6/03/2011

Dilacurkan Oleh Ayahku

(by: brycejlover@yahoo.com)

Cerita ini FIKTIF! Jika Anda suka dengan ceritaku, tolong berikan nilai A untuk ceritaku, oke:) Website:
http://www.angelfire.com/falcon/brycejlover/profileindo.html

*****

Hidupku berubah 180 derajat kala malam terkutuk itu terjadi. Ayahku dan
saya memang dari dulu selalu hidup berkecukupan, sampai suatu hari dia
menghabiskan semua uangnya dengan berjudi. Utangnya terlalu besar dan
dia tak dapat membayarnya. Malam itu, seorang pria seumuran ayahku
datang bertamu. Saya langsung disuruh masuk ke kamarku agar mereka bisa
berbincang-bincang dengan leluasa. Saya sama sekali tidak mendengar
apa-apa sebab kamarku jauh sekali dari ruang tamu. Berhubung capek,
saya pun tertidur pulas dan tidak mengetahui apa-apa. Saat itulah,
kejadian terkutuk itu terjadi.

Pelan-pelan pintu kamarku terbuka dan dua bayangan orang menyelinap
masuk. Tiba-tiba, lampu kamarku dinyalakan, menebar cahaya ke
mana-mana. Tentu saja saya terbangun. Saat itu, saya hanya mengenakan
celana dalamku saja, berhubung cuaca sedang panas.

"Papa? Ada apa?" tanyaku, berusaha membiasakan mataku dengan cahaya terang.

Kulihat ayahku berdiri di samping ranjangku dengan pria tadi. Pria
itu sebenarnya cukup lumayan. Dia memang tidak ganteng, namun ada
sesuatu dalam dirinya yang menebar aura keseksian seorang laki-laki.
Pria itu juga Chinese, sama seperti ayahku dan saya. Badannya
biasa-biasa saja, tapi tetap nampak seksi. Saya sendiri agak bingung,
kenapa saya memikirkan keseksian pria teman ayah saya? Saya 'kan bukan
homo.

"Nak, teman Papa ingin berkenalan denganmu. Kamu layani dia baik-baik, yach," jawab papaku.

Namun ada sesuatu yang aneh dengan nada bicara ayahku. Seolah-olah
dia sedang menahan rasa bersalah. Saya mulai bingung, tak mengerti apa
yang sedang terjadi. Kebingunganku mulai berubah menjadi ketakutan saat
teman ayahku itu mulai melepas kemeja dan celana panjangnya.

Hanya dalam waktu satu menit, dia sudah telanjang bulat dengan
kontol ngaceng. Saya takut sekali dan berusaha untuk menghindar. Namun
teman ayahku sudah keburu menangkapku. Saya meronta-ronta dn
berteriak-teriak namun percuma. Saya kalah kuat. Teman ayahku itu
begitu kuat sampai-sampai saya merasa seperti seorang anak kecil dalam
cengkeramannya.

"Saya paling suka sama anak cowok yang baru lepas dari masa remaja.
Ayahmu mengatakan bahwa kamu sudah berumur 20tahun. Benar gak?"
tanyanya dengan pandangan yang menusuk. Dengan penuh rasa takut, saya
hanya mengangguk-ngangguk.

"Dengarkan Om. Mulai saat ini, kamu adalah milik Om. Kamu bukan
anak papamu lagi karena papamu sudah menjualmu pada Om. Papamu
berhutang banyak apda Om dan tak bisa membayarnya. Dia lalu menawarkan
kamu pada Om sebab dia tahu bahwa Om paling doyan cowok muda kayak
kamu. Dan Om setuju. Maka mulai saat ini, kamu akan tinggal dengan Om.
Om akan menjadi papamu yang baru, Nak."

"Apa?" tanyaku, tak percaya.

Duniaku serasa hancur berkeping-keping. Kupandang wajah ayahku
dengan sorot kekecewaan bercampur ketakutan. Namun ayahku tak berani
memandang balik. Kini saya tak punya tempat bernaung lagi. Saya telah
dijual oleh ayahku sendiri. Pegangan om itu mulai melonggar dan saya
pun sudah berhenti memberontak. Saya lemas menyadari kenyataan pahit
itu.

Tapi om itu tidak memberiku waktu. Dia langsung menurunkan celana
dalamku dengan satu tangan dan tersingkaplah kontolku yang setengah
ngaceng. Saya tentu saja mencoba mengelak namun gagal sebab saya
dipegangi om itu. Wajahku memerah saat om itu menikmati pemandangan
mesum kontolku. Belum pernah saya memperlihatkan kontolku pada siapa
pun.

"Kontol yang indah. Pasti loe sering coli kan? Soalnya om juga suka
coli. Rasanya enak sekali ketika pejuh menyembur keluar dari lubang
kontol. Aahh.. Om jadi ngaceng berat nih." Om itu menelurusi
jari-jarinya di atas dada telanjangku.

"Om terangsang liat loe. Om pengen ngerasain loe. Loe masih perjaka kan?" Saya mengangguk-ngangguk penuh ketakutan.

"Loe belom pernah coba seks homo kan?" Saya menggeleng-geleng.

"Bagus sekali. Artinya kamu masih polos. Om bakal senang sekali
memperkenalkan dunia homo ama loe." Om itu menggosok-gosokkan kontolnya
ke pahaku.

Saya merinding sekali membayangkan akan disodomi olehnya. Saya
bukan homo dan tak mau jadi homo! Instingku menyuruhku untuk lari dan
saya pun kembali meronta-ronta. Om itu agak kewalahan kali ini. Dengan
membabi buta, saya menendang, mencakar, menggigit. Apa pun kulakukan
asalkan saya bisa bebas dari cengkeraman om homo yang bejat itu. Tepat
pada saat saya mengira saya dapat kabur, tiba-tiba ayahku mendatangi
kami. Kukira dia akan menolongku. Tapi dia malah ikut memegangi tubuhku
dan menahanku! Ayahku ingin sekali agar saya diperkosa.

"Tidak!" teriakku.

"Papa, lepaskan saya!"

Om itu hanya tertawa saja.

"Terlentangkan anak loe dan pegangin badannya kuat-kuat," katanya pada ayahku.

Tanpa daya, saya diterlentangkan di atas ranjang. Kedua tanganku
segera diikat dengan tali rafia, membelengguku ke ranjang. Kedua kakiku
dipegang kuat-kuat oleh om itu. Dia tertawa penuh kemenangan. Ayahku
berdiri di samping ranjangku, membantu om itu untuk memegangi kakiku
agar saya tidak dapat menendang-nendang. Keringat sudah membanjiri
sekujur tubuhku. Saya sudah lelah meronta-ronta, saya kehabisan energi.
Kakiku pun terasa pegal-pegal.

Mau tak mau, saya pun berhenti memberontak. Meskipun demikian,
ayahku masih tetap saja memegangi kakiku, takut kalau-kalau itu hanya
taktikku saja. Saat kupandangi wajah ayahku, rasa bersalah masih nampak
di sana. Entah kenapa, saya jadi kasihan padanya. Jauh di dalam lubuk
hatiku, saya sadar bahwa ayahku terpaksa menjualku demi membayar
hutangnya sebab kalau tidak kami berdua mungkin akan bernasib lebih
buruk. Air mata menggenang di mata ayahku, hatinya sakit melihat anak
laki-laki satu-satunya terlentang telanjang bulat dan akan disodomi
oleh 'teman'nya.

Om itu berdiri di depan kakiku yang terangkat lebar-lebar. Lubang
anusku berkedut-kedut karena hawa dingin. Kedua putingku sudah berdiri
juga, nampak sangat merangsang. Om itu meraih putingku dan memelintir
mereka. Saya mengerang-ngerang saat jari-jari om itu menyiksa putingku.
Entah kenapa, kontolku mulai mengeras dan menegang. Apa yang terjadi
denganku? Kenapa tiba-tiba saya merasa terangsang? Saya benci perlakuan
om itu terhadapku. Dia akan memerkosaku. Tapi kenapa kontolku menegang?
Ini sungguh tak masuk akal, pikirku.

"Ah, loe suka yah?" tanya om itu, memperhatikan kontolku yang ngaceng.

"Sudah gue duga. Loe ternyata homo juga." Om itu membelai-belai kontolku dengan satu tangan, mengagumi kontolku yang indah.

"Tidak! Saya bukan homo! Lepaskan saya!" Meskipun saya sudah capek,
tapi saya masih punya suara, maka saya meneriakinya. Namun
teriakan-teriakanku tak mampu melelehkan hati om bejat itu. Dia juga
bertekad untuk mengambil keperjakanku dan dia akan menusukku dengan
kontolnya.

"AARRGGHH!!" teriakku saat kontolnya memaksa masuk.

Saya tak berdaya melawannya. Kedua tangan terikat dan kaki terentang, serta dipegangi ayahku, saya hanya bisa pasrah.

"AARRGGHH.." Saya mengerang lagi saat kepala kontol om itu membor
anusku. Kucoba untuk mengencangkan otot anusku rapat-rapat tapi
sodokan-sodokan kontol om itu malah makin keras. Keringat bercucuran
membasahi wajah dan badanku. Napasku terengah-engah, capek. Dan wajahku
meringis-ringis, menahan sakit. Pertahananku tak bertahan lama.

"AARRGGHH!!" PLOP! Kontol om itu mendadak masuk begitu saja, seolah-olah anusku jebol.

Saya berteriak keras-keras saat kontol itu mendiami lubangku.
Rasanya sungguh perih. Anusku berkedut-kedut dengan rasa panas terbakar
dan rasa nyeri. Air mataku berlinang turun, tak kuasa menahan sakit
yang kualami.

"Ampun Om.. Saya tak kuat.. Ampun om.." Saya berpaling pada ayahku.

"Pa.. Tolong saya, Pa.. Sakit sekali.. Pa.." Namun ayahku hanya memandangiku dengan wajah sedih.

"AARRGGHH!!" erangku lagi saat om itu mulai menggerak-gerakkan kontolnya.

"Oohh.. Enak banget.. Aahh.. Sempit.. Hhoohh.. Gue ngentotin
perjaka.. Aahh.. Pantat loe milik gue sekarang.." desah om itu sambil
meraba-raba badanku.

"Hhohh.. Rasa'in kontol gue.. Aahh.. Loe emang seksi.. Aahh.."

Seiring dengan hentakan kontolnya, saya hanya bisa mengerang-ngerang, serasa dibelah dua.

"AARGGH!! UUGHH!! AARRGGH!! AARRGGH!!"

Badanku terguncang-guncang, om itu kuat sekali. Dapat kurasakan
kontolnya yang besar bergerak maju-mundur, menguasai lubang anusku.
Saya telah ternoda, diperkosa, dan disodomi.

Aku berpaling pada ayahku, saat dia berkata, "Liat nih.. Hhohh..
Gue lagi ngentotin anak loe.. Hhohh.. Gue menyodomi anak cowok loe
satu-satunya.. Aahh.. Dia milik gue sekarang.. Hhoosshshh.." Kulihat
ayahku menunjukkan ekspresi aneh. Dia terlihat gelisah.

"Hhoohh.. Astaga.. Hhohh.. Loe suka yach? aahh.. Liat gue homoin anak loe?" Om itu menempelkan tangannya pada celana ayahku.

"Wah.. Aahh.. Kontol loe ngaceng.. Aahh.. Buka aja.. Ahh.." Om itu
tertawa kecil dan makin menggoda ayahku. Dengan kikuk, ayahku segera
melepaskan seluruh pakaiannya. Nampak kontolnya telah menjulang tinggi,
keras dan basah. Ayahku terangsang melihatku disodomi.

"Hhoohh.. Pantat anak loe enak banget.. Oohh.." erang om itu, terus membor anusku.

Sementara, saya juga dibingungkan oleh reaksi kontolku. Saya memang
merasakan sakit tapi sakit itu terasa sensual dan nikmat. Kontolku
berdenyut-denyut penuh gairah dan meneteskan precum ke atas perutku.

"Oohh.. Aarrggh.. Aahh.. Aarrgghh.."

Saya merasa sangat dipermalukan, disodomi di depan ayahku sendiri.
Tapi saya malah merasa bahwa hal itu makin merangsang nafsu birahiku.
Pelan-pelan, saya mulai dibutakan oleh nafsu dan mulai berpikir dengan
kontolku. Mulutku mulai meracau dan menyemangati om itu. Saya ingin
merasakan sakit akibat disodomi, saya ingin diperkosa oleh om itu.

"Aahh.. Ngentot lagi om.. Oohh.. Lebih keras.. Hhoohh.. Enak banget om.. Aahh.."

Om itu dan ayahku terkejut mendengar omonganku. Om itu tersenyum, puas sekali melihat perubahan seksualitasku.

"Hhohh.. Loe suka kontol om kan? hhoosshh.. Rasakan kontol om..
Aahh.. Gue ngentotin loe kayak pelacur.. Aahh.. Om bakal ngecret di
apntat loe.. Aahh.. Hhoosshh.."

Om itu makin gila mengentotiku. Desah napasnya menderu-deru seperti
mesin. Tubuhnya yang seksi berkilauan, karena keringat. Ayahku nampak
tak ragu-ragu lagi, dia sibuk mencoli kontolnya sambil melihatku
disodomi. Rasa sedih dan bersalah yang tadi menghantuinya, sudah hilang
entah ke mana. Yang ada di wajahnya kini hanyalah nafsu birahi
homoseksual.

"AARGGH!!" erangku saat om itu menghentak makin keras. Kontolku
sudah menciptakan kolam precum di pusarku dan precum itu meleleh turun
melewati perutku dan mendarat di atas ranjang.

"AARRGGHH!!" Anusku kini terasa blong, tanpa pertahanan. Kontol om
itu dengan bebas menyodomiku. Saya ingin ngecret, rasanya sungguh
horny, tapi tanganku terikat.

"Aahahh.. Hhoohh.. Fuck! oohh.. Om.. Pengen ngecret.. Aahh.."
Namun om itu tidak mendengarkanku, sibuk mengentotin pantatku. Ayahku
datang mendekat dan malah memegang-megang kontol ngacengku. Ayahku
mencoli kontolku.

"Aahh.. Pa.. Oohh.. Enak banget Pa.. Aahh.."

Dan tiba tiba erangan-erangan keras terdengar dari om itu.

"AARGGH!! OOHH!! Gue bakal keluar! aahh.." CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!

"AARRGGHH!! AARRGGHH!! AARRGGHH!!" Cairan kelaki-lakiannya tertumpah masuk ke dalam liang anusku.

Anusku berkedut-kedut, belum biasa mendapatkan banjir panas macam itu. Sambil ngecret, om itu terus saja menyodomiku.

"AARGGHH!! AARGGHH!!" teriaknya. CCRROOTT!! CRROOTT!! CCRROOTT!! Saya hanya bisa ikut mengerang, merasakan hentakan kontolnya.

Rasanya sungguh nikmat sekali. Saya senang bisa memuaskan nafsu
birahi homoseksual om itu meskipun saya harus mengorbankan
keperjakaanku. Om itu telah membuatku tersadar akan homoseksualitasku
dan saya berterima kasih padanya. Saya tidak membencinya lagi.

Saat pejuhnya telah selesai dimuncratkan, om itu membungkukkan
tubuhnya dan menciumiku. Kontolnya yang mulai melemas pelan-pelan
keluar dari anusku. Kami berciuman mesra seperti sepasang kekasih.
Lidah om itu menyerbu masuk dan membelai-belai lidahku. Air liur kami
bercampur tapi saya tak merasa jijik. Selesai berciuman, om itu
berkata.

"Makasih atas pelayananmu. Om sayang banget ama loe. Loe mau kan jadi anak om?"

Saya mengangguk, wajahku masih nampak kelelahan.

"Ya, Om. Saya pengen banget jadi anak Om. Saya akan melayani Om kapan pun Om mau. Saya juga sayang ama Om."

"Loe denger kan?" tanya om itu pada ayahku.

"Anak loe pengen jadi milik gue. Gue akan membawanya malam ini
juga. Tapi jangan kuatir. Gue gak sejahat itu. Loe masih bisa nemuin
anak loe. Dan sebagai hadiah perpisahan, loe boleh ngentotin anak loe
dan buat dia ngecret. Kasihan, dia kan belum ngecret." Om itu
menyingkir dan membiarkan ayahku menggantikan tempatnya. Saya dan
ayahku saling berpandangan. Nafsu jelas sekali tergambar dalam mata
kami berdua.

Ayahku berkata, "Papa tau, Papa bukan Papa yang terbaik. Tapi Papa
sayang banget sama kamu, nak. Papa mencintaimu. Papa ingin sekali
bersetubuh denganmu, tapi Papa tidak berani mencoba, sampai saat ini,
saat kesempatan emas ini datang. Kamu mau kan dientotin Papa?"

Saya terhenyak mendengar pengakuan ayahku. Dalam suasana horny
seperti itu, saya mengangguk-ngangguk. Saya pun harus jujur bahwa saya
penasaran dengan kontol ayahku. Meskipun anusku terasa sakit akibat
dihajar kontol om itu, namun saya ingin merasakan kontol ayahku.

"Entotin saya, Pa. Saya butuh kontol Papa."

"Oh, anakku," jawab ayahku terharu.

Tanpa ada keraguan, ayahku mengangkat kedua kakiku dan
meletakkannya di atas bahunya. Sesaat kemudian, kontolnya yang besar
dan tegang langsung memaksa masuk. Tapi berhubung anusku sudah jebol
dan berhubung di dalam liang pembuanganku dibanjiri sperma om itu,
kontol ayahku dapat masuk dengan leluasa.

"Oohh.." desahnya saat kepala kontolnya bergesekkan dengan dinding duburku.

"AARRGGHH!! Pa, sakit sekali!" keluhku. Maklum saja, lubang anusku
kan masih lecet akibat serangan om tadi. Tapi rasa sakit itu malah
terasa sensual dan nikmat.

"Oohh.. Aahh.." Saya terangsang sekali melihat ayahku sendiri
sedang menyodomiku. Saat ayahku mulai menggenjot pantatku, saya meracau
keenakkan.

"Aahh.. Pa ngentot terus.. Aahh.. Saya suka kontol Papa.. Oohh..
Gede banget.. Aahh yyeess.. Oohh.. Enak sekali.. Uugghh.." Ayahku dan
saya dikuasai nafsu.

Kami tak peduli bahwa kami sebenarnya adalah ayah dan anak dan
bahwa hubungan seks, apalagi homoskes, di antara kami itu sangat
dilarang. Tapi jika nafsu sudah bicara, akal akan kalah.

"Aahh.. Yyess.. Ngentotin anakmu ini Pa.. Aahh.. Anakmu butuh kontol Papa.. Aarggh.. Oohh yyeaahh.. Aahh.."

"Oohh.. Papa juga butuh anak Papa.. Aahh.. Oohh.. Pantatmu enak
banget.. Oohh.." Ayahku mendesah-desah, matanya terpejam. Pinggulnya
memompa-mompa pantatku semenatra kontolnya menggali lebih dalam.

Pejuh om itu mulai bertetesan keluar, membasahi pantat dan ranjang.
Bunyi 'kecipok-kecipak' bergema di kamarku. Om itu kembali terangsang
melihatku di'perkosa' oleh ayahku sendiri. Tangannya kembali mencoli
kontolnya yang kembali tegang. Sambil asyik bermastrubasi, om itu
melepaskan ikatan tanganku. Dia tak takut kalau saya akan kabur.

Lepas dari ikatan, saya meraih tubuh ayahku dan mengelus-ngelus
dadanya. Ah, seksi sekali. Ayahku memang biasa-biasa saja. Tapi
tubuhnya terlihat sangat merangsang.

"Oohh.. Oohh.. Aahh.." desahku seraya merasakan bentuk dadanya.

Ayahku mengangkatku sambil tetap menyodomiku. Dia memang kuat
sekali. Saya bercengkeraman kuat pada lehernya, takut jatuh. Ayahku
berpindah ke ranjang dan duduk di situ, memangkuku. Kontolnya terus
menerus menyodomiku. Bagaikan anak kecil yang membutuhkan kasih sayang
ayahnya, saya bergelayut mesra dan membelai-belai wajah ayahku. Kucium
bibirnya sambil menahan perih akibat sodokan kontolnya. Ayahku
menyelipkan satu tangannya ke kontolku dan mencolinya sementara
tangannya yang lain memeluk pinggangku.

"Aarrggh.. Pa.. Ngentotin saya Pa.. Aahh.. Papa.. Oohh.."

Erangan-eranganku terdengar seksi di telinganya dan memacu
birahinya. Ayahku semakin dekat, dekat dan dekat pada puncak
kenikmatan, dan akhirnya.. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhnya
menyembur masuk ke dalam anusku yang longgar, bercampur dengan pejuh om
itu. Rasanya panas, seperti lava.

"AARRGGHH!! AARRGGHH!! OOHH!! OOHH!!" erang ayahku seraya mencengkeram pinggangku kuat-kuat.

Saya bertahan dan membiarkannya memuaskan nafsu homoseksualnya
padaku sampai akhirnya dia selesai menyemprotkan benihnya. Benih yang
dulu menciptakan diriku kini berada di dalam anusku. Saya merasa
lengkap, puas, dan bahagia. Kucium ayahku sekali lagi sambil
mendesah-desah.

Ayahku masih mencoli kontolku. Dengan atmosfir yang berbau homoseks
dan melihat ayahku dan temannya yang telanjang bulat sudah cukup untuk
menyalakan api nafsuku. Saya pun terbawa ke puncak orgasme.

"AARRGGHH!!" erangku sambil memeluk ayahku kuat-kuat.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Spermaku terpancar keluar dan
tersemprot mengenai dada kami. Gelombang orgasme yang luar biasa
mengejang-ngejangkan sekujur tubuhku. Saya hanya bisa memeluk tubuh
ayahku dan berpegangan sambil kelojotan. Ayahku yang kuat menahan
kekejangan tubuhku seraya membisikkan kata-kata kotor. Oh, dia tahu
bagaimana membuatku terangsang. CCROOTT!! CCRROOTT!

"Aahh.." desahku saat semuanya usai. Kami berpelukan mesra selama beberapa saat lalu ayahku memindahkanku ke ranjang.

*****

Dan begitulah ceritaku. Sejak saat itu, saya tinggal bersama om itu
dan menjalani sebuah kehidupan baru. Saya merangkap anaknya sekaligus
pasangan homoseksualnya. Om itu selalu mengentotin pantatku dengan
kasar dan memaksaku untuk ngeseks dengannya walapupun saya sedang ogah.
Tapi saya bahagia bersamanya. Dan tentang ayah kandungku, dia terkadang
menjengukku untuk melepaskan nafsu homoseksualnya. Saya bahagia bisa
mempunyai dua orang Papa yang mencintaiku.

E N D

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini