6/01/2011

Meja Dapur

Saat aktif dikegiatan pencinta alam di kampus dulu, aku punya sahabat karib bernama Rendra. Walaupun belum tentu sekali setahun berjumpa tetapi semenjak sama-sama kami berkeluarga hingga anak-anak tumbuh dewasa, jalinan persahabatan kami tetap berlanjut. Setidaknya setiap bulan kami saling bertelpon atau sms. Ada saja masalah untuk diomongkan. Suatu pagi Rendra telepon bahwa dia baru pulang dari Malang, kota kelahirannya.


Dia bilang ada oleh-oleh kecil untuk aku.
Dibilangnya, kalau aku tidak keluar rumah, Yusuf anaknya, akan mengantarkannya kerumahku. Ah, repotnya sahabatku, demikian pikirku. Aku sambut gembira atas kebaikan hatinya, aku memang jarang keluar rumah dan aku menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Ah, rejeki ada saja, Rendra pasti membawakan apel Malang dan kripik tempe, makanan tradisional dari Malang kesukaanku. Aku tidak akan keluar rumah untuk menunggu si Yusuf anak Rendra, yang seingatku sudah lebih dari 10 tahun aku tidak berjumpa dengannya.
Menjelang tengah hari sebuah jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak muda tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Yusuf datang bersama temannya. Ah, jangkung bener Yusuf anak Rendra ini. Aku buka pintu. Dengan sebuah bingkisan si Yusuf naik ke teras rumah.

“Selamat siang, Om. Ini titipan Papa untuk Om Tian. Kenalin ini Donny teman saya, Om”. Yusuf menyerahkan kiriman dari papanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka. Oleh-oleh apel Malang dari Rendra dan langsung aku simpan di lemari es-ku, sementara kripik tempenya ku taruh di meja. Tapi sungguh, aku terpesona saat melihat anak Rendra yang sudah demikian gede dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Donny temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Lalu mereka aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka berdua.

Kuperhatikan mata si Donny, ternyata tatapannya agak nakal, dia lama memperhatikan dadaku dan sesekali melirik sekitar selangkanganku. Bahkan matanya mengikuti apapun yang sedang aku lakukan, saat aku jalan, saat aku ngomong, saat aku mengambil sesuatu. Ah, apakah anak laki-laki sekarang, kalau lihat pria muscle akan bertindak demikian??. Selain itu, dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Yusuf sendiri justru senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya.

Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aku senang dengan mereka berdua. Dan tiba-tiba aku merasa berlaku aneh, apakah ini karena ketertarikanku pada dua anak remaja ini. Tapi aku harus menjaga image dan pribadiku, agar orang lain tidak tau jika aku menyukai cowok sejenisku.

Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Donny yang mengingatkanku pada peristiwa-peristiwa berkesan saat aku ML dengan cowok seumuran dia. Peristiwa-peristiwa penuh birahi yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar homo tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.

“Om, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho” ujar Yusuf. Kami kembali terbahak mendengar kelakar Yusuf. Dan kulihat mata Donny terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang kekar karena otot hasil nge-gym ku ini. Dan aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Donny dan Yusuf ini pengen tubuh kekar dan berotot macam bodyku ini. Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 42 aku tetap fresh dan good looking. Aku memang suka merawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau aku jalan sama Mirna, istriku, banyak yang mengira aku adiknya atau bahkan piaraannya. Kurang asem, tuh orang.

Tiba-tiba aku ada ide untuk menahan kedua anak ini. “Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku ingin mencoba resep masakan yang baru, aku pikir masaknya cepat dan rasanya sedap. Sementara aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer Om. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang enggak-enggak, ya..”, aku tawarkan makan siang pada mereka.

Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny langsung iya saja. Aku tahu mata Donny ingin memandangi tubuhku lebih lama lagi. Si Yusuf ngikut saja apa kata Donny. Sementara mereka menyalakan komputer, aku ke dapur mempersiapkan masakanku. Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Donny sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku, “Om dulu teman kuliah papanya Yusuf, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.

“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.
“Iya, Om pantesnya se-umur dengan teman-temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Yusuf”, lanjutnya sambil melototi selangkanganku.
“Om hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Om bagus banget”.

Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata “body Om bagus banget” pada tubuhku. Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Aku merasakan kalau Donny ini memiliki naluri dan orientasi seksual yang sama denganku. Penyuka terhadap cowok sejenisnya. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-gay-annya.

Aku tidak memerlukan penantian terlampau lama. Tiba tiba seolah tanpa sengaja, tangan Donny menyentuh ke daerah selangkanganku. Aku yang kaget, cepat berfikir apakah akan ku timpali atau diam saja pura-pura tidak menyadari. Kuputuskan, aku diam saja seolah tidak merasakan. Dan ternyata Donny mengulanginya lagi dengan cukup keras dan disertai remasan. Aku pura-pura tersentak dan sejenak memandangi Donny. Ternyata Donny memberikan senyum nakalnya padaku. Antara bingung harus bersikap apa, aku Cuma tertegun. Sehingga mungkin hal ini dianggap peluang bagi Donny untuk berbuat lebih. Tangan dia langsng didaratkan di gundukan batang kontolku, dan dipegangnya dengan lembut. Aku mendesis dan menutupkan mata, agar tampak menikmati ulah Donny. Tiba-tiba bibir Donny sudah mendarat di tengkuk leherku. Agak kaget juga aku mendapatkan perlakuan seperti itu.

Karena aku tidak ingin membuang kesempatan ini, lalu akupun membalas mengelus tangan Donny. Dan sejenak, Donny semakin liar dan beralih memagut bibirku. Kini bibir kami sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Tanganku berusaha meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Sementara tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke kaosku. Dan tangan-tangan itu juga menerobos dan kemudian meremasi dadaku. Dan aku mengeluarkan desahan nikmat agar Donny semakin bersemangat. Sungguh kurasakan nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.

“Om, aku nafsu banget lihat body Om. Aku pengin menciumi body Om. Aku pengin menjilati body Om. Aku ingin menjilati kontol Om. Aku ingin ngentot Om”. Ah, seronoknya mulutnya Donny ini. Kata-kata seronok Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat. Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan dua jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget menindih kontolku yang telah tegang pula.

Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya kontol Donny lebih dalam lagi. Donny mengerang dan mendesis. Dengan tidak sabaran dia tarik dan lepaskan celana dan kaosku. Sementara kaosku masih menutupi kepalaku, ternyata bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia lalu membuat gigitan dan kecupannya dari ketiak beralih ke dadaku.

Dia jilatin permukaan dada dan otot dadaku. Hingga kedua pentilnya juga diisep dengan penuh nafsu. Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, ke selangkanganku. Aku tak mampu mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan menghanyutkan aku. Hal yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.

Begitu celanaku merosot ke kaki, Donny langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Dia kenyoti hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan nafsu besarnya yang kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap glans kontol, batang dan skrotum kontolku. Aku jadi ikutan tidak sabar.

“Donny, copot dong celanamu, aku pengin menciumi punya kamu juga”.
Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. Kontolnya yang ngaceng berat langsung mengayun kaku seakan mau menonjokku. Kini aku ganti yang setengah jongkok, kukulum kontolnya. Dengan sepenuh nafsuku aku jilati ujungnya yang sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Aku merasakan precum asinnya saat Donny menggerakkan pantatnya seolah ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arah kontolnya tepat ke lubang mulutku.

“Om, aku pengin ngentot bool Om. Bisa?”. Aku terdiam ,karena tidak tahu maksudnya, karena kata-kata bool bagiku masih asing. Sejenak yang kurasakan, belum juga aku puas mengulum kontolnya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga pantatku terbuka. Kemudian dia arahkan dan ditusukkannya kontolnya yang lumayan gede itu ke bongkahan pantatku.

Aku menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan bagian itu tidak tersentuh. Aku membalikkan badan dan tersenyum ke arah Donny. “Sabar ya Don. Jangan keburu”pintaku. Aku berlari ke arah rak lemari, lalu aku ambil kondom dan pelicin yang kusimpan tersembunyi. Kulihat Donny terdiam, entah merasa kecewa karena aksinya tertunda, ataukah karena aku sempat berlari tadi.

Lalu aku segera berjongkok dan kusambar kontol yang luamayan gede itu untuk kembali aku kulum. Aku masukkan glans kontolnya yang bengkak. Kujepit dengan kedua bibirku, sementara lidahku bermain-main di lubang kencingnya. Entah karena merasa geli atau karena keenakan, Donny menyentakkan kontolnya hingga amblas, melesak ke dalam mulutku. Seluruh batang kontol yang gede itu tertanam seluruhnya di mulutku, bahkan glans kontolnya menyodok tenggorokanku. Aku membuka lebar-lebar mulutku, saat aku menarik nafas dan memberikan ruang bagi kontol itu melesak ke ujung tenggorokanku. Donny pun melenguh dan mendesis saat kukenyot batang kontolnya.

Semenara mulutku melumat habis batang kontol berurat itu, tangaku menggerayang menjelajahi setiap lekuk tubuh pemuda yang masih seumuran anakku ini. Kurasakan kulitnya yang lembut khas pria muda. Kuremas-remas dada dan kupilin-pilin dua teteknya. Kubelai-belai bulu bulu tipis yang tumbuh disekitar perut dan berakhir di bulu kontolnya. Bahkan kedua pantat Donny juga tak luput dari seranganku, kupegang, kuremas dan bahkan jarikupun kuselipkan diantara dua bongkahan pantatnya.

Donny mendorong pantatnya dan membuat kontolnya semakin melesak ke dalam mulutku. Aku tersedak sebentar, hingga air mataku seakan mau menetes. Berikutnya, tangan Donny membelai rambutku, lalu meraba telingaku dan dipermainkan telinga itu, sehingga sensasi geli dan nikmat kurasakan. Dengan sedikit jongkok, Donny membelai punggungku, melakukan cubitan kecil lalu turun ke arah pantatku. Diremas remasnya kedua pantatku, dan jari tangannya berusaha menjalar di lipatan dan lubang pantatku. Namun karena posisi Donny, agak susah menusukkan jari tangannya ke lubang anusku. Dengan sedikit merubah posisi disambing, akhirnya sambil tetap kukulum kontol Donny. Dia kini mudah meraih lubang anusku. Dimasukkannya jari tengahnya, lalu perlahan dikeluarkan dan digantikan dengan jari tengah dan jari telunjuk masuk bersamaan.

Aku melenguh, merasakan tusukan dua jari di lubang anusku. Lalu Donny mengambil pelicin dan mengolesi jari tangannya dengan sedikit pelicin. Saat dua jari itu masuk dengan mudah ke lubang anusku, kurasakan ada aliran sengatan birahi saat jari itu menyentuh dinding lubang anusku. Betapa aku merasakan, lubang itu telah lama tidak ditusuk-tusuk batang kontol pria.

Kini kegatalan lubang anusku terobati. Donny mengangkat tubuhku sehingga aku bediri. Lalu dibalikkan tubuhku, sehingga pantatnya kurasakan menyentuh patatku. Lalu dengan kedua tangannya menyibak bongkahan pantatku, kontolnya didekatkan ke lubang anusku. Dengan gerak refleks Donny membuka pembungkus kondom dan segera menyarungkan di kontolnya yang tegang penuh itu. Kurasakan dingin pelicin menyentuh lubang anusku. Glans kontol kontol itu berusaha menerobos lubang anusku. Tapi agak kesulitan. Aku mengambil posisi badanku sedikit kusorongkan kedepan, sehingga badanku agak membungkuk. Aksiku ini ternyata memudahkan Donny melesakkan batang kontolnya menerobos lubang anusku. Sodokkan kontol Donny yang pelan namun pasti, membuat aliran darahku terkesiap menikmati gesekan batang kontol itu menggesek dinding anusku.

Rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur baur. Aku dibuat gila karena rasa nikmat yang lama tidak kurasakan ini kembali menyerangku dengan hebat. Tubuhku bergetar karena seluruh urat syarafku berkontraksi karena rasa nikmat perlakuan sodomi ini. Sejenak, seluruh kontol gede Donny melesak dan menghunjam lubang anusku. Bibir dan dinding anusku menjepit dan mencengkeram batang kontol Donny dengan kuat. Lalu Donnypun mulai memaju mundurkan kontolnya, sehingga tiap hentakan maju atau mundur, kuarasakan pula debur kenikmatan mengaliri lubang anusku hingga kontolku semakin teracung tegang. Tanpa kenal henti dan semakin cepat, anak muda ini terus menggenjot dan mengentoti lubang anusku. Terengah engah kurasakan nafas Donny saat kocokan dan genjotan kontolnya di lubang anusku. Kunilai anak muda ini maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi spermanya pasti muncrat, karena kontolnya kurasakan mulai berkedut-kedut. Sementara aku masih belum sepenuhnya puas dengan entotannya.

Aku harus menunda agar nafsu Donny lebih terarah. Aku cepat tarik lubang anusku dari tusukkannya, aku berbalik dan telentang di atas meja dan berhadapan dengan Donny. Kuangkat kedua kakiku dengan tanganku menahan kedua kaki ini. Aku pengin dan mau Donny nembak pantatku dari arah depan. Ini adalah gaya favoritku. Gaya ayam panggang. Biasanya aku akan cepat orgasme saat dientot dengan cara ini. Donny tidak perlu menunggu permintaanku yang kedua. kontolnya langsung di desakkan ke lubang nausku yang telah siap untuk melahap kontolnya itu.

Nah, aku merasakan enaknya kontol Donny sekarang. Pompaannya juga lebih mantap dengan pantatku yang terus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan kontolnya. Apalagi hentakan Donny cukup keras, sehingga ruang dapur jadi riuh rendah.

Selintas terpikir olehku, di mana si Yusuf. Apakah dia masih berkutat dengan komputernya? Atau dia sedang mengintip kami barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan kontolnya yang sudah demikian keras dan berirama Donny berteriak.

“Dang, Yusuf, ayoo, bantuin aku .., Dang..”.
Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan konspirasi untuk mengentotku secara bersama-sama. Kemudian kulihat Yusuf dengan tenangnya muncul menuju ke dapur dan berkata ke Donny
“Gue kebagian apanya Don?’
“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.

Duh, kata-kata seronok yang mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah aku ini hanya obyek mereka. Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah aku ini gigolo mereka yang siap melayani apapun kehendak pembookingnya.

Aku melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya Yusuf mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaku dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa hormat padaku yang adalah teman papanya itu. Untuk kemudian ditariknya mulutku mendekat ke kontolnya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya. Kontol Yusuf nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung batangnya. Dengan bergegas, Yusuf menyorongkan selangkangannya di wajahku

Hidungku menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Yusuf. Saat bibirku disentuhkannya kontolnya, aroma kontolnya menyergap hidungku yang langsung membuat aku kelimpungan untuk selekasnya mencaplok kontol itu. Dengan penuh kegilaan aku lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, batangnya, pangkalnya, biji pelernya. Semua kulumat dan kulahap habis. Tangan Yusuf terus mengendalikan kepalaku mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa, terkadang dia tarik keluar kontolnya menekankan batangnya atau pelirnya agar aku menjilatinya. Jilatan lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kontol Yusuf. Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Yusuf kuraih ke atas meja sehingga satu kakinya menginjak ke meja dan membuat posisi pantatnya menduduki wajahku. Aku mudah melumat habis kontol berbentuk jamur itu, sedangkan Yusuf dengan mudah tangannya meraih dan meremasi dada dan pentilku.

Duh, aku mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Mulutku mengulum batang kontol, dada dan tetekku juga diremas-remas dan dipilin-pilin, sementara pantatku disodok kontol dan tangaku sibuk mengocok kontolku sendiri. Ohhh…….sungguh sensasi luar biasa. Sementara di depanku, si Donny terus menggenjotkan kontolnya keluar masuk menembusi lubang anusku sambil jari-jarinya mengutik-utik dan disogok-sogokkannya ke kontolku. Sementara jari tangan yang lain disogokkannya disela-sela lubang anus dan kontol dia. Woww..sungguh belum pernah aku mengalami cara macam itu. Padahal tadi kontol Donny serasa tidak muat di lubang anusku. Tapi setelah lama aktivitas disodomi ini, kenapa kini dua jari Donny masih bisa menyogok dan menusuk-nusuk disela-sela lubang anusku yang telah penuh oleh kontol gede Donny. Mungkin elastisitas lubang anusku ataukah karena aku telah rileks, sehingga lubangku lebih elastis.
Sambil menyodok pantatku, Donny terus meracau dan mendesis desis. Aku juga membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yang memang kurasakan sangat dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam lubang anusku dan batang kontolku juga.

Saat aku merasakan bagaimana perbuatan Donny dan Yusuf anak sahabatku ini, aku merasakan adanya sensasi baru yang benar-benar hebat melanda aku. Kini 3 titik erotis yang ada padaku semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Mulutku penuh oleh kontol Yusuf, lubang anusku disogok kontol Donny dan kontolku yang tegang mengeras dikocok-kocok pula. Aku benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi kontol dan jari-jari tangan Donny, sambil aku mengangguk-anggukkan kepalaku untuk mengulum kontol Yusuf.

“Ah, Om, mulut gimana rasanya? Enak kan, kontolku. Enak, kan? Kontolku enak kan?”.
Dia percepat kendali tangannya pada kepalaku. Ludahku sudah membusa keluar dari mulutku. Kini kontol Yusuf sudah sangat kuyup. Sesekali aku berhenti sesasat untuk menelan ludahku.
Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang, “Aku mau keluar nih, Om. Keluarin di dalam lubang atau mau diisep, nih?”.

Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini. Mendengar teriakan Donny yang nampak sudah kebelet mau muncratkan spermanya, aku buru-buru lepaskan kontol Yusuf dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat, lalu jongkok sambil mengangakan mulutku tepat di ujung kontol Donny. Kucabut kondom yang membungkusi kontol itu, lalu kuarahkan ke mulutku. Donny kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kontolnya untuk mendorong agar air maninya cepat keluar.

Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air maniku, ya, Om, minum ya, minum, nih, Om, minum ya, makan spermaku ya, Om, makan ya, enak nih, Om, enak nih air maniku, Om, makan ya..”.
Air mani Donny muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain nampak mengalir di batang kontolnya dan tangannya. Yang masuk mulutku langsung aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh di batang dan tanganannya kujilati semua kemudian kuminum pula.

Kemudian dengan jari-jarinya Donny mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutku yang langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Yusuf menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia nggak mampu menahan diri untuk mengocok-ngocok juga kontolnya. Dan beberapa saat sesudah kontol Donny menyemprotkan air maninya, menyusul Yusuf mengarahkan kontolnya ke mukaku. Kubuka mulutku lebar lebar lagi dan kontol Yusufpun memuntahkan banyak spermanya ke mulutku. Aku menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang berbeda, sperma Donny serasa madu manisnya, sementara sperma Yusuf sangat gurih seperti air kelapa muda.

Aku tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada kontolku semakin kencang. Bahkan kini dibantu Donny yang juga menjilati ujung kepala kontolku, membuatku semakin bersemangat mengocok kontolku dengan cepat, semakin cepat, cepat, cepat, dan cepat.

Akhirnya, crott…crottt…..spermaku muncrat mengenai muka dan dada Donny, sebagian mendarat di dada dan leherku. Lalu dengan tangannya, Donny meratakan spermaku ke seluruh dada, perut, leher hingga mukaku. Uh…ini aknak kurang ajar. Ada bau khas dari sperma yang tercium di hidungku. Aroma khas cairan pria yang lama aku rindukan.

Temen Ayahku

Nama saya Adit Priyo Setyantara, umur 21 tahun. Cerita ini bermula dari chatting. Suatu malam karena saya merasa suntuk, bosan dan kebetulan lagi horni berat. Langsung saja saya hidupkan laptop dan mulai chatting. Saat asik chatting, ada nick “Manly_Atletis_Now” yang menarik perhatian saya.

Langsung saja saya klik dan kami mulai mengenalkan diri masing-masing. Singkat kata kami janjian ketemu besok di MATOS, dan dia bilang dia memakai kemeja putih, jaket hitam dan celana jeans. Besoknya kami ketemuan, saya kaget setengah mati. ternyata dia teman ayah saya. Gila..! langsung saja saya menghindar tapi keburu dia menyapa duluan, ya sudah terpaksa deh dengan muka tebal dan sedikit merah saya menyapa balik. Namanya Om Danu umur 37 tahun. Sebenarnya orangnya ganteng dan tubuhnya kekar. Karena setiap saya mengantar ayah saya main tenis, dia selalu ada di sana. Terlebih dadanya bidang, kulitnya putih, pokoknya seksi habis. Waktu melihat dia pertama kali, pandanganku tertuju pada bulu di dadanya yang tersembul di barisan 2 kancing kemeja yang dilepas. Tubuh saya bergetar dan kontol saya sedikit bangun. Apalagi sekarang berhadapan langsung sama orangnya. Wah... pokoknya tidak bisa dibayangkan deh. Saya jadi salah tingkah berada di hadapan Om Danu, antara bingung, takut dan tidak percaya bahwa Om Danu adalah yang chatting dengan saya semalam.

Awal obrolan, Om Danu menanyakan kabar ayah saya,

"Papa kamu kok tidak pernah Om liat lagi di lapangan tenis, Dit?"

"Eh... iya Om, belakangan ini papa saya lagi sibuk keluar kota," jawab saya sambil sedikit senyum.

"Ooo..." jawab Om Danu.

Tiba-tiba dia menyeletuk lagi,

"Kamu suka chatting di room #gim juga yah Dit...? padahal itu room khan khusus buat gay," belum sempet saya menjawab, dia nyeletuk lagi,

"Kamu gay juga tah Dit..?"

Tiba-tiba saja muka saya jadi merah dan rasanya mulut susah dibuka, karena terlalu syok mendengar kata-kata Om Danu. Tapi setelah menghela nafas, saya memberanikan diri menjawab,

"Iya Om… Sama kayak Om juga ya," kata saya sambil tersenyum.

"Oooohh..Benernya saya sudah menyangkanya dari waktu kita pertama kali ketemu..kok" kata Om Danu sambil tersenyum.

Karena di Matos terlalu ramai, jadi saya diajak Om Danu jalan-jalan. Di jalan kami sempat ngobrol berbagai macam hal dari kuliah sampai kerjaan sambil nonton TV di mobil. Saat Om Danu merubah channel TV, entah dia sengaja atau memang salah tekan tombol. Karena yang ketekan malah tombol AV dan langsung saja muncul adegan dua cowok gay yang sedang ML. Langsung saja mata saya setengah melotot melihat adegan syur yang ada di film itu. Tiba-tiba Om Danu memegang paha saya dan bilang, "Dit, kamu suka ya liat video itu..?"

Setelah beberapa menit kemudian saya jadi agak gelisah, karena alat vital di dalam celana saya mulai berontak ingin keluar.

"Dit, kenapa gelisah?"tanya Om Danu karena melihat saya yang salah tingkah

"Eh.. hmmm...nggak kok Om.." muka saya kelihatan merah dan bicaranya sedikit tersendat-sendat.

"Dit... kamu pernah ngelakuin yang kayak di film itu tidak?" tanya Om Danu sambil menghela nafasnya yang sedikit tidak teratur.

"Belum tuh Om... kenapa?",padahal jujur aku sering melakukan ML ama cowok sebayaku.

Saya tahu maksudnya tapi saya pura-pura tidak tahu saja.

"Pengen tidak kamu ngerasain yang kayak di film itu Dit..?".Tanya Om Danu sambil mulai mengelus bagian dalam paha saya.

Saya hanya bisa tersenyum saja karena masih sungkan sama Om Danu

"Hmmm.. mau Om ajarin..?" kata Om Danu semakin menggoda saya.

"Mau kan Dit..." Tangan Om Danu mulai memegang jendolan kontolku yang memang sudah tegang.

Dada saya jadi berdebar kencang, dan pikiran-pikiran kotor langsung mendarat di otak saya.Om Danu tersenyum melihat ke arah celana saya, "Dit... segitu saja kamu sudah nafsu, sini Om liat, kontol kamu gede apa tidak sih...?" Om Danu membuka resleting celana saya dan mulai mengelus kontol saya. Nikmat sekali rasanya, selama beberapa menit saya merasakan elusan Om Danu. Lalu dia menuntun tangan saya ke arah kontolnya yang mulai mengeras. Saya langsung membuka resleting celananya dan terlihatlah kontol Om Danu yang besar dan panjang. Tiba-tiba napsu birahi mulai menyelimuti kepala saya, dan sedikit demi sedikit kepala saya di arahkan ke bawah menuju batang kemaluan Om Danu. Dengan menjulurkan lidah, saya mulai menjilati dan mengulum batang kontol yang besar berurat itu. Sekilas saya melongok ke wajah Om Danu yang sedang asyik menikmati kuluman saya. Dia merasa melayang oleh aksi kuluman mulutku dan sesekali Om Danu kehilangan kendali atas mobilnya. "Dit.. kuluman kamu enak juga yah... Om suka Dit... hmmm... uhhmm..." Om Danu semakin kehilangan kendali, cepat-cepat saja dia pinggirkan mobil dan kebetulan tempat itu jarang dilalui orang dan agak gelap.

Setelah mobil berhenti, Om Danu langsung mengajak saya pindah ke kursi belakang dan membuka kaosnya. Permainan berlanjut kembali dan menjadi lebih hot. Kemudian saya remas dadanya yang bidang, sementara tangan kanan Om Danu memegang kepala saya, sambil sesekali menekan ke bawah, "Dit...enak.. hhhsss... terusin Dit... lebih dalem lagi..." Permainan mulutku semakin mengganas sehingga menimbulkan suara yang menambah birahi, "Cepok cepokk..."suara bibirku beradu dengan batang kemaluan penuh urat itu. Tiba-tiba Om Danu menghentikan permainan itu dan... "Dit... sekarang giliran kamu Om puasin.. hmmm..."

Sambil mengatur nafas, dia segera membuka celana jeans saya, lalu Om Danu mulai memainkan kontol saya sambil satu tangannya yang lain mengusap-usap lubang pantat saya dan satunya lagi memainkan putting dada saya. Saya menggelinjang-gelinjang keenakan akibat aksi kedua tangan dan kuluman Om Danu tersebut. Ketika lidah Om Danu mulai semakin liar menjelajahi setiap jengkal area sensitif saya, saya makin terkapar bagaikan tersengat listrik ribuan mega watt. Apalagi ketika lidah hangat Om Danu berputar putar menuju ke arah lubang pantat, ubun ubunku serasa membuncah dan aku makin melengkungkan tubuhku. Lama lidah itu berputar dan menjejali lubang sensitifku itu. Dan ketika ujung lidah itu menusuk nusuk lubang anus saya, saya menekan kepala Om Danu sambil berkata, "Hhmm... enak Om, lebih ke dalam lagi Om.. oooohh..." Rupanya Om Danu sudah tidak tahan lagi dan langsung saja dia menunggingkan pantat saya.

Tanpa komando lagi, batang kemaluan Om Danu yang penuh urat itupun langsung di arahkan ke lubang anusku. Hanya dengan sekali tekan, langsung "Bless..." kontol itu memasuki rongga anusku hampir separuh. Karena lubang anusku itu sudah dipenuhi oleh ludah Om Danu jadinya sangat gampang memasukkan setengah dari kontolnya ke dalam lubang kenikmatanku. Dan ketika seperempat kejantanan Om Danu masuk, saya sudah mengerang kesakitan bercampur nikmat, "Hhmm... ooohhh... Dit punya Om tidak muat di lubang boolmu yah....."

Sedikit demi sedikit saya turut mendorong pantat saya ke belakang, agar batang itu bisa menelusup masuk semuanya. Dan diimbangi sodokan pinggul Om Danu, akhirnya semuanya amblas masuk. Jeritan lirih spontan keluar dari mulutku, yang semakin lama terasa bagai erangan penuh kenikmatan. Dan mendengar eranganku itu, Om Danu  semakin menjadi-jadi menyodokkan batang kontolnya lebih cepat dan dalam lagi.

Sambil memainkan buah dadaku, gerakkan Om Danu semakin mengganas. Dan tentu saja Om Danu yang sudah berpengalaman itu menjaga ritme goyangannya secara teratur agar akupun membalasnya dengan goyangan yang erotis. Tiba-tiba tubuh Om Danu menjadi kaku dan memperlambat gerakannya, dia pegangi pantat saya sambil menggerakkan kontolnya lebih masuk ke dalam, tetapi tiba tiba terdiam. Ternyata Om Danu hampir mencapai puncak nikmatnya,

"Oohhh... oohhh... Dit... hmmm...aku mau muncrat" erangnya.

Karena saya belum mencapai puncak, jadi saya suruh Om Danu menenangkan diri sebentar. Lalu setelah beberapa saat Om Danu mencabut kontolnya. Kini aku berbalik arah dan menyuruh Om Danu untuk merubah posisi jadi miring. Dan Om Danu menurut saja, selintas timbullah ide gila yang selama ini didamba-dambakan yaitu aku juga ingin memasuki lubang dubur Om Danu. Aku melumuri batang kontolku dengan ludah dulu agar lebih licin. Tanpa basa-basi langsung saja saya arahkan kepala kontolku dan mengambil ancang ancang untuk menancapkan ke lubang dubur Om Danu berawal kepala kontolku dulu. Tiba-tiba dia kaget, "Dit... kamu mau masukin lubang dubur Om yah!" Tanpa menghiraukan ucapan Om Danu, saya langsung masukkan kontol saya seluruhnya ke dalam lubang anus Om Danu. Memang, lingkar kontol saya tidak terlalu besar, namun panjangnya diatas panjang rata-rata.

Sesaat Om Danu terhenyak akibat ulah saya, karena kontol saya mentok dan menusuk ulu perutnya. Namun rupanya Om Danu begitu menikmati pergantian posisi ini. Saya mengeluarkan kontol saya dari lubang dubur Om Danu. Lalu dengan sekejap, saya hantamkan secara keras dan tiba-tiba. Akibat aksiku ini, mulut Om Danu mengerang dan mengeluarkan suara “Hekkkkk….pelan-pelan Dit. Sakit kalo keras seperti itu.”. Om Danu mencoba berontak dan berusaha melepaskan tusukan kontolku di lubang duburnya.  Tapi aku berusaha menempel dan menusukkan kontolku lebih dalam lagi. Akhirnya dia mengerang pasrah. Setelang lubang dubur itu agak membesar dan terbiasa dengan ukuran kontol saya,  kembali lagi saya mencoba menerobos masuk dengan hentakan yang keras sekerasnya.

Om Danu kembali mengerang, "Acchh... ooacchhh..." Kembali saya menghujamkan kontol panjang dengan penuh nafsu sambil memainkan dan memilin puting dadanya yang keras. Saya mengerang keenakan seakan-akan kemaluan saya ada yang menyedot dan menggenggam erat dari dalam, "Acchhh... achhh... enak Om...?" tanya saya.

"Enak Dit... occchh.. terusin saja...hantam lebih keras lagi"

Aku menuruti permintaanya, aku cabut dengan tiba tiba lalu aku hunjamkan dengan keras. Begitu berulang kali aku lakukan dan sampailah pada akhirnya dari dalam saya merasakan ada yang mau menerobos keluar. Badan saya bergetar dan keringat menetes. Otot otot terasa lebih kejang dan tubuh ini terasa melayang layang. Sementara batang kontol saya yang panjang itu terasa berkedut kedut dan langsung saja saya cabut. Om Danu membalikkan tubuhnya dan saya arahkan kemaluan saya ke mulut Om Danu.Sambil membuka mulut, dia terus mengocok kontolnya sendiri,

"Cepetan dong kamu keluarin Dit..arahin ke mulut Om yah",pinta Om Danu.

"Cproot... cproot.."bunyi kocokan terakhirku.

"Oocchhh... sedikit lagi Om.. hhuuu.. aghhhhh..."

Dan akhirnya puncak kenikmatan datang dan sperma hangatku menyembur masuk ke mulut Om Danu. Lalu saya kocok lebih keras lagi, hingga semprotan spremaku yang kedua keluar lebih keras, dan muncrat mengenai muka Om Danu. Om Danu terkaget, karena semprotan di mukanya ini. Untuk semburan spermaku yang kedua, mulai aku arahkan lagi ke mulut Om Danu. Tetesan demi tetesan sperma saya dijilati dan ditelan oleh Om Danu.

Rupanya Om Danu juga tidak mau kalah. Dia mendorong tubuhku hingga aku terjengkang ke kursi mobil. Lalu kakiku diangkatnya tinggi tinggi dan ditaruh di pundaknya. Rupanya Om Danu ingin mengakhiri aksi ini dengan menyodomiku kembali.

Aku yang baru saja ejakulasi, sekujur tubuhku melemas dan lebih sensitif. Terasa geli ketika batang kontol besar nan panjang dan berurat itu mulai diarahkan ke lubang pantatku kembali. Sekuat tenaga aku menahan rasa geli dan rasa sensitif ketika inchi demi inchi batang kontol itu menembus lubang anusku kembali. Keringat dinginku mengucur karena menahan rasa geli bercampur pegal.

Om Danu terlihat begitu nafsunya menyodok dan menghunjamkan batang kontol besar itu ke lubang anusku yang merapat karena rasa geli. Wajahnya nampak lebih garang dan beringas seolah ingin membalas dendam atas perlakuanku tadi terhadap lubang duburnya. Aku menggigit bibirku sambil menahan rasa geli yang teramat sangat. Namun sensasi yang aku rasakan sungguh luar biasa. Tak pernah sekalipun aku merasakan sensasi seperti ini, walaupun aku telah sering disodomi. Namun disodomi sesaat setelah aku ejakulasi, sungguh memberikan pengalaman yang tak pernah aku lupakan seumur hidup. Keringat Om Danu mulai menetesi dada dan mukaku, saat dengan penuh nafsunya terus memompa dan menggenjoti lubang anusku. Aku imbangi dengan meremas dan memilin dadanya.

Hingga akhirnya tubuh Om Danu bergetar hebat diiringi racauan penuh desisan dari mulutnya. Pertanda Om Danu akan mencapai klimaks aksi sodomi ini. Aku merapatkan pantatku hingga memberikan jepitan lebih erat lagi atas batang kontol Om Danu. Dengan diiringi teriakan “Ahhhhhhhhh…yessssssssssssss”. Kurasakan semburan sperma hangat memuncrat dari batang kontol Om Danu dan menyembur di dinding lubang anusku. Hentakan demi hentakan pinggul Om Danu mengiringi semprotan demi semprotan spermanya. Aku memeluk tubuhnya erat erat sambil menciumi bibirnya.

Akhirnya kami berdua berpelukan sambil saling pagutan hangat.

Sejak kejadian itu, Om Danu lebih sering mengajak ketemuan dengan saya di lapangan tennis. Sesekali dia minta diantar ke luar kota dengan alasan untuk mengikuti turnamen tennis. Padaha kami berdua cuma menikmati hubungan sejenis ini di kamar hotel.

Double Impact

Sampai detik ini, aku masih bingung dengan jati diriku, akan orientasi seksualku. Ketika kumelihat sosok pria gagah, berkulit bersih dan berkumis serta bercambang. Darahku begitu menggelegak. Namun saat melihat wanita seksi dengan pakaian mini, berkulit putih montok dan berpayudara besar, akupun begitu bernafsu. Kuanggap, aku sebagai pria kebanyakan, manusia yang punya naluri seks terhadap hal-hal yang bersifat sensual. Namun, karena sadar akan akibat dan resiko yang aku tanggung, jika aku berhubungan seks dengan wanita, maka pandanganku lebih beralih ada pria-pria tampan.

Daripada aku harus berurusan dengan kehamilan pacar cewekku, tentu aku lebih aman jika melakukan onani bersama dengan teman priaku. Dan ini membuatku lebih banyak bergaul dengan teman-teman pria. Sering saat renang, aku memperhatikan bentuk tubuh mereka, hingga jendolan di celana renag mereka. Di mana saja dan kapan saja, saya selalu memuaskan pandanganku dengan menikmati tubuh indah para pria. Diam-diam saya berharap bakal ada pria homo yang menyadari keberadaanku dan mengajakku berkencan. Tapi tentu agak susah jika penampilanku seperti kebanyakan pria yang lain.

Meski Kota Malang bukan termasuk kota yang langganan banjir seperti kota Jakarta, Surabaya dan kota lain. Tapi daerah Sawojajar yang menjadi area perumahan tempatku tinggal ini, memang terkenal suka banjir jika hujan besar mengguyur. Ortuku berniat meninggikan rumah, dan hari ini memanggil tukang untuk memperbaiki rumahku. Karena ortu bekerja, maka urusan mengawasi para tukang diserahkan padaku.

Sejak jam 8 pagi, dua orang pekerja bangunan sudah sibuk memulai pekerjaannya. Tampang mereka lelaki sekali. Meskipun kulit mereka agak gelap akibat sinar matahari, namun mereka terkesan macho. Mereka memperkenalkan diri, Romli dan Junar. Romli lebih tua, sekitar tigapuluhan sedangkan Junar lebih muda. Nampaknya mereka teman baik. Diam-diam, saya sering mengintip mereka bekerja dari balik jendela kamarku.

Kunikmati tubuh mereka yang berotot and berkilauan akibat keringat yang tertimpa cahaya matahari. Aahh.. Lama aku mengamati ke dua tukang itu. Andai saja saya dapat meraba tubuh mereka. Lalu sebuah ide mesum muncul di benakku. Kebetulan saat istirahat siang, mereka beristirahat di teras samping, tepat di luar kamarku sambil bercanda dan minum kopi. Tak susah bagi mereka jika mereka ingin mengintip jendelaku.

Maka saya pun menelanjangi diriku dan berbaring di ranjangku. Kontolku sudah menegang duluan, membayangkan apa yang akan terjadi berikutnyaSambil menyetel VCD porno, saya mulai memainkan kontolku. Sengaja kusuarakan erangan tertahanku agar Romli dan Junar mendengarnya.

"Aahh.. Oohh.. Mm.. Uuhh.. Hhoohh.."

Dan ternyata mereka mendengarnya!

Dari sudut mataku, saya mengintip ke arah jendela. Romli dan Junar, dengan mulut ternganga, memandangiku lekat-lekat. Sengaja aku terus menyibukkan diri mengocok kontolku tanpa melihat VCD. Kudengar Romli berbisik.

"Gile banget! Dia lagi ngloco sambil liat VCD."

Tapi beberapa saat kemudian, mereka menghilang. Saya kecewa sekali, tapi berhubung tanggung maka saya meneruskan masturbasi.

Ternyata kulihat kedua tukang itu berpindah lokasi di jendelaku satunya, dan mereka mengintip tontonan video pornoku. Sengaja kusetel VCD porno biseks dengan 3 orang cowok yang ketiganya juga melakukan gay seks dengan pemain cowok lainnya.

Tiba-tiba muncul ide nekatku, karena birahiu sudah begitu memuncak. Kusingkap tirai jendela, dan kulambaikan tanganku pada Romli dan Junar agar bergabug denganku di dalam kamar. Awalnya mereka terkejut dan malu-malu. Tapi aku terus berkeras dan memanggil nama mereka. Akhirnya mereka mau masuk ke kamarku dan duduk menonton video porno itu. Aku yang masih telanjang, meneruskan masturbasiku di belakan mereka. Lalu aku minta mereka untuk ikut onanai bersama-sama dneganku. Dan anehnya, mereka menurut dan mulai melepaskan celana mereka dan masing-masing meremas kontol masing-masing. Kini keduanya telah bugil dengan tubuh masih bersimbah keringat. Untuk pertama kalinya, saya berkesempatan untuk melihat kontol mereka yang tegang berdiri. Panjangnya sekitar 15 cm, cukup lumayan untuk kontol cowok macho. Kepala kontol mereka yang ungu kemerahan seolah teracung begitu kerasnya.

Jantungku berdegup kencang, gugup sekali. Namun saya juga amat senang karena rencanaku berhasil. Lalu ketika kegiatan onani itu berjalan beberapa menit, kuhampiri Romli. Sambil terus mengocok kontolku, kucoba meraba-raba kontol Romli. Dia hanya diam dan memandangiku. Di matanya jelas terpancar nafsu birahi yang menggebu-gebu.

Lalu dengan sigap, kuambil alih kontol Romli dan aku kocok kontolnya. Ternyata dia pasrah. Inilah saatnya aku akan beraksi, ujarku dalam hati.

Dengan penuh, saya menciuminya tengkuk Romli dan itu membuatnya menggelinjang pasrah. Akhirnya semakin kupercepat kocokan di kontol Romli.

Agar dapat berbagi rata, kualihkan perhatianku pada Junar. Ternyata kontol Junar tak disunat. Jadi aku harus menarik kulupku ke bawah terlebih dahulu. Kepala kemerahan yang basah dengan precum pun muncul. Sebutir precum nampak menyembul keluar dari lubang kencing Junar yang sempit.

"Mm.. Seksi sekali," aku berkomentar.

Lalu dengan perlahan, aku mencoba menunduk dan mencoba menjilat kontol Jura. Kulihat reaksinya terkejut sesaat, naun karena rasa nikmat yang dirasakannya, dia hanya diam pasrah. Sementara tangaku yang satunya tetap menggenggam kontol Romli dengan kocokan-koncokan konstan.

Romli menghentikan kocokan tanganku di kontolnya.  Dengan pandangan penuh nafsu, dia mengontrol kepalaku dan membimbingnya turun. Saya amat memuja tubuhnya. Cepat-cepat kujilati tubuh kekarnya yang penuh keringat itu. Benar-benar tubuh maskulin yang amat sempurna, bagaikan patung Yunani kuno. Sungguh sulit dipercaya tubuh indah seperti itu adalah milik seorang abang tukang bangunan. Dadanya kujilati dan sempat kukulum salah satu putingnya yang berwarna coklat tua. Dapat kurasakan bulu-bulu halus di putingnya menggelitik mulutku. Aahh.. Nikmat sekali.

Romli nampak puas dengan servis jilatku. Tubuhnya berkilauan dengan air liurku, dan dia pun makin ngaceng. Kontolnya menusuk-nusuk tubuhku, seolah ingin melubanginya. Saya tahu apa yang dia mau. Maka tanpa ragu, saya pengulum kontolnya. Begitu bibirku mengatup di antara batang kontolnya, bau khas laki-laki menusuk hidungku.

Jelas sekali Romli malas membersihkan kontolnya. Bau pejuh kering bercampur dengan keringat serta air kencing berpadu menjadi satu. Saya merasa seperti disihir. Tanpa takut dan ragu, saya mulai memompa kontolnya dengan mulutku. Kuberikan servisku yang terbaik. Kujilati kepala kontolnya, lalu lubang kontolnya, dan juga bagian bawah kepala kontolnya. Romli mengerang-ngerang kenikmatan, sambil meremas-remas dadaku. Romli mengerang keenakan saat dia rasakan kepala kontolnya yang amat sensitive bergesekkan dengan dinding dalam mulutku. Aahh.. Hangat dan basah.

"AARRGH!! Ya, hisap terus kontol gua.. Hisap gue.. Kontol Romli memang lumayan bagus, lurus, tegak dengan warna senada.. Ayo, hisap yang kuat.. Aarrgghh.."

Mendengar erangannya, saya menjadi semakin terangsang, apalagi kontol Junar masih dalam remasan tangaku. Muncul ide gilaku, Ah, tak terbayang nikmatnya senadainya aku menghisap kontol cowok sambil kontolku juga dihisapin pula. Ku rengkuh kepala Junar dan kuarahkan ke selangkanganku. Ternyata dengan sigap Junar melahap dan melumat kontolku. Kontolku terus berdenyut, dan melelehkan cairan precum. Semuanya habis dijilat Junar. SLURP! SLURP! Begitu bunyinya.

Semakin lama Junar menghisap kontolku, semakin besar keinginanku untuk ngecret di dalam mulutnya. Tekanan di dalam biji pelerku makin besar dan pelan-pelan pejuhku mulai mengalir naik. Astaga, sebentar lagi saya akan ngecret! Nafasku mulai memburu dan nampaknya Romli dan Junar mengetahuinya. Dengan cekatan, Junar menekankan jari-jarinya tepat di bawah kontolku kuat-kuat. Dan pada saat itu pula, saya ngecret.

"MMPPHH!! UUGGHH!! MMPPHH!! MMPPHH!!" Orgasme mengguncang tubuhku.

CRROOTT!! CCRROOTT!! Kurasakan kontolku menembakkan pejuh berkali-kali, namun aneh, kenapa tak ada pejuh yang mengalir keluar. Ternyata tekanan jari Junar yang membuat spermaku tidak mengalir keluar. Setelah semuanya berakhir, saya terduduk lemas, tapi saya tetap menghisap kontol Romli dengan semangat. Junar sibuk menjilati sisa precum pada kontolku. Erangan-eranganku tadi tertahan oleh kontol Romli yang tersumpal di dalam mulutku. Erangan-eranganku bergetar-getar di dalam rongga mulutku dan merangsang kontol Romli. Tak pelak lagi, kini giliran Romli untuk menumpahkan cairan kontolnya.

"UUGGHH!! Bangsat! Gue mau ngecret.. Bersiaplah.."

Dengan penuh tenaga, Romli memegang kepalaku lalu pinggulnya didorong maju sehingga kontolnya nyaris menyumbat kerongkonganku.

"AARRGGHH!!" Dengan jeritan yang memekakkan telinga, Romli pun menumpahkan semua isi biji pelernya tepat ke dalam kerongkonganku.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Saya tak perlu menelannya sebab kepala kontolnya langusng menembakkan pejuhnya ke dalam perutku. Cairan hangat kental dari kontolnya meluncur turun kerongkonganku. Rasanya erotis sekali. Sambil mengejang-ngejang, Romli menghentak-hentakkan pinggulnya dan tetap mengerang.

"UUGGHH.. AAGGHH.. OOHH.. AARRGGHH.." CRROTT!! CCRROOTT!! CRROOTT!! Dan akhirnya semuanya selesai. Tapi semua belum berakhir.

Junar memeluk tubuhku dan menggulingkannya. Dia lalu segera berbaring di samping tubuh telanjangku secara menyamping. Tubuhku menghadap ke arah lain dengan pantatku menghadap kontolnya. Tiba-tiba, dengan bernafsu, dia memelukku dan menarik tubuhku kuat-kuat.

"AARRGGHH!!" teriakku. Junar sendiri hanya menyuarakan "MMPPHH!!" saat kontol besar miliknya menghunjam masuk ke dalam lubang pantatku yang masih sempit. Dengan sedikit ludah yang dilumurkan ke kepala kontol Junar, dia membenamkan kepala kontolnya ke bongkahan pantatku. Masuk perlahan hingga akhirnya kontol itu melesak dan terjepit lubang anusku.

Tanpa ampun, kepala kontol itu menarik lubang anusku lebar-lebar. Karena dilakukan dengan kasar sekali, aku kesakitan, saya meronta-ronta namun Junar memegangku dengan kuat. Romli terangsang sekali melihat rasa sakit yang kualami; kontolnya kembali ngaceng.

"AARRGHH!! Sakit, Bang! Ampun," ratapku meski kurasakan sensasi nikmat diantara rasa sakit itu. Ah sensasional !!!.

Sambil tetap menyodomiku, Junar berusaha untuk berkata di antara helaan napasnya.

"Kamu suka ga?.. UGH! . ARGH! OOHH! Aku baru tau rasanya ngentotin cowok.. ARGh!"

Saya hanya dapat pasrah. Rasa sakit di anusku dan sengatan rasa nikmat karena entotan itu semakin bertambah parah saja. Kontol Junar menghajar pantatku tanpa ampun. Air mataku terus mengalir keluar, membaurkan rasa sakit dan nikmat yang tiada terkira. Sungguh, saya sangat menyukainya. Junar sedang memakai tubuhku untuk kepuasan seksualnya. Entah kenapa, tapi pikiran itu malah membuatku semakin terangsang.

Selama beberapa saat, saya merasa seperti akan buang air besar. Tekanan dalam ususku bertambah besar. Lalu saya teringat akan sebuah artikel yang kubaca bahwa ketika pertama kali disodomi, perasaan palsu itu memang muncul karena usus tertipu dan mengira kontol yang sedang menyodomi itu adalah kotoran manusia.

Tiba-tiba kontol Junar mengenai sesuatu jauh di dalam tubuhku.

"AARGGHH!!" erangku.

Begitu organ itu tersentuh, tiba-tiba saya merasa 'kesetrum'. Gelombang orgasme yang luar biasa menyapu seluruh tubuhku, seakan-akan saya sedang orgasme. Memang G-spotku yang tersentuh, dan itu memberikan nikmat yang tiada taranya, mulutku ternganga menikmatinya.  Romli menatapku dengan mata berbinar-binar, ingin mencicipi pantatku, namun Junar tak mengizinkannya sebab dia sedang sibuk ngentotin saya. Maka Romli pun menemukan ide hebat.

"Jun, Kamu berbaring di bawah dan dia di atas. Lalu aku bakal bergabung dengan kamu," katanya.

"Aku pengen mraktekin yang di video porno itu. Dan keliatannya enak, tuh."Romli menunjuk TV yang sedang memutar video pornoku.

"Gile kamu. Tapi bleh juga, dua kontol menghajar anus nih anak" sahut Junar terengah-engah.

Saya agak takut mendengar ide Romli, namun saya juga terangsang. Doble-fuck terdengar erotis. Sakit tapi nikmat. Maka Junar pun berguling sambil tetap menyodomiku. Kini dia berada di bawah dan saya menimpa tubuhnya. Kontolnya masih tertanam di dalam lobang pantatku, memompaku tanpa ampun. Pada saat tulah, Romli menimpa tubuhku.

Bibirnya menempel pada bibirku dan pria tukang itu kembali menciumiku. Sambil mencium, Romli memposisikan kontolnya tepat di bawah kontol Junar yang sedang sibuk memompaku. Tiba-tiba Romli memaksakan kontolnya masuk. Kontol itu, dibantu oleh cairan precum, mulai membuka luang anusku lebih besar lagi. Kurasakan lubangku tertarik semakin lebar, seakan ingin robek.

"AARRGGHH!!" erangku, sakit sekali.

Hal itu tidak mudah sebab lubangku ketat sekali. Romli hampir frustasi namun dia pantang mundur. Pelan tapi pasti, kontolnya membor lubangku. Begitu ada celah, kepala kontol Romli menyelip masuk dan terus memaksa masuk.

"AARRGGHH!! Ampun, Bang!" rengekku lagi berakting seolah aku ksakita, agar mereka berdua semakin terangsang. Padahal aku merasakan hal ternikmat yang belum kurasakan sebelumnya.

"Sstt.. Diam aja. Nikmat sekali kok. Bayangkan dua kontol gede di lobang kamu. Enak lagi," bujuk Romli.

Untuk mengekspresikan rasa nikmat itu saya tetap menjerit dan menjerit. Akhirnya PLOP! Kontol Romli masuk! Kini lubangku terasa penuh sekali. Kedua kontol itu berebut tempat di dalam anusku, sesak sekali rasanya. Junar dan Romli pun mendesah keenakkan. Kemudian, secara bergantian, mereka memompa pantatku. Ritme mereka adalah jika Junar menusuk masuk, maka Romli akan menarik keluar; dan begitu sebaliknya. Mereka kompak sekali sampai-sampai saya terlena dibuatnya. Aku melayang-layang karena kenikmatan yang kurasakan dari dinding anusku yang menjepit dua kontol gede itu.

Memang awalnya ada rasa sakit. Namun, hanya dalam hitungan detik rasa sakit itu pelan-pelan memudar. Sungguh nikmat sekali!! Satu lubang ketat diisi DUA KONTOL sekaligus! Bayangkan! Tubuhku terguncang-guncang, mengikuti irama sodokan kontol mereka. Tubuh Romli yang besar dan berotot menimpa tubuhku dan menahannya di sana. Kira-kira setengah jam berlalu. Mereka memang sengaja menahan laju ejakulasi mereka untuk memperlama permainan. Oh, mereka sungguh tahu cara memuaskan sorang gay 'bottom' sepertiku. Namun, semua hal mesti berakhir, begitu pula permainan panas ini.

Kontol Junar mulai berdenyut-denyut tak karuan. Denyutannya menggesek-gesek kepala kontol Romli dan memicu denyutannya. Berdua mereka mengerang-ngerang seakan-akan sedang dalam kesakitan yang teramat sangat. Ekspresi muka mereka pun menunjukkan rasa sakit. Namun mereka tidak kesakitan sama sekali. Sebaliknya, mereka sedang dilanda rasa nikmat yang amat teramat sangat. Rasa nikmat yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

"UGH! Oohh.. Hhoosshh.. Oohh.. Aahh.. Gue.. Oohh.. Mau kke.. Hhooshh.. Keluar," erang Junar, kedua tangannya mencengkeram pinggangku kuat-kuat.


"Aahh.. Gue juga.. Oohh.. Hhoosshh.. Uugh.." balas Romli.

Semakin lama, tubuh telanjang Romli yang menggairahkan itu semakin menekan tubuhku. Tak ayal lagi, perutnya yang kotak-kotak itu menggesek-gesek kontolku. Kontolku terperangkap dan tergesek-gesek mengikuti sodokan kontolnya. Secara tak langsung, Romli sedang men-coli kontolku dengan perutnya!

"ARGh! Gue sampe," teriak Junar dan muncratlah pejuhnya. CRROTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!

"AARRGGHH..!! Erangnya, panjang sekali seperti lolongan serigala.

Kepala kontolnya menggembung sedikit dan terus-menerus menembakkan pejuhnya. Kontan saja perutku dibanjiri cairan lava putih yang mendidih. Ejakulasi Junar memicu ejakulasi Romli. Pria ganteng itu pun mulai mengejang-ngejang dan berteriak-teriak.

"UUGGHH!! OOHH!!" CRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Tubuhnya berguncang-guncang dan gerakannya memicu orgasmeku.

"AARRGGHH..!!" erangku saat kepala kontolku mulai menembakkan pejuh.

CCROOTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku tersemprot mengotori tubuhku dan tubuh Romli. Berhubung pejuhku amat banyak, sebagian mengalir turun dan mengotori ranjangku serta tubuh Junar yang berada di bawahku. Bertiga kami mengerang-erang, terguncang-guncang, dikuasai nafsu birahi homoseksual.


"AAGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH!!" Dan semuanya berakhir beberapa saat kemudian.

Tubuh kami basah dengan keringat bagaikan mandi uap, dan kami kesulitan menghela napas. Rasanya capek sekali, namun juga nikmat. Kami puas sekali. Terutama Romli dan Junar, karena mereka akhirnya dapat mencicipi enaknya ngentotin cowok Chinese sepertiku.

Begitu Romli mencabut kontolnya, pejuhnya meleleh keluar dari lubang pantatku. Dan saat saya mengangkat tubuhku, kontol Junar terlepas diikuti dengan lelehan pejuh yang jauh lebih banyak lagi. Perutku menggembung karena pejuh, rasanya penuh sekali. Romli tersenyum nakal padaku.

Tanpa dikomando, Junar dan Romli mengangkat tubuhku lalu mereka membawaku keluar kamar dan masuk ke kamar mandi. Di sana, saya terpaksa harus berjongkok bermenit-menit hanya untuk mengeluarkan pejuh mereka dari lubang pantatku. Setelah itu, kami mandi bertiga sambil saling meraba-raba. Tak ayal lagi, kontol kami pun ngaceng lagi.

"Waduh, tegang lagi nih," keluh Romli, matanya mengerdip nakal padaku.

"Mau lagi?" Langsung saja, saya mengangguk.

Tanpa basa-basi lagi, mereka kembali menyodomiku. Masih dengan double fuck tapi kali ini smabil berdiri. Saya hanya dapat mengerang-erang, nikmat sekaligus kesakitan karena perlakuan kasar, sambil berpegangan erat-erat pada tubuh Romli ketika Romli menancapkan batangnya ke dalam tubuhku. Sementara itu, Junar menyodok lubangku dari belakang. Aahh nikmatnya double fuck! Tak lama kemudian, kami pun mencapai klimak dan.. Pejuh mereka kembali membanjiriku. Oh sungguh hari yang tak terlupakan! Andai double fuck ini dilakukan dengan pelan dan penuh perasaan, tentu sensasinya akan berbeda!!!

Om dan Temennya

Setelah kemarin aku sempat orgy party, hari ini aku janjian dengan Om Diemaz. Kenalan ku dari friendster, orang bandung. Om Diemaz lumayan terkenal di friendster, dia selalu ada di friendlist cowok-cowok gay.

Orangnya tidak cakep, tapi mukanya yang sangar membuat dia seperti lelaki tulen, apalagi ditunjang dengan postur tubuh dia yang muscle. Semua orang akan ngiler melihat dadanya yang besar. Aku sudah lama kenal dengan Om Diemaz, tapi kita belum pernah sempet ketemu. Akhirnya liburan di Malang ku ini aku isi dengan wisata syahwat.

Taxi yang aku tumpangi meluncur dari arah Arjosari menuju sebuah hotel di bilangan Blimbing yang kemarin menjadi tempat orgy partyku kemarin. Aku sibuk sms dengan bang Diemaz, dia bilang langsung naik aja kelantai 8, kamar 803. sesampainya di hotel aku langsung mencari kamar Om Diemaz.

Aku mengetuk pintu, lalu seorang lelaki setengah tua membuka pintu, dia hanya mengenakan boxer putih super ketat dan mini menggunakan atasan t-shirt fit body. Kaos yang digunakan memperlihatkan lekuk badannya yang aduhai. Dada berbidang besar menyembul seperti dada atlet binaraga, sedangkan lengannya yang kekar membuat aku pengen dipeluk. “Hallow Rafael, masuk yuk”. Om Diemaz mempersilahkan aku masuk.

Setelah ngobrol kesana kemari, Om Diemaz bilang bahwa dia menunggu temennya yang akan diajak join ML juga. Namun aku sudah tak tahan lagi melihat tubuh kekar Om Diemaz. Tanganku mulai bergerilya, merogoh kontol Om Diemaz yang hanya terbungkus boxer tipis. Aku mulai mengocok dan juga menggerayangi pelernya.

Tangan Om Diemazpun tak mau diem, tangannya juga bergerilya menerobos celanaku. Kontolku yang sudah tegang dari tadi dikocok-kocok. Akupun bereaksi melepas kaos Om Diemaz, aku tak sabar menyerbu dadanya yang tebal. Aku langsung menyosor mengenyot putingnya yang besar-besar. Sementara mulutku ngenyot susu Om Diemaz, tanganku meremas-remas dadnya yang kanan. Aku makin menggila kayak anak yang sudah lama tidak disusuin ibunya. Om Diemazpun membantuku melepas seluruh pakaianku. Akhirnya aku sudah telanjang bulat, boxer Om Diemazpun akhirnya terlepas juga. Kontolnya yang hitam dan tak terlalu besar juga sudah keliatan menegang. Kita berdua sudah berbugil ria. Aku tak bosan-bosannya mengenyot putting Om Diemaz, Om Diemaz mendesah keenakan. Bibirku mulai naik keatas.

Aku cumbu bibir Om Diemaz, lidah kamipun saling bertaut, Om Diemaz memeluk erat tubuhku, kontol kami saling bergesekan. Mulut ini tak mau dilepas, kamu saling memadu nafsu, nafasnya yang terengah-engah membuat aku semakin liar memainkan lidahku dalam mulut Om Diemaz.

Tiba-tiba bel kamar berbunyi. Ting tong……ting tong!!!! Om Diemaz meminta aku menghentikan aksi ciuman kami. Dia lari kearah pintu dan membukakan pintunya. Seorang lelaki setengah tua berperawakan tinggi kekar dan berambut klimis masuk kedalam kamar. Lelaki itu begitu cakep karena keliatan putih dan juga badannya tegap. Mereka berdua berciuman bibir di depan pintu, Om Diemaz yang telanjang bulat menggelendot di pelukan laki-laki itu. Tangan laki-laki itupun mengocok kontol Om Diemaz yang tegang. Mereka mendekat padaku, Om Diemaz mencoba memperkenalkan laki-laki itu padaku. Laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku “Zulfikar!!!!!”, ternyata laki-laki itu bernama Zulfikar.

Zulfikar minta ijin mandi dulu, karena dia berkeringat abis main golf. Sementara Zulfikar mandi, aku meneruskan aksiku dengan Om Diemaz. Akupun mulai memainkan lidahku di kontol Om Diemaz. Aku isep kontol itu dengan lahap, aku jilatin dari ujung kepalanya sampai ujung pangkalnya. Kadang aku kenyot kepala kontol Om Diemaz, Om Diemaz mengerang dan mendesah keenakan. Lalu aku turun kebawah menikmati pelernya yang menggelambir kebawah, kantong pelernya sudah keriput karena mungkin factor usia. Aku memasukan pelernya satu per satu kemulutku, lalu aku kulum-kulum. Om Diemaz memberontak kegelian. Lidahku yang nakal tak hanya berhenti disitu, aku mulai turun ke bawah lagi keselangkangannya. Aku mulai menjilatin selangkangan yang hitam itu. Om Diemaz mengerang panjang, dia benar-benar menikmati lidahku yang menari-nari diatas ass holenya.

Tiba-tiba dari arah kamar mandi Zulfikar keluar, aku sempat tertegun melihatnya. Badannya yang tinggi dan putih benar-benar padat dan kekar. Lengannya yang besar dihiasi ketiaknya yang berbulu lebat,dadanya yang atletispun dihiasi putingnya yang ranum. Aku tetap melanjutkan menjilati ass hole Om Diemaz, tiba-tiba Zulfikar mendekatiku dan langsung ngisep kontolku. Dia pelan-pelan memasukan kontolku kemulutnya, dengan lincah dia memainkan lidahnya. Aku mengerang keenakan. Aku tetap focus bermain dengan ass hole Om Diemaz, aku mulai memasukan jari-jariku ke dalam ass hole Om Diemaz. Dia mengerang kesakitan, tiba-tiba Zulfikar naik keatas setelah melepas kontolku. Kini dia sedang bercumbu dengan Om Diemaz. Mulut mereka saling beradu, tangan mereka saling memelintir putting masing-masing. Lalu Om Diemaz menyuruhku memasukan kontolku kedalam ass holenya.

Lubang Om Diemaz aku ludahi beberapa kali, setelah itu kontolku yang sudah mengeras aku arahkan ke bibir ass holenya. Lalu BLESSSSSSSSSSSSSS…………… Kontolku pelan-pelan merojok dalam ass hole Om Diemaz yang sudah longgar. Sementara itu, aku dengar aauuuuman Om Diemaz yang sedang berciuman bibir dengan Zulfikar. Aku mulai maju mundur menggerakan kontolku, Om Diemaz yang tadinya kesakitan, mulai mengerang keenakan. Bahkan dia sudah menggeliat kekanan dan kekiri menikmati goyangan kontolku. Zulfikar mulai turun ke bawah, dia menuju putting Om Diemaz, dia menggigit dan juga menghisap putting Om Diemaz. Om Diemaz teriak kesakitan karena Zulfikar menggigit dengan keras, dia juga meremas-remas buah dada Om Diemaz yang tak kalah besar dgn Julia peres itu. Hehehheehhe

Zulfikar memintaku untuk menghentikan aksiku, dia pengen gentian ngefuck Om Diemaz. Akupun mencabut kontolku dari lobang yang hangat itu. Lalu tanpa basa-basi Zulfikar langsung memasukan kontolnya dengan kasar, dia langsung BLEP……….. BLEP… BLEPPP…… Kontolnya langsung menusuk-nusuk Om Diemaz. Om Diemaz teriak kesakitan, namun Zulfikar tak mau menghentikan aksinya. Aku yang melihat badan putih dan atletis Zulfikar yang bermandikan keringat langsung aku seka dengan lidahku, aku menjilati dadanya dan juga menghisap putingnya, dia mengerang keenakan. Aku suruh dia menaikan kedua tangannya agar aku bias melihat kedua ketiaknya. Ketiaknya yang putih dan berbulu lebatpun tak luput dari lidahku. Aku jilati bulu-bulunya. Dia kegelian. Sepertinya dia sudah capek, dia mencabut kontolnya dan tiduran telentang. Dia meminta Om Diemaz untuk menduduki kontolnya.

Om Diemazpun langsung menduduki kontol Zulfikar, blesssssssssssssssssss……… sepertinya lobang Om Diemaz sudah longgar, dia memasukannya tanpa kendala. Lalu Om Diemaz menaik turunkan pantatnya, sementara Zulfikar juga mengikutinya menaik turunkan kontolnya. Zulfikar bener-bener sexy, kedua tangannya diletakkan dibelakang kepalanya sebagai bantal.  Ketiaknya yang basah sangat membuat kontolku memberontak dan bangun. Tiba-tiba Om Diemaz mendahului ku, dia tiduran diatas dada Zulfikar dengan kontol Zulfikar masih menancap dipantatnya. Zulfikar menggerak2kan kontolnya masuk dalam ass hole. Sementara itu Om Diemaz menghisap pentil Zulfikar yang sexy, kedua tangannya mengelus-elus bulu ketek Zulfikar. Adegan itu tak berlangsung lama karena aku meminta Diemaz untuk mengemut kontolku. Om Diemaz kembali duduk, aku berdiri disampingnya, kontolku aku arahkan ke mulut Om Diemaz. Dia kegirangan menerima kontolku yang sedang tegang. Dia melumat abis kontolku, aku yang berdiri dan berkacak pinggang semakin horny melihat Zulfikar yang bergerak-gerak ngefuck Om Diemaz yang mulutnya aku jejali kontol.

Setelah itu, Zulfikar tiba-tiba berhenti menaik turunkan kontolnya. “Om Diemaz, dimasukin dua kontol sekaligus mau gak?” kata Zulfikar pada Diemaz. “Wow……boleh juga. Tapi pelan-pelan yah”. Zulfikar langsung mencabut kontolnya, aku disuruh tiduran telentang, lalu Om Diemaz menduduki kontolku dengan posisi menghadap ke aku. Lalu Zulfikar memasukan kontolnya yang panjang itu dari belakang. Awalnya Om Diemaz merasa kesakitan dan mencengkeram lenganku, pelan-pelan aku rasakan desakan dari kontol Zulfikar. Akhirnya kontol kami berdua berada didalam ass hole Om Diemaz. Pelan-pelan aku dan Zulfikar mulai menggerakan kontol kami, memang ngefuck satu lubang dengan dua kontol seperti ini tidak bisa leluasa seperti pas ngefuck sendiri, tapi lama-lama mudah juga. Aku yang berhadapan dengan Om Diemaz berciuman bibir, aku lumat bibir Om Diemaz yang sedang mengerang dan melenguh lenguh. Entah keenakan ataukah sedang menahan dua batang kontol di lubangnya.

Sementara itu Zulfikar dari belakang lebih leluasa maju mundurin kontolnya. Sementara itu tangannya tak henti-hentinya memelintir putting Om Diemaz.


Tiba-tiba wajah Zulfikar tambah garang, dia mulai dengan kasar menyerodok pantat Om Diemaz dan tiba-tiba ARGHHHHHHHHHHHH………… AKU MAU KELUAR………. OUHHHHHHHHHH………. OUHHHHHHH………………..


Aku bilang, tunggu dulu. Kita keluar bareng bareng. Tapi Zulfikar bilang, dia dah tidak kuasa lagi menahan dorongan spermanya yang akan muncrat. Dengan terus memaju mundurkan kontolnya dengan keras dan dalam, hingga kontolkupun tergesek kontolnya. Rasa panas kontolku bergesekan dengan kontol Zulfikar. Akhirnya tubuh Zulfikar bergetar getar dan kontolnya dibenamkan lebih dalam. CROTTTTTTTTTTTTT……………. CROTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT aku merasakan sperma Zulfikar meleleh di dalam ass hole Om Diemaz, kontolku bisa merasakan hangatnya  sperma Zulfikar.

Aku semakin tambah horny, lidah Om Diemaz yang ada dalam  mulutku aku gigit dan kulum, sementara itu, tanganku menepuk-nepuk pantat Om Diemaz, kontolku makin menderu merojok dalam ass hole Om Diemaz. Dan CROTTTTTTTTTTTTTTTT…………. CREEEEEEEETTTTTTTTTTT………. CRETTTTTTTTTTTT. Spermaku juga keluar cukup banyak sekali dalam ass hole Om Diemaz. Akupun langsung lunglai karena tenagaku habis untuk mengeluarkan cairan spermaku, seperti Zulfikar yang lemas dipunggung Om Diemaz. Lalu Om Diemazpun melepas ciumanku, dia meminta Zulfikar yang dari belakang memelintir putingnya, sementara tanganku disuruh mengocok kontolnya. Om Diemaz mendesah seperti bintang film panas yang mendongak-dongak keatas.

Lalu tiba-tiba CROTTTTTTTTTTTTT…………. CROOOOOOOOOOOTTTTTTTTT…. kontol Om Diemaz memuntahkan sperma di atas perut dan juga dadaku, dia lalu lunglai memeluk aku. Kita bertiga bener-bener lemes dan saling berpelukan.


Setelah beberapa saat, Zulfikar mencabut kontolnya dari lubang ass hole Om Diemaz,lalu dia berjalan menuju kamar mandi. Lalu Om Diemazpun mencabut ass holenya dari kontolku dan mengikuti Zulfikar dari belakang. Kemudian aku juga ikut ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Permainan dengan 2 pria dewasa tadi benar-benar gila.

Rasanya aku ingin nambah sekali lagi, tapi aku malu memintanya. Setelah mandi bersama, akhirnya Zulfikar pulang. Aku diminta Om Diemaz untuk tetap tinggal menemani dia. Lalu kami tidur, saat pagi bangun. Aku mengulangi sekali lagi bercinta dengan Om Diemaz. Aku  menikmati betapa legitnya ass hole-nya, aku fuck dia. Lama aku ngefuck ass hole Om Diemaz. Gaya ayam panggang, dengan kedua kakinya diangkat ke pundakku, membuat aku leluasa menyodomi lubang ass hole Om Diemaz. Puas dengan gaya itu, aku menyuruh Om Diemaz menungging dan pantatnya agak dinaikkan ke atas, sementara kepalanya menyentuh tempat tidur.

Dengan gaya itu, aku leluasa memasukkan kontolku hingga semua batang kontolku masuk ambles ke dalam lubang ass hole Om Diemaz. Sesekali aku tepuk tepuk pantat Om Diemaz agar lubangnya bereaksi dan agak seret mencengkeram batang kontolku. Lalu karena dorongan pantatu waktu menyodomi, membuat Om Diemaz tertelungkup dan tubuhnya tiduran di kasur. Dengan posisi itu, batang kontolku terasa semakin dijepit kedua pantat Om Diemaz. Untungnya panjang kontolku cukup, sehingga saat aku menggerakkan kontolku tidak mudah tercabut dari lubang ass hole Om Diemaz. Lalu setelah puas dengan gaya menyodomi dari belakang, aku menyuruh Om Diemaz berdiri, dan menduduki kontolku. Aku hanya diam pasrah, sementara Om Diemaz bergoyang goyang bagaikan cowboy yang sednag menaiki kuda liar.

Agak lama dengan posisi duduk seperti itu, lalu aku ingin mengakhiri persetubuhan kali ini dnegan gaya favoritku, gaya ayam panggang. Aku angkat kedua kaki Om Diemaz dan aku rapatkan kakinya saat kontolku menusuk nusuk pantatnya. Akupun tak kuasa menahan desakan spermaku yang akan muncrat. Aku bilang ke Om Diemaz akan keluar dan ga tahan lagi. Om Diemazpun ikutan menggoyang goyang pantatnya dan dia meminta agar kalau mau keluar, kontolku dicabut dan diarahkan ke mulutnya. Dia ingin spermaku di keluarkan di mulutnya. Saat ejakulasi itu datang, aku mencabut kontolku dari pantat Om Diemaz dan segera mengarahkan ke depan mulutnya. Ada beberapa semburan yang mengarah tepat ke dalam mulut dan lidah Om Diemaz.

Beberapa semburan spermaku aku lihat agak kental. Dia menelannya sampai abis. Bahkan tetesan spermaku di pinggiran bibirnyapun dia sapu dengan lidahnya, dan dia telan dengan penuh nikmat. Aku benar-benar jatuh cinta dengan Om Diemaz.

Supir Truk (Kisah Nyata)

Terinspirasi cerita-cerita gay yang banyak bertebaran di internet tentang supir truk yang batak itu, malam itu November 2009, aku mencoba peruntungan. Aku ingin sekali memiliki pengalaman yang menarik malam ini. Ya, menyalurkan fantansi serta nafsu bejatku. Tapi, akan sangat sulit memang mencari supir batak di sini. Padahal aku suka sekali mainin kulupnya itu.

Malam itu, lewat dikit dari tengah malam, suasana kota terasa sepi. Taxi ga ada lewat lagi. Bus pula ga ada. Aku nekat pulang kampung semalam itu hanya untuk mencoba keberuntunganku. Padahal perjalananku lumayan jauh sekitar 200 km lebih. Aku berharap akan menjumpai supir truk yang mau aku oral.. hihihi..

Bermodal nekat, aku berdiri di pinggir jalan sambil sesekali mencoba menghentikan laju truk-truk yang kebanyakan memuat material tanah. Sengaja memang aku mengincar truk karena mereka banyak berkeliaran di malam hari seperti ini. Beberapa kali truk berhenti, namun tidak seraha dengan tujuanku. Berkali-kali juga aku dicuekin.

Setengah jam lewat dikit….

Sebuah truk yang berjalan santai berhenti saat aku melambaikan tangan memanggilnya berhenti. Bedebar dadaku karena ini truk yang ke empat berhenti di depanku.

“Truk ini mau kemana pak?”tanyaku saat kaca truk di bagian penumpang terbuka.

Dia menyebutkan sebuah daerah dan ternyata melewati kotaku.

“Boleh saya numpang pak, soalnya saya mau pulang tapi udah kemalaman banget”

Supir yang kutaksir berumur 40an itu nampak sedikit ragu. Aku menelan ludah. Dia ga cakep tapi enak di lihat. Gagah dan jantan sekali. Tinggi besar dan berkulit agak gelap. Ehm, aku suka cowok seperti ini.

“saya bayar kok pak, boleh saya numpang kan?”

“OK lah….”

Aku pun langsung masuk ke dalam kabin truk itu. Lumayan hangat. Dan agak berbau kecut sih. Kayaknya ada yang ga mandi nih.. hihihi.. Semenit dua menit dan banyak menit, kami mulai ngobrol. Katanya sih dia lagi bawa semen makanya truk berjalan santai. Terkadang sih cepet juga tapi bobot semen sangat besar jadi lumayan lah membuat truk itu ngos-ngosan.

Sesekali aku perhatikan lelaki kekar itu, ehm, sangat menarik di mata homoku. Berkali-kali aku menelan ludah membayangkan betapa beruntunganya aku jika bisa mencicipi kemaluannya di mulutku.. hihihi.. Namun, aku belum berani macam-macam. Berdebar dadaku sambil memutar otak agar dapat merayunya.

Orangnya ramah dan banyak omong sih menurutku. Katanya sih istrinya tiga. Belum lagi cewek-cewek di jalan yang dia lalui. Wihhh… doyan ngentot lonte juga ternyata.. aku suka tipikal cowok nakal seperti ini. Duh, aku jadi ngaceng nih.. tapi bingung harus memulai darimana. Aku hanya memutar-mutar pertanyaan. Bingung, aku nanya sejengkal dianya malah ngomong panjang lebar dan sambil tertawa-tawa. Lumayan sih, aku jadi ga canggung bertanya nakal. Misalnya cewek warung favoritnya. Bahkan soal pecah perawan segala. Katanya sih dia udah ga kehitung cewek yang dia perawani. Gila, aku makin penasaran saja.

“Mang (panggilan paman), aku ngantuk nih. Saya tidur dulu ya…”

“ok… tapi nanti kita berhenti makan ya”

“ya…”

Aku tertidur juga entah berapa lama hingga aku merasakan truk itu berhenti di sebuah warung. Kulirik jam di hpku, jam 3 pagi. Ups, udara dingin bekas hujan menerpaku saat turun dari kabin. Mataku yang masih mengantuk segera kupaksakan terbuka. Warung itu lumayan gede dan nampak cewek-cewek berpakaian ketat menyambut kami dengan senyuman. Ada beberapa laki-laki di situ. Mereka biasa saja. Si Supir itu nampak mendekati seorang cewek muda dan mereka ketawa-ketawa. Aku jadi sadar mungkin warung ini salah satu warung favoritnya. Ya warung jablay.

Aku pesan mie instan dan teh hangat saat ditanya dengan genit oleh si pemilik warung. Aku duduk dan kuperhatikan si cewek muda itu sedang duduk di pangkuan supir tadi. Ehm, betapa beruntungnya itu cewek, pikirku cemburu.. . Puas pangku-pangkuan, kulihat cewek itu melayani dia dengan segelas kopi dan mie instan juga sambil cekikikan genit. Aku maklum walau risih juga.

Dari tempat dudukku, kulihat si supir masuk ke bagian belakang warung itu bersama si jablay muda diiringi sorak kecil jablay lainnya. Si supir sempat tersenyum nakal kepadaku dan aku membalas dengan acungan jempolku. Aku hanya kecewa pada diriku, sungguh beruntung cewek itu.

“Kamu sudah selesai?”

Kaget, iya. Saat menyeruput tetes-tetes akhir teh hangatku tiba-tiba si supir sudah di sampingku. Ga sampe 10 menit deh, kok cepat ya?

Aku segera membayar makananku tadi. Dan buru-buru kembali ke truk yang parkir di depan warung. Aku masuk kabin dan si supir masih belum masuk. Dia nampak sedang menelpon seseorang dengan nada kesal. Saat dia berada di belakang kemudi, dia menutup telpon dengan kesal.

“Kenapa mang?”

“Dasar jablay. Maunya duit aja. Padahal kemarin kemarin kan sudah aku kasih lebih” dumelnya, “eh, giliran duitnya kurang dia ndak mau ku ajak ngentot.. harghhh…”

Aku tertawa kecil melihatnya.

“kupikir tadi udah naik turun… hihihihii”

“jangankan ngentot, kusuruh karaoke aja dia ga mau… jablay.. jablay…”

“wah kasian donk ndak jadi dikeluarin….”

“iya… sialan.. aku lagi pengen.. sudah tegang-tegangnya eh dia nolak…”

Ups, kulihat dia mengusap tonjolan selangkangannya yang terbungkus celana kain semi jeans itu. aku menelan ludah. Masih terlihat kekesalan dan kekecewaan di wajahnya, dia menghisap rokoknya dalam-dalam.

Tiba-tiba dia menghentikan truknya, lalu membuka pintu kabin. Dan, dia berdiri di situ. Gila dia kencing dalam posisi membelakangiku. Suara currr itu loh yang bikin aku blingsatan. Aku mau tahu, aku mau liat tapi gimana caranya. Terpaksa aku gigit jari.

“Akh.. jablay sialan.. punyaku ga bisa tidur gara-gara dia tolak.. masih tegang saja” dumelnya lagi sambil duduk di belakang kemudi. Aku hanya menahan napas. Coba aku bisa liat punya dia tadi ya.. huh..

Truk jalan lagi…

“akh… klo begini keadaannya klo ketemu bencong sudah aku sikat dia”

What?? Apa ga salah denger aku??

“Memangnya pernah kah pake bencong?” tanyaku gemetar sambil tertawa kecil.

“Belum sih tapi sudah ga tahan…”

Wah.. wah…

“Memangnya masih tegang ya mang??”

“jelas.. kan tadi minta dikeluarin sama si jablay tapi dia ga mau padahal sudah 3 hari ga ada diasah ini. Makanya kalau ketemu bencong, aku sikat aja daripada pusing”

Aku bergeser dikit ke arahnya.

“mana yang tegang tadi?”

Nekat. Entah kekuatan darimana, tanganku mendarat di selangkangannya. Gemetar aku. Dia nampak kaget. Namun tidak menolak saat telapak tanganku mengusap perlahan selangkangannya.. ya ampun, dadaku berdebar sangat kencang.

“Oh iya, tegang banget mang” celutukku sambil meraba-raba tonjolan kemaluannya yang masih di dalam celana itu.

Dia tidak bersuara namun tidak menolak gerak tanganku yang kemudian meremas-remas dengan lembut. Aku sangat bernafsu. Aku terbawa suasana….

“mang, menepi sebentar”

Si supir agak kaget juga saat aku minta menepi. Namun, perlahan laju truk dia perlambat dan akhirnya berhenti menepi di pingir jalan yang sepi. Truk itu masih menyala mesinnya. Sementara tangan kananku itu masih meraba-raba selangkangannya.

“kenapa kita menepi?” tanyanya heran.

Aku tidak menjawab, aku malah menundukkan mukaku ke arah selangkangannya. Dia agak kaget. Di tahannya bahuku.

“Mau apa?” tanyanya…

“Aku kepengen banget ngemut punyamu mang…..” jawabku gemetar…

Aku agak memaksakan kehendakku, kuperkeras tekananku dan bibirku mendarat di tonjolan selangkangannya. Dia masih mencoba menahan bahuku. Kujulurkan lidahku menjilat-jilat bagian luar tonjolan itu. Usahaku itu membuahkan hasil, dia pasrah. Dibiarkannya aku bermain-main dengan tonjolannya. Dia hanya mendesis-desis kecil.

Aku bangkit dan mencoba membuka pengait celananya. Agak kesulitan. Dan dia malah membukakannya bagiku. Homo mana yang menolak saat lidahku menyentuh celana dalamnya. Bahkan lidahku bertemu gundukan itu.. keras hangat dan gaka berbau pesing. Namun aku suka. Ini bau laki-laki sejati dan jantan.

Aku bangkit lagi. Giliran tanganku meremas ke dalam celananya, meremas gemas dari luar tonjolan di dalam celana dalam itu.

“Mending mesinnya kamu matiin” kataku. Dia manut. Dimatikannya mesin truk itu. Namun lampu-lampu panelnya masih menyala. Kutarik turun celana panjangnya itu. Bahkan terlepas dari kedua kakinya. Kutarik tubuhnya hingga menghadap ke arahku. Aku makin bergairah saat meraba bulu kakinya yang lebat. Ohhh…..

Ku taro kaki kanannya di dashboard sementara kaki kirinya menekuk di tempat duduk. Sungguh aku jadi gila. Kuremas selangkangannya dengan gemas. Dia bersandar di pintu kabin. Aku kembali menunduk. Kuciumin dan kujilati gundukan celana dalam itu. Bener-bener bau jantan bercampur pesing yang membuatku bernafsu. Celana dalamnya basah entah karena precum atau liurku.

“akhhh….”

Desahnya sambil mengangkat pantatnya menikmati kenyotanku di gundukan itu. Kujilati dari bawah. Dia bergelinjang. Di bagian buah pelir itu kukenyot-kenyot.. dia mengangkat pantatnya sambil mendesis-desis.

Segera aku menarik turun celana dalam pesing tadi. Sungguh. Sebuah benda bulat memanjang dengan bulu menghitam keriting di bagian pangkalnya membuatku gila. Kuraba gemas bulunya yang lebat. Sementara celana dalamnya udah terlepas dari kakinya dan entah ke mana jatuhnya setelah aku ciumin sebentar. Wew…

Aku menggenggam batang kemaluannya dengan gemas. Ga terlalu panjang 14 cm namun gemuk dengan kepala yang lebih besar ketimbang batangnya. Disunat (coba klo ada kulupnya.. ehm….) dan bulunya itu lebat banget merambat ke atas sampe balik bajunya. Kuraba lubang kecingnya basah dengan precum

“Akhh.. estttt”

Desisnya saat lidahku menjilati buah kemaluannya itu. Bergantian kiri kanan sambil sesekali aku kenyot-kenyot dengan gemas. Dia mengelinjang-gelinjang dengan pantat naik turun. Aku senang dia nampak sangat terangsang dengan aksiku.
Jilatanku berpindah ke batangnya yang tersembul urat-urat. Terus naik hingga lidahku menyentuh cairan precum di lubang kencingnya. Asin gurih dan sebagainya lah…. aku ga perduli lagi lonte-lonte yang sudah pernah diterjang rudalnya itu. Semula kemaluannya rebah searah perutnya. Aku genggam dan aku coba tegakkan, agak berat karena kemaluannya berdenyut-denyut dan sangat keras.

Kujilati kepalanya dan kadang kukecup-kecup lembut. Membuat dia makin blingsatan.

“isap… Isap…” desahnya..

Aku cuek, tidak kuhiraukan dia. Lidahku masih asyik menjilati kepala penisnya dan sesekali aku gigit lembut.

Tiba-tiba, tangan kanannya memegang kepalaku dan memberi tekanan agar kepalaku makin turun. Saat itu lah aku buka mulutku dan separo batangnya masuk dalam mulutku. Aku sempat tersedak.
Namun, aku dengan segera mengulum kembali. Denga susah payah aku mencoba memasukan semua batangnya ke dalam mulutku. Sungguh.. bibirku bertemu dengan bulu jembutnya yang lebat dan berbau keringat jantan itu..

“akhhhh……….”

Dia mendesah. Aku mulai mengemut kemaluannya dengan lembut. Kepalaku naik turun dengan pelan. Lidahku memilin-milin dengan lindah. Badannya menggelinjang-gelinjang sambil mendesis-desis. Tangannya menjauh dari kepalaku sehingga dengan leluasa aku aku bergerak. Naik turun konsisten….

“Awwwww…… akhhhhh….”

Tiba-tiba dia memekik. Dia seolah hendak menarik rudalnya dari dalam jepitan mulutku. Namun aku menahannya. Aku kejar gerakan pantatnya dan dengan penuh nafsu aku masukan rudalnya hingga bibirku kembali menyentuh bulu jembutnya yang keriting lebat.

Crot.. crot…

Aku tersedak. Tembakan maninya memenuhi rongga mulutku. Aku gelagapan saking banyaknya. Namun aku mencoba menghisap kemaluannya yang sedang menembakan mani itu. Dia kelejot-kelejot kenikmatan. Sambil kedua tangannya memegang kepalaku, menekan-nekan.

Gila. …. mani banyak banget dan kental. Gurih pula.. Aku lupa dia supir truk yang suka jajan lonte di warung-warung jablay. Aku lupa saking asyiknya menhisap-hisap rudalnya yang mulai loyo. Napasnya tersengal-sengal dan kedua tangannya sudah tersimpan di balik kepalanya. Dia biarkan aku yang masih asyik menjilati sisa maninya.

“hebat banget servis kamu, “ pujinya, “kamu sering ya begini. Aku sebentar aja sudah keluar”

Aku tertawa kecil.

“Maniku kamu minum ya?”

“Iya, knp mang?”

“Gmn rasanya?? Kamu suka??”

“Gurih, asin. Aku suka banget”

“Jablay-jablay yang biasa aku pake ga mau maniku keluar di mulutnya klo cuman karaoke. Itupun lebih sering dikocok ketimbang diemut”

“Makanya urusan karaoke, serahkan pada ahlinya”

Dia mulai membenahi celananya. Dan setelah rapi dia kembali menghidupkan mesin truk itu.

“Kepalaku sudah ringan” katanya

Aku tertawa. Aku senang. Aku berhasil mewujudkan fantasiku selama ini. Ugh..

Kami cuma melakukan itu sekali saja malam itu. Lagipula kotaku sudah dekat. Sebelum pisah kami sempat bertukar nomor HP dan aku jujur padanya klo aku belum puas ngemut punya dia yang cepat keluar.

Waktu aku kembali dari kotaku, aku kembali ikut dia. Dalam perjalanan itu dua kali aku ngemut punya dia. Sayangnya, maninya ga banyak mungkin habis kepake sebelumnya. Hingga kini kami akrab dan masih sering kontak. Bahkan pernah suatu ketika aku disuruh nonton saat dia ngentot seorang jablay warung. Mungkin akan kuceritakan nanti.

Tegang























































selengkapnya tanpa dipilih ada di : http://amateurdaddys.blogspot.com/

Ayam Goreng Nikmat

Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Om Bahry, umurnya 30 tahun. Dia seorang Duda ditinggal mati istrinya dan belum punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.

"Om..?"
"Eee.. Dik Sony, mau makan ya?"
"Eee.. ayam gorengnya masih ada, Om?"
"Aduhhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang."
"Waduhhh.. bisa makan nasi tok nich.." kataku memelas.
"Kalau Dik Sony mau, ayo ke rumah Om. Di rumah Om ada persediaan ayam goreng. Dik Sony mau nggak?"
"Terserah Om aja dech.."
"Tunggu sebentar ya, biar Om tutup dulu warungnya?"
"Mari saya bantu Om."

Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya..
"Dik Sony, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Om mau ganti pakaian dulu.."
"Ya Om.." jawabku.

Lalu Om Bahry masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, gundukan dada bidangnya juga menyembul dari balik kaosnya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu khas pria macho. Sungguh maskulin.

Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
"Dik.. Dik Sony.. coba kemari sebentar?"
"Ya Om.. sebentar.." kataku sambil berlari menuju dapur.

Setelah sampai di pintu dapur.
"Ada apa Om?" tanyaku.
"E.. Om cuman mau tanya, Dik Sony suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?"
"Eee.. bagian dada aja, Om." kataku sambil memandang tubuh Om Bahry yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu indah.
"Dik Sony suka dada ya.. eehhhmmm.." katanya sambil menggoreng ayam.
"Ya Om, soalnya bagian dada sangat enak dan gurih." kataku.
"Aduhhh Dik.. tolong Dik.. punggung Om gatel.. aduhhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhhh.."
Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa punggung Om Bahry. Tidak ada apa-apa.

"Nggak ada semutnya kok Om.." kataku sambil memandang bulu-bulu halus di sebagian tubuhnya yang membuat kontolku naik 10%.
"Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang." pintanya.
"Baik Om.." lalu kugosok-gosok punggungnya dengan tanganku. Wow, keras, kahs cowok macho.
"Bagaimana Om, sudah hilang gatelnya?"
"Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pintar dech.." katanya membuatku jadi tersanjung.
"Sama-sama Om.." kataku.
"Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Sony makan dulu. Sementara Om mau mandi dulu ya." katanya.
"Baik Om, terima kasih?" kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.

Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Om Bahry yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Om Bahry tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Om Bahry mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang gagah dan macho itu, lalu pipinya, bibirnya yang ditumbuhi kumis tebal, lehernya, dadanya yang montok, perut dan pusarnya, terus pantatnya, bokongnya yang montok, pahanya hingga bagian kontolnya . Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali.

Om Bahry tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan meloncatlah kontolnya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun, lalu tangannya membuat busa dibulu kontolnya dan meremas kontolnya dan berputar-putar di ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Om Bahry meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging.

Beberapa saat kemudian...
"Ayo, Dik Sony.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!" tiba-tiba terdengar suara dari Om Bahry dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
"Maaf yah Om. Sony tidak sengaja lho," sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Om Bahry tersenyum manis sekali dan..
"Ayo sini dong temani Om mandi ya, jangan seperti patung gicu?"
"Baik Om.." kataku sambil menutup pintu.
"Dik Sony.. kontolnya bangun ya?"
"Iya Om.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat Om telanjang gini, jadi nafsu saya, Om.."
"Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu wajar.."
"Dik Sony pernah ngesex belum?"
"Eee.. belum Om.."
"Jadi, Dik Sony masih perjaka ya, wow ngetop dong.."
"Akhhh.. Om jadi malu, Sony."

Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Om Bahry juga memperhatikan.
"Dik Sony, kontolnya masih bangun ya?"
Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Om Bahry mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba kontolku.
"Wow besar juga kontolmu, Dik Sony.." sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.

"Dik Sony.. boleh dong Om liat kontolnya?" belum sempat aku menjawab, Om Bahry sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.
"Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Sony." kata Om sambil mengocok kontolku, nikmat sekali dikocok Om Bahry dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, kontolku ternyata sudah digosok-gosok oleh tangan kekar Om Bahry "Ough.. Om.. nikmat Om.. ough.." desahku sambil bersandar di dinding.

Setelah itu, Om Bahry memasukkan kontolku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan kontolku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Om Bahry menghentikan kegiatannya. Dia pegangi kontolku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Om Bahry nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku.

"Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Om ya?!"
Aku melihat pemandangan yang begitu indah, pantat dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor bonggolan pantat itu. Lalu kubalikkan dengan segera, hingga kudapati tonjolan kontol yang gede itu. Kulahap dengan rakus kontol Om Bahry, aku mainkan lidahku di ujung kontol, sesekali kulahap habis batang berurat itu.

"Ough Sonnn.. ough.." desah Om Bahry sambil meremas-remas rambutku.
"Terus Son.. Sonnn.." aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kulumat habis kontol itu dan ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.

Kemudian Om Bahry tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.
"Ayo Dik Sony.. Om udah nggak tahan.. mana kontolmu Son?"
"Om udah nggak tahan ya?" kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, bongkahan pantat dengan sedikit rambut lembut terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan kontolku di belahan pantat itu.
"Aoghhhh.." teriak Om Bahry.
"Kenapa Om..?" tanyaku kaget.
"Nggak.. Nggak apa-apa kok Son.. teruskan.. teruskan.."
Aku masukkan kepala kontolku di lubang pantatnya.
"Sempit sekali Om.. sempit sekali Om?"
" Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah lama sich Om nggak ginian.. ntar juga enak kok.."
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari kontolku amblas. Om Bahry sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.

"Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son.. oughhh.." desah Om Bahry, begitu juga aku walaupun kontolku masuk ke lubang pantatnya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini kontolku sudah amblas dimakan lubang pantatnya Om Bahry. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Om Bahry.

Tiba-tiba Om Bahry terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
"Oughhh Son.. ough.. luar biasa.. oughhh.. Sonnn.." katanya sambil merem melek.
"Kayaknya aku mau orgasme.. ough.." kontolku tetap menancap di lubang pantat Om Bahry.
"Dik Sony udah mau keluar ya?"
Aku menggeleng, kemudian Om Bahry terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik kontolnya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium punggungnya. Om Bahry semakin mendesah, "Ough.. Sonnn.." tiba-tiba Om Bahry mengerang.

Kuperkuat kocokan pada kontol Om Bahry hingga batang itu berdenyut-denyut.

"Oughhh.. Sonnn.. aku mau keluar..."
Lubang pantatnya kurasakan berdenyut-denyut.

Crott..crott… cairan sperma itu muncrat ke sprei. Banyak sekali dan agak kental. Hal itu berakibat pada denyutan pada pantatnya membuat kontolku ikutan berdenyut. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar juga. Sambil terus goyang, kutanya Om Bahry.
"Om.. aku keluarin di mana Om..? Di dalam boleh nggak..?"
"Terseraaahh.. Sooonnn..." desah Om Bahry.
Kupercepat gerakanku, kontolku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh kontolku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam lubang pantat Om Bahry, masih kugerakkan badanku dan rupanya Om Bahry merasaan sensititivitas dahsyat lalu dia gigit dadaku, "Oughhh.."

"Dik Sony.. Sonnn.. kamu memang hebat..."
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Om Bahry masih tetap telanjang, terlentang di lantai.
"Dik Sony... kalo mau beli makan malam lagi yah... jam-jam sekian aja ya.." kata Om Bahry menggodaku sambil memainkan kontolnya yang masih nampak bengkak.
"Om ingin Dik Sony sering makan di rumah Om ya.." kata Om Bahry sambil tersenyum genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara "Ayam Goreng" aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Om Bahry. Dunia ini memang indah meski cuma berisi cowok.

Paling Populer Selama Ini