6/02/2011

Keponakan

Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada akhir tahun lalu, yang juga merupakan perkenalan pertama saya dengan sebuah Website cerita cerita dewasa. Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ayah yang baik. Umur saya 42 tahun. Saya memiliki dua orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas tiga SMP, sedangkan si kecil Sandy masih berusia 4 tahun.

Istri saya sudah meninggal dunia, saat melahirkan anak kedua kami. Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di Malang. Saat ini saya bekerja sebagai staf Showroom Mobil.

Suatu sore, sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur. Sandy pura terkecilku masih tertidur di sebelah saya.Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.

Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak dua pria kulit putih telanjang. Salah satu pria menghisap ujung batang kontol pria satunya yang tampak teracung. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal terlarang. Bahkan yang dilihatnya, situs porno adegan homoseks. Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut kontolnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap kontolnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.

Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 168 cm dengan berat 60. Samar-samar saya dapat melihat rambut kontolnya yang tampaknya masih sedikit. Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. kontolnya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang kontolnya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.

Kejadian Tony membelai-belai kontolnya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi dari dalam tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kontol yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya. Pandangan saya beralih-alih dari gambar adegan mesum di layar komputer, ke batang anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kontolnya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor. Kepala batang yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kontolnya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kontolnya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya. kontol itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Entah karena apa, saya merasa nafsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.

Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kontol itu sekuat-kuatnya.
"Eeegh, heeggh .", Tony mengerang agak keras, dan ya ampun ..., yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kontolnya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, mani muncrat keatas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Woww…ada apa gerangan denganku. Sorang ayah begitu tergetar melihat adegan anak sendiri yang onani. Tak terasa batang kontol saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal.

Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini. Tony masih terus mengurut-urut batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari lubang kencing di kepala kontolnya. Tony melumuri permukaan kontolnya dengan air mani tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti oleh mani berwarna keputihan. Samar-samar saya dapat mencium bau mani yang bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.

Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. Kontol yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. Kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh dua pria muda berkulit putih yang ditonton anak saya. Tanpa sadar saya menghela napas melihat kelakuan dan orientasi seksnya yang menyukai adegan sejenis.Sekilas bayangan betang kontolnya terlintas di mataku. Rambut jembutnya pendek tampak seperti habis dicukur. Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada rambut kontol saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya. Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Saya mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan mani. Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony curiga. Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah alamat gay. Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).

Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan hubungan sex dengan istri hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa. Anakku menjadi homoseks kah?. Apa yang dilakukan anak saya membuat saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru kejadian itu membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya anggap anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. , KONTOL itu adalah milik anak saya.

Sejak kejadian itu saya sering terbayang kontol Tony yang sedang memuncrat - muncratkan air maninya. kontol yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu kontol itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, dan itu membuat saya bingung dengan orientasi seks saya ini.

Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa” saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa” Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.
Saat itulah saya mulai mencoba-coba “Cerita Dewasa” Saya tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Saya membuka - buka gambar cowok telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kejantanannya.

Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dengan sesama lelaki bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tentunya tidak pernah saya praktekkan sebelumnya. Ada pria yang menghisap kontol berukuran sangat besar hingga kontol itu memuntahkan air maninya. Astaga, pria itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.

Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu. kontol orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya. Membayangkan kontol hitam panjang itu, panas dingin saya membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan. Tetapi pria-pria tampan dengan lubang dubur yang menganga dan tertembus kontol itu tampaknya terlihat nikmat nikmat saja.

Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan pria-pria Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan pria Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang agak surprise adalah ukuran kontol pria Jepang yang cenderung sama dengan ukuran saya.

Saya juga mendapatkan suatu situs video anak kecil, di mana anak muda Jepang mengisap kontol hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi kontol kecil Tony yang tegang dan memuncratkan air maninya.

Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara sesama pria, hingga orang yang masih sedarah. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya. Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ayahnya. Saya sampai tertegun membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas akibatnya. Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kontol Tony yang sangat kaku itu. Saya selalu menekan perasaan ini, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah kejadian yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu rentan dan sejujurnya sangat menikmati apa yang saya perbuat.

Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang Tahun Baru. Saya baru saja selesai sholat Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.

Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah anak dari adik saya Bardy . Ia berumur kira-kira 18 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 167 cm. Dia baru kuliah di salah satu PTN di Malang. Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru.

Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya celana pendek saja. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.
Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya Cuma pakai celana pendek..

"Apa kabar Om Erwin", sapanya, "Saya membawakan titipan pakaian dari Papa, untuk Sandy ".
"Eh, ayo masuk Bud, baru dari kampus ya ?", dan saya persilakan dia masuk.
Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja. Sambil duduk di sofa ruang tamu, kami ngobrol. "Mana anak-anak, Om ?", kata Budi lagi.
"Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam" kata saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja.

Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi.
"Apa kabar papamu, Bud", tanya saya.
"Papa beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah", kata Budi.
"Bagaimana Tony, Om ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?", Budi balik bertanya.
"Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus", saya jawab.

Tiba-tiba Budi bilang " Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA". Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.
"Eh, kenapa Om, koq kaya seperti orang bingung sih ?", Budi melihat perubahan sikap saya.
"Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer." kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, "Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?".
"Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh", kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.

Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Ataukah ini hanya perasaanku saja.
"Tunggu sebentar ya..", kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Saat menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi menurut perasaanku pula, tampak ia mencuri pandang ke arah saya. Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.

Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan video sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Saya jadi tidak bisa berpikir jernih. Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya muncul ide nakal dan saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi.

"Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya." kata saya. Saat itu saya tidak ingat lagi akan anak dan hubungan keluarga dengan Budi ini. Pikiran saya sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.Saya berpikir untuk menggoda Budi.
"Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin", kata saya.
"Oh, ya, ya, terima kasih", kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas.
"Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena", tanya saya untuk mengisi pembicaraan.
"Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan", kata Budi. Lalu aku menghidupkan komputer dan mulai ngobrol sambil membuka situs-situs dewasa Sekitar tiga menitan saya memancing Budi dengan masuk ke situs-situs dewasa. Saya mulai gelisah dan merasa terangsang saat terus menerus memperhatikan tubuh gambar di situs porno itu.
"Hemmhhh ..", saya mendengar Budi menghela napas.
Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan saya merasakan kontol saya mulai berdenyut. Suasana ini membuat saya mulai terangsang.

Entah karena kamuflase atau fatamorgana, pandangan saya tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dadaku. Saya melirik dan melihat mulai ada tonjolan di celana dalam Budi. Dada saya berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang. Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kontolnya disela-sela mengganti browse gambar-gambar porno di komputer.

"Ehhheeehh", terdengar desah Budi. Aku seolah semakin terbuai fatamorgana dan khayalanku. Ataukah ini memang nyata, dimana aku merasa tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha Budi. Ohhhh .., saya lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan punya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
"Eh .. Om, kenapa Om? Kok kayaknya pucat lho", astaga suara Budi terdengar gemetar.
"Ah.., Budi .., enggak ... apa-apa kok", suara ku terputus-putus, wajahku agak tersipu, merah dan tampak pucat.
"Itu kok di celana Om ada tonjolan, memangnya Om kenapa?", kata saya sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celana dalamku. Ahh, Aku nampak malu sekali waktu Budi mengucapkan itu, tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.

"Ehh.., euuuh., oh yahh ., Kok Om suka lihat gambar dan video seperti itu" kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk mengatakan.
"Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat situs ini?".
"Ahh, ……" terbata-bata budi mau menjawab.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya.
"Bud, . eh Om mohon mohon maaf, tapi Om tidak sanggup menahan ini semua…karena Om….Ommmm…. " terputus-putus aku meneruskan pembicaraan. Budi terlongong-longong saja mendengar pembicaraanku..
"Kenapa Om...", Budi nampak kebingungan.

Dengan segala keberaniku, kupegang tangan kanan Budi dan mengusap-usapnya dengan lembut. Ku angkatnya tangan Budi dan kuciumi dengan lembut.
Budi nampak terkejut. “Ehh..Om.ada apa Om..”tanya Budi terpatah.
“Budi diam saja yah…Nurut saja. Kita tiru adegan yang di situs itu”perintahku. Kulihat Budi terdiam.
Saat itu aku mulai mengelus, aku terbuai dan terangsang berat. Tiba-tiba saja dengan segala keberaniaku, kuletakkan tangan saya tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa kontol Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan saya.
"Eehhmm." Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.

"Oooh Om, eeehhhmmm ... ohhgg, anu..anu….", Budi mengerang.
"Diam saja..terasa enak kan???", bisikku dengan suara gemetar.
Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya ..
Kuberanikan diri meraba dan mengelus seluruh tubuh Budi hingga bermuara ke daerah selangkangan. Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari luar celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata Budi terpejam erat-erat menikmati cumbuan.
"Aaauungghh .. ooohhhh...", Budi mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, "Heeeghh... hhnghh", ia mulai mendesah-desah.
Ternyata remaja ini sepertinya terangsang berat. Entah sudah berpengalaman, ataukah ini memang pengalaman pertamanya.

Tiba-tiba aku menghentikan aktivitasku, "Budi, pakaiannya saya buka yaahh". Tanpa menunggu jawaban dia, aku mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Kulepaskan bajunya. Sekarang Budi tergolek bersandar di sofa hanya dengan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas. Ia kini kutanggalkan seluruh bajunya. Celana panjang kupelorotkan ke bawah dan kulepas bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. Kontol itu berwarna coklat kemerahan
"Indah sekali badan Budi. Putih sekali", kataku memuji. Kuusap-usap perutnya. Budi semakin pasrah dan terpejam matanya.

Kuciumi lembut perutnya dan kujilati pusarnya. Budi merasakan geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kontolya.

Sambil aku gosok selangkangannya, aku berusaha menyusupkan tanganku untuk meraih alat kontol Budi. Budi sedikit tersentak, namun dengan tersenyum aku menganggukan kepala. Aku kocok batang kontol Budi dengan pelan. Sementara karena mulai terangsang, Budi mengerang-erang dan tangannya mulai beraksi.

Secara refleks, tangan Budi menggerayangi badan saya. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua tetek saya. Merinding nikmat terasa tetek saya. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua tetek saya. Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Lalu aku sorongkan tetek ini ke mukanya. Tepat di mulutnya, kusentuhkan. Budi terkejut dan terpana. Aku gesekkan pentil kanan ke mulutnya. Budi membuka dan mulai menjilatinya pentil tetek yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas dadaku. Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Lalu Budi berpindah ke pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua dada saya. Perasaan nikmat membakar nafsu saya dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke alat kontol saya. kontol saya terasa basah kuyup oleh cairan precum yang keluar. Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, "Oooohh Buuuud.."erangku.

Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya. "Ahhh, Om Erwin celananya sudah basah sekali", kata Budi. "Enghh, iya Buud.., Om Erwin sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali", kata saya. Tepat di bagian kontol saya, jari-jarinya membelai-belai batang kontol saya melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang kontol saya. Saya tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang-erang. Kemudian Budi menarik dan melepas celana saya.
Kini gantian saya yang menyerang Budi. Kusandarkan dia di sofa dengan tanpa busana sama sekali. Kubuka kedua belah paha Budi.

"Lebat sekali Bud", Aku menimpali bulu kontol Budi. Batang kontol Budi kini teracung keras. Saya merasa ada cairan precum bening merembes keluar dari kontol Budi. Saya sudah sangat terangsang. Aku berlutut di lantai dan ohhhhh, kuciumi kontol Budi.
"Ahh, Budd…", aku mengerang semakin terangsang.

Kujilati kontol itu, mulai dari ujung hingga ke batangnya. Ada perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi sedang Budi hanya menikmati yang aku lakukan. Kujilati batang kontol berwarna coklat itu, sambil sekali-sekali kujulurkan ke lubang kencingnya. Ujung lidahku menjelajahi seluruh permukaan batang hingga kedua buah biji pelernya, terus berganti-ganti. Sementara tangan Budi meremas-remas selangkangan saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi remasan tangan Budi di kontol saya. Kenikmatan semakin memuncak di kontol saya, dan terasa naik hingga ke perut dan otak saya.
Saya tidak mampu lagi menahan rangasangan hebat itu. Lalu saya ubah posisi. Kedua kaki saya buka dan saya pegang kepala Budi. Lalu dengan secepat kilat kujepit kepala Budi dengan tangan. Dan saya tarik sekuat-kuatnya kepala Budi hingga mulutnya mengarah ke kontol saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke kontol saya. "Oooh, Buuud, Om Erwin terangsang sekali, ooooohhh ..., nikmat sekali, oohhhh" saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi. Ternyata Budi mengerti dan membuka mulutnya, lalu perlahan dikulumnya kontol saya. Dimaju mundurkan mulutnya meski belum mahir mengoral. Tetapi rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk batang kontol dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat.

Kini gantian, aku raih kembali kontol Budi. Astaga, sesaat aku mulai mengocok-kocok kontol itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
"Ahhhhh, jangan Om Erwin, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar", bisiknya sambil mengerang.
"Saya mau keluarkan di dalam mulut Om Erwin saja, boleh yahhh Om ?", kata Budi lagi.
"Ahh, iya, Buud ..”kataku setuju.

Namun aku ingin merasakan hal lain, seperti di dalam site video porno itu.
Kontol yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang pantat saya. Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang pantat saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding anus saya terasa meregang. Kenikmatan mendera kontol saya kembali. Kontol Budi itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang anus saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kontol itu. Budi mulai meremas-remas dada saya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kontol itu mengenjot lubang anus saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme melandaku dengan cepat. Sedikit spema muncrat berbarengan dengan rasa nikmat yang luar biasa. Aku tahan dengan sekuat tenaga agar sperma tidak muncrat semuanya. Sementara kontol Budi itu tetap keluar masuk lubang anusku dan dipompa dengan cepat serta bertenaga oleh Budi.

"Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..". Saya merengek-rengek karena nikmatnya.
"Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar Om ..", kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. "Ahhhuuuggh, saya keluar Oomm", erang Budi tertahan-tahan. Kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam lubang anus saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam lubang anusku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya. Sesaat aku mulai meraih kontolku sendiri. Lalu aku kocok-kocok kontolku, sambil menggoyang pantatku. Kontol Budi masih tertanam di lubang anusku, dan masih kurasakan batang kontol itu mash mengeras. “Om juga ingin keluar, tolong kamu pompa dan sodomi Om dengan sisa tenagamu” Aku memohon.

Budi menggerakkan pinggulnya menyodok lagi lubang anusku. Aku sibuk mengocok kontolku ingga akhirnya crottt.croottt…spermaku dengan tujuh semburan mucrat membasahi sofa rumahku. Aku merasa sangat lega sekali, erasakan kenikmatan yang luar biasa. Budi menghela napas panjang.

"Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, ... tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih Budi". Kuciumi muka Budi. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet.

Kartun #1

Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo


Photo

















Room Service [cerita dari Om-om]


Minggu pagi, jalanan di Kota Malang sangatlah ramai. Banyak pria-wanita, tua-muda semua berjalan kaki ataupun jojing sekedar menghirup udara segar di pagi hari. Nampak sekali dari jendela kamar hotelku, kerumunan orang di depan alun-alun Tugu depan Balaikota Malang.

Akupun yang pagi ini terbangun lebih pagi dari biasanya, berniat jalan jalan pagi juga.
Namun ketika aku baru mau memakai celana pendek olahraga dan sepatuku, aku intip di jendela hotelku, ternyata hujan gerimis turun. Aku tidak jadi jogging di luar, tapi hanya lari di tempat sekitar 30 menit di dalam kamar hotel. Aku juga baru saja push up dan sit up masing-masing 500 kali serta melatih jurus-jurus karate. Sebenarnya aku juga bisa latihan beban di fitness center hotel, tapi tentu saja aku tidak bisa berpakaian minim seperti saat ini. Aku sekarang nyaris telanjang bulat seperti di kamar hotel.

Dengan gerakan intens seperti itu, tubuhku jadi bercucuran keringat.Sekali-sekali aku melirik ke cermin.Dengan tubuh yang basah dan berkilat oleh keringat itu lekukan otot-otot di tubuhku jadi tampak makin nyata. Aku bangga dengan tubuhku yang ketat dan atletis itu.

Meskipun tubuhku bercucuran keringat Aku tidak mencium bau keringat atau bau ketiak, karena aku rajin menjaga kebersihan diriku dengan memakai medicated powder anti-bau buatan luar negeri. Aku memang tidak tahan bau yang tak sedap. Oleh karean itu walaupun aku cowok, tapi aku tak suka pada cowok yang bau ketek meskipun dia ganteng.

Sambil memperhatikan tubuhku sendiri,aku juga sekali-sekali mengangkat kedua lenganku keatas untuk melihat kedua belah ketiak-ku. Aku lebih menyukai ketiakku bersih dari bulu ketek. Oleh sebab itu aku rajin mencabuti bulu ketek dan juga merapikan pertumbuhan jembut,agar kalau aku telanjang bulat tetap enak dilihat.

Sebagai seorang pengusaha muda dengan bisnis yang berkembang. Sebetulnya aku sudah memiliki segalanya : wajah yang tampan, tubuh yang atletis ketat berotot,kontol yang besar dan disunat ketat,otak yang cerdas, gerakan yang terampil, dan banyak lagi lainnya. Rumah, perabotan mewah, mobil, kartu kredit Kekuranganku hanya satu, aku belum memiliki istri, bahkan pacar wanita sekalipun.

Sebagai pria yang menginjak usia dewasa, sebenarnya libidoku sedang dalam kondisi puncak dan sedang hot-hot-nya. Tak heran jika aku memerlukan penyaluran dan pelampiasan nafsu sex-ku. Namun, aku tidak pernah punya keberanian untuk mencoba ataupun melakukan hubungan seks dengan wanita panggilan sekalipun. Selama ini, hanya kusalurkan dengan beronani sambil melihat video porno. Bahkan cerita hot di situs-situs, bisa menjadi penghantarku mencapai puncak libidoku.

Saat ini, aku memang sedang menginap di hotel bintang 5 di kota dingin Malang ini. Tapi sebenarnya, aku sedang tidak ada urusan apapun di kota pelajar ini. Aku ke Malang hanya untuk relax dan menenangkan pikiran.

Ketika aku sedang melakukan pendinginan di kamar hotel itu tiba-tiba bel di pintu berbunyi dan : “Room service”. Terdengar suara bell boy di depan pintu. Semalam sebelumnya aku memang pesan agar makan pagi diantar ke kamar. Ini pasti room boy atau bell boy yang mau mengantar sarapan.

Aku mengambil salah satu dari tiga botol minyak wangiku yang ada di meja dan aku menyemprotkan sebanyak-banyaknya ke tubuhku. Sehingga seakan-akan aku baru mandi minyak wangi.Mau tidak mau kamar itu jadi semerbak bau parfum begitu juga tubuhku jadi harum sekali.Tanpa mencoba menutupi tubuhku yang hanya mengenakan celana pendek amat minim dengan pola maximum exposure yang memperlihatkan bagian tubuh sebanyak-banyaknya. Selain itu aku juga dalam keadaan bercucuran keringat, lalu pintu kamar hotel aku buka.

Melihat aku hanya bercelana dalam, nyaris telanjang, room boy yang berwajah ganteng itu tanpa ragu masuk ke kamar. Mungkin juga dia sudah terbiasa menghadapi tamu hotel yang nyaris telanjang bulat.
“Permisi, Pak.” katanya,dia membawa nampan yang berisi makan pagi.
“Ditaruh di atas meja saja”, kataku.
“Baik,Pak” jawabnya.

Seperti umumnya para room boy dan satpam dihotel bintang lima itu, room boy ini juga ganteng. Tubuhnya tinggi, ramping tetapi dia berdada bidang dan bentuk tubuhnya atletis. Tampak dia berusaha untuk bersikap tidak memperhatikan tubuhku yang nyaris telanjang bulat itu.

Aku sengaja memilih hotel bintang lima itu untuk tempat menginap karena memang disitu kuketahui banyak room boy dan security officer yang ganteng dan bertubuh kekar.

Aku lirik papan namanya: Jeffry. tertegun melihat kegantengan Jeffry dan juga tubuhnya yang atletis. Lalu aku tersenyum kepada Jeffry, dia tampak salah tingkah - tapi dia membalas dengan senyuman.Aku minta receipt bill untuk aku tanda tangani. Dia menyerahkan dengan sopan di atas nampan kecil tempat bill, beserta ball pointnya. Sebetulnya breakfast included dalam tarif hotel itu, tapi aku memesan makanan lain, karena itu aku harus membayar dan juga memberi tip kepada room boy.

Selesai kutanda tangani, aku berniat menyerahkan bill itu pada Jeffry. Tapi entah sengaja atau tidak, tangan Jeffry menyentuh daerah selangkanganku, dengan sedikit meremas. Aku yang agak kaget karena gerakan itu, hanya terdiam. Namun darah di otakku berdesai dan mengalir sejenak. Entah karena apa, tiba-tiba aliran darah itu mengalir ke batang kontolku dan mulai perlahan tegang.

Jeffry tersenyum, dan kulirik sedikit mengedipkan mata. Aku bingung dengan makna kedipan itu. Tiba-tiba dia menawariaku “Bapak kalau misal cape, aku bisa memijit pak”. Aku hanya mengangguk, antara terpana dan kebingungan harus menjawab apa. Namun tiba-tiba, Jeffry memegang tanganku dan memijit perlahan. Aku membiarkan tanganku diremasnya dan menunggu apa yang akan dilakukan room boy cakep ini.

Tiba-tiba Jeffry menarik tanganku. Lalu dengan tubuhku yang penuh peluh dan nyaris telanjang bulat,tetapi harum mewangi bau parfum itu, dipeluk Jeffry. Aku dan Jeffry hampir sama tinggi dan ukuran tubuh kami sepadan. Lalu sekelebat, bibir Jffry telah menyentuh tengkuk leherku. Antara merinding karena geli, ternyata itu membangkitkan rangsangan libidoku yang lama tertahan. Selanjutnya Jeffry bisa leluasa menciumi leherku belakangku. Aku lepaskan tangannya, dan sedikit berteriak: “Pak Jangan….”, tapi dia tak perduli. Mulut dan bibirnya telah menyentuh bulu-bulu kudukku, yang membuat kontolku mengeng penuh. Lalu tangan Jeffry merogoh celana dan selangkanganku. Aku terpekik kaget, namun merasakan hal yang sensasi karena ada nafsu saat diperlakukan sepertui itu.

Meskipun sempat mengatakan “jangan” tapi aku memang tidak melawan. Mungkin sikapku seperti pasrah saja. Karena itu Jeffry makin menggila dan bernafsu. Jeffry lalu mendorongku dan membuatku berbaring ketempat tidur single-bed itu.

Lalu dia mulai melepaskan pakaiannya satu demi satu : rompi hitam dan baju putih seragam, lalu celana luar seragam warna hitam, sampai akhirnya dia hanya mengenakan celana dalam saja.Jeffry tampak amat jantan dengan dia hanya mengenakan celana dalam warna hitam. Kontras dengan warna kulitnya yang putih.
Pelahan dia memelorotkan celana dalamnya ke bawah sampai terlepas di arah kakinya melewati tungkainya yang berbulu halus : Indah., dan terasa amat kelaki-lakian.

Setelah celana dalamnya dilepas maka tampaklah kontol, biji peler dan jembutya. Jeffry sudah telanjang bulat.Kontol Jeffry tampak besar,mulai menegang dengan latar belakang hamparan jembutnya yang lebat, hitam dan tumbuh luas. Jeffry cowok hebat dan lelaki sejati.Tampak amat sangat jantan.Kontolnya juga disunat ketat. Jantan dan indah seperti model gay di situs-situs cabul internet.

Jeffry punya tubuh yang bagus dengan lekukan otot yang indah, kulitya yang putih dan wajahnya yang belia serta tampan itu sangat rupawan. Dan entah apa yang kurasakan, melihat pemandangan tubuh cowok seperti itu, aku juga terangsang. Oh My God. Apakah aku ada ketertarikan terhadap sejenisku? Entahlah. Tapi yang jelas, aku memperhatikan dalam-dalam tubuh Jeffry dalam ketelanjanganya. Apalagi aku melihat bulu keteknya yang hitam, kontras dengan otot lengannya yang putih dan kekar itu. Dan ternyata hal itu semakin meningkatkan nafsu dan libidoku yang emmang jarang terasah ini..

Kontolku makin ngaceng dan terasa agak sakit karena celana dalamku sangat minim dan ketat. Tetapi kemudian kontolku yang menggembung itu terasa bertambah nikmat. Lalu Jeffry dengan lembut menaggalkan celana dalamku juga. Sehingga kontolku makin terasa nikmat dan juga kencang, setelah bebas dari kungkungan celana dalam minim itu,kontolku bisa dengan leluasa mengacung ke atas bagaikan sebuah sangkur yang terhunus. Dan anehnya, aku hanya pasrah saja, menikmati dan menunggu hal apa yang akan dilakukan Jeffry.

Lalu Jeffry terbaring terlentang, kedua tangannya di samping badannya,kontolnya yang mengacung itu seperti terjatuh di arah jembutnya. Lalu Jeffry meraih kontolku dan dimain-mainkan. Antara geli dan nikmat, kurasakan. Dia elus elus bagian bawah kepala kontolku yang bekas tempat frenulum yang tampak sudah dipotong waktu aku disunat dulu. Kontolku digosok-gosok ama Jeffry dan lobang kencingku yang basah oleh precum]itu juga diraba-raba dengan telapak tangannya. Aku menggelinjang, karena merasa nikmat dan perih sekaligus bercampur-baur karena lobang kencingku tentu sensitif. Kuperhatikan telapak tangan Jeffry jadi terasa licin dan lengket oleh mazie kontolku.

Entah karena larut rangsangan ataukah memory adegan video porno yang kutonton. Tanganku pun secara refleks tanpa kukomando bergerak meraba. Dan tak mau sia-sia, aku jelajahkan ke jembut, lalu kedua puting susunya aku main-main-kan, aku pelintir dan aku tekan-tekan. Nikmat sekali. Lobang pantatnya juga aku sodok-sodok dengan jari telunjukku. Lalu jemariku juga mengobok-ngobok kedua belah ketiaknya yang berambut dan terasa basah oleh keringat.

Jeffry menggeliat, dia tersenyum. “Pak, tolong pegangkan dan kocok kocok kontolku” Jeffry memohon. Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, entah kenapa aku menuruti permintaan itu. Akupun mengarahkan tanganku ke kontol dia.

Aku makin gemas dan kontol Jeffry Si Room Boy itu lalu aku kocok-kocok. Jeffry seperti menggumam: Hhhh Hhhh Hhhh, MMMPH MMMPH MMMPH. Mungkin dia merasa amat nikmat juga.

Tiba-tiba : CROOOOOOOOOT.CROOOOOOOOOT.CROOOOOOOT. CROOOOOOOOT.CROOOOOOOT.CROOOOOOOT.CROOOOOOOT., pejuh Jeffry muncrat. Banyak sekali seakan tak akan pernah berhenti. Pejuhnya tercecer di perut dan jembutnya….Aku terkaget. Mengapa hanya dengan gerakan seperti itu, dia ejakulasi. Rasa penasaranku semakin bertambah. Ataukah memang Jeffry begitu terangsangnya denganku?? Entahlah.

Melihat Jefry memancarkan pejuh, aku jadi merasa berhak juga mendapat kenikmatan. Aku sungguh ingin libidoku tersalurkan. Tiba-tiba Jeffry berbisik: “Kalau Bapak kepengen juga, silahkan sodomi saya”.

Antara sadar dan tidak, aku menelan kata-kata sodomi sebagai tekhnik seks yang sering aku tonton di video porno biseks yang three some dengan masing-masing cowoknya saling menyodomi. Antara rasa penasaran ingin tau rasanya menyodomi, dan ingin melepaskan libidoku yang lama tertahan. Akhirnya aku berbuat di luar kendaliku. Entah meniru adegan di dalam video porno pula. Lalu aku berdiri dan dalam keadaan Jefrry masih berbaring terlentang dan nanar sehabis mengeluarkan pejuh, aku angkat kedua tungkainya dan aku lebarkan sehingga aku menampak lobang pantatnya. Lalu aku sodokkan kontolku yang sudah kencang,tegang,dan merah ungu berkilat-kilat kepalanya itu kedalam lobang pantat Jeffry.

Tanpa ampun aku sodokkan kontolku ke lobang pantat Jefrry. Jeffry seperti kaget mengejang, aku jadi makin tambah bernafsu dan aku hajarkan kontolku semakin jauh ke dalam lobang pantatnya, sehingga Jeffry tampak merintih bercampur menikmati:Aagh. Aagh. Terkaget-kaget setiap kali kontolku aku sodokkan ke lobang pantatnya yang sempit itu.Tapi aku tak peduli. Aku maju mundur-kan kontolku sambil terus merojok boolnya sampai akhirnya aku merasa sudah akan mencapai puncak syahwat.

Kontol Jeffry yang belum sepenuhnya layu itu tampak mengeras lagi dan kepala kontolnya mulai berkilat, sedangkan lobang kencingnya seakan menganga seperti mulut ikan. Mungkin juga dia terangsang lagi dan merasa nikmat karena kontol-ku merojok kelenjar prostatnya. Dengan tanganku, kontol Jeffry aku elus-elus dan aku kocok-kocok lagi. Jeffry menggeliat, kedua puting susunya tampak tegang melenting. Hal ini menunjukkan bahwa nafsu Jeffry sudah bangkit lagi. Jeffry melenguh lagi seperti kerbau : MMMMPH MMMMPH MMMMMPH.

Aku terus mengocok kontol Jeffry dengan intens dan Jeffry menggeliat serta menggelinjang, pasti dia merasa teramat nikmat.

Tetapi aku tidak bisa menahan desakan pejuh di ujung lobang kencingku lagi, dan akhirnya : CROOOOOOT. CROOOOOT.CROOOOT..Pejuh aku keluarkan di belahan pantat Jeffry……..
Sambil memuncratkan pejuhku, aku tidak henti-hentinya mengocok kontol Jeffry dan beberapa detik setelah pejuhku muncrat, pejuh Jeffry juga muncrat untuk kedua kalinya : CROOOOOOOOOOOOOOT. CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT. CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT. CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT. CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT.

Pejuh Jeffry berceceran di dada, perut dan juga jembutnya. Woww..dia bisa ejakulasi dalam waktu jeda tidak lama??

Selesai melepaskan pejuh,aku berbaring disamping Jeffry sambil telanjang bulat.
Lalu aku masuk kamar mandi untuk mandi junub dan membersihkan badan.Waktu aku keluar kamar mandi, Jeffry sudah berlalu. Jeffry sempat merapikan tempat tidur yang berantakan akibat jadi tempat main cabul tadi.

Rupanya Jeffry membersihkan pejuhnya yang tadi berceceran di badannya dengan tissue. Di tempat sampah yang sebelumnya kosong,aku lihat tumpukan kertas tissue yang tampak basah dan penuh dengan lelehan pejuh.

Tragedi Tugas Dosen

Entah mengapa aku menjadi gagu saat membuka email. Sejak cerita hotku berjudul Tentara Idaman, dimuat di website igama.org. Ada banyak teman yang mengirimku email. Aku jadi serba salah saat harus membalas email yang memang beragam inginnya. Ada yang sekedar memberikan komentar, yang mau kenalan, yang minta no HP, ada yang ingin ketemuan.
Bahkan tidak sedikit yang menanyakan ciri-ciri fisikku, ukuran kontolku, gayaku bercinta, dan lain-lain.

Aku mungkin kaget dengan keadaan yang tidak kubayangkan sebelumnya, karena memang alasanku semula mengirim cerita, hanya ingin agar traumaku yang sejak kecil kupendam, bisa sedikit kubagi. Tidak mungkin aku cerita tentang apa yang kualami kepada sembarang orang, bahkan pada sahabat terdekatku sekalipun, karena menurutku, dengan membuka aibku kepada seseorang, berarti aku sudah menggadaikan hidupku padanya, dan aku tidak mau itu. Pikirku, dengan bercerita di dunia maya, maka aku bisa seekspresif mungkin. Aku tidak harus takut akan dihujat, dihina, dicemooh, bahkan dijauhi, karena toh tidak ada yang tahu sedikitpun tentang aku.

Aku bingung saat harus menjawab email yang intinya mengajak ketemuan. Di satu sisi, tidak mau mengecewakan yang telah mencurahkan energinya untuk mengirimku email, tetapi aku belum siap untuk membuka diri. Terlalu banyak yang harus dipertaruhkan jika sampai ada yang tahu. Akhirnya aku hanya bisa sedikit membatasi diri. Namun kejadian selanjutnya sungguh membuatku shock berat dan tidak kubayangkan sebelumnya.

Setelah dari warnet, hari itu aku ke kampus. Kuliah ekstensi-Kimia, yang dulu menjadi pilihan keduaku ketika lulus SMA, dan memiih untuk bekerja duluan.

"Nurdian..! Naah, kebetulan ketemu. Tinggal kamu yang belum mengumpulkan tugas syarat ujian. Tak tunggu sampai sore ini yaa!"

Tepukan di bahuku mengejutkanku di tengah sibuknya aku mengisi segala persyaratan ujian. Aahh, Pak Ismanto salah satu dosen ekstensiku yang sering memandangiku tajam saat di kelas. Ternyata aku terlupa belum mengumpulkan tugas yang diberikannya.

"Iyaa.. Pak, maaf. Banyak kerjaan. Nanti kukirim tugasnya!"

Aku gugup, merasa bersalah, kenapa tidak sekalian ketika di warnet tadi. Namun sebelum beliau menjauh, aku baru ingat bahwa aku telah menyimpan tugas itu di disket, dan aku ingat betul tadi kumasukkan dalam tasku. Bergegas kuambil disket dan mengejar dosenku itu. Sambil berbasa-basi aku menyerahkan tugasku.

Dua hari aku disibukkan dengan proyek kantor, sampai saat menjelang malam saat tiba di kostku, ibu kost memberikan pesan dari Pak Ismanto yang katanya siangnya mencariku. Aku berpikir keras, ada apa? Kubaca pesannya sekali lagi. Yaah.. Hanya sebuah alamat dan sepenggal tulisan, "Harap datang!".

Aku masih belum bisa menebak apa gerangan, namun aku akhirnya menuju ke alamat yang diberikannya. Lalu kupencet bel kontrakan bercat krem, sebagaimana alamat tertera. Dengan senyum mengembang, Pak Ismanto keluar lalu mempersilakanku masuk. Aku masih bingung.

"Aahh, ceritamu bagus, Er-Dino-Sa!"

Plaak. Seolah tamparan keras telah mengahantamku. Spontan aku gemetaran saat nama samaranku disebut. Wuiihh, disket itu. Aku baru sadar bahwa aku telah salah menyerahkan disket. Aku bengong. Keringat dingin mulai mengucur.

"Maaf, jika membuatmu salah tingkah. Buatku bukan apa-apa, dan aku tahu perasaanmu!"

Sentuhan Pak Ismanto mengejutkan keterpakuanku. Aku mencoba menepisnya, namun aku benar-benar di batas kebimbangan..

"Perlu kau ketahui, aku mengikuti setiap ceritamu di website itu, Er-Dino-Sa. Bayangkan, dari bulan April, aku begitu terobsesi dengan sosok yang ternyata adalah salah satu mahasiswaku, ha-ha-ha"

Aku menyengir mencoba mengimbangi tawanya. Entah mengapa aku mulai sedikit lega setelah mendengar pengakuannya.

"Kau pasti tahu Om.Tepe, kan?".

Aahh, iyaa. Sosok itulah yang paling sering mengirimku email yang isinya berbau cabul. Diakah?

"Tanpa kejadian inipun aku sudah sangat terobsesi denganmu, Er-Dino-Sa. Setiap kau tidak masuk kelasku, kuliahku jadi hambar. Tapi kini, kuharap kau ngerti dan sedikit mau berbagiatan denganku!"

Pak Ismanto semakin berani merajuk dan memaksaku. Aku menggeleng, mencoba meminta pengertiannya. Tapi justru dia semakin penasaran dan semakin bernafsu.

"Bukan tipeku pemaksa, Er-Dino-Sa, tapi aku ingin kau ngerti, please! Aku benar-benar ingin lebih darimu. Berilah aku kehangatan tubuhmu. Hilangkan dahagaku ini"

Aku semakin serba salah. Pak Ismanto yang semula begitu kuhormati, kini seolah monster yang siap melahapku. Rasa tidak enakku sudah terkalahkan dengan ketidakberdayaanku. Aku hanya terdiam, pasrah tanpa tau harus berbuat apa lagi.

"Pacarmu  keluargamu, dan siswa lain tentu belum tahu sebenarnya, kan? Dan aku juga yakin kau belum siap untuk diketahui. So.. Gimana?"

Nada yang begitu sopan dan lirih, justru telah mengulitiku habis karena nada ancaman itu begitu kental. Sangat berkesan memaksa. Aku semakin membisu, ketika tangannya menyentuh wajahku dengan lembut. Ketidaksiapanku akan terbongkarnya rahasiaku, membuat semakin leluasa tangannya meraih apapun yang ingin disentuhnya di diriku. Aku berpikir keras dan tidak mau kalah sebelum perang. Akal sehatku berputar, mencoba menemukan apa yang bisa kuperbuat. Ahaa.. Akhirnya aku mendapatkan ide cemerlang, bahwa aku harus memanfaatkan Hpku.

Lumatan bibirnya yang semula kurasakan hambar, kubalas jauh lebih ganas. Aku harus benar-benar berakting melayaninya hingga rencanaku itu tercapai. Kugigit bibirnya, dia mengaduh, namun aku tetap mengganas. Meski terganggu dengan kumisnya yang melintang tebal, namun aku harus tetap nampak bergairah. Bahkan kini aku yang mengambil inisiatif, harus membuatnya terlena. Kutarik paksa kaosnya, hingga nyaris robek. Meski sudah menduga sebelumnya namun aku sempat terkejut juga dengan apa yang di depanku. Hampir semua badannya di tumbuhi rambut dan bulu bulu. Sangat lebat. Aku tak peduli. Kupagut semua yang menempel di dadanya. Dua putingnya kulumat dan kugigit pelan. Dia melonjak penuh nafsu. Aku jilat jilat dada dan putingnya.

Dia meraung, mendekapku erat dan mengarahkan kepalaku ke bawah. Tangannya ganas mencopot bajuku, sehingga tak seberapa lama, semua yang kupakai sudah direnggutnya dan aku telanjang. Aku pun berbuat yang sama. Kutarik paksa celana dalamnya yang masih tersisa, dan aah... aku sempat ngeri melihat betapa panjang dan besar kontolnya. Bayangan betapa wibawanya dia ketika sedang di kelas yang begitu rapi, berdasi, sepatu, rambut klimis suara berat, badan kekar hilang sudah berganti tubuh telanjang penuh bulu dengan batang kontol teracung. Ahh sudah kepalang, aku harus lanjutkan permainan asmara sejenis ini.

Dia bangkit lalu menindihku, sedikit garang. Aku kelabakan menahan nafas saat mulutku dibungkam dengan mulutnya. Kumisnya menggeseki bibirku. Ah.. geli namun terasa nikmat juga kurasakan. Belum lagi gairah yang membubung di ubun-ubun seiring dengan permainan tangannya di kontolku. Dijilatinya hampir sekujur tubuhku. Bahkan anusku yang aku sendiri jijik membayangkannya, tak luput dari jilatan lidahnya. Aku mendesah-desah ketika sensasi luar biasa kurasakan, setiap lidahnya menusuk-nusuk anusku. Basah dan hangat kurasakan di lubang pembuanganku itu. Aku rancap kontolku seiring permainan gilanya agar birahiku tetap terjaga. Aku mengerang, bahkan sedikit kudramatisir berharap agar dia semakin memuncak birahinya, bernafsu dan semakin lupa diri.

Ketika mulutnya menemukan kontolku, kuhentikkan aksiku. Kuajukan syarat, agar dia mau ditutup matanya. Benar dugaanku, hasrat membaranya tidak lagi bisa membaca apa mauku. Dengan ganas dilumatnya kontolku mulai dari ujung kepala kontolku hingga batang kontolku. Bahkan kedua biji telor kontolku juga dilumatnya habis. Aku semakin mengerang dan mengejang menikmati setiap jilatan dan kuluman bibirnya yang ganas. Aku mencoba berdiri, masih dengan mendesah kumaju-mundurkan pantatku agar kontolku juga maju mundur di dalam mulutnya.

Semakin ganas dia melumat seluruh batangku. Rasa nikmat yang ditawarkan masih menyadarkanku untuk mengambil ponsel kameraku. Kubidik dengan pas setiap aksinya melumat kontolku. Kujambak rambutnya dan kutengadahkan wajahnya agar aku bisa membidik tepat wajahnya. Kuambil pose terbagus saat dia menjilati kontolku. Aku mendesah penuh kemenangan. Kukembalikan ponselku, dan kunikmati permainan sejenis dengan dosenku ini.

Kubuka tutup matanya. Kuraih kontolnya yang sudah sangat tegang dan mengeras. Rasa mual yang pernah hadir ketika harus mengulum kontol seorang pria, kulupakan, demi hebatnya aktingku. Dia mulai meraung, ketika semakin kupercepat mulutku mengulumi kontolnya. Tadinya aku hendak menyerahkan anusku yang memang sampai sekarang belum pernah termasuki kontol. Namun untungnya dia sudah tidak tahan. Dia meraung semakin keras. Aku yakin geloranya sudah memuncak ketika mulut dan lidahku mengatup memelintir perbatasan kontolnya. Dipegangnya kepalaku dengan kuat dan dihentakkan agar mengulum batang kontol itu lebih dalam.

Kurasakan dia semakin mengejang dan batang kontolnya mulai berkedut kedut seolah ejakulasnya segera datang. Tapi aku tidak mau spermanya muncrat di mulutku. Dengan cepat pula kucabut mulutku, dan kuraih kontolnya. Kubanting dia, dan mulai kubisikkan berbagai kata di kupingnya yang bisa memacu laju spermanya. Sambil kurancap, kugigit berkali-kali kupingnya, lalu lehernya aku jilat jilat dan akhirnya dia meraung panjang, ketika kurasakan spermanya muncrat membasahi perutku. Crottt...crottt...crott...semburan sperma itu begitu keras dan deras. Aku intip sebentar, cairan spermanya begitu kental dan banyak sekali. Cairan itupun masih mengalir dari lubang kontolnya yang teracung keras itu. Lalu didekapnya tubuhku erat, seolah tidak hendak dilepasnya. Aku tersenyum. Ah, kini skore nya banding satu-satu. Impas!!!

Aku sudah hendak beranjak, saat dia terbaring lemas. Namun ternyata dia menuntut agar bisa melihat bagaimana wajahku ketika spermaku muncrat. Dia meminta dengan sedikit memaksa agar spermaku dikeluarin, karena dia ingin meihat mimik wajahku.

Tanpa pikir panjang, aku berdiri. Kusodorkan kontolku yang belum tegang ke mulutnya. Sambil berjongkok, dia terus menatap wajahku. Aku meringis, merem melek, menelan ludah, mendesah dan banyak lagi aksi wajahku yang menggambarkan saat hasratku mulai menegang. Aku semakin mempercepat aksiku mengencangkan semua otot ototku. Lalu tanganku menggenggam mantap batang kontolku dan aku kocok dengan sepenuh hati. Kian lama kian panas  kocokan itu kurasakan dan badanku turut menegang dan kini kontolku semakin mengeras.

Mulut dan lidahnya terus neraksi di ujung kepaakontolku, seoah berharap muncratnya cairan spermaku. Terus aku kocok dan aku racap batang kontoku dari ujung hingga pangkal. Aku mulai mengejang. Kurasakan spermaku sudah di ujung tanduk untuk dimuncratkan. Kucabut kontolku dari mulutnya. Kurancap kencang di depan wajahnya, sambil mendesah keras kumuncratkan spermaku ke wajahnya. Crottt...crottt....sperma hangat itu mendarat. Belum habis spermaku muncrat, dia kulum kontolku. Kusodokkan muncratan terakhir spermaku ke mulutnya, crett..crett.,..spermaku muncrat di dalam mulutnya. Kulihat mulutnya penuh dengan tatapan mata yang bahagia. Aku tak peduli ketika dia telan spermaku.

Lebih dua jam kami habiskan berdua, dan banyak hal yang dimauninya. Aku sampai kewalahan menghadapi kemauannya yang bermacam macam.

Belum hilang rasa capekku, dia kembali mencoba menaikkan gairahku lagi. Sebenarnya aku tidak mau lagi, karena sudah 3x spermaku muncrat. Seluruh tenagaku seolah hampir habis dikurasnya. Namun pria tua ini masih terus bersemangat mencumbuiku yang teanjang tanpa selembar benang.

turkish: on tha beach

turkish: on tha beach - [ bagi2 dari blog lain ]
















DaddySwap.com Image










DaddySwap.com Image






















New daily senior daddy image, brought to you by DaddySwap.com & turkish

Om John, cinta pertamaku - bag. III [1]

dari Om John, cinta pertamaku - bag. II 
http://40ankeatas.blogspot.com/2011/05/om-john-cinta-pertamaku-bag-ii.html

Cinta… Hm….
Apakah mungkin…? Rasanya tidak….tapi dipikir – pikir lagi….. rasanya tidak bisa dibilang mustahil juga….

Tidak….tidak…. tidak mungkin….pasti salah….

Aku pasti kebanyakan nonton drama korea yang biasanya diputar di Indosiar itu. Sudah biasa kan, pasti ceritanya seputar cinta. Mungkin tanpa sadar ceritanya sudah masuk ke alam bawah sadarku.

Yah….pasti begitu…..tidak ada yang aneh…tidak ada yang perlu dikhawatirkan….tidak ada yang perlu dipikirkan….dan yang pasti tidak perlu ada yang tahu…
……………………………………………………
……………………………………………………
Kutekan bel yang ada di depan pintu rumah Cindy. Kutekan sekali….Tidak kedengaran apa – apa... Mungkin suara belnya langsung terdengar di dalam rumahnya.

Tidak ada yang menjawab….Apakah tidak ada orang di rumah??? Memang sih kijang yang biasa dipakai Om John tidak ada di depan. Tapi biasanya kalau tidak ada orang pasti aku di sms atau di telepon.

Kutekan sekali lagi belnya… Memang dasar aku orang yang tidak sabaran. Untung saja ini hanya rumah anak privatku. Bagaimana kalau misalnya rumah bosku?? Pasti aku sudah dimarahi karena tidak sabaran, menekan bel sampai 2 kali…

Ah…tapi dipikir – pikir hal yang kulakukan memang wajar kok. Habisnya tidak ada yang membukakan pintu….

Sambil menunggu seseorang, ya siapapun lah membukakan pintu, aku memiringkan payung lipatku ke arah semen yang ada di depan pintu supaya airnya turun setelah sebelumnya merapikannya kembali. Hari ini kebetulan aku tidak membawa sepeda. Sepulang dari kampus tadi, aku sempat pulang sebentar ke kostku dan tiba – tiba hujan turun saat itu. Jadi dari kostku, aku terpaksa berjalan kaki sampai ke sini sambil memakai payung. Tidak terlalu jauh untungnya, tapi jujur aku cukup risih karena bajuku sedikit basah. Padahal di tasku ada jaket hitam yang biasanya aku pakai di kampus, tapi entah rasanya sayang sekali aku pakai tadi. Mungkin karena baru saja jaket itu kubawa dari laundry. Hehe…

Oke….Jadi…um….ada orang tidak ya di rumah????

Setelah air dari payungku turun cukup banyak, aku mengikatnya kembali. Memang sih lebih baik dibiarkan terbuka agar kering, tapi tidak mungkin kutaruh payungku begitu saja di pekarangan rumah orang yang sedikit….sempit ini….

CREK! Kudengar bunyi kunci yang dibuka dari arah belakangku. Ternyata ada orang di rumah. Syukurlah aku tidak perlu menunggu seperti pertama kali aku datang ke sini beberapa minggu lalu.

“Kak Den! Sori ya Cindy tadi lagi mandi!” Kulihat Cindy yang membukakan pintu. Dia mengenakan kaos berwarna putih dengan celana jeans biru setengah lutut. Rambutnya masih terlihat sedikit basah. Memang benar tampaknya tadi dia sedang mandi. Rasanya kok jadi aku yang merepotkan ya?

Yah sudahlah… toh aku kan tidak tahu kalau Cindy tadi sedang mandi.

“Gapapa Cin….” Aku tersenyum ke arah Cindy dan dia tersenyum balik padaku. Haha. Entah kenapa setiap kali Cindy tersenyum, rasanya capekku seharian ini jadi hilang. Senyum nya manis sekali. Mirip sekali dengan senyum papanya.

…..Tunggu, kenapa jadinya aku mengingat senyumnya Om John??? Ah…pasti karena senyum mereka berdua mirip saja. Tidak lebih kok…

“Yuk masuk kak! Cindy ke atas dulu ya. Kakak tunggu di ruang tamu aja dulu…” Cindy kemudian masuk dengan membiarkan pintu terbuka begitu saja. Aku menaruh sandalku di samping pintu, masuk perlahan setelah sebelumnya mengeringkan sedikit kakiku di keset yang ada di depan pintu, lalu menutup pintunya. Hujan memang deras sekali. Tapi untung saja air hujannya tidak sampai masuk ke dalam rumah pas pintu dibuka tadi.

Aku masuk ke ruang tamu sambil sibuk memasukkan kembali payungku yang masih sedikit basah ke dalam plastik tempatnya. Huff….rasanya kalau dimasukkan basah – basah begini….bisa menimbulkan bau tidak sedap nantinya. Yah…paling sepulangnya ke kostan nanti aku cuci lagi dengan air bersih lalu dikeringkan.

Aku duduk di sofa tempat biasa aku mengajar Cindy. Cindy masih ada di atas. Mungkin sebentar lagi turun. Aku mencuri – curi waktu untuk melihat – lihat rak yang terletak di belakang TV. Raknya cukup besar, terbuat dari kayu…jati mungkin? Aku tidak begitu tahu. Yang pasti raknya bersekat – sekat banyak dan banyak sekali benda – benda di atas rak itu. Hm…

Ada miniatur kincir angin Belanda….mungkin mereka pernah pergi ke Belanda atau ini pemberian seseorang. Ada miniatur um….kereta kuda? Ah….lebih seperti delman menurutku. Mungkin dari Jogja dan sekitarnya. Ada juga foto… ah…..foto….seorang wanita….

Foto siapa ini? Wanita tersebut hanya difoto wajahnya saja. Dia tersenyum, rambutnya panjang terurai ke belakang jadi tidak begitu terlihat, bibirnya merah delima. Cantik….

Tunggu….mungkinkah ini mamanya Cindy? Kenapa ada di sini? Biasanya foto – foto seperti ini pasti ada di kamar.

Kudengar langkah terburu –buru turun dari atas. Kelihatannya Cindy sudah turun dari atas. Cepat – cepat kurapikan kembali bingkat foto tadi. Aku tidak mau Cindy melihatku seperti tamu yang tidak sopan. Melihat – lihat seisi rumah tanpa ijin. Yah…sedikit – sedikit tidak apa – apa kan??

“Kak, kak! Hari ini Cindy gak ada PR. Kita belajar bentar, terus kita main saja yuk??? Cindy bawa kartu remi nih!”

“Hm…boleh deh. Tapi apa Cindy gak ada ulangan juga deket – deket ini?” Aku bertanya dulu pada Cindy untuk memastikan bahwa aman untuk bermain – main hari ini.

“Gak ada kok Kak!” Cindy menjawab dengan lantang. Fiuh….rasanya aku bakal menerima gaji buta lagi hari ini. Hohoho. Yah sudahlah...Kembali kita anggap saja ini bagian dari pekerjaan sebagai guru privat.

“Oke deh! Kalau gitu kita review sedikit aja ya buat pelajaran besok!” Aku mengelus – ngelus kepala Cindy dan dia kelihatan girang sekali. Untuk pelajaran besok jadi ada pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, terus….
………………………………
………………………………
………………………………

…Oke, kartu Cindy tinggal satu dan sekarang giliranku. Di tangaku masih ada sekitar satu, dua, tiga, empat…..buset dah 10 kartu! Mesti keluarin yang mana nih???? Hati, sekop, dadu, atau keriting??? Semuanya ada tapi kalau salah keluarin ya uda deh…kalah….

Oke, dengan segenap keyakinan, kukeluarkan kartu As sekop dari tanganku dan….

“Hore! Cindy menang lagi!” Cindy mengeluarkan kartu terakhirnya yang ternyata sepuluh sekop. Ya ampun! Aku kalah…. Sudah 3 kali nih aku kalah. Ternyata dalam hal bermain cangkul, aku tidak begitu jago dan tidak begitu “beruntung”… Hufff….

“Yah….kakak kalah lagi. Haha….” Aku tertawa dengan sedikit malu. Haha. Kenapa aku harus malu kalah sama anak kecil??? Aneh juga aku ini...

KRINGG!! KRINGG!!! Hm??? Bunyi telepon? Mataku langsung tertuju pada telepon yang terletak di meja yang ada di samping rak tadi…

“Sebentar ya Kak, Cindy angkat telepon dulu! Kakak bagiin kartunya dulu aja….” Cindy bergegas bangun, lalu berlari mengangkat telepon berwarna putih itu.

Bisa sedikit kudengar apa yang dikatakan Cindy. Kata “papa” dan “oh…”. Mungkin itu Om John. Mungkin juga aku salah dengar. Aku tidak begitu yakin…Kulanjutkan mengocok lalu membagikan kartu.

“Eh Kak! Sini sebentar! Papa mau ngomong sama kakak!” Cindy tiba – tiba memanggilku. Aku beranjak, lalu ke arah Cindy, meletakkan gagang telepon itu ke telingaku.

“Halo? Dennis ya?” Bisa kudengar suara laki – laki di seberang sana. Sepertinya benar ini Om John.

“Iya Om. Ada apa ya?” Aku penasaran apa yang ingin dia bicarakan denganku.

“Iya Den. Malam ini saya harus lembur di kantor dan mungkin pulangnya malam sekali. Kamu bisa tolong jagain Cindy?”

“Oh gitu….Hm…bisa Om….Gak masalah” Tapi aku harap tidak terlalu malam….

“Makasi banyak ya Den. Maaf banget ya uda ngerepotin….” Om John terdengar lega.

“Iya Om, sama – sama….” Terdengar Om John menutup teleponnya…

……….Kelihatannya, semalaman ini aku harus jadi babysitter….

Paling Populer Selama Ini