Saat aktif dikegiatan pencinta alam di kampus dulu, aku punya sahabat karib bernama Rendra. Walaupun belum tentu sekali setahun berjumpa tetapi semenjak sama-sama kami berkeluarga hingga anak-anak tumbuh dewasa, jalinan persahabatan kami tetap berlanjut. Setidaknya setiap bulan kami saling bertelpon atau sms. Ada saja masalah untuk diomongkan. Suatu pagi Rendra telepon bahwa dia baru pulang dari Malang, kota kelahirannya.
Dia bilang ada oleh-oleh kecil untuk aku.
Dibilangnya, kalau aku tidak keluar rumah, Yusuf anaknya, akan mengantarkannya kerumahku. Ah, repotnya sahabatku, demikian pikirku. Aku sambut gembira atas kebaikan hatinya, aku memang jarang keluar rumah dan aku menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Ah, rejeki ada saja, Rendra pasti membawakan apel Malang dan kripik tempe, makanan tradisional dari Malang kesukaanku. Aku tidak akan keluar rumah untuk menunggu si Yusuf anak Rendra, yang seingatku sudah lebih dari 10 tahun aku tidak berjumpa dengannya.
Menjelang tengah hari sebuah jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak muda tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Yusuf datang bersama temannya. Ah, jangkung bener Yusuf anak Rendra ini. Aku buka pintu. Dengan sebuah bingkisan si Yusuf naik ke teras rumah.
“Selamat siang, Om. Ini titipan Papa untuk Om Tian. Kenalin ini Donny teman saya, Om”. Yusuf menyerahkan kiriman dari papanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka. Oleh-oleh apel Malang dari Rendra dan langsung aku simpan di lemari es-ku, sementara kripik tempenya ku taruh di meja. Tapi sungguh, aku terpesona saat melihat anak Rendra yang sudah demikian gede dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Donny temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Lalu mereka aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka berdua.
Kuperhatikan mata si Donny, ternyata tatapannya agak nakal, dia lama memperhatikan dadaku dan sesekali melirik sekitar selangkanganku. Bahkan matanya mengikuti apapun yang sedang aku lakukan, saat aku jalan, saat aku ngomong, saat aku mengambil sesuatu. Ah, apakah anak laki-laki sekarang, kalau lihat pria muscle akan bertindak demikian??. Selain itu, dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Yusuf sendiri justru senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya.
Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aku senang dengan mereka berdua. Dan tiba-tiba aku merasa berlaku aneh, apakah ini karena ketertarikanku pada dua anak remaja ini. Tapi aku harus menjaga image dan pribadiku, agar orang lain tidak tau jika aku menyukai cowok sejenisku.
Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Donny yang mengingatkanku pada peristiwa-peristiwa berkesan saat aku ML dengan cowok seumuran dia. Peristiwa-peristiwa penuh birahi yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar homo tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.
“Om, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho” ujar Yusuf. Kami kembali terbahak mendengar kelakar Yusuf. Dan kulihat mata Donny terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang kekar karena otot hasil nge-gym ku ini. Dan aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Donny dan Yusuf ini pengen tubuh kekar dan berotot macam bodyku ini. Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 42 aku tetap fresh dan good looking. Aku memang suka merawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau aku jalan sama Mirna, istriku, banyak yang mengira aku adiknya atau bahkan piaraannya. Kurang asem, tuh orang.
Tiba-tiba aku ada ide untuk menahan kedua anak ini. “Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku ingin mencoba resep masakan yang baru, aku pikir masaknya cepat dan rasanya sedap. Sementara aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer Om. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang enggak-enggak, ya..”, aku tawarkan makan siang pada mereka.
Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny langsung iya saja. Aku tahu mata Donny ingin memandangi tubuhku lebih lama lagi. Si Yusuf ngikut saja apa kata Donny. Sementara mereka menyalakan komputer, aku ke dapur mempersiapkan masakanku. Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Donny sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku, “Om dulu teman kuliah papanya Yusuf, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.
“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.
“Iya, Om pantesnya se-umur dengan teman-temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Yusuf”, lanjutnya sambil melototi selangkanganku.
“Om hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Om bagus banget”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Yusuf”, lanjutnya sambil melototi selangkanganku.
“Om hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Om bagus banget”.
Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata “body Om bagus banget” pada tubuhku. Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Aku merasakan kalau Donny ini memiliki naluri dan orientasi seksual yang sama denganku. Penyuka terhadap cowok sejenisnya. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-gay-annya.
Aku tidak memerlukan penantian terlampau lama. Tiba tiba seolah tanpa sengaja, tangan Donny menyentuh ke daerah selangkanganku. Aku yang kaget, cepat berfikir apakah akan ku timpali atau diam saja pura-pura tidak menyadari. Kuputuskan, aku diam saja seolah tidak merasakan. Dan ternyata Donny mengulanginya lagi dengan cukup keras dan disertai remasan. Aku pura-pura tersentak dan sejenak memandangi Donny. Ternyata Donny memberikan senyum nakalnya padaku. Antara bingung harus bersikap apa, aku Cuma tertegun. Sehingga mungkin hal ini dianggap peluang bagi Donny untuk berbuat lebih. Tangan dia langsng didaratkan di gundukan batang kontolku, dan dipegangnya dengan lembut. Aku mendesis dan menutupkan mata, agar tampak menikmati ulah Donny. Tiba-tiba bibir Donny sudah mendarat di tengkuk leherku. Agak kaget juga aku mendapatkan perlakuan seperti itu.
Karena aku tidak ingin membuang kesempatan ini, lalu akupun membalas mengelus tangan Donny. Dan sejenak, Donny semakin liar dan beralih memagut bibirku. Kini bibir kami sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Tanganku berusaha meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Sementara tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke kaosku. Dan tangan-tangan itu juga menerobos dan kemudian meremasi dadaku. Dan aku mengeluarkan desahan nikmat agar Donny semakin bersemangat. Sungguh kurasakan nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.
“Om, aku nafsu banget lihat body Om. Aku pengin menciumi body Om. Aku pengin menjilati body Om. Aku ingin menjilati kontol Om. Aku ingin ngentot Om”. Ah, seronoknya mulutnya Donny ini. Kata-kata seronok Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat. Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan dua jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget menindih kontolku yang telah tegang pula.
Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya kontol Donny lebih dalam lagi. Donny mengerang dan mendesis. Dengan tidak sabaran dia tarik dan lepaskan celana dan kaosku. Sementara kaosku masih menutupi kepalaku, ternyata bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia lalu membuat gigitan dan kecupannya dari ketiak beralih ke dadaku.
Dia jilatin permukaan dada dan otot dadaku. Hingga kedua pentilnya juga diisep dengan penuh nafsu. Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, ke selangkanganku. Aku tak mampu mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan menghanyutkan aku. Hal yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.
Begitu celanaku merosot ke kaki, Donny langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Dia kenyoti hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan nafsu besarnya yang kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap glans kontol, batang dan skrotum kontolku. Aku jadi ikutan tidak sabar.
“Donny, copot dong celanamu, aku pengin menciumi punya kamu juga”.
Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. Kontolnya yang ngaceng berat langsung mengayun kaku seakan mau menonjokku. Kini aku ganti yang setengah jongkok, kukulum kontolnya. Dengan sepenuh nafsuku aku jilati ujungnya yang sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Aku merasakan precum asinnya saat Donny menggerakkan pantatnya seolah ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arah kontolnya tepat ke lubang mulutku.
“Om, aku pengin ngentot bool Om. Bisa?”. Aku terdiam ,karena tidak tahu maksudnya, karena kata-kata bool bagiku masih asing. Sejenak yang kurasakan, belum juga aku puas mengulum kontolnya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga pantatku terbuka. Kemudian dia arahkan dan ditusukkannya kontolnya yang lumayan gede itu ke bongkahan pantatku.
Aku menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan bagian itu tidak tersentuh. Aku membalikkan badan dan tersenyum ke arah Donny. “Sabar ya Don. Jangan keburu”pintaku. Aku berlari ke arah rak lemari, lalu aku ambil kondom dan pelicin yang kusimpan tersembunyi. Kulihat Donny terdiam, entah merasa kecewa karena aksinya tertunda, ataukah karena aku sempat berlari tadi.
Lalu aku segera berjongkok dan kusambar kontol yang luamayan gede itu untuk kembali aku kulum. Aku masukkan glans kontolnya yang bengkak. Kujepit dengan kedua bibirku, sementara lidahku bermain-main di lubang kencingnya. Entah karena merasa geli atau karena keenakan, Donny menyentakkan kontolnya hingga amblas, melesak ke dalam mulutku. Seluruh batang kontol yang gede itu tertanam seluruhnya di mulutku, bahkan glans kontolnya menyodok tenggorokanku. Aku membuka lebar-lebar mulutku, saat aku menarik nafas dan memberikan ruang bagi kontol itu melesak ke ujung tenggorokanku. Donny pun melenguh dan mendesis saat kukenyot batang kontolnya.
Semenara mulutku melumat habis batang kontol berurat itu, tangaku menggerayang menjelajahi setiap lekuk tubuh pemuda yang masih seumuran anakku ini. Kurasakan kulitnya yang lembut khas pria muda. Kuremas-remas dada dan kupilin-pilin dua teteknya. Kubelai-belai bulu bulu tipis yang tumbuh disekitar perut dan berakhir di bulu kontolnya. Bahkan kedua pantat Donny juga tak luput dari seranganku, kupegang, kuremas dan bahkan jarikupun kuselipkan diantara dua bongkahan pantatnya.
Donny mendorong pantatnya dan membuat kontolnya semakin melesak ke dalam mulutku. Aku tersedak sebentar, hingga air mataku seakan mau menetes. Berikutnya, tangan Donny membelai rambutku, lalu meraba telingaku dan dipermainkan telinga itu, sehingga sensasi geli dan nikmat kurasakan. Dengan sedikit jongkok, Donny membelai punggungku, melakukan cubitan kecil lalu turun ke arah pantatku. Diremas remasnya kedua pantatku, dan jari tangannya berusaha menjalar di lipatan dan lubang pantatku. Namun karena posisi Donny, agak susah menusukkan jari tangannya ke lubang anusku. Dengan sedikit merubah posisi disambing, akhirnya sambil tetap kukulum kontol Donny. Dia kini mudah meraih lubang anusku. Dimasukkannya jari tengahnya, lalu perlahan dikeluarkan dan digantikan dengan jari tengah dan jari telunjuk masuk bersamaan.
Aku melenguh, merasakan tusukan dua jari di lubang anusku. Lalu Donny mengambil pelicin dan mengolesi jari tangannya dengan sedikit pelicin. Saat dua jari itu masuk dengan mudah ke lubang anusku, kurasakan ada aliran sengatan birahi saat jari itu menyentuh dinding lubang anusku. Betapa aku merasakan, lubang itu telah lama tidak ditusuk-tusuk batang kontol pria.
Kini kegatalan lubang anusku terobati. Donny mengangkat tubuhku sehingga aku bediri. Lalu dibalikkan tubuhku, sehingga pantatnya kurasakan menyentuh patatku. Lalu dengan kedua tangannya menyibak bongkahan pantatku, kontolnya didekatkan ke lubang anusku. Dengan gerak refleks Donny membuka pembungkus kondom dan segera menyarungkan di kontolnya yang tegang penuh itu. Kurasakan dingin pelicin menyentuh lubang anusku. Glans kontol kontol itu berusaha menerobos lubang anusku. Tapi agak kesulitan. Aku mengambil posisi badanku sedikit kusorongkan kedepan, sehingga badanku agak membungkuk. Aksiku ini ternyata memudahkan Donny melesakkan batang kontolnya menerobos lubang anusku. Sodokkan kontol Donny yang pelan namun pasti, membuat aliran darahku terkesiap menikmati gesekan batang kontol itu menggesek dinding anusku.
Rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur baur. Aku dibuat gila karena rasa nikmat yang lama tidak kurasakan ini kembali menyerangku dengan hebat. Tubuhku bergetar karena seluruh urat syarafku berkontraksi karena rasa nikmat perlakuan sodomi ini. Sejenak, seluruh kontol gede Donny melesak dan menghunjam lubang anusku. Bibir dan dinding anusku menjepit dan mencengkeram batang kontol Donny dengan kuat. Lalu Donnypun mulai memaju mundurkan kontolnya, sehingga tiap hentakan maju atau mundur, kuarasakan pula debur kenikmatan mengaliri lubang anusku hingga kontolku semakin teracung tegang. Tanpa kenal henti dan semakin cepat, anak muda ini terus menggenjot dan mengentoti lubang anusku. Terengah engah kurasakan nafas Donny saat kocokan dan genjotan kontolnya di lubang anusku. Kunilai anak muda ini maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi spermanya pasti muncrat, karena kontolnya kurasakan mulai berkedut-kedut. Sementara aku masih belum sepenuhnya puas dengan entotannya.
Aku harus menunda agar nafsu Donny lebih terarah. Aku cepat tarik lubang anusku dari tusukkannya, aku berbalik dan telentang di atas meja dan berhadapan dengan Donny. Kuangkat kedua kakiku dengan tanganku menahan kedua kaki ini. Aku pengin dan mau Donny nembak pantatku dari arah depan. Ini adalah gaya favoritku. Gaya ayam panggang. Biasanya aku akan cepat orgasme saat dientot dengan cara ini. Donny tidak perlu menunggu permintaanku yang kedua. kontolnya langsung di desakkan ke lubang nausku yang telah siap untuk melahap kontolnya itu.
Nah, aku merasakan enaknya kontol Donny sekarang. Pompaannya juga lebih mantap dengan pantatku yang terus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan kontolnya. Apalagi hentakan Donny cukup keras, sehingga ruang dapur jadi riuh rendah.
Selintas terpikir olehku, di mana si Yusuf. Apakah dia masih berkutat dengan komputernya? Atau dia sedang mengintip kami barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan kontolnya yang sudah demikian keras dan berirama Donny berteriak.
“Dang, Yusuf, ayoo, bantuin aku .., Dang..”.
Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan konspirasi untuk mengentotku secara bersama-sama. Kemudian kulihat Yusuf dengan tenangnya muncul menuju ke dapur dan berkata ke Donny
“Gue kebagian apanya Don?’
“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.
Duh, kata-kata seronok yang mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah aku ini hanya obyek mereka. Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah aku ini gigolo mereka yang siap melayani apapun kehendak pembookingnya.
Aku melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya Yusuf mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaku dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa hormat padaku yang adalah teman papanya itu. Untuk kemudian ditariknya mulutku mendekat ke kontolnya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya. Kontol Yusuf nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung batangnya. Dengan bergegas, Yusuf menyorongkan selangkangannya di wajahku
Hidungku menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Yusuf. Saat bibirku disentuhkannya kontolnya, aroma kontolnya menyergap hidungku yang langsung membuat aku kelimpungan untuk selekasnya mencaplok kontol itu. Dengan penuh kegilaan aku lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, batangnya, pangkalnya, biji pelernya. Semua kulumat dan kulahap habis. Tangan Yusuf terus mengendalikan kepalaku mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa, terkadang dia tarik keluar kontolnya menekankan batangnya atau pelirnya agar aku menjilatinya. Jilatan lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kontol Yusuf. Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Yusuf kuraih ke atas meja sehingga satu kakinya menginjak ke meja dan membuat posisi pantatnya menduduki wajahku. Aku mudah melumat habis kontol berbentuk jamur itu, sedangkan Yusuf dengan mudah tangannya meraih dan meremasi dada dan pentilku.
Duh, aku mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Mulutku mengulum batang kontol, dada dan tetekku juga diremas-remas dan dipilin-pilin, sementara pantatku disodok kontol dan tangaku sibuk mengocok kontolku sendiri. Ohhh…….sungguh sensasi luar biasa. Sementara di depanku, si Donny terus menggenjotkan kontolnya keluar masuk menembusi lubang anusku sambil jari-jarinya mengutik-utik dan disogok-sogokkannya ke kontolku. Sementara jari tangan yang lain disogokkannya disela-sela lubang anus dan kontol dia. Woww..sungguh belum pernah aku mengalami cara macam itu. Padahal tadi kontol Donny serasa tidak muat di lubang anusku. Tapi setelah lama aktivitas disodomi ini, kenapa kini dua jari Donny masih bisa menyogok dan menusuk-nusuk disela-sela lubang anusku yang telah penuh oleh kontol gede Donny. Mungkin elastisitas lubang anusku ataukah karena aku telah rileks, sehingga lubangku lebih elastis.
Sambil menyodok pantatku, Donny terus meracau dan mendesis desis. Aku juga membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yang memang kurasakan sangat dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam lubang anusku dan batang kontolku juga.
Saat aku merasakan bagaimana perbuatan Donny dan Yusuf anak sahabatku ini, aku merasakan adanya sensasi baru yang benar-benar hebat melanda aku. Kini 3 titik erotis yang ada padaku semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Mulutku penuh oleh kontol Yusuf, lubang anusku disogok kontol Donny dan kontolku yang tegang mengeras dikocok-kocok pula. Aku benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi kontol dan jari-jari tangan Donny, sambil aku mengangguk-anggukkan kepalaku untuk mengulum kontol Yusuf.
“Ah, Om, mulut gimana rasanya? Enak kan, kontolku. Enak, kan? Kontolku enak kan?”.
Dia percepat kendali tangannya pada kepalaku. Ludahku sudah membusa keluar dari mulutku. Kini kontol Yusuf sudah sangat kuyup. Sesekali aku berhenti sesasat untuk menelan ludahku.
Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang, “Aku mau keluar nih, Om. Keluarin di dalam lubang atau mau diisep, nih?”.
Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini. Mendengar teriakan Donny yang nampak sudah kebelet mau muncratkan spermanya, aku buru-buru lepaskan kontol Yusuf dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat, lalu jongkok sambil mengangakan mulutku tepat di ujung kontol Donny. Kucabut kondom yang membungkusi kontol itu, lalu kuarahkan ke mulutku. Donny kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kontolnya untuk mendorong agar air maninya cepat keluar.
Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air maniku, ya, Om, minum ya, minum, nih, Om, minum ya, makan spermaku ya, Om, makan ya, enak nih, Om, enak nih air maniku, Om, makan ya..”.
Air mani Donny muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain nampak mengalir di batang kontolnya dan tangannya. Yang masuk mulutku langsung aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh di batang dan tanganannya kujilati semua kemudian kuminum pula.
Kemudian dengan jari-jarinya Donny mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutku yang langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Yusuf menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia nggak mampu menahan diri untuk mengocok-ngocok juga kontolnya. Dan beberapa saat sesudah kontol Donny menyemprotkan air maninya, menyusul Yusuf mengarahkan kontolnya ke mukaku. Kubuka mulutku lebar lebar lagi dan kontol Yusufpun memuntahkan banyak spermanya ke mulutku. Aku menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang berbeda, sperma Donny serasa madu manisnya, sementara sperma Yusuf sangat gurih seperti air kelapa muda.
Aku tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada kontolku semakin kencang. Bahkan kini dibantu Donny yang juga menjilati ujung kepala kontolku, membuatku semakin bersemangat mengocok kontolku dengan cepat, semakin cepat, cepat, cepat, dan cepat.
Akhirnya, crott…crottt…..spermaku muncrat mengenai muka dan dada Donny, sebagian mendarat di dada dan leherku. Lalu dengan tangannya, Donny meratakan spermaku ke seluruh dada, perut, leher hingga mukaku. Uh…ini aknak kurang ajar. Ada bau khas dari sperma yang tercium di hidungku. Aroma khas cairan pria yang lama aku rindukan.