6/01/2011

Supir Truk (Kisah Nyata)

Terinspirasi cerita-cerita gay yang banyak bertebaran di internet tentang supir truk yang batak itu, malam itu November 2009, aku mencoba peruntungan. Aku ingin sekali memiliki pengalaman yang menarik malam ini. Ya, menyalurkan fantansi serta nafsu bejatku. Tapi, akan sangat sulit memang mencari supir batak di sini. Padahal aku suka sekali mainin kulupnya itu.

Malam itu, lewat dikit dari tengah malam, suasana kota terasa sepi. Taxi ga ada lewat lagi. Bus pula ga ada. Aku nekat pulang kampung semalam itu hanya untuk mencoba keberuntunganku. Padahal perjalananku lumayan jauh sekitar 200 km lebih. Aku berharap akan menjumpai supir truk yang mau aku oral.. hihihi..

Bermodal nekat, aku berdiri di pinggir jalan sambil sesekali mencoba menghentikan laju truk-truk yang kebanyakan memuat material tanah. Sengaja memang aku mengincar truk karena mereka banyak berkeliaran di malam hari seperti ini. Beberapa kali truk berhenti, namun tidak seraha dengan tujuanku. Berkali-kali juga aku dicuekin.

Setengah jam lewat dikit….

Sebuah truk yang berjalan santai berhenti saat aku melambaikan tangan memanggilnya berhenti. Bedebar dadaku karena ini truk yang ke empat berhenti di depanku.

“Truk ini mau kemana pak?”tanyaku saat kaca truk di bagian penumpang terbuka.

Dia menyebutkan sebuah daerah dan ternyata melewati kotaku.

“Boleh saya numpang pak, soalnya saya mau pulang tapi udah kemalaman banget”

Supir yang kutaksir berumur 40an itu nampak sedikit ragu. Aku menelan ludah. Dia ga cakep tapi enak di lihat. Gagah dan jantan sekali. Tinggi besar dan berkulit agak gelap. Ehm, aku suka cowok seperti ini.

“saya bayar kok pak, boleh saya numpang kan?”

“OK lah….”

Aku pun langsung masuk ke dalam kabin truk itu. Lumayan hangat. Dan agak berbau kecut sih. Kayaknya ada yang ga mandi nih.. hihihi.. Semenit dua menit dan banyak menit, kami mulai ngobrol. Katanya sih dia lagi bawa semen makanya truk berjalan santai. Terkadang sih cepet juga tapi bobot semen sangat besar jadi lumayan lah membuat truk itu ngos-ngosan.

Sesekali aku perhatikan lelaki kekar itu, ehm, sangat menarik di mata homoku. Berkali-kali aku menelan ludah membayangkan betapa beruntunganya aku jika bisa mencicipi kemaluannya di mulutku.. hihihi.. Namun, aku belum berani macam-macam. Berdebar dadaku sambil memutar otak agar dapat merayunya.

Orangnya ramah dan banyak omong sih menurutku. Katanya sih istrinya tiga. Belum lagi cewek-cewek di jalan yang dia lalui. Wihhh… doyan ngentot lonte juga ternyata.. aku suka tipikal cowok nakal seperti ini. Duh, aku jadi ngaceng nih.. tapi bingung harus memulai darimana. Aku hanya memutar-mutar pertanyaan. Bingung, aku nanya sejengkal dianya malah ngomong panjang lebar dan sambil tertawa-tawa. Lumayan sih, aku jadi ga canggung bertanya nakal. Misalnya cewek warung favoritnya. Bahkan soal pecah perawan segala. Katanya sih dia udah ga kehitung cewek yang dia perawani. Gila, aku makin penasaran saja.

“Mang (panggilan paman), aku ngantuk nih. Saya tidur dulu ya…”

“ok… tapi nanti kita berhenti makan ya”

“ya…”

Aku tertidur juga entah berapa lama hingga aku merasakan truk itu berhenti di sebuah warung. Kulirik jam di hpku, jam 3 pagi. Ups, udara dingin bekas hujan menerpaku saat turun dari kabin. Mataku yang masih mengantuk segera kupaksakan terbuka. Warung itu lumayan gede dan nampak cewek-cewek berpakaian ketat menyambut kami dengan senyuman. Ada beberapa laki-laki di situ. Mereka biasa saja. Si Supir itu nampak mendekati seorang cewek muda dan mereka ketawa-ketawa. Aku jadi sadar mungkin warung ini salah satu warung favoritnya. Ya warung jablay.

Aku pesan mie instan dan teh hangat saat ditanya dengan genit oleh si pemilik warung. Aku duduk dan kuperhatikan si cewek muda itu sedang duduk di pangkuan supir tadi. Ehm, betapa beruntungnya itu cewek, pikirku cemburu.. . Puas pangku-pangkuan, kulihat cewek itu melayani dia dengan segelas kopi dan mie instan juga sambil cekikikan genit. Aku maklum walau risih juga.

Dari tempat dudukku, kulihat si supir masuk ke bagian belakang warung itu bersama si jablay muda diiringi sorak kecil jablay lainnya. Si supir sempat tersenyum nakal kepadaku dan aku membalas dengan acungan jempolku. Aku hanya kecewa pada diriku, sungguh beruntung cewek itu.

“Kamu sudah selesai?”

Kaget, iya. Saat menyeruput tetes-tetes akhir teh hangatku tiba-tiba si supir sudah di sampingku. Ga sampe 10 menit deh, kok cepat ya?

Aku segera membayar makananku tadi. Dan buru-buru kembali ke truk yang parkir di depan warung. Aku masuk kabin dan si supir masih belum masuk. Dia nampak sedang menelpon seseorang dengan nada kesal. Saat dia berada di belakang kemudi, dia menutup telpon dengan kesal.

“Kenapa mang?”

“Dasar jablay. Maunya duit aja. Padahal kemarin kemarin kan sudah aku kasih lebih” dumelnya, “eh, giliran duitnya kurang dia ndak mau ku ajak ngentot.. harghhh…”

Aku tertawa kecil melihatnya.

“kupikir tadi udah naik turun… hihihihii”

“jangankan ngentot, kusuruh karaoke aja dia ga mau… jablay.. jablay…”

“wah kasian donk ndak jadi dikeluarin….”

“iya… sialan.. aku lagi pengen.. sudah tegang-tegangnya eh dia nolak…”

Ups, kulihat dia mengusap tonjolan selangkangannya yang terbungkus celana kain semi jeans itu. aku menelan ludah. Masih terlihat kekesalan dan kekecewaan di wajahnya, dia menghisap rokoknya dalam-dalam.

Tiba-tiba dia menghentikan truknya, lalu membuka pintu kabin. Dan, dia berdiri di situ. Gila dia kencing dalam posisi membelakangiku. Suara currr itu loh yang bikin aku blingsatan. Aku mau tahu, aku mau liat tapi gimana caranya. Terpaksa aku gigit jari.

“Akh.. jablay sialan.. punyaku ga bisa tidur gara-gara dia tolak.. masih tegang saja” dumelnya lagi sambil duduk di belakang kemudi. Aku hanya menahan napas. Coba aku bisa liat punya dia tadi ya.. huh..

Truk jalan lagi…

“akh… klo begini keadaannya klo ketemu bencong sudah aku sikat dia”

What?? Apa ga salah denger aku??

“Memangnya pernah kah pake bencong?” tanyaku gemetar sambil tertawa kecil.

“Belum sih tapi sudah ga tahan…”

Wah.. wah…

“Memangnya masih tegang ya mang??”

“jelas.. kan tadi minta dikeluarin sama si jablay tapi dia ga mau padahal sudah 3 hari ga ada diasah ini. Makanya kalau ketemu bencong, aku sikat aja daripada pusing”

Aku bergeser dikit ke arahnya.

“mana yang tegang tadi?”

Nekat. Entah kekuatan darimana, tanganku mendarat di selangkangannya. Gemetar aku. Dia nampak kaget. Namun tidak menolak saat telapak tanganku mengusap perlahan selangkangannya.. ya ampun, dadaku berdebar sangat kencang.

“Oh iya, tegang banget mang” celutukku sambil meraba-raba tonjolan kemaluannya yang masih di dalam celana itu.

Dia tidak bersuara namun tidak menolak gerak tanganku yang kemudian meremas-remas dengan lembut. Aku sangat bernafsu. Aku terbawa suasana….

“mang, menepi sebentar”

Si supir agak kaget juga saat aku minta menepi. Namun, perlahan laju truk dia perlambat dan akhirnya berhenti menepi di pingir jalan yang sepi. Truk itu masih menyala mesinnya. Sementara tangan kananku itu masih meraba-raba selangkangannya.

“kenapa kita menepi?” tanyanya heran.

Aku tidak menjawab, aku malah menundukkan mukaku ke arah selangkangannya. Dia agak kaget. Di tahannya bahuku.

“Mau apa?” tanyanya…

“Aku kepengen banget ngemut punyamu mang…..” jawabku gemetar…

Aku agak memaksakan kehendakku, kuperkeras tekananku dan bibirku mendarat di tonjolan selangkangannya. Dia masih mencoba menahan bahuku. Kujulurkan lidahku menjilat-jilat bagian luar tonjolan itu. Usahaku itu membuahkan hasil, dia pasrah. Dibiarkannya aku bermain-main dengan tonjolannya. Dia hanya mendesis-desis kecil.

Aku bangkit dan mencoba membuka pengait celananya. Agak kesulitan. Dan dia malah membukakannya bagiku. Homo mana yang menolak saat lidahku menyentuh celana dalamnya. Bahkan lidahku bertemu gundukan itu.. keras hangat dan gaka berbau pesing. Namun aku suka. Ini bau laki-laki sejati dan jantan.

Aku bangkit lagi. Giliran tanganku meremas ke dalam celananya, meremas gemas dari luar tonjolan di dalam celana dalam itu.

“Mending mesinnya kamu matiin” kataku. Dia manut. Dimatikannya mesin truk itu. Namun lampu-lampu panelnya masih menyala. Kutarik turun celana panjangnya itu. Bahkan terlepas dari kedua kakinya. Kutarik tubuhnya hingga menghadap ke arahku. Aku makin bergairah saat meraba bulu kakinya yang lebat. Ohhh…..

Ku taro kaki kanannya di dashboard sementara kaki kirinya menekuk di tempat duduk. Sungguh aku jadi gila. Kuremas selangkangannya dengan gemas. Dia bersandar di pintu kabin. Aku kembali menunduk. Kuciumin dan kujilati gundukan celana dalam itu. Bener-bener bau jantan bercampur pesing yang membuatku bernafsu. Celana dalamnya basah entah karena precum atau liurku.

“akhhh….”

Desahnya sambil mengangkat pantatnya menikmati kenyotanku di gundukan itu. Kujilati dari bawah. Dia bergelinjang. Di bagian buah pelir itu kukenyot-kenyot.. dia mengangkat pantatnya sambil mendesis-desis.

Segera aku menarik turun celana dalam pesing tadi. Sungguh. Sebuah benda bulat memanjang dengan bulu menghitam keriting di bagian pangkalnya membuatku gila. Kuraba gemas bulunya yang lebat. Sementara celana dalamnya udah terlepas dari kakinya dan entah ke mana jatuhnya setelah aku ciumin sebentar. Wew…

Aku menggenggam batang kemaluannya dengan gemas. Ga terlalu panjang 14 cm namun gemuk dengan kepala yang lebih besar ketimbang batangnya. Disunat (coba klo ada kulupnya.. ehm….) dan bulunya itu lebat banget merambat ke atas sampe balik bajunya. Kuraba lubang kecingnya basah dengan precum

“Akhh.. estttt”

Desisnya saat lidahku menjilati buah kemaluannya itu. Bergantian kiri kanan sambil sesekali aku kenyot-kenyot dengan gemas. Dia mengelinjang-gelinjang dengan pantat naik turun. Aku senang dia nampak sangat terangsang dengan aksiku.
Jilatanku berpindah ke batangnya yang tersembul urat-urat. Terus naik hingga lidahku menyentuh cairan precum di lubang kencingnya. Asin gurih dan sebagainya lah…. aku ga perduli lagi lonte-lonte yang sudah pernah diterjang rudalnya itu. Semula kemaluannya rebah searah perutnya. Aku genggam dan aku coba tegakkan, agak berat karena kemaluannya berdenyut-denyut dan sangat keras.

Kujilati kepalanya dan kadang kukecup-kecup lembut. Membuat dia makin blingsatan.

“isap… Isap…” desahnya..

Aku cuek, tidak kuhiraukan dia. Lidahku masih asyik menjilati kepala penisnya dan sesekali aku gigit lembut.

Tiba-tiba, tangan kanannya memegang kepalaku dan memberi tekanan agar kepalaku makin turun. Saat itu lah aku buka mulutku dan separo batangnya masuk dalam mulutku. Aku sempat tersedak.
Namun, aku dengan segera mengulum kembali. Denga susah payah aku mencoba memasukan semua batangnya ke dalam mulutku. Sungguh.. bibirku bertemu dengan bulu jembutnya yang lebat dan berbau keringat jantan itu..

“akhhhh……….”

Dia mendesah. Aku mulai mengemut kemaluannya dengan lembut. Kepalaku naik turun dengan pelan. Lidahku memilin-milin dengan lindah. Badannya menggelinjang-gelinjang sambil mendesis-desis. Tangannya menjauh dari kepalaku sehingga dengan leluasa aku aku bergerak. Naik turun konsisten….

“Awwwww…… akhhhhh….”

Tiba-tiba dia memekik. Dia seolah hendak menarik rudalnya dari dalam jepitan mulutku. Namun aku menahannya. Aku kejar gerakan pantatnya dan dengan penuh nafsu aku masukan rudalnya hingga bibirku kembali menyentuh bulu jembutnya yang keriting lebat.

Crot.. crot…

Aku tersedak. Tembakan maninya memenuhi rongga mulutku. Aku gelagapan saking banyaknya. Namun aku mencoba menghisap kemaluannya yang sedang menembakan mani itu. Dia kelejot-kelejot kenikmatan. Sambil kedua tangannya memegang kepalaku, menekan-nekan.

Gila. …. mani banyak banget dan kental. Gurih pula.. Aku lupa dia supir truk yang suka jajan lonte di warung-warung jablay. Aku lupa saking asyiknya menhisap-hisap rudalnya yang mulai loyo. Napasnya tersengal-sengal dan kedua tangannya sudah tersimpan di balik kepalanya. Dia biarkan aku yang masih asyik menjilati sisa maninya.

“hebat banget servis kamu, “ pujinya, “kamu sering ya begini. Aku sebentar aja sudah keluar”

Aku tertawa kecil.

“Maniku kamu minum ya?”

“Iya, knp mang?”

“Gmn rasanya?? Kamu suka??”

“Gurih, asin. Aku suka banget”

“Jablay-jablay yang biasa aku pake ga mau maniku keluar di mulutnya klo cuman karaoke. Itupun lebih sering dikocok ketimbang diemut”

“Makanya urusan karaoke, serahkan pada ahlinya”

Dia mulai membenahi celananya. Dan setelah rapi dia kembali menghidupkan mesin truk itu.

“Kepalaku sudah ringan” katanya

Aku tertawa. Aku senang. Aku berhasil mewujudkan fantasiku selama ini. Ugh..

Kami cuma melakukan itu sekali saja malam itu. Lagipula kotaku sudah dekat. Sebelum pisah kami sempat bertukar nomor HP dan aku jujur padanya klo aku belum puas ngemut punya dia yang cepat keluar.

Waktu aku kembali dari kotaku, aku kembali ikut dia. Dalam perjalanan itu dua kali aku ngemut punya dia. Sayangnya, maninya ga banyak mungkin habis kepake sebelumnya. Hingga kini kami akrab dan masih sering kontak. Bahkan pernah suatu ketika aku disuruh nonton saat dia ngentot seorang jablay warung. Mungkin akan kuceritakan nanti.

1 comment:

Paling Populer Selama Ini