argh..argh...”. Nafsu dua manusia sejenis ini sudah memuncak. Permainan mereka sangat gila. Deru nafas yang tidak karuan lah yang terdengar . Hingga akhirnya, Bowo akan sampai puncak juga.

“argh..argh...mau keluar!argh...” Bowo mempercepat gerakan pinggulnya. Kontolnya ia masukkan dan keluarkan dari lobang Rio dengan sedikit liar.

“argh...argh...” Rio hanya bisa menggelapar. Ia menatap wajah Bowo yang merah padam. “ough..ough..come on, ourghh....” hingga akhirnya..

“ough ough ourrrrrrgggggggggghhhhhhhhhh.............” Croott...crot...........crot.....mani kental keluar dari lobang kencing Bowo. Cukup banyak. Bowo membenamkan kontolnya ke dalam anus Rio dalam-dalam. Mani yang ia keluarkan tertanam dalam anus Rio.

“ough...arghhh..argh...” Bowo mengatur nafas sambil merem melek menikmati sisa-sisa kenikmatan.

“ough..shit...ough...” Bowo menarik kontolnya dari lobang anus Rio. Ia pegang sebentar dan melakukan gerakan memerah untuk mengeluarkan sisa-sisa mani. Melihat itu, Rio hanya tersenyum bahagia ke arah Bowo. Dari lobangnya sendiri, mani yang tadi berada di dalam anus, ada yang melelh keluar karena mungkin saking banyaknya. Setelah cukup bisa mengatur nafas, Bowo merebahkan tubuhnya disamping Rio. Seketika, Rio merebahkan kepalnya di dada Bowo dan memeluk tubuh Bowo mesra. Kontol mereka berdua sekarang mulai mengecil. Tapi, tanpa mereka ketahui, sebenarnya ada seseorang yang melihat hubungan seks mereka. Orang tersebut mengintip permainan seks antara Bowo dengan Rio dari balik jendela. Dia adalah Andi. Melihat hubungan seks selesai, Andi meninggalkan kos tersebut dengan hati yang hancur berkeping-keping.

Bowo dan Rio selesai melakukan hubungan seks. Mereka sekarang sedang menikmati kemesraan di atas ranjang. Mereka berpelukan erat dengan tubuh telanjang bulat.

“akhirnya...” kata Rio membuka percakapan dengan nada sedikit menyindir.

“kok gitu?” tanya Bowo.

“ya gitu. Kenapa harus gengsi segala. Kalo dari awal minta, khan gak harus pake ribut segala”

“aku belum mengerti dengan apa yang aku rasakan dan inginkan”

“tapi, sekarang sudah ngerti khan?” tanya Rio yang tidak dijawab oleh Bowo.

“dan juga, enak khan???” goda Rio sambil mencubit mesra pinggul Bowo. Bowo hanya tersenyum sambil mengusap-usap rambut Rio yang terlihat basah.

“kontol kamu kok gedeh sih?tahan lama lagi?” tanya Rio sambil memainkan kontol Bowo yang saat lemas saja sudah gedhe. Rio juga menjambak-jambak bulu jembut Bowo. Ia tampak begitu menyukai apa yang ada di dalam diri Bowo.

“Siapa pria yang tadi ada di kos ini sebelum aku datang?” tanya Bowo menyelidik.

“kenapa, cemburu ya?” jawab Rio.

“apa alasannya aku cemburu? Ada-ada saja” kata Bowo sekenanya.

“iya deh.. Pria yang tadi datang ke sini, Boy, teman kerjku. Dia seorang bartender”

“Gay juga?” tanya Bowo lagi.

“mau tau aja!!!” kata Rio dengan nada yang nakal.

“Rio, apa kamu membunuh pria itu?” tanya Bowo tiba-tiba yang membuat Rio kaget. Mendengar pertanyaan itu, Rio kemudian mengangkat kepalanya dari dada Bowo. Ia bangkit dari rebahan dan mengambil posisi duduk.

“kok diam saja?” tanya Bowo meyakinkan.

“kamu tidak percaya saya?” bela Rio.

“bukan begitu. Tapi, banyak bukti yang di dapat menunjukkan bahwa kamu adalah pelakunya” terang Bowo.

“bukan, bukan aku yang membunuh Dia”

“tapi...” sekali lagi Bowo mencoba menanyakan

“sudahlah. Please..jangan dibahas” kata Rio sambil menatap mesra ke arah Bowo. Lalu, Bowo hanya bisa terdiam. Dia sedang mengalami dilematis. Di satu sisi ia harus menyeleseikan tugas, tapi di sisi lain, ia tidak bisa begitu saja menyakiti rio. Rio kemudian kembali merebahkan diri di atas dada Bowo. Dan Bowo akhirnya melupakan sejenak kasus ini. Ia larut dalam pelukan hangat Rio. Malam semakin larut dan semakin dingin, tapi di dalam kamar itu malah semakin hangat.

......

Rio keluar dari club karena ada yang mencarinya. Dengan hanya mengenakan mantel, ia keluar untuk menemui orang yang mencarinya. Setelah keluar, ia mendapati seorang pria dengan setelan jas, berumur sekitar 25-an dan terlihat cukup menarik.

“anda mencari saya?” sapa rio dengan ramah.

“ya, saya mencari anda” jawab pria tersebut datar.

“hmm..ada keperluan apa?” rio mulai menjaga jarak setelah pria di depannya terlihat kurang sopan.

“tidak banyak, hanya singkat saja. Saya harap anda menjauhi opsir bowo”

“maksud anda apa?” tanya rio penasaran.

“sudah, jangan banyak tanya. Yang penting jauhi dia. Kalau anda masih mendekati dia, sesuatu akan terjadi”

“saya tidak kenal anda. Dan tidak paham maksud anda. Tapi saya tidak takut” jawab rio dengan nada menantang.

“terserah anda. Lihat saja nanti” kata pria tersebut dan langsung beranjak pergi. Rio yang belum paham dengan maksud pria tersebut hanya terdiam. Namun, ia kemudian tidak ambil pusing dan langsung masuk ke dalam club lagi.

...............

Andi masuk kantor sore hari setelah seharian berusaha mencari keterangan tentang kasus yang sedang ia tangani. Tiba di kantor, ia langsung mencari Bowo. Kata orang yang ada di kantor, Bowo sedang ada di ruang ganti. Andi langsung menuju ruang ganti. Setelah masuk ke ruangan tersebut, ia tidak mendapati Bowo di dekat loker-loker. Andi malah mendengar bunyi shower. Sepertinya ada yang sedang mandi. Bowo kah itu?pikir Andi. Dengan pelan-pelan ia menuju bagian dalam ruang ganti yang berupa kamar mandi dengan sekat-sekat dari plastik. Namun, saat Andi sudah berada di dalam, ternyata Bowo mandi tanpa menutup tirainya. Ia biarkan terbuka saja sehingga andi bisa melihat jelas tubuh telanjang Bowo yang sedang di bawah guyuran air. Melihat tubuh telanjang Bowo, birahi andi tergerak. Namun ia hanya bisa memandang tubuh seksi Bowo dari jauh. Ia amati sejengkal demi sejengkal tubuh Bowo. Ia nikmati lengan Bowo yang cukup berotot, dengan bulu ketiak yang lebat. Lalu dada bidangnya, dengan puting besar hitam yang ketat. Dan tentu saja bagian kontol Bowo yang masih loyo. Andi begitu terpesona melihat bagian vital milik Bowo itu. Bagaimana tidak, masih dalam keadaan loyo saja ukurannya sudah sebesar itu. Dihias dengan bulu jembut disekitarnya, membuat kontol Bowo semakin indah dipandang. Ough...Andi sangat memuja Bowo. Apalgi saat bowo yang sedang mengusapkan sabun, mulai memainkan kontolnya dengan tangan kirinya. Ia sepertinya akan melakukakan mastrubasi. Ah...jantung andi makin tidak karuan. .....Ia sampai tidak bisa mengatur nafas dengan baik karena melihat tubuh Bowo. Saat Andi masih menikmati tubuh telanjang Bowo, tiba-tiba yang punya tubuh menyadari kehadirannya.

“eh, ada kamu ndi?” sapa Bowo saat meliaht andi ada di depannya. Andi yang tadi masih terpesona dengan tubuh Bowo, menjadi kaget dan gugup. Ia sampai tidak bisa bicara apa-apa.

“ee..ee...” kata andi sambil berusaha mengalihkan mukanya supaya tidak ketahuan telah menonton gratis tubuh Bowo.

“udah lama” kata Bowo lagi sambil mematikan shower dan mengambil handuk. Ia lalu mengusap tubuhnya dengan handuk. Kemudian ia melilitkan handuk tersebut di tubuhnya dan berjalan ke luar. Andi lalu mengikutinya tanpa mengatakan apa-apa. Saat sampai di loker, Bowo mengambil beberapa pakaian bersih dan mengenakannya.

“gimana ndi, ada perkembangan?” tanya Bowo soal kasus.

“belum banyak. Ada yang belum jelas. Tapi, saya ada firasat bahwa rio, penulis novel itulah yang telah membunuh”. Mendengar nama rio disebut, Bowo sedikit kaget.

“apa itu sudah yakin? Kita jangan sampai menuduh orang tanpa ada bukti kuat” kata Bowo yang membela rio.

“memang belum ada bukti, tapi saya akan mencari saksi kunci. Dari saksi itu, kita akan dapat bukti kuat” rio sepertinya terus menekan Bowo agar ia mempercayi dugaanya.

“lebih baik, kamu cari kemungkinan pelaku lain. Saya rasa rio bukan pembunuhnya” jelas Bowo. Ya, sepertinya Bowo sudah jelas-jelas membela rio tanpa dasar kuat. Ia hanya memikirkan perasaannya.

“tidak pak, saya percaya dengan apa yang saya rasakan. Dan saya akan membuktikan itu” kata andi. Kemudian dia langsung berlalu dengan rasa kecewa. Ia merasa kalah bersaing dengan rio. Bowo sudah membela rio begitu saja. Dalam hati, Andi semakin memperkuat tekad untuk menghancurkan Rio.

Tekad andi tidak main-main. Dengan susah payah, akhirnya ia mendapatkan sebuah cara. Cara licik yang bisa mencelakai banyak orang. Namun, karena ia sudah diliputi perasaan cemburu buta, apapun kan ia lakukan. .......................

#4 Bowo dan Rio sedang makan malam bareng. Mereka terlihat mesra.

“ke kos yuk?” ajak rio.

“mau apa?”

“ah, pura-pura gak tau”

“oo..udah mulai gatel lagi?”

“aduh, mana ada pantat gak gatel kalo ada kontol polisi gedhe!” kata Rio berkelakar.

“hahahaha..ada-ada saja”

“ayo...” ajak rio sambil berdiri dan menarik tangan Bowo. Lalu, mereka keluar dari tempat makan dan menuju kos.

Tiba di kos, mereka sudah tidak bisa mengendalikan diri. Mereka langsung saja berciuman. Sambil berciuman penuh nafsu, mereka saling melepaskan pakaian masing-masing. Mulai dari baju, celana sampai celana dalam, semuanya sekarang sudah tanggal dari tubuh mereka. Bowo dan Rio sekarang sudah telanjang bulat dan saling memamgut satu sama lain. Leher dan belakang kuping pasangannya tidak luput dari bibir mereka. Ough...birahi mereka naik dengan cepat. Sambil tangan mereka yang menggerayangi sekujur tubuh satu sama lain. Hingga akhirnya, Rio berinisiatif untuk jongkok dan menghadap tepat di depan kontol Bowo. Ia langsung memegang kontol gedhe milik Bowo dan membauinya. Ough...bau maskulin menyeruak di dalam hidung yang semakin menmabah gairah Rio. Lalu tanpa basa-basi lagi, Rio mengocok pelang kontol Bowo sehingga kontol tersebut menjadi mengacung tegak. Ah..kontol Bowo benar-benar sangat besar. Rio sangat memujanya. Tangan kananya mengocok-ngocok pelan, sambil tangan kirinya memainkan bulah pelarnya.

“ough....” Bowo mulai mendesah keenakan. Tak berapa lama, Rio langsung memasukkan kontol tersebut di dalam mulut. Dan saat sudah berada di dalam, ia menghisapnya.

“arghhhhhh...” Tubuh Bowo menggelinjing, sampai-sampai ia harus menjambak rambut Rio yang sedari tadi sudah ia pegangi.

“ah..ah..ah...” Bowo mendesah karena nikmat. Kuluman Rio memang enak. Ia masukkan kontol ke dalam, ia sedot dari dalam, ia keluarkan lagi, ia kocok dengan tangan, berulang-ulang kontol Bowo diperlakukan seperti itu. Siapa yang bisa tahan!

“ough...lagi..ough...” desah Bowo setiap kali kontolnya di hisap dari dalam. Ia hanya bisa mendesah dan menggelinjing saat kontolnya mendapat sensasi luar biasa dari mulut Rio.

“ough..ough...” keringat mulai bercucuran keluar dari tubuh Bowo. Hingga akhirnya, tak lama kemudian, ia merasa akan klimaks.

“ough shit...mo keluar, ough...” kata Bowo. Lalu Rio mempercepat kocokan dan sedotannya.

“ah..ah..ah..” dan akhirnya,

“ourrrrgggghhhhhhhhhh.............” Crot, crot. Crot....mani muncrat dari kontol Bowo.

“ough..ough..ough...shit...” kata Bowo sambil nafasnya yang tidak teratur. Mani yang ia muncratkan mengani muka Rio. Dengan senang hati, rio juga menjlati sisa-sisa mani yang berceceran di muka dan kontol Bowo.

“ah..ah..ah..” desah Bowo masih untuk menikmati nikmat. Lalu kontolnya yang masing dalam gengaman rio mulau mengecil. Rio lalu bangkit dari jongkok dang berdiri untuk langsung mencium mesra bibir Bowo. Setelah itu, Bowo menarik tubuh rio dan membaringkannya ke atas ranjang. Sepertinya, Bowo pun ingin merasakan kontol Rio. Dengan sigap, Bowo langsung memegang kontol rio yang sudah menegang. Kontol rio berukuran cukup besar, meskipun tidak sebesar kontol Bowo. Yang menari dari kontol rio adalah bulu-bulu jembutnya yang tidak terlalu banyak. Sepertinya ia rajin mencukurnya. Mungkin itu sebagai tuntutan pekerjaan penari telanjang. Tangan Bowo mengocok pelan kontol rio yang sudah menegang.

“ough....” rio mulai mendesah. Kemudian, seperti sudah tidak sabar lagil Bowo langsung memasukkan batang kontol rio ke dalam mulut.

“ough...ahh....” rio semakin mendesah. Apalagi saat mulut Bowo sedikit demi sedikit mulai memompa kontol rio. Bowo sangat menikmati kontol rio. Sebelumnya ia belum pernah merasakan yang seperti ini. Ia sempat heran mengapa bisa menyukai kontol. Namun ia tepis pikiran tersebut, ia tetap saja menikmati kontol rio. Ia masukkan ke dalam mulut, lalu ia sedot dalam-dalam, dan kemudia ia keluarkan.

“oughhhhh...ah...ah...” tubuh rio mengalami sensasi yang luar biasa. Ia sampai menggelinjing berulang kali karena rasa nikmat. Permainan mulut Bowo pada kontol rio tidak berlangsung lama. Ternyata Bowo sudah tidak tahan ingin segera ngentot lobang rio. Ia kemudian memnita rio berganti posisi. Bowo ingin gaya dogystyle. Rio pun menurut dan mengambil posisi nungging. Bowo sendiri mempersiapkan diri dengan mengocok-ngocok kontolnya agar tegang sempurna.

“ayo, masukin...” pinta rio memohon saat menoleh untuk melihat Bowo. Ia juga melihat betapa besarnya kontol Bowo saat tegang.

“masukin kontol gedhe kamu, please....” pinta rio lagi. Namun Bowo belum akan mulai. Ia ternyata masih memberikan pemanasan terlebih dahulu pada lobang rio dengan menggunakan jari-jarinya.

“ourgh....” rio sudah menggeliat saat jari Bowo mulai masuk. Ia bisa merasakan jari-jari Bowo yang menari-nari di dalam anusnya. Setelah di rasa cukup, Bowo mencabut jari-jarinya dan mulai mempersiapkan kontolnya.dan, blesss...kontol gedhe milik Bowo masuk ke dalam lobang rio.

“ough...ough...ough....” Bowo mulai memacu pinggulnya. Ia gerakkan depan belakang sehingga kontolnya menusuk-nusuk lobang anus rio.

“argh..argh...”

“ough...ough...” hawa makin memanas. Dari tubuh keduanya, keringat keluar dengan derasnya. Bowo memaju-mundurkan pinggulnya sambil memegangi pinggang rio.

“oah...oah...lagi! lebih dalam...ough...” rio sangat menikmati kentotan Bowo.

“uu yeah...uu yeah...” gerakan pinggul Bowo makin ganas. Sesekali ia menunduk untuk mencium punggung rio. Bahkan tak segan, ia menggigitnya halus.

“arghhh....” rio terdengar berteriak kecil.

“kontol kamu enak banget! Masukin lebih dalam.

"Ah..ah....” desah rio yang tak tahan merasakan sensasi di lobangnya. Bowo mendengar itu makin bersemangat. Gerakan pinggulnya semakin cepat dan dalam.

“ough..ough...ough....” kontol bowo yang 19cm, keluar masuk dari lobang rio yang sudah merekah merah.

“agh..agh..agh…”

“ough…ough…ah…”. Suara desahan mereka silih berganti. Sesekali bowo menahan kontolnya di dalam anusku dan kemudian baru menggoyangkannya.

“ough………..argh…..” rio sangat suka dengan gerakan itu.

“ough....enak!!!goyang lagi, please....” pinta rio ketagihan.

“ough…ough…” rio bisa merasakan jelas saat kontol bowo berada di dalam dan menusuk-nusuk lobangnya. Rio menoleh dan melihat muka bowo yang berkeringat karena mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengentot. Setelah kurang lebih 10 menit, bowo menghentikan kentotannya.

“kok berhenti?” tanya rio sedikit kecewa.

“gak kok, cuman ganti posisi” terang bowo dengan senyum menggoda. Sekarang rio disuruhnya terlentang. Lalu kakinya diangkat ke atas dan dibuka lebar-lebar sehingga lobang anus rio terbuka. bowo sempat menjilati anus rio dengan lidahnya.

“ough…” tubuh rio kembali bergetar. Lidah bowo yang bermain-main di bibir dan di dalam anus sangat membuat rio merasakan nikmat. Bowo bersiap-siap memasukkan kontolnya lagi ke dalam anus rio. Kontol besarnya ia kocok sebentar untuk memaksimalkan ketegangan. Lalu setelah dirasa cukup, ia memasukkannya ke dalam lobang rio.

“Ough….” rio memejamkan mata sejenak untuk menikmati saat-saat yang mendebarkan sekaligus mengenakkan.

“Argh…arghh..” terrdengar rio juga mendesah. Lalu saat semuanya batang kontolnya di dalam, bowo menggerakkan pinggulnya lagi. Bulu jembut bowo yang sangat lembut menggelitik bibir anus rio. Sambil bertumpu pada kedua tanganya yang berada di samping tubuhku, bowo mengentot rio dengan lebih garang. Keringat bowo sampai jatuh berceceran.

“ough..ough…ough…”

“ah…ah…” mereka berdua mendesah karena semakin panasnya hawa. Gerakan pinggul bowo makin lama makin cepat, dia semakin beringas mengentoti rio. Ia menyodok-nyodokkan kontolnya ke dalam anus rio dengan sangat bernafsu. Maju-mundur, kadang kanan-kiri, ah..gerakan pinggul bowo sangat seksi.

“ough..ough..ough…”

“ah..ah..ah…” rio yang ditindih semakin tidak karuan karena merasakan nikmat yang sangat. Hingga akhirnya…

“ah..ah..ah..oughhhhhhhhh…” bowo sepertinya akan sampai ke puncak duluan. Ia semakin mempercepat gerakan kentotannya. Ia lalu menarik kontolnya dari lobang rio dan memeganginya. Kontol bowo yang sudah kembang kempis itu dikocoknya cepat, hingga akhirnya, crot..crot..crot…mani kental putih muncrat dari kontolnya berulang kali dan mengenai perut rio. Rio merasakan mani bowo yang hangat berada atas perut.

“argh..argh…” bowo mencoba mengatir nafas sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan.

“ah..ah..ah..” muka bowo terlihat merah dan berkeringat, mungkin karena rasa enak yang sedang ia dapatkan. Lalu, melihat rio yang belum klimaks, bowo langsung mengulum kontol rio. Argh…rio seperti disengat listrk ketika bowo mulai menyedot kontolnya di dalam mulutnya.

“Argh..argh…” rio semakin tidak karuan, kuluman bowo membuatnya bergetar. Tak butuh lama untuk mengocok kontol rio. Hanya kurang dari lima menit, kontol rio sudah muncrat mengeluarkan mani kental seperti lahar yang mengeluarkan magmanya.

Crot..crot…ough…ough… rio menggelinjing saat itu semua terjadi. Setelah itu puas melampiaskan nafsu, mereka berdua sangat capek dan akhirnya tertidur. Bowo memeluk erat rio. Mereka berdua tidur telanjang bulat dengan mesranya, tanpa mereka tahu apa yang akan terjadi keesokannya.

..............

Keesokan harinya, sekitar pukul 06.00, 2 mobil polisi berhenti di depan kos rio. Sejumlah polisi turun dari mobil yang salah satunya adalah andi. Tanpa meminta ijin, mereka langsung masuk ke kos tersebut dan sesuai perintah andi, polisi-polisi itu menuju kamar rio. Dan karena kebetulan kamar rio tidak dikunci, sehingga mereka masuk tanpa ada halangan apapun. Andi berada paling depan, diikuti oleh sekitar 4 polisi. Saat mereka masuk, polisi-polisi tersebut mendapati bowo dan rio masih tidur di atas ranjang tanpa sehelai benagpun dan berpelukan. Para polisi sangat kaget dengan apa yang mereka lihat karena melihat atasannya, Bowo, sedang bergumul dengan pria. Mereka sempat terdiam dan hanya saling memandang. Namun, segara andi memberi kode supaya membangunkan mereka. Salah seorang polisi menggoyangkan ranjang dengan menggunakan kaki. Seketika, bowo dan rio terbangun. Mereka langsung kaget taktala melihat beberapa orang mengelilingi ranjang.

“sodara rio, anda ditangkap atas dugaan 2 pembunuhan!” teriak salah polisi sambil mengacungkan pistol. Bowo dan rio yang masih setengah sadar, belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi. Yang jelas, mereka langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang bulat. Mereka berdua masih bingung.

“sodara rio, anda akan dibawa ke kantor polisi” kata seorang polisi sekali lagi. Kemudian, tanpa bilang apa-apa, ia 2 orang polisi menarik paksa rio turun dari ranjang. Rio yang tidak siap, langsung jatuh.

“aaahhh...” teriak rio. Bowo yang melihat kejadian itu, mencoba turun dari ranjang untuk menolong rio. Namun, ia dihalang-halangi oleh andi.

“apa-apaan ini!” kata bowo dengan nada marah. Ia lalu memandang andi.

“tenang pak, ini sudah sesuai prosedur” jelas andi singkat.

“maksudnya?” tanya bowo sekali lagi sambil melihat rio yang dengan paksa harus merelakan tangannya diborgol padahal dia belum mengenakan pakaian.

“pak, rio telah terbukti sebagai pembunuh atas kasus yang terjadi minggu lalu. Selain tiu, ia juga menjadi tersangka utama atas pembunuhan terhadap Roy, bartender club “heaven” yang terjadi semalam” terang andi.

“tidak, itu tidak mungkin” ucap bowo sambil terus berusaha melepaskan diri dari pegangan andi dan seorang polisi lain.

“tenang pak, saya sudah melakukan penyelidikan. Dan semua yang didapat, mengarah pada rio. Dia harus dibawa sekarang” kata andi. Ia lalu memberikan perintah kepada polisi yang lain untuk membawa keluar rio. Rio yang tangannya diborgol, terlihat tenang. Bahkan tidak terlihat sedikitpun rasa takut. Ia sepertinya sudah menduga dengan apa yang akan terjadi. Dan sebelum ia keluar pintu, ia sempat memandang tajam mata bowo. Bowo yang melihat rio seperti itu, jadi merasa bersalah. Akhirnya rio keluar ruangan dan dibawa ke kantor polisi.

Di dalam kamar, bowo bersama andi. Bowo masih belum bisa menerima apa yang sudah terjadi. Dengan hanya melilitkan handuk di pinggang, bowo berdiri di depan jendela menatap luar ruangan. Matanya menerawang jauh..

“pak...” sapa andi. Ia berusaha untuk membuat bowo mengerti. Duduk di kursi tak jauh dari tempat bowo berdiri, andi terlihat belum tenang sebelum bowo mau mengerti. Ia menatap punggung bowo yang gagah dan pantat yang seksi. Ia sangat menyukai itu semua.

“apa kamu sudah yakin dengan temuanmu?” akhirnya bowo berbicara.

“sudah pak. Saya tidak mungkin salah. Maaf kalau saya belum membicarakan ini semua dengan bapak”

“hm..sudahlah, saya tidak ingin membicarakan ini lagi” bowo bericara sambil berjalan menuju kamar mandi.

“oh iyah, pastikan apa yang terjadi pagi tadi ditidak tersebar” perintah bowo.

“baik pak” jawab andi. Kemudian, tubuh gagah bowo masuk ke dalam kamar mandi. Andi hanya menatap sambil menelan ludahnya sendiri.
..................
Di balik jeruji besi yang gelap dan pengap, tubuh rio digantung dengan kedua tangannya dirantai dan dikaitkan dengan atap. Ia hanya mengenakan celana dalam saja. Wajahnya tampak kusut dan capek. Sudah lebih dari 10 jam ia ditahan tanpa diberi makan atau minum. Ia juga belum dimintai keterangan apapun, dan tidak diperbolehkan untuk menghubungi siapapun. Ia hanya bisa meratapi nasibnya. Namun, dibalik wajahnya yang pasrah, ia sebenarnya tidak takut dengan apa yang akan dihadapinya. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan kerasnya hidup yang harus dijalani.

Sekitar pukul 6 sore, 3 orang polisi terlihat berada di luar sel. Namun hanya seorang yang masuk, ia adalah andi. Sedangkan dua polisi lain berjaga di luar. Andi masuk dan langsung mendekati tubuh rio yang tergantung lemah tak beradaya. Dengan muka sok, andi memegang dagu rio dan mengangkat mukanya supaya melihat matanya. Namun, tatapan andi dibalas dengan ludahan oleh rio. Kontan saja andi marah dan membalas perlakukan rio dengan tamparan keras di muka rio.

“kurang ajar!!” teriak rio sambil mengayunkan tangan kanannya ke pipi rio. Tidak hanya itu, ia kemudian meninjukan juga tangannya ke perut rio, hingga rio melenguh kesakitan.

“arghgh....”

“masih mau lagi?” tantang andi. Kemudian dia berjalan mengitari tubuh rio.

“inilah akibatnya jika tidak menuruti perkataanku. Sudah kubilang jangan mendekati bowo, kamu malah tidak menggubris dan semakin kelewatan. Apa sih yang sebenarnya kamu inginkan??” kata andi keras sambil mengangkat muka rio sekali lagi. Kali ini, rio diam saja tak menjawab. Ia hanya menatap tajam mata andi.

“ayo jawab!” tanya andi lagi sambil meninju perut rio. Tidak puas dengan itu, ia menggunakan kakinya dan menendang paha rio.

“arghhhhhhhh, polisi bajingan!” teriak rio kesakitan.

“hahahahaha...memangnya kenapa kalau aku bajingan? Toh, aku tetap menang. Lihatlah sekarang dirimu, apa yang bisa kamu lakukan?”

“tunggu saja nanti” jawab rio pendek.

“maksudmu, menunggu bantuan dari bowo?cuh....” balas andi sambil meludah tepat dimuka rio.

“apa yang bisa ia lakukan sekarang? Ia sudah tak bisa apa-apa lagi! Lagipula, aku tahu bahwa kamu mendekati dia karena ingin menyelamatkan dirimu dari kasus. Iya kan? Ayo jawab!!!” suara andi semakin meninggi. Tapi rio tetap saja diam, ia tak menggubris perkataan andi.

“okelah kalau kamu diam saja. Itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Yang jelas, kamu akan habis. Tidak ada jalan keluar bagimu” kata andi.

Kemudian ia memanggil dua orang polisi yang tadi menunggu diluar sel. Andi kemudian meminta tongkat polisi yang biasa digunakan untuk memukul. Dengan kode yang ia berikan, salah seorang polisi menarik celana dalam rio sehingga sekarang ia tergantung dengan tubuh telanjang. Lalu, andi dengan kejamnya memasukkan tongkat tersebut ke dalam anus rio.

“arghhhhhhhhhhh..........!!!” rio berteriak sejadi-jadinya karena merasakan sakit yang luar biasa.

“ini khan yang kamu inginkan dari bowo!” ucap andi sambil memasukkan tongkat lebih kedalam dan kemudian memilinnya. Bisa dibayangkan betapa sakitanya anus rio. Ia hanya bisa berteriak dan menggerak-gerakkan tubuhnya sambil berusaha melepaskan rantai di tangannya. Namun usaha yang sia-sia. Ia tetap berada pada posisi yang sama. Di pihak lain, andi semakin gila menyiksa tubuhnya. Ia sodok-sodokkan tongkat itu dengan cepat, sehingga rasa sakit yang dirasakan rio semakin menjadi-jadi. Rio sampai mengeluarkan air mata karena rasa sakit yang belum pernah ia rasakan.

“come on honey..enak bukan??” ejek andi. Ia kemudian menghentikan siksaan pada tubuh rio. Namun, bukan berarti rio bisa bernafas lega. Selepas andi keluar dari sel, ternyata dua orang polisi yang menyertai andi juga seorang yang gila. Dua polisi bertubuh besar dan hitam itu, mendekati tubuh telanjang rio yang semakin lemah. Mereka berdua mulai meraba-raba tubuh rio, mulau dari anus, kontol rio sampai pentilnya. Sepertinya mereka ingin mendaptkan kepuasan dari tubuh rio. Mereka pun melepaskan seragam yang dikenakan satu per satu. Sekarang, mereka berdua telanjang bulat dengan kontol yang besar. Satu polisi berada di depan rio, sedang yang satunya lagi membelakangi.

“apa yang mau kalian lakukan?” tanya rio bingung. Ia berusaha melepaskan diri, tapi sia-sia. Polisi-polisi tersebut bertindak semakin liar. Yang mencoba mencium paksa bibir rio, tapi rio menolaknya. Kemudian, ia ganti mencoba memagut leher rio.

“arghhhhh...” birahi rio sontak naik. Apalgi kemudian pria tersebut mengarahkan lidahnya dikedua putingnya. Dijilat dan digigit kedua putingnya sampai merah. Sedangkan polisi yang dibelakang, berjongkok dan menusuk-nusuk lobang anus rio dengan jarinya. Rio semakin kesakitan.

“bajiangan semua kalian! Polisi maniak!! Arggg...!!!” rio berontak., tapi semakin ia berontak, kedua polisi tersebut semakin gila-gilaan. Polisi yang didepan sekarang sudah menjamah kontol rio. Digenggamnya kontol tersebut kemudian ditarik-tarik. Rio merasakan perih. Lalu, kontol rio tersebut dikocok cepat, hingga berdiri. Tanpa sungka-sungkan, polisi tersebut kemudian jongkok dan mengulum kontol rio. Ia hisap kontol rio dengan penuh nafsu.

“ah..ah...” rio merasakan antara sakit dan nikmat. Ia hanya bisa mengadahkan kepala karena tidak tahu harus berbuat apa. Polisi yang di depan tidak jauh berbeda. Puas mengobok-obok lobang anus rio dengan jari, ia mengganti jari dengan kontolnya yang cukup besar. Ia mencoba memasukkan paksa kontolnya tersebut.

“ah, bajingan! Arghhhh....!” teriak rio saat tahu anusnya akan dibobol. Polisi yang dibelakang, kemudian membisikkan sesuatu ke telingan rio sebelum mulai mengentot.

“jangan takut, aku bisa memuaskanmu seperti halnya pak bowo” bisik polisi tersebut nakal.

“kurang ajar! Lepaskan aku!” rio masih saja mencoba untuk berontak, tapi tetap saja sia-sia. Ia akhirnya pasrah saat kontol polisi tersebut memasuki lobang anusnya dengan paksa.

“arrgghhh...” baik rio maupun polisi tersebut sama-sama teriak saat kontol itu masuk. Lalu, dengan sadis dan binal, polisi tersebut menghabisi pantat rio. Bahkan ia juga menggigit dan mencakar tubuh bagian belakang rio. Lebih dari satu jam rio mengalami penyiksaan seksual yang menyakitkan. Kedua polisi tersebut saling bergantian “memperkosa” rio. Rio sampai mau pingsan. Tapi ia berusaha untuk tetap sadar. Akhirnya, penyiksaan tersebut usai setelah polisi yang kedua puas mengentoti pantat rio. “thx's baby, tubuh kamu benar-benar nikmat” kata polisi yang pertama.

“bener banget, pantes pak bowo doyan ama kamu, hahahahaha....” lanjut polisi yang kedua.

Keduanya lalu mengenakan pakaian yang teserak di sel dan kemudian keluar dari sel. Keadaan rio di dalam sel semakin mengenaskan. Sekarang, tubuhnya berdarah-darah. Ia sampai ingin mati karena merasakan sakit yang luar biasa. Namun, ia bertekad tetap bertahan dan akan membalas dendam.

...................

Bowo sedang bingung. Akibat peristiwa tadi pagi, ia menjadi linglung. Bukan karena perilaku seksualnya yang sudah diketahui oleh orang-orang kantor, tapi lebih karena pengkhianatan yang dilakukan oleh rio. Ia merasa sudah mempercayainya, tapi rio tega membohonginya. Malam itu, ia sendirian di dalam apartemen. Hujan sedang turun dengan lebatnya. Ia merenung dan mencoba meresapi apa yang sudah terjadi. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Ia tidak tahu siapa yang datang. Setelah pintu dibuka, ternyata andi yang datang. Andi berkata bahwa ia mampir karena hujan diluar sangat lebat, kurang aman bila tetap berada dijalan. Bowo langsung mempersilahkan andi masuk.

“gimana pak?sudah agak baikan?” tanya andi membuka obrolan.

“lumayanlah, sudah tidak sepusing tadi” jawab bowo sambil merebahkan pantatnya di sofar yang empuk. Andi duduk di depan bowo, sambil mengamati perawakan bos-nya itu yang sangat menarik. Bowo duduk di sofa dengan kaos tanpa lengan, sehingga terlihat dadanya yang bidang dan sedikit bulu ketiaknya menyembul. Selain itu, bowo mengenakan celana jins yang dipotong sehingga menjadi celana pendek. Sangat seksi! Andi sampai menelan air ludah saat melihat itu semua.

“mau minum apa ndi?” tanya bowo tiba-tiba memecah lamunan andi pada tubuh bowo.

“eh...gak usah repot” andi berkata dengan terbata-bata. Sepertinya ia malu ketahuan mengamati tubuh bowo.

“okelah, nanti kalau haus ambil sendiri ya!”

“oke, bos”. Kemudian terjadi kesenyapan sebentar. Sepertinya andi datang tanpa tujuan yang jelas, ia tidak mempunyai bahan obrolan.

“ndi, aku mungkin mau lepas dari kasus itu dulu” kata bowo.

“iya pak, saya tau. Gak usah khawatir, nanti saya tangani” jawab andi. Bowo berkata seperti itu sebenarnya dengan berat hati. Ingin rasanya bagi dia untuk tetap memegang kasus ini. Tapi, karena kasus ada kaitannya dengan rio, penari club yang sudah bercinta dengannya, ia menjadi enggan. Bowo ingin menjauh dan melupakan rio dari pikirannya. Andi sendiri sepertinya memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati bowo. Sudah lama ia menunggu-nunggu saat seperti ini.

“bapak kelihatannya capek?” ucap andi.

“iya ndi, makanya itu saya mau tidur dulu”

“kalo gitu tidur aja pak, gak usah terbebani dengan saya. Nanti saya akan pulang kalau hujan sudah reda” jelas andi. Kemudian, bowo pun beranjak tidur. Ia melepaskan kaos dan celananya, sehingga hanya tidur memaki celana dalam. Andi mengamati itu semua dari jauh dengan hati deg-degan karena sedang menunggu sesuatu.

Satu jam selanjutnya, bowo sudah tertidur pulas. Andi masih berada di dalam apartemen. Setelah menunggu saat yang tepat, ia beranjak dari kursi dan mendekati ranjang dimana bowo tidur. Sampai di bibir ranjang, ia amati sebentar tubuh indah milik bowo yang sudah lama ia idam-idamkan. Lalu ia menarik selimut yang dipakai bowo. Bowo tertidur terlantang. Kemudian, andi dengan pelan-pelan duduk di bibir ranjang. Dan dengan penuh keberanian ia menarik celana dalam hitam yang dikenakan bowo. Ia tarik dengan pelan-pelan supaya bowo tidak terbangun. Setelah menariknya sedikit, sekarang andi sudah bisa melihat kontol bowo dari dekat. Ia amati dengan seksama, betapa indahnya kontol bowo yang setengah menegah dengan bulu-bulu lebat disekitarnya. Hingga akhirnya, ia memberanikan diri untuk mulai bertindak. Ia letakkan tanggannya di atas kontol tersebut, lalu ia mainkan sebentar. Melihat bowo tidak bereraksi, ia lalu menlanjutkan aksinya dengan mengocok kontol tersebut pelan-pelan. Dan karena sepertinya sudah tidak sabar, ia langsung menggunakan mulutnya untuk mengoral. Saat memasukkan kontol tersebut ke dalam mulut itulah, tiba-tiba bowo terjaga. Bowo terjaga karena merasa ada yang aneh dengan kontolnya. Dan saat ia melihat, ternyata andi sudah berada di selangkangannya sambil memegangi kontolnya yang sudah menegang penuh.

“ndi, apa-apaan ini!” teriak bowo kaget dan mengubah posisi tubuhnya dari terlentang menjadi duduk. Bowo juga mengambil bantal untuk menutupi kontolnya.

“pak...” andi berkata sambil naik ke atas ranjang mendkati bowo.

“ndi, sadar ndi!” ucap bowo. Tapi ternyata andi sudah gelap mata. Ia tetap saja mendekati bowo. Bahkan, setelah dekat, Andi menarik bantal yang digunakan bowo untuk menutupi kontolnya dan kembali memegang kontol tersebut. Bowo hanya diam melihat itu semua. Sekarang ia paham, bahwa ini yang diinginkan andi. Dan karena ia merasa iba, ia diam saja. Andi melanjutkan aksinya. Ia kembali mengoral kontol bowo dengan mulutnya.

“arghh....” bowo mulai mendesah. Baru kemaren malam kontolnya disedot rio, dan sekarang sudah disedot oleh andi.

“argh...” bowo menggeliat memperbaiki posisi duduknya dengan rebahan. Melihat bowo sudah nyaman dengan ini semua, andi menjadi semakin bebas. Ia mengoral kontol bowo dengan penuh nafsu. Sudah lama ia menginginkan ini semua. Setiap kali andi menyedot kontolnya dari dalam, bowo selalu menggerang pelan.

“argh...argh...” bowo mendesah sambil memejamkan mata dan meringis. Namun, ternyata andi menservis kontol bowo tidak lama. Ia berhenti dan kemudian membuka semua pakaiannya. Sekarang ia telanjang bulat juga. Setelah itu, ia menindih tubuh bowo. Ia menciumi leher, ketiak dan dada bowo dengan penuh nafsu. Ia sepertinya sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. Bowo yang berada dibawah, hanya menikmati saja tanpa bereaksi yang berlebihan. Sambil menciumi tubuh bowo, andi menggesek-gesekkan kontolnya yang sudah tegang pada kontol bowo. Jadinya kontol mereka saling bergesekan yang menimbulkan rasa nikmat. Naik turun tubuh andi supaya kontolnya menggesek kontol bowo. Mereka berdua sudah saling memacu birahi di atas ranjang. Setelah puas saling menggesek-gesek konto, andi menghentikan aksinya. Dia sekarang mengambil posisi jongkok di atas tubuh bowo. Sepertinya dia ingin supaya kontol bowo memasuki lobang anusnya. Sebelum mulai, ia amati dulu wajah tampan bowo yang berkeringat. Bowo sepertinya juga sudah tidak sabar ingin segera terpuaskan. Bowo tidur terlentang dengan kedua tangannya menopang kepala, sehingga ia seperti pamer bulu ketiak yang lebat. Andi sangat bergairah melihat sosok bowo di atas ranjang saat itu. Setelah itu, andi bersiap-siap memasukkan kontol bowo ke dalam lobangnya. Ia pegangi kontol bowo yang sudah tegang penuh, kemudian ia sedikit demi sedikit menurunkan pantatnya dan memposisikan kontol bowo tepat di lobang anusnya. Setelah pas, ia langsung menurunkan badannya sehingga sekarang kontol bowo sudah terbenam di dalam lobang andi.

”ahhh....” andi mengerang saat lobangnya dimasuki kontol bowo. Begitu juga dengan bowo, ia langsung merasakan kenikmatan pada kontolnya karena masuk ke dalam lobang pantat yang masih sempit.

“ough...pantatmu sempit banget ndi...” ucap bowo.

“argh..argh....bapak suka khan?” tanya andi sambil menggoyang-goyangkan pantatnya supaya mendapatkan kenikmatan.

“argh..argh...argh,..iyah, enak ndi. Ayo terus!!” pacu bowo. Ia belum pernah bercinta dengan posisi seperti ini. Andi sendiri menggerak-gerakkan pantatnya, dan sesekali menaik turunkan badannya supaya mendapatkan sensasi yang bervariasi.

“ah..ah...kontol bapak gedhe, aku suka! Ough...” erang andi sambil terus memacu gerakan pinggul dan pantatnya sambil memegang kontolnya sendiri dan dikocoknya. Andi sesekali juga membungkuk untuk mencium bibir bowo, hingga mereka saling perpagutan.

“ough..ough..terus..ough...” desah bowo.

“argh...argh..argh..argh...” andi menggerang. Ia bisa merasakan kontol besar milik bowo yang berada di dalam anusnya. Kocokan tangannya pada kontolnya sendiri semakin membuatnya tak karaun.

“ough..ough...ough..” mereka berdua terus-terusan memacu birahi. Hawa di dalam kamar itu semakin panas meskipun di luar sedang hujan deras. Dan setelah kurang lebih 20 menit, sepertinya bowo akan mencapai puncak. Ia sudah merasakan pejuhnya berada di puncak.

“ah..ah..ah...ayo ndi, aku mau keluar!argghh...” erang bowo sambil memejamkan mata karena kenikmatan semakin ia rasakan. Melihat bowo akan klimaks, andi semakin memacu gerakan pantatnya.

“ough..ough..ough...” erang andi.

“arghh..argh..argh..arggggghhhhhhhhhh...........!” bowo mengerang dan menggelinjing saat pejuhnya menyembur di dalam lobang andi. Dan saking banyaknya, pejuh itu keluar dari lobang andi dan mengotori yang ada dibawahnya.

“argh..argh..argh..shit...argh...” tubuh bowo masih menggelinjing untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan. Andi sendiri sudah mulau menurunkan kecepatan gerakan pantatnya. Sekarang ia berkonsentrasi pada kontolnya ya ia kocok sendiri. Dan tak lama kemudian, ia mencapai puncak juga. Ia mempercepat gerakan tangannya.

“ough..ough...ough...oughhhhhhhhh...” pejuh milik andi muncrat dan mengenai perut bowo.

“hah...hah...hah...” andi mengatur nafas. Mukanya terlihat sangat puas, meskipun terlihat capek juga. Ia lalu merebahkan kepalanya di dada bowo. Keduanya lalu langsung tertidur karena rasa capek yang datang.

Paginya, bowo yang bangun terlebih dahulu. Saat membuka mata, ia mendapati tubuhnya telanjang bulat, selain itu ia juga mendapati andi berada di sisi lain ranjangnya dengan keadaan telanjang bulat juga. Sempat bingung dengan apa yang sudah terjadi, ia akhirnya ingat akan peristiwa semalam. Bowo lalu bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi. Kemudian ia menuju kantor tanpa membangunkan andi terlebih dahulu.
---------
#6 Pagi itu, suasana kantor polisi masih sepi. Bowo sudah datang dan langsung masuk ke ruangannya. Masih dengan pikiran yang kacau, ia mulai membuka file-file yang ada. Saat itulah, matanya tertuju pada sebuah novel. Novel tersebut adalah novel yang ditulis oleh Rio. Sempat bowo akan mengambil novel tersebut, tapi tiba-tiba ia urungkan niat tersebut. Bowo sepertinya sudah bertekad untuk melupakan rio.Saat keluar dari ruangan kerjanya, tak sengaja Bowo berpapasan dengan Rio yang baru saja keluar dari ruang interogasi. Keduanya tampak kaget dengan pertemuan tersebut. Mata mereka saling beradu. Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut mereka. Tetapi, beradunya mata mereka mempunyai banyak makna. Bowo melihat diri rio yang sangat menyedihkan. Ia sebenarnya merasa kasihan dan ingin menolong. Merasa tidak mampu berbuat apa-apa, Bowo-lah yang terlebih dahulu membuang muka. Ia beranjak pergi dan masuk ke ruangannya lagi. Sedangkan Rio masih tetap memandang sosok bowo dengan perasaan yang campur aduk.

Di dalam ruangan, pikiran Bowo semakin bingung. Ia belum mampu memecahkan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Semakin ia berpikir, semakin ia merasa pusing. Namun, satu hal yang masih kuat ia rasakan adalah perasaannya terhadap rio. Ia semakin menyadari bahwa ia sayang pada rio. Bowo berpikir keras, bahwa ia harus berbuat sesuatu untuk rio.

Dengan wewenang yang ia miliki, bowo melakukan sesuatu untuk bisa melegakan hatinya, sekaligus menolong rio. Ia memutuskan untuk membebaskan rio dari tahanan dengan alasan kurang bukti. Apa yang ia lakukan adalah hal yang sangat berani. Akan tetapi, karena ia sudah bertekad dan siap menghadapi semua resikonya, bowo tetap melakukan hal itu.

Rio berbaring di atas ranjang dengan pikiran yang menerawang jauh. Ia masih memikirkan pertemuan dengan bowo tadi. Ia membayangkan mata dan tatapan bowo yang sangat tajam. Hati rio menjadi miris mengingat apa yang sedang dialaminya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena berada dalam penjara. Ah, seandainya...pikir rio dalam hati. Dan tiba-tiba saat rio masih dalam lamunan, seorang opsir polisi membuka pintu jeruji. Rio bangkit dan duduk di bibir tempat tidur. Rio berpikir mungkin ia akan di interogasi lagi atau mungkin juga ada tamu yang ingin menjenguknya.

“Sodara rio, silahkan kemasi barang-barangmu” kata opsir tersebut. Rio belum paham dengan apa yang baru saja dikatakan oleh polisi tersebut. Ia masih belum beranjak dari duduknya.

“cepat kemasi barang-barangmua!waktunya tidak banyak!” kata polisi itu lagi dan akhirnya membuat rio bergegas mengemasi barangnya. Setelah selesai, rio langsung keluar dari ruang tahanan. Saat di jalan, ia sempat bertanya pada polisi tersebut.

“saya akan dipindah kemana?” rio menduga ia akan dindahkan.

“tidak kemana-mana. anda bebas” jawaban dari polisi yang membuat rio kaget.

“bebas?” tanya rio keheranan.

“iya, penyidik kurang bukti sehingga anda dibebaskan” jelas polisi sambil menyerahkan beberapa barang sitaan milik rio.

“beruntung kamu, pak bowo sudah membantumu sehingga kamu bisa selamat” kata polisi lagi. Mendengar perkataan itu, rio kaget.

“tapi hanya untuk sementara. Paling nanti kamu kembali lagi jika kami sudah mendapat bukti lebih” kata polisi itu lagi sambil meninggalkan rio sendiri. Dalam hatinya, belum habis keheranan akan kebebasannya dari penjara, rio semakin kaget karena ini berkat bowo yang sudah membantunya. Lebih jauh lagi, rio juga semakin yakin jikalau bowo masih menyimpan rasa kepada dirinya.

Siangnya, Andi datang ke kantor polisi dan langsung menemui bowo. Dengan nada marah, ia menanyakan masalah pembebasan rio. Andi merasa sudah dilangkahi wewenangnya karena ia yang memegang kasus ini. Apalagi ada komitmen dari bowo bahwa ia tidak akan ikut campur dan menyerahkan semua masalah kepada andi.

“pak, kenapa bapak membebaskan rio?padahal....”

“sudah ndi, saya sudah membuat keputusan” kata bowo memotong perkataan andi.

“bapak tidak bisa seperti ini. Bukankah kasus ini saya yang pegang?”

“saya minta maaf soal kelancangan ini. Tapi, bagaimanapun juga saya atasan kamu. Dan saya berhak melakukan apapun”

“tapi mengapa bapak tidak membicarakan dengan saya dulu?” nada bicara andi semakin naik.

“tidak harus saya membicarakan denganmu. Semua ada ditangan saya. Oh iya, mulai saat ini saya yang akan pegang kasus ini lagi”

“pak...” kata andi setengah merayu.

“sudah ndi, tidak ada yang akan dirubah. Ini sudah menjadi keputusan” terang bowo sambil berdiri dan lalu menatap keluar jendela. Andi yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, masih berusaha mengambil hati bowo. Ia lalu mendekati bowo. Langsung saja ia memeluk tubuh bowo dari belakang.

“pak...” bisik andi sambil terus mempererat pelukannya. Bowo yang kaget dengan perilaku andi, menjadi merasa jengah. Tanpa berkata apa-apa, ia melepaskan diri dari pelukan andi dan kemudian keluar ruangan. Andi untuk kesekian kalinya merasa disakiti.

Pagi harinya, kepolisian dihebohkan dengan penemuan sosok mayat. Ada tanda-tanda kekerasan dari tubuh tersebut. Sepertinya mayat laki-laki tersebut disiksa terlebih dahulu sebelum di bunuh. Dan yang lebih mengagetkan adalah, laki-laki tersebut mati karena ditusuk lehernya dengan bolpoint dan diketemukan dalam keadaan telanjang seperti penemuan mayat laki-laki beberapa hari lalu yang sempat menjadi kasus besar. Pihak kepolisian langsung melakukan penyidikan. Bowo yang kembali menangani kasus-kasus pembunuhan, berusaha untuk mencari petunjuk lebih. Meskipun bukti sudah meyakinkan bahwa mayat yang ditemukan sama persis dengan yang dulu, akan tetapi bowo belum berani memastikan apabila kedua kasus tersebut berkaitan.

“pak, sudah pasti dua mayat tersebut berkaitan. Dan saya juga yakin, pelakunya adalah rio yang kemarin kita bebaskan” bujuk andi. Bowo masih saja diam.

“pak..apa lebih baik kita menangkap lagi rio. Ini tindakan jaga-jaga”

“jangan...bukti-bukti yang mengarah ke dia belum cukup. Nanti akan sia-sia seperti kemarin”

“kurang bukti bagaimana pak?kemarin saat ia ditahan, tidak ada kejadian pembunuhan. Tapi lihat, baru 1 hari bebas sudah ada pembunuhan lagi. Itu kan bisa dijadikan bukti kalau dia pelakunya!” andi semakin sengit mempertahankan argumennya.

“belum..belum saatnya. Kita harus cari bukti lain dulu”

“arghhh.....!!! bapak kenapa sih? Jangan-jangan, bapak masih berhubungan dengan, sehingga...”

“jangan bahas itu lagi” potong bowo dengan nada yang terlihat marah.

“ingat, saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya”

“maaf pak...” andi berkata pada bowo. Karena jengkel, bowo pergi meninggalkan andi.

Bowo keluar kantor untuk mencari udara segar. Ia benar-benar dibuat pusing dengan kasus ini. Bowo mengambil mobil dan langsung memacunya di jalanan. Tanpa ia sadari, ada mobil yang membuntutinya. Dan seperti sudah bisa ditebak, yang berada di dalam mobil adalah rio. Rio mengikuti bowo dengan tujuan yang tidak jelas. Ia hanya membuntuti tanpa ada keinginan untuk menyalip apalagi menemui bowo. Ia hanya membuntuti. Mobil bowo berhenti di depan sebuah coffe shop. Ia lalu memesan sesuatu dan duduk di tempat yang dekat dengan jalan. Bowo sepertinya ingin menikmati jalanan untuk bisa melepaskan kepenatan yang ada dipikirannya. Di tempat lain, rio masih membuntuti bowo. Dari kejauhan ia memandang sosok bowo dengan penuh kerinduan. Ingin rasanya ia mendekat dan menyapanya. Namun, ia ragu-ragu. Ia merasa bowo masih belum memaafkannya. Untuk sesaat, rio ingin melihat bowo dari dekat. Dengan hati-hati, ia turun dari mobil dan berjalan mendekati dimana bowo duduk.. Rio mengenakan kacamata dan topi untuk mengelabui. Saat sudah merasa dekat, rio berhenti dan kembali memandang bowo dari jauh. Rio memandang bowo dengan pikiran yang menerawang jauh. Saat rio sedang asyik memandangi bowo, tiba-tiba saja bowo melihat sosok rio. Memang bowo belum yakin kalau itu adalah rio. Bowo memandang sosok dikejauhan yang memakai kacamata dan sedang mengamatinya. Sesaat ia pandang dengan seksama. Rio yang menyadari keberadaannya diketahui bowo, bergegas pergi karena takut ketahuan. Ia lari menuju mobil. Bowo melihat rio lari menjadi semakin penasaran. Ia mengejar, tapi sayang gagal. Rio sudah masuk mobil dan pergi dari tempat itu.

Pagi harinya, ditemukan lagi mayat dengan kondisi tubuh yang sama dengan kemarin. Dan yang lebih menghebohkan, mayat yang ditemukan adalah mayat anggota kepolisian. Penemuan mayat tersebut membuat kasus ini semakin rumit saja. Bowo menjadi sangat pusing. Belum ada petunjuk jelas tentang kasus ini. Terlintas dalam pikirannya untuk melakukan saran andi untuk kembali menahan rio. Ia ragu, apakah rio benar tidak melakukan pembunuhan. Bowo mengingat perkataan rio saat mereka habis bercinta bahwa ia sama sekali tidak membunuh. Kata-kata rio tersebut sangat tulus dan tidak terlihat sedang berbohong. Larut malam ia baru pulang dari kantor. Dalam perjalanan, ia mendapat sms bahwa andi mendapat info penting. Bowo diminta untuk menemuinya di apartemen andi. Sebenarnya bowo malas untuk ke sana, tapi karena berpikir ini adalah tugas, ia pun segera menuju apartemen andi.

“masuk pak..” andi mempersilahkan bowo masuk kamar.

“maaf, menghubungi bapak selarut ini. Silahkan duduk” kata andi. Bowo duduk di sofa yang sudah tidak terlalu empuk.

“tidak apa-apa” jawab bowo singkat.

“saya ambil minum dulu” andi bergegas ke dapur. Saat sendirian, bowo mengamati kamar andi. Ia menilai kamar tersebut sudah berubah. Jauh berubah dari saat terakhir ia datang ke apartemen ini. Bowo merasa kamar ini semakin gelap saja. Tak berapa lama, andi datang dengan membawa minuman. Ia lalu duduk di samping bowo.

“apa yang kamu dapat ndi?” tanya bowo tanpa basa-basi. Ia sepertinya tidak ingin berlama-lama.

“oh itu....” jawab andi sekenanya. Ia ternyata tidak serius dengan ini. Ada maksud lain saat ia memanggil bowo ke apartemennya. Andi masih saja diam saat bowo menunggu jawaban darinya.

“sudahlah...” kata bowo sambil bangkit dari sofa dan berniat keluar. Tapi tangannya di pegang andi.

“sebentar pak. Tolong, ada yang ingin saya bicarakan” bujuk andi. Beberapa saat, bowo masih saja berdiri. Tapi akhirnya mau duduk lagi. Namun, raut mukanya menunjukkan ketidaknyamanan. Andi membenahi duduknya mendekat ke arah bowo.

“pak..apa perasaan bapak terhadapku?” tanya andi. Mendengar pertanyaan tersebut, bowo kaget. Ia kembali memandang ke arah wajah andi.

“pak..jawab?”

“hm..tidak ada apa-apa. Saya menganggap kamu sebagai rekan kerja, atau paling tidak teman” jawab bowo diplomatis.

“benarkah itu?” andi seperti bersedih.

“iya, tidak ada keraguan dalam diriku”

“lalu, soal itu. Hubungan seks yang sudah saya dan bapak lakukan?” tanya andi lagi.

“lupakan soal itu, anggap saja itu tidak pernah terjadi” terang bowo yang membuat andi semakin bersedih. Tidak hanya itu, perasaan andi seperti dicabik-cabik. Andi tidak menyangka bowo akan berkata seperti itu. Dengan menahan perasaan yang campur aduk, andi tetap bersikap normal.

“maaf ndi, jika saya sudah membuatmu sakit hati. Tapi hanya itu yang bisa aku katakan. Itu lebih baik daripada nanti-nanti”

“iya. Oh, silahkan diminum pak..” pinta andi. Bowo mengangguk pelan. Ia lalu mengambil cangkir dari meja dan meminumnya.

“bapak kelihatan capek?” tanya andi. Bowo yang sudah minum sedikit, mendengar perkataan andi samar-samar. Ia juga mulai merasa pusing. Pandangan matanya mulai kabur.

“pak...kenapa pak?” bowo masih mendengar suara andi, tapi sudah semakin kabur. Hingga akhirnya...

Bowo membuka mata dengan berat. Kepalanya sangat pusing. Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi. Beberapa saat, ia baru menyadari sesuatu. Ia ternyata sudah dalam keadaan terikat di atas ranjang dan mulut terbungkam. Selain itu, ia mendapati juga apabila ia telanjang bulat. Bowo bingung, apa yang sedang terjadi. Ia hanya mengingat bahwa ia berada di apartemen andi. Dan sekarang ini masih berada disini. Saat itulah, andi masuk ke kamar dan mendekat ke ranjang. Melihat andi, bowo kaget. Andi hanya tersenyum. Ia duduk di bibir ranjang. Ia mendaratkan tangannya di wajah bowo. Ia mengelus-elus wajah tampan bowo dengan lembut. Bowo tidak mau, ia membuang muka. Tapi andi memaksa. Dengan kasar, andi memalingkan muka bowo ke arahnya. Sambil tersenyum licik, andi berkata sesuatu:

“kenapa?kaget?” tanya andi. Ya, bowo kaget dengan diri andi. Ia tidak menyangka bahwa pria yang ada dihadapannya adalah andi. Ia seperti tidak mengenal sosok tersebut karena sangat berbeda dengan biasanya. Sosok yang sehari-hari terlihat biasa, jarang berbuat kasar, dan tidak pernah menunjukkan sifat licik. Namun saat ini, itulah yang dilihat bowo dari andi. Sosok yang penuh kebencian dan kemarahan.

"heran dengan diriku?” tanya andi pada bowo seperti bisa membaca pikiran bowo.

“tidak perlu heran, karena ini juga karena kamu!” andi berkata sambil berdiri dari ranjang. Ia menuju meja dan mengambil sesuatu dari laci. Lalu ia menunjukkan barang tersebut ke arah bowo. Melihat barang tersebut, bowo sangat kaget.

“hahahahaha.... ini khan yang selama ini kamu cari?” andi kembali mendekat ke arah bowo. Barang itu adalah bolpoint. Ya, hanya sebuah bolpoint tapi penuh dengan jawaban.

“sebentar lagi kamu akan merasakan bolpoint ini juga” andi mendaratkan bolpoint itu di kulit leher bowo sambil tertawa kecil. Bowo sekarang sadar, bahwa andi adalah pangkal dari semua permasalahan yang terjadi. Meskipun begitu, bowo masih belum percaya ini semua.

“oke, sebelum semuanya mulai, aku akan sedikit bercerita mengapa aku bisa seperti ini”.

Kemudian, andi menceritakan semuanya dari awal. Ini semua karena dendam. Rio, penulis novel yang menjadi ide pembunuhan adalah pria yang sudah merebut cinta pertama andi. Pria yang dicintai andi berpaling ke rio dan meninggalkannya. Oleh sebab itu, andi ingin balas dendam dengan menjerumuskan rio. Dengan membunuh orang seperti dalam novel yang ditulis rio, semua kesalahan akan ada pada diri rio. Dari situlah dendam andi akan terbalaskan karena bisa melihat penderitaan rio. Akan tetapi, kebebasan rio telah membuat dendam andi semakin memuncak. Oleh sebab itu, ia mulai melancarkan aksinya lagi. Satu demi satu rencana ia lakukan. Andi membunuh pria seperti yang pertama dulu ia lakukan. Dengan begitu, rio akan menjadi tersangka lagi.

“begitulah ceritanya..” bowo mendengarkan penjelasan dengan sedikit rasa takut. Ia belum bisa menebak apa yang akan dilakukan andi terhadapnya. Andi lalu membuka penyumbal mulut bowo.

“lalu, apa hubungannya dengan ini semua?” tanya bowo langsung.

“jelas ada. Karena kamu adalah penghalang untuk bisa membalas dendamku. Selain itu, kamu sudah menyakitiku berulang kali. Tidak ada salahnya jikalau aku bisa menghilangkan nyawamu”

“tapi, apa yang kamu lakukan tidak akan menghasilkan apa-apa”

“siapa bilang, aku akan bisa tidur nyenyak jika kamu dan rio tersiksa”

“aku gak yakin dengan itu”

“diam kamu! Sepertinya sudah saatnya untuk memulai. Tapi sebelumnya, ada sesuatu darimu yang ingin aku dapatkan” andi berkata sambil memasang muka nakal.

“apa yang akan kamu lakukan” bowo penasaran. Andi mendekat tubuh bowo yang tergolek tak berdaya di atas ranjang. Andi ternyata ingin menikmati tubuh bowo untuk terakhir kali. Ia mencium bibir bowo dengan kasar. Bowo tidak mau berusaha melepaskan diri. Andi tetap saja memaksa, sehingga terjadi pertarungan bibir. Puas dengan itu, mulut andi menciumi leher bowo.

“arghhh...” sontak birahi bowo naik. Andi semakin gila saja. Ia menciumi leher bowo sambil meremas-remas kontol milik bowo.

“argh..arghh...” bowo menggerang karena rasa sakit. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tapi sia-sia saja karena ikatan yang begitu kuat. Bibir andi semakin ke bawah. Sekarang, bibir itu menikmati dada milik bowo. Ia kulum kedua puting bowo yang hitam nan ketat. Kemudian ia hisap kuat-kuat.

“ough..ough..” bowo tetap saja menggerang pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Puas dengan puting, andi sudah siap untuk memainkan kontol milik bowo. Kontol panjang yang sangat indah. Dengan lembut, andi memegang kontol bowo yang masih lemas. Ia mulai meraba dan mengelus-elus pelan kontol tersebut. Bowo hanya bisa menikmati itu, meskipun ia sebenarnya tidak ingin menikmati itu. Hingga akhirnya, kontol bowo pun menegang. Saat itulah, andi mulai menggunakan mulut untuk mengoral. Ia masukkan kontol bowo ke dalam mulut dan mulai menyedotnya.

“ahhh....” bowo menggelinjing saat kontolnya di sedot dari dalam mulut andi. Selain itu, kocokan tangan andi, semakin membuat rasa nikmat yang begitu hebatnya.

“argh..arghh...argh...” erang bowo. Andi sendiri begitu menikmati kontol bowo. Sudah lama ia merindukan ini. Ia memasukkan dan mengeluarkan kontol bowo dari mulutnya. Ia jilati dengan penuh kelembutan seperti makan es krim. Ia sangat begitu memuja kontol bowo.

“argh...argh...” untuk beberapa saat, bowo sudah akan mencapai klimaks. Andi semakin mempercepat kocokannya pada kontol bowo.

“agh..arghh..argh...” bowo menggerang semakin lama semakin keras karena rasa nikmat yang memuncak.

“oh..oh..arghhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!” crot..crot... akhirnya, kontol bowo mencapai klimaksnya. Kontol tersebut mengeluarkan pejuh yang cukup banyak, hingga mengenai muka andi.

“oh..oh..oh...” bowo terlihat berkeringat. Ia merasakan rasa antara sakit dan nikmat. Andi sendiri setelah sukses membuat bowo muncrat, menjilati sisa-sisa pejuh yang tercecer disekitar selangkaan bowo. Andi seperti kucing yang menjilati sisa-sisa makanan.

Selesai dengan itu, ternyata andi belum puas sampai disitu. Ia bangkit dari ranjang dan mulai membuka bajunya satu persatu.

“kamu mau apa lagi ndi?” tapi andi tidak menjawab pertanyaan bowo. Ia sepertinya sudah kesetanan. Tapi saat akan beraksi, tiba-tiba hp milik andi berbunyi.

“ah..sialan” andi dengan kesal mengangkat telpon. Andi lalu keluar kamar. Saat andi sedang mengangkat telpon itulah, bowo berusaha untuk melepaskan ikatan pada tangannya. Dengan susah payah, ia berhasil melepaskan ikatan tali di tangannya. Ia juga bisa melepaskan ikatan pada kakinya. Namun, saat akan turun dari ranjang, andi sudah masuk ke dalam kamar lagi. Keduanya sama-sama kaget.
---------
#7

“hey!” teriak andi. Lalu dengan sigapnya, ia lari mendekat ke arah ranjang dan langsung menubruk tubuh bowo sehingga keduanya sekarang bergulat di atas ranjang. Keduanya sama-sama telanjang. Karena tenaga andi lebih kuat, andi sepertinya yang akan memenangkan pergulatan tersebut. Ia menindih tubuh bowo. Andi memegang kedua tangan bowo dan membekapnya.

“jangan harap kamu bisa lari. Kamu akan mati!” cerca andi. Namun, saat itu juga bowo membalikkan keadaan. Ia dengan sisa-sisa kekuatan mendorong tubuh andi sehingga andi terjerembab di bawah ranjang. Bowo berusaha untuk turun dari ranjang dan keluar kamar. Ia tahu, harus segera mencari senjatanya untuk melumpuhkan andi. Namun, karena bowo sudah tidak mempunyai tenaga, ia tak mampu untuk keluar kamar. Baru sampai di depan pintu, kaki bowo sudah di pegang oleh andi dan langsung menjatuhkannya. Keduanya lagi-lagi bergumul, kali ini di atas lantai. Andi yang lebuh kuat, kembali menindih tubuh bowo. Kali ini, ia membawa bolpoint yang tadi ditunjukkannya kepada bowo. Bolpoint itu akan ditusukkan ke leher bowo. Dengan susah payah, andi mengarahkan bolpoint tersebut ke leher bowo. Tangan andi dipegangi oleh bowo, sehingga terjadi saling adu kekuatan. Bowo berpikir bagaimana ia bisa melepaskan diri dari dekapan andi. Karena ia sudah lemas tidak punya kekuatan lebih. Akhirnya, dengan sisa-sisa kekuatan, bowo mendorong tubuh andi sekali lagi. Memang, dorongan itu tidak sampai membuat andi terjerembab seperti tadi. Akan tetapi paling tidak, dorongan itu bisa membuat dirinya lepas dari tindihan andi. Untuk sekali lagi, bowo berusaha keluar kamar. Kali ini dengan merangkak karena ketidakmampuannya untuk berdiri. Andi sendiri kembali mengejar bowo.

“mau kemana kau?” teriak andi. Ia berdiri dan mengejar bowo. Bowo dengan sekuat tenaga merangkak sambil mencari dimana senjatanya berada. Bowo melihat senjatanya berada di bawah meja. Dengan susah payah ia mendekati senjata tersebut dan mengambilnya. Bowo akhirnya memang bisa mendekati senjata tersebut dan hampir saja mengambilnya, sayang sebelum itu terjadi andi sudah menubruknya lagi.

“brukkk...!!!” tubuh bowo lagi-lagi ditindih oleh andi. Dengan posisi tengkurap dan ditindih oleh andi, tangan bowo masih berusaha untuk meraih pistolnya.

“hahahaha...saatnya kamu merasakan apa yang dirasakan pria-pria sebelumnya” andi berkata sambil mengarahkan bolpoint ke leher bowo. Andi tidak tahu apabila bowo sedang berusaha untuk mengambil senjata. Hingga, Dorrrr......... Terdengar suara tembakan. Entah apa yang terjadi. Tubuh andi yang masih berada di atas tubuh bowo tiba-tiba tersungkur. Bowo bangkit dan berusaha melihat keadaan andi. Ia melihat andi terkapar dengan luka tembakan tepat di dadanya. Darah mengucur dari dadanya tersebut. Nafasnya masih terdengr sedikit. Kemudian, bowo mengambil telepon. Ia ingin menghubungi polisi. Dengan tenaga yang tersisa sedikit, bowo melaporkan kejadian yang baru saja terjadi dan meminta bantuan segera. Tepat setelah ia menelpon, tenaga bowo habis dan langsung jatuh pingsan.

Bowo tersadar dari pingsan dan mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit. Ia tidak tahu sudah pingsan berapa lama dan apa yang selanjutnya terjadi. Saat itulah, masuk polisi, rekannya di kantor. Dari polisi tersebut, bowo baru tahu apabila ia sudah pingsan lebih 12 jam lamanya. Bowo juga diberitahu apabila kasus pembunuhan sudah terungkap dengan kematian andi. Mendengar itu, bowo menjadi lega. Namun disisi lain, ia masih menyimpan rasa trauma dan tekanan. Entah apa penyebabnya. Untuk itu, ia memutuskan untuk cuti dalam waktu tidak terbatas.

Seminggu setelah kasus itu, bowo masih shock. Dia hanya berada di apartemen terus. Rio sudah beberapa minggu tidak pernah terlihat, tiba-tiba muncul. Ia mendatangi apartemen bowo. Dengan pakaian penuh warna dan membawa makanan, ia berdiri di depan pintu. Cukup lama menunggu, akhirnya bowo membuka pintu. Saat itulah, rio melihat sosok bowo yang terlihat kacau. Wajah bowo terlihat kusam dengan bulu kumis dan cambang yang tidak pernah dicukur. Selain itu, saat membuka pintu, bowo hanya mengenakan celana pendek. Pemandangan yang tidak biasa karena sehari-hari bowo selalu berdandan rapi dan necis. Tapi, itu sepertinya tidak jadi masalah bagi rio, ia malah menyukai penampilan bowo yang seperti itu.

“mau apa kesini?” tanya bowo acuh.

“hanya ingin menjenguk”

“aku baik-baik saja”

“tapi, apa yang aku lihat tidak seperti yang kau katakan” kata rio yang masih berdiri di depan pintu.

“sudahlah, aku tidak ingin diganggu” kata bowo sambil mencoba menutup pintu lagi, tapi dihalangi oleh rio.

“paling tidak, perbolehkan aku masuk 10 menit” rayu rio. Bowo masih diam saja.

“5 menit...” rayu rio lagi. Bowo masih diam saja. Tapi akhirnya ia menyerah dan memperbolehkan rio masuk. Di dalam kamar, rio langsung meletakkan tas plastik berisi makanan di atas meja makan.

“mau makan?” rio coba melumerkan hati bowo. Tapi, hati perasaan bowo masih tak bergeming. Ia tak menghiraukan rio. Ia malah keluar dari kamar menuju balkon, duduk di kursi untuk merokok sambil melamun. Akhir-akhir ini, itulah yang sering dilakukan oleh bowo. Melihat bowo seperti itu, rio jadi merasa kasihan. Tetapi, ia menepis jauh perasaan kasihan tersebut karena ada rencana yang harus ia lakukan.

Setelah selesai meletakkan makanan, rio keluar munyusul bowo di lobi. Ia kemudian duduk di sebelah bowo. Rio menggeser sedikit duduknya sehingga berdempetan langsung dengan bowo. Bowo masih diam saja tak mempedulikan.

“kok dari tadi diam saja?” tanya rio. Tak ada jawaban dari bowo.

“tidak suka dengan kehadiranku ya?” tanya rio lagi yang diikuti dengan meletakkan tangan kirinya di atas paha bowo. Rio sedikit mengusap-usap paha bowo itu. Bowo lalu menengok dan memandang mata rio. Mereka berpandangan selama 10 detik tanpa ada yang berbicara. Rio ternyata melihat kesempatan dalam kondisi seperti ini. Ia menyorongkan mukanya dan mencoba mencium bibir bowo. Namun sebelum keinginan rio tercapai, bowo sudah memalingkan muka. Bahkan ia beranjak dari tempat sofa dan berdiri menjauhi rio.

“kalau sudah tidak ada urusan, pulang saja” kata bowo datar. Merasa tersindir, rio bangkit dari kursi. Tapi bukan untuk pulang, melainkan tetap berusaha untuk menggoda bowo lagi.

“kenapa kamu berubah, apa salahku?”Tak ada jawaban dari bowo.

“apa aku yang telah menyebabkan kamu menjadi seperti ini?lalu kemudian kamu marah padaku?” tanya rio lagi setengah memberondong. Rio lalu mendekati bowo lagi, sekarang dari belakang bowo yang sedang berdiri. Dengan lembut, ia meraba punggung bowo yang bidang dengan tangannya. Ia usap dengan lembut ke seluruh bagian. Bowo masih saja terdiam, namun tidak melepaskan diri dari tangan rio. Bowo kemudian setengah menengok.

“sudahlah, lupakan saja. Semua ini tidak ada hubungannya denganmu” ucap bowo yang kemudian membalikkan badannya mengahadap rio. Sekarang mereka berdua berhadap-hadapan. Mata mereka saling memandang.

“jadi, apakah masih ada kesempatan bagi kita berdua?” tanya rio dengan sedikit tersenyum manis ke arah bowo. Ia juga menaikkan tangannya dan menyentuh dada bowo yang sedikit berbulu. Rio memainkan bulu-bulu halus tersebut. Bowo masih saja terdiam. Dan rio sepertinya merasa bahwa keterdiaman bowo adalah jawaban iya. Lalu, dengan lebih berani, rio mulai beraksi. Bukan tangan yang menyentuh dada bowo, sekarang lidah dan mulutnyalah yang berada di dada bowo. Ia jilati dada dan kedua puting bowo. Seperti sudah tersihir, bowo diam saja.

“aaahhh...” bowo mulai terangsang. Namun itu tidak berlangsung lama. Bowo kemudian tersadar dan mencoba melepaskan diri dari rio. Tapi rio sepertinya sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Ia pegangi tangan bowo dan menahannya supaya tidak beranjak.

“please...” ucap rio dengan muka sedikit memelas. Bowo tak bereraksi apa-apa. Rio kemudian menuntun tubuh bowo dan merebahkannya ke atas sofa. Lalu rio duduk dia atas tubuh bowo, dan mulai mencium bibir bowo. Awalnya bowo belum membalas ciuman tersebut, namun karena ganasnya ciuman rio, ia akhirnya terangsang dan mau melayani permintaan rio. Ia mengimbangi ciuman rio dengan memainkan lidahnya. Sekarang mereka sudah berciuman dengan panasnya. Tangan mereka juga sudah saling meraba tubuh pasangannya. Tangan rio memilin-milin puting bowo, sedang tangan bowo meremas-remas buah pantat rio. Puas dengan berciuman, rio mengalihkan bibirnya untuk memagut leher bowo.

“arggghhh...” birahi bowo semakin naik. Ia hanya mendesah untuk mengekspresikan kenikmatan yang ia dapatkan. Puas dengan bagian leher, bibir rio makin turun ke bawah. Ia sekarang menjamah dada dan puting bowo. Tidak hanya dijilati, tapi juga disedot kuat-kuat.

“ough...ouh...” tubuh bowo menggelinjing. Rio memang lihai dalam mengoral. Tidak lama rio bermain-main dengan dada bowo, sekarang ia mulai mendekati bagian paling penting, yaitu kontol bowo. Kontol bowo masih terbungkus celana hitam pendek. Sudah terlihat besarnya karena kontol bowo menegang. Rio awalnya meraba halus kontol dibalik kain hitam tersebut. Ia juga menjilati sebentar sebagai sensasi.

“please, suck my dick...” pinta bowo yang sudah tidak tahan. Sambil tersenyum, rio kemudian menari celana hitam tersebut. Menjulurlah kontol super gedhe milik bowo. Kontol coklat tua, dengan urat yang terlihat karena kontol tersebut sedang menegang, serta dihiasi dengan bulu jembut yang lebat namun rapi disekitar kontol. Rio benar-benar suka dengan kontol milik bowo.

“i like it...” kata rio manja. Ia mengusap seluruh bagian kontol, termasuk meraba-raba biji pelernya. Lalu ia mulai menggunakan lidahnya untuk menjlati bagian demi bagian kontol bowo.

“aahhh...ahhh...” desah bowo. Jilatan rio makin ganas, ia sekarang juga mengocok pelan kontol tersebut, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Ia menelannya mentah-mentah. Lalu setelah dikocok dengan mulutnya, ia menyedot kontol tersebut saat berada di dalam mulut.

“argggggghhhhhhh...........” bowo merasakan nikmat sampai tubuhnya menggelinjing. Rio dengan sigap, mengoral kontol bowo. Kontol bowo berdenyut-denyut karena sedotan yang dilakukan oleh rio.

“ough..shit...ough....” berulang kali bowo hanya bisa mendesah karena nikmat taktala kontolnya disedot dari dalam mulut rio. Rio bahkan memainkan jari-jarinya di sekitar lobang anus bowo.

“ah...lagi rio, lagi...ough....” desah bowo. Rio semakin bersemangat mengoral. Hingga sekitar 5 menit kemudian, bowo akan mencapai klimaks.

“rio, aku mau keluar, ough....” ucap bowo tersenggal-senggal. Rio semakin bersemangat mengoral.

“ough..ough..ough...arrggghhhhhh...!!” bowo sampai berteriak saat mencapai klimaks. Crot...crot..crot.... pejuh putih kental keluar dari kontol bowo dan mengenai muka rio. Rio dengan senang menerima semburan pejuh tersebut.

“ah..ah..” bowo masih mendesah karena kenikmatan yang tersisa. Kemudian, rio membersihkan sisa pejuh yag tumpah di sekitar perut dan paha bowo. Ia menjilatinya dan kemudian menelannya. Bowo sendiri masih mengatur nafas. Kontolnya sudah kembali ke ukuran biasa. Setelah selesai, rio memandang wajah bowo dengan tersenyum. Bowo membalas senyuman itu. Dengan penuh kemesraan, Bowo menarik tubuh rio ke atas dan memeluknya erat. Mereka kembali berciuman dan bergumul di atas sofa. Sepertinya ronde ke dua tidak akan lama lagi berlangsung. Puas bergumul di atas sofa, bowo menggendong tubuh rio dan membawanya masuk ke apartemen. Ia lalu merebahkan tubuh rio di atas ranjang. Kemudian, ia melucuti pakaian rio satu demi satu hingga telanjang bulat. Tanpa bisa menahan gairahnya, bowo langsung menindih tubuh rio dan mereka kembali bergumul. Dua sosok tubuh pria telanjang berada di atas ranjang sedang melampiaskan nafsu birahinya. Dengan posisi di atas, bowo menciumi leher rio.

“ough..ough...” rio mendesah pelan. Setelah itu, bowo berhenti dan berkata sesuatu kepada rio.

“sudah lama aku ingin melakukan ini lagi padamu”

“aku juga?” jawab rio tak kalah romantis. Lalu, bowo bergerak turun dan mengarah di lobang pantat rio. Penuh kelembutan bowo mencium lobang anus rio.

“ah...” rio lagi-lagi mendesah pelan karena rasa nikmat. Setelah itu, bowo langsung bersiap-siap untuk memasukkan kontolnya ke lobang rio.

“iyah, masukkan saja” pinta rio yang sepertinya sudah tidak sabar. Dan bles...

“arghhh..” keduanya sama-sama menggerang saat kontol bowo memasuki lobang anus rio.

“lebih dalam..please...fuck me...!”

“oh yeah...oh yeah...” bowo mulau mendorong maju mundur pantatnya. Kontolnya keluar masuk dari lobang rio. Wajah keduanya merah padam bercampur keringan karena kenikmatan yang di dapat.

“ough..ough..ough...” erang bowo.

“yeah..yeah..fuck me...fuck me...” erang rio tak mau kalah memberi semangat kepada bowo. Bowo yang disemangati, seperti mendapat angin semakin mempercepat gerakan kentotannya. Kontolnya yang keluar masuk dari lobang anus rio sangat memberikan sensasi yang luar biasa. Sesekali ia menundukkan badan untuk sekedar mencium bibir seksi milik rio. Dan selanjutnya, ia kembali mengobok-obok pantat rio dengan kontolnya.

“yeah..yeah...ough...ough....” gerakan pinggul bowo sangat luwes.

“ough..ough..ough..” rio yang terlentang menerima kentotan bowo, juga terlihat sangat menikmatinya. Tangan kanan rio mengocok sendiri kontolnya. Hingga akhirnya, keduanya akan mencapai klimaks.

“ough...ough..” bowo mempercepat gerakan pinggulnya.

“ough..ough..arghhhhhhhhh..........!!!”crot..crot... pejuh keluar dari kontol bowo. Ia benamkan kontolnya dalam-dalam di lobang anus rio sehingga pejuh yang keluar seperti tertanam di “rahim” rio.

“ah..ah..ah..” bowo menikmati sisa-sisa kenikmatan sambil mengatur nafas. Sementara itu, rio masih saja mengocok kontolnya sendiri, tak berapa lama.

“ough..ough..oughhhhhhhhhh....” crot..crot..pejuh keluar dari kontol rio sambil mengenai perutnya. Keduanya lalu saling berpandangan sambil tersenyum. Kemudian bowo merobohkan tubuhnya ke rio. Ia Memeluk erat rio dan merebahkan kepalanya di dada rio. Keduanya bisa mendengar deru nafas dan detak jantung mereka satu sama lain. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Saat itulah, tanpa bowo sadari, tangan rio mengambil suatu barang dari saku celananya. Barang itu adalah bolpoint.

The end ..................................................

Paling Populer Selama Ini