6/02/2011

Om John, cinta pertamaku - bag. III [1]

dari Om John, cinta pertamaku - bag. II 
http://40ankeatas.blogspot.com/2011/05/om-john-cinta-pertamaku-bag-ii.html

Cinta… Hm….
Apakah mungkin…? Rasanya tidak….tapi dipikir – pikir lagi….. rasanya tidak bisa dibilang mustahil juga….

Tidak….tidak…. tidak mungkin….pasti salah….

Aku pasti kebanyakan nonton drama korea yang biasanya diputar di Indosiar itu. Sudah biasa kan, pasti ceritanya seputar cinta. Mungkin tanpa sadar ceritanya sudah masuk ke alam bawah sadarku.

Yah….pasti begitu…..tidak ada yang aneh…tidak ada yang perlu dikhawatirkan….tidak ada yang perlu dipikirkan….dan yang pasti tidak perlu ada yang tahu…
……………………………………………………
……………………………………………………
Kutekan bel yang ada di depan pintu rumah Cindy. Kutekan sekali….Tidak kedengaran apa – apa... Mungkin suara belnya langsung terdengar di dalam rumahnya.

Tidak ada yang menjawab….Apakah tidak ada orang di rumah??? Memang sih kijang yang biasa dipakai Om John tidak ada di depan. Tapi biasanya kalau tidak ada orang pasti aku di sms atau di telepon.

Kutekan sekali lagi belnya… Memang dasar aku orang yang tidak sabaran. Untung saja ini hanya rumah anak privatku. Bagaimana kalau misalnya rumah bosku?? Pasti aku sudah dimarahi karena tidak sabaran, menekan bel sampai 2 kali…

Ah…tapi dipikir – pikir hal yang kulakukan memang wajar kok. Habisnya tidak ada yang membukakan pintu….

Sambil menunggu seseorang, ya siapapun lah membukakan pintu, aku memiringkan payung lipatku ke arah semen yang ada di depan pintu supaya airnya turun setelah sebelumnya merapikannya kembali. Hari ini kebetulan aku tidak membawa sepeda. Sepulang dari kampus tadi, aku sempat pulang sebentar ke kostku dan tiba – tiba hujan turun saat itu. Jadi dari kostku, aku terpaksa berjalan kaki sampai ke sini sambil memakai payung. Tidak terlalu jauh untungnya, tapi jujur aku cukup risih karena bajuku sedikit basah. Padahal di tasku ada jaket hitam yang biasanya aku pakai di kampus, tapi entah rasanya sayang sekali aku pakai tadi. Mungkin karena baru saja jaket itu kubawa dari laundry. Hehe…

Oke….Jadi…um….ada orang tidak ya di rumah????

Setelah air dari payungku turun cukup banyak, aku mengikatnya kembali. Memang sih lebih baik dibiarkan terbuka agar kering, tapi tidak mungkin kutaruh payungku begitu saja di pekarangan rumah orang yang sedikit….sempit ini….

CREK! Kudengar bunyi kunci yang dibuka dari arah belakangku. Ternyata ada orang di rumah. Syukurlah aku tidak perlu menunggu seperti pertama kali aku datang ke sini beberapa minggu lalu.

“Kak Den! Sori ya Cindy tadi lagi mandi!” Kulihat Cindy yang membukakan pintu. Dia mengenakan kaos berwarna putih dengan celana jeans biru setengah lutut. Rambutnya masih terlihat sedikit basah. Memang benar tampaknya tadi dia sedang mandi. Rasanya kok jadi aku yang merepotkan ya?

Yah sudahlah… toh aku kan tidak tahu kalau Cindy tadi sedang mandi.

“Gapapa Cin….” Aku tersenyum ke arah Cindy dan dia tersenyum balik padaku. Haha. Entah kenapa setiap kali Cindy tersenyum, rasanya capekku seharian ini jadi hilang. Senyum nya manis sekali. Mirip sekali dengan senyum papanya.

…..Tunggu, kenapa jadinya aku mengingat senyumnya Om John??? Ah…pasti karena senyum mereka berdua mirip saja. Tidak lebih kok…

“Yuk masuk kak! Cindy ke atas dulu ya. Kakak tunggu di ruang tamu aja dulu…” Cindy kemudian masuk dengan membiarkan pintu terbuka begitu saja. Aku menaruh sandalku di samping pintu, masuk perlahan setelah sebelumnya mengeringkan sedikit kakiku di keset yang ada di depan pintu, lalu menutup pintunya. Hujan memang deras sekali. Tapi untung saja air hujannya tidak sampai masuk ke dalam rumah pas pintu dibuka tadi.

Aku masuk ke ruang tamu sambil sibuk memasukkan kembali payungku yang masih sedikit basah ke dalam plastik tempatnya. Huff….rasanya kalau dimasukkan basah – basah begini….bisa menimbulkan bau tidak sedap nantinya. Yah…paling sepulangnya ke kostan nanti aku cuci lagi dengan air bersih lalu dikeringkan.

Aku duduk di sofa tempat biasa aku mengajar Cindy. Cindy masih ada di atas. Mungkin sebentar lagi turun. Aku mencuri – curi waktu untuk melihat – lihat rak yang terletak di belakang TV. Raknya cukup besar, terbuat dari kayu…jati mungkin? Aku tidak begitu tahu. Yang pasti raknya bersekat – sekat banyak dan banyak sekali benda – benda di atas rak itu. Hm…

Ada miniatur kincir angin Belanda….mungkin mereka pernah pergi ke Belanda atau ini pemberian seseorang. Ada miniatur um….kereta kuda? Ah….lebih seperti delman menurutku. Mungkin dari Jogja dan sekitarnya. Ada juga foto… ah…..foto….seorang wanita….

Foto siapa ini? Wanita tersebut hanya difoto wajahnya saja. Dia tersenyum, rambutnya panjang terurai ke belakang jadi tidak begitu terlihat, bibirnya merah delima. Cantik….

Tunggu….mungkinkah ini mamanya Cindy? Kenapa ada di sini? Biasanya foto – foto seperti ini pasti ada di kamar.

Kudengar langkah terburu –buru turun dari atas. Kelihatannya Cindy sudah turun dari atas. Cepat – cepat kurapikan kembali bingkat foto tadi. Aku tidak mau Cindy melihatku seperti tamu yang tidak sopan. Melihat – lihat seisi rumah tanpa ijin. Yah…sedikit – sedikit tidak apa – apa kan??

“Kak, kak! Hari ini Cindy gak ada PR. Kita belajar bentar, terus kita main saja yuk??? Cindy bawa kartu remi nih!”

“Hm…boleh deh. Tapi apa Cindy gak ada ulangan juga deket – deket ini?” Aku bertanya dulu pada Cindy untuk memastikan bahwa aman untuk bermain – main hari ini.

“Gak ada kok Kak!” Cindy menjawab dengan lantang. Fiuh….rasanya aku bakal menerima gaji buta lagi hari ini. Hohoho. Yah sudahlah...Kembali kita anggap saja ini bagian dari pekerjaan sebagai guru privat.

“Oke deh! Kalau gitu kita review sedikit aja ya buat pelajaran besok!” Aku mengelus – ngelus kepala Cindy dan dia kelihatan girang sekali. Untuk pelajaran besok jadi ada pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, terus….
………………………………
………………………………
………………………………

…Oke, kartu Cindy tinggal satu dan sekarang giliranku. Di tangaku masih ada sekitar satu, dua, tiga, empat…..buset dah 10 kartu! Mesti keluarin yang mana nih???? Hati, sekop, dadu, atau keriting??? Semuanya ada tapi kalau salah keluarin ya uda deh…kalah….

Oke, dengan segenap keyakinan, kukeluarkan kartu As sekop dari tanganku dan….

“Hore! Cindy menang lagi!” Cindy mengeluarkan kartu terakhirnya yang ternyata sepuluh sekop. Ya ampun! Aku kalah…. Sudah 3 kali nih aku kalah. Ternyata dalam hal bermain cangkul, aku tidak begitu jago dan tidak begitu “beruntung”… Hufff….

“Yah….kakak kalah lagi. Haha….” Aku tertawa dengan sedikit malu. Haha. Kenapa aku harus malu kalah sama anak kecil??? Aneh juga aku ini...

KRINGG!! KRINGG!!! Hm??? Bunyi telepon? Mataku langsung tertuju pada telepon yang terletak di meja yang ada di samping rak tadi…

“Sebentar ya Kak, Cindy angkat telepon dulu! Kakak bagiin kartunya dulu aja….” Cindy bergegas bangun, lalu berlari mengangkat telepon berwarna putih itu.

Bisa sedikit kudengar apa yang dikatakan Cindy. Kata “papa” dan “oh…”. Mungkin itu Om John. Mungkin juga aku salah dengar. Aku tidak begitu yakin…Kulanjutkan mengocok lalu membagikan kartu.

“Eh Kak! Sini sebentar! Papa mau ngomong sama kakak!” Cindy tiba – tiba memanggilku. Aku beranjak, lalu ke arah Cindy, meletakkan gagang telepon itu ke telingaku.

“Halo? Dennis ya?” Bisa kudengar suara laki – laki di seberang sana. Sepertinya benar ini Om John.

“Iya Om. Ada apa ya?” Aku penasaran apa yang ingin dia bicarakan denganku.

“Iya Den. Malam ini saya harus lembur di kantor dan mungkin pulangnya malam sekali. Kamu bisa tolong jagain Cindy?”

“Oh gitu….Hm…bisa Om….Gak masalah” Tapi aku harap tidak terlalu malam….

“Makasi banyak ya Den. Maaf banget ya uda ngerepotin….” Om John terdengar lega.

“Iya Om, sama – sama….” Terdengar Om John menutup teleponnya…

……….Kelihatannya, semalaman ini aku harus jadi babysitter….

2 comments:

  1. bag III part 2 dari cerita Om John, cinta pertamaku blm ad di posting ya mas bro?
    thx

    ReplyDelete
  2. belum ditulis malahan, ndak tau nih kenapa, bisa aja itu diary, jadi masih berlangsung, sabar aja yah, nanti notif nya saya buat di komen di sini

    ReplyDelete

Paling Populer Selama Ini