(by: rustyryans@gmail.com)
Siang itu memang terasa sangat membosankan,setelah hampir 2 minggu menghabiskan waktu liburan akhir semester tanpa kegiatan yang berarti. Akhirnya aQ putuskan untuk berkunjung ke almamater SMA untuk sekedar berbincang dengan guru-guruQ. Kebetulan waktu itu sedang ada penerimaan murid baru,iseng iseng saya melihat daftar siswa yang diterima,meski dengan pikiran yang melayang kemana-mana memikirkan apa yang akan aQ kerjakan nanti. Sewaktu aQ sedang berdiri di depan papan pengumuman itu, datang seorang bapak, kelihatannya seorang guru, ikut nimbrung melihat pengumuman tersebut. Awalnya aQ cuek,namun setelah mendengar suaranya (khas sekali dengan logat jawa yang kental), aQ bertanya-tanya, mungkinkah itu.....
"Pak Leo??" tanyaQ spontan.
"Ya,ada apa?" Jawabnya.
"Benar ini pak Leo,Guru SMP X ?? ini saya Pak, Aryo"
"Aryo??"tanya bapak guru itu sambil berpikir agak lama, kemudian ia bicara "Oh, Aryo to...lama ndak ketemu,gimana kuliahnya??"
"Lumayan lancar pak,bapak sendiri gimana kabarnya??"
"Saya baik..." jawabnya.
Setelah itu kami malah ngobrol panjang lebar menanyakan kegiatan masing masing. Dalam hati saya tak menyangka akan bertemu dengan guru idola saya disini. Setelah hampir 5 tahun tidak bertemu,Pak Leo semakin tampan saja, seksi malah. Betapa tidak,dengan tinggi sekitar 173cm,berkulit putih bersih,wajahnya yang uuuuhhhh.... bikin meleleh,... tampan sekali dengan bekas cukuran kumis serta jambang yang bikin jantung berdebar debar tak karuan... belum lagi bibirnya yang merah bak buah delima...emmm.. pasti manis banget kalo dicium. Sambil ngobrol saya juga perhatikan tubuhnya yang atletis,betapa tidak,di usia-ny yang 40tahun itu, dia masih terlihat sangat gagah,aQ yakin di balik seragam gurunya itu pasti terdapat dada yang bidang dan perut six-pack. Belum lagi tonjolan di balik celananya yang bikin penasaran. Ditambah lagi dengan sifatnya yang ramah dan baik hati kepada muridnya, termasuk aQ. Mungkin itulah alasan aQ menyukai Pak Leo,sampai sekarang. Kenangan indah sewaktu diajar pak Leo pun muncul kembali. Harus kuakui, berkat dirinya-lah akhirnya aQ mengambil jurusan yang sama dengan pelajaran yang diajarnya, yaitu Sejarah. Saya sangat suka waktu dia bercerita tentang ksatria ksatria Romawi yang sangat gagah itu, dan berpikir kalau Pak Leo pun tak kalah gagah dengan mereka.Aaaahhh..... pak Leo. aQ memang memendam rasa suka yang begitu mendalam pada beliau,dan setelah sekian lama akhirnya kami bertemu kembali. Mungkin inilah saatnya untuk menyatakan perasaanQ pada beliau,aQ memutar otak bagaimana caranya agar aQ dapat berdua dengan pak Leo lebih lama,aQ termenung cukup lama sampai akhirnya pak Leo menegur aQ "lho,nak Aryo kok malah bengong,ada apa to??"
aQ agak terkejut,namun aQ justru mendapat ide bagus," ndak apa apa pak, Cuma saya mau tanya bapak sedang sibuk apa ndak??"
"emang kenapa to?",tanya-nya.
"begini pak, kalau boleh saya mau mengajak bapak makan siang,sekalian melanjutkan obrolan, sekaligus mengobati rasa kangen saya sama bapak,kalau bapak tidak keberatan".
"oh begitu, ya sudah malah kebetulan kalau ada temannya,saya juga senang"
Akhirnya kami berdua berangkat menuju restoran terdekat untuk makan siang,setelah Pak Leo bersikeras untuk pergi naik motornya,alih alih naik mobilQ yang kemudian aQ suruh sopirQ untuk membawanya pulang saja,soalnya Pak Leo juga memaksa untuk mengantarQ pulang. Ya sudahlah, toh justru ini akan semakin mendekatkanQ sama Pak Leo,bayangin, sepanjang perjalanan aQ bisa memeluk tubuhnya,sambil mencium aroma wangi tubuhnya yang sangat maskulin. Duuuhhh... bikin ngaceng saja.
Di restoran, kami melanjutkan perbincangan kami yang sempat tertunda,sambil menikmati santapan makan siang. Selama ngobrol,aQ tak henti- hentinya memandang centi demi centi wajahnya,rambutnya yang hitam berkilau dengan potongan yang membangkitkan birahi,alisnya,matanya,hidungnya,uuhhh.... aQ ngaceng berat,sampai sampai omongan pak Leo aQ tanggapi sekenanya.
Tiba tiba Pak leo kembali menegurQ," hayo,kok ngelamun lagi to?"
"ah, engga papa kok pak"jawabQ.
"nak Aryo udah selesai makan? Kalau sudah gimana kalo habis ini nak Aryo ikut bapak kerumah, kebetulan bapak lagi butuh bantuan buat bikin presentasi besok, gimana?".deg !! benarkah apa yang barusan pak Leo bilang??. Wah,pucuk dicinta ulam pun tiba. Senangnya,pikirQ.
"Gimana nak Aryo,mau apa ndak?"
"oh, boleh pak,lagian saya juga ndak ada kerjaan". dalam hati aQ senang bukan kepalang,aQ bertanya tanya apa yang akan terjadi di rumah pak Leo,mungkinkah??
Aaaaahhh.... aQ terlalu banyak berkhayal, kan belum tentu juga Pak Leo mau sama aQ. Engga apa apa deh,jalan sama pak Leo aja aQ usah seneng.
"Yuk, berangkat sekarang nak Aryo".
"baik,Pak",jawabQ.
Akhirnya aQ kembali duduk di belakang pak Leo, sambil tak henti-hentinya memeluk nya dan menciumi aroma tubuhnya yang hmmmm....wangi. aQ ga berani menggerakan tanganQ lebih jauh,kalo pak Leo marah dan menurunkanQ di tengah jalan, kan repot jadinya,apalagi aQ belum sempat menyatakan perasaan sukaQ pada beliau,
Sesampainya di rumah pak Leo...
"lho pak,kok rumahnya sepi banget"tanyaQ. "Istri bapak mana?"
Bukannya menjawab pak Leo malah tertawa"hahaha,istri saya masih saya cari"
"lho maksudnya pak?? Berarti bapak masih...." tanyaQ heran.
"ya begitulah, engga ada yang mau sama bapak"jawabnya.
"masa sih pak engga ada,secara bapak kan pinter,baik, tampan lagi,masa engga ada yang mau.pasti ada",kataQ.
"masa? Siapa emang?",tanya pak leo.
"aQ suka sama bapak,banget"jawabQ dalam hati.
"sudahlah, kok jadi ngomongin saya,oya nak Aryo mau minum ap?",tawarnya.
"sudah pak ga usah repot repot,saya kan disini mau membantu bapak,bukan mau santai minum minum",jawabQ.
"oh ya,sebentar ya saya ambil materinya".kata pak leo sambil menuju ke kamarnya.
Jujur, selama membantu pak leo mengerjakan presentasinya,yang meliputi perjalanan karier sang kaisar romawi Yulius Caesar,aQ g bisa konsentrasi,gimana bisa konsentrasi kalo didepanQ ada orang yang sangat seksi.aaahhh... pak leo.
Setelah hampir 2 jam berdiskusi,akhirnya selesai juga. Kali ini aQ tidak bisa menolak waktu pak leo menawariQ minum. Sempat terjadi kekikukan diantara kami setelah tidak ada yang bisa kami kerjakan atau obrolkan. aQ berpikir inilah saatnya untuk bicara tentang perasaanQ pada pak leo.
"pak,ada yang mau saya sampaikan sama bapak",kataku memulai pembicaraan.
"oya,ada ap nak Aryo?"
"sebenernya saya...emmm...saya... saya menyukai bapak,sudah lama saya menyukai bapak,semenjak bapak jadi guru saya, i love you pak leo" ucapQ tercekat. Pak leo diam saja,saya coba menebak apa reaksinya,marah mungkin,bingung,ah entahlah aQ tak tahu,nasi sudah terlanjur jadi bubur.aQ sudah khawatir pak leo akan marah dan mengusirQ pergi,namun...
"aduh, nak Aryo,kenapa ndak dari dulu bilang kalau suka sama bapak,"katanya sambil tersenyum.
"ma..mm..maksud bapak,bapak ngga marah sama saya?"tanyaQ masih tak percaya.
'Kenapa bapak harus marah sama nak Aryo,justru bapak malah senang sama kejujuran nak Aryo" katanya sambil masih tersenyum.
Haaahhh...benarkah apa yang dikatakan pak leo ini? Ini bahkan lebih dari yang aQ bayangkan...
"Saya sungguh tidak percaya pak,kalau begitu boleh saya duduk disebelah bapak"pintaku,ragu.
"Tentu nak Aryo,sini". aQ duduk mendekati pak Leo,sambil terus menatap senyuman manisnya itu,sebegitu dekatnya. Perlahan,aQ gerakkan tanganQ menyentuh pipinya,Pak leo hanya tersenyum. Lalu, semua tejadi begitu cepat. Kami sudah berciuman,oh... ternyata bibir pak Leo lebih manis dari yang aQ bayangkan.emmmmppphhh..... aaaaahhhh.... yeahh.... lama kami berpagutan bibir,aQ menyedot-nyedot bibir bawahnya dengan penuh gairah,lalu pak leo memasukkan lidahnya ke dalam mulutQ,lidah kami bergulat,aQ menjilati bibir manisnya.... uuuhhhh.....
"oohhh.... pak leo bibir bapak manis sekali,saya ingin menjilatnya terus'
"silahkan nak Aryo, lakukan.."seru pak Leo mendesah desah penuh kenikmatan.aaahh....
Belum lagi karena bulu2 halus yang tumbuh di kumis dan jambangnya,membuat sensasi geli yang teramat nikmat uuuuhhh......Thats my first kiss.
Perlahan aQ mulai membuka baju seragam pak Leo,sambil terus menciumi wajah,bibir dan lehernya,sampai aQ membuat beberapa tanda kemerahan hasil cupanganQ.ooohhhh.... cup..cup..emmm...aaahhh...
Kemudian aQ beralih pada dadanya. Ya ampun! Ternyata dadanya ditumbuhi bulu halus yang sangat seksi. Langsung saja aQ menjilatinya,dan pak leo pun melenguh keenakan "aaahhhh...terus nak Aryo,terus...emmm...nikmaaat...sekali..."racaunya.
Kali ini aQ melancarkan seranganQ pada puting susunya yang tegang,aQ hisap,aQ jlati dan aQ sedot kuat2.kembali pak leo mendesah nikmat."ayo nak Aryo,bikin bapak puas,kalo tidak,akan saya hukum kamu",omongan pak leo semakin ngawur,tapi justru malah semakin membuatQ terangsang dan terus menjelajahi tubuhnya. Kini giliran perut six-packnya yg aQ incar. aQ jilati dengan sapuan dahsyat,sampai sampai pak leo menggelinjang dibuatnya.
Puas menjelajahi perutnya,aQ beralih ke ketiaknya.'Pak,saya ingin menjilat ketiak bapak"pintaQ.
"ayo nak Aryo,lakukan,buat bapak puas",jawabnya masih merem melek. aQ pun membuka lengannya dan terkejut betapa lebatnya bulu ketiak miliknya. aQ pun semakin bernafsu untuk menjilatinya,ooohhhh.... bau keringatnya sungguh sangat jantan.emmmm aQ terus menjilati kedua ketiak pak leo.aQ isap isap bulu ketiaknya sampai basah. Perlahan aQ menuruni lengan pak leo sambil terus menjilat dan mengecup.kini giliran jari jari tangan pak leo yang menjadi incaranQ. aQ jilat jilat,aQ kulum jari-nya seperti sedang mengulum penis,aQ sedot kuat kuat,emmmmppphhhh... rasanya nikmat sekali.
Setelah puas dengan tubuh bagian atas pak leo, kini aQ mulai membuka risleting celananya.di baliknya terdapat celana dalam putih yang lansgsung aQ cium dan jilati. Sosis didalamnya rupanya sudah sangat membesar. Tak mau menunggu lama,pelan pelan aQ lepas celana dalamnya,lalu muncullah si sosis extra-large itu. aQ takjub. Penis pak Leo ternyata sangat panjang dan besar, 20cm dengan diameter sekitar 4cm.apalagi bulu penisnya juga sangat lebat.
Perlahan,aQ mulai menjilat jilat bulu di area penisnya,kulihat pak leo semakin hanyut dalam kenikmatannya. Kemudian aQ mulai menelusuri pangkal penisnya centi demi centi dengan lidahQ sambil aQ sedot kuat-kuat.ooooaaaaahhhh.... emmm... pak leo mengerang nikmat. Sambil trus menjilat,aQ sampai pada kepala penisnya yang brwarna merah muda,sangat indah dengan setetes precum di ujungnya. Langsung saja aQ jilat dan sedot kepala penisnya,ditambah dengan pijatan dan remasanQ pada testisnya. Pak Leo kelojotan,tak sanggup menahan nikmat tiada tara. aQ jilati lubang kencingnya,aQ coba memasukkan semua penisnya kedalam mulutQ, tidak muat! Karena terlalu panjang.lalu aQ sedot penisnya maju mundur sambil lidahQ aQ mainkan di penisnya. Pak Leo semakin brutal"ayo nak Aryo,sedot yang kuat" sambil memegang kepalaQ seraya memaju-mundurkan kepalaQ dengan ganas. aQ berusaha sebaik mungkin,kusedot,kujilat penis pak leo agar beliau puas. Semakin lama,gerakan tangannya mengarahkan kepalaQ semakin cepat. Penisnya berdenyut denyut di mulutQ. Pak leo akan segera ejakulasi! aQ perkuat sedotan sedotanQ pada penisnya,precum pun mulai mengalir semakin banyak. Lalu tiba tiba pak Leo mengerang...
"aaaaahhhh.... bapak keluar nak...aaaahhh.... ooooh...." penisnya membesar dan sedetik kemudian penisnya menembakkan spermanya.CRROOOOTTT...CROOTTT..CROOOTTT...CROTTT....ooohhh....rasanya sungguh nikmat.aQ menelan semua spermanya sambil terus kusedot. Pak leo menjambak rambutQ sambil membenamkan kepalaQ dalam-dalam.aQ tetap menyedot penis pak leo selama semenit berikutnya. Sayang sekali untuk melepaskan penis senikmat itu keluar dari mulutQ.
Setelah istirahat beberapa saat, kini giliran Pak Leo yang 'mengerjaiQ'. Dia mulai melucuti pakaianQ. Saat itulah aQ mempunyai ide cemerlang,aQ mengatakan "pak boleh saya minta sesuatu?"tanyaQ. "ada apa nak Aryo sayang?"tanyanya penuh mesra. "saya ingin bapak nge-fuck saya"kataku."nak Aryo serius?". "apapun asal bapak puas akan saya lakukan",jawabQ mantap. Akhirnya pak leo setuju. aQ pun kembali menjilati penisnya agar basah dan licin sehingga memudahkan untuk penetrasi. Setelah dirasa cukup, aQ pun naik ke pangkuan pak leo sambil perlahan-lahan memasukkan penisnya ke dalam anusQ. Uuuhhh... penisnya yang besar membuatQ kewalahan,terus terang awalnya memang terasa sakit sekali, tetapi setelah beberapa menit,akhirnya penisnya masuk juga.PLOP! begitu bunyinya. Lantas aQ pun mulai menggenjot penisnya. Oh ternyata rasanya nikmat sekali dan pak Leo juga nampaknya sangat menikmatinya,terbukti dia merem melek sambil terus meracau"ayo Aryo lebih kuat aaaahhhh.... come on.." aQ pun membakar nafsunya dengan menimpalinya "yeah come on fuck me come on fucking harder...aaaahhh.... hooosssshhh…" racauQ. Tak hanya menggoyang pantat naik turun aQ jugamempermainkan putting susunya,aQ pelintir dan hisap terus menerus. Selain itu terkadang aQ juga melakukan goyang ngebor ala inul agar pak leo semakin terangsang, dan juga aQ mainkan otot sfingter anusQ agar menjepit penisnya. Yang terakhir itu membuatnya semakin membara.
'oohh.. nak Aryo teruss,enak banget,anusnya seret banget… ayo terusss hooossshhh…. Hoossshh…"
"aaahhh…enak kan pak ayo terus pak,lebih keras pak…ayo terusss…"
"hoossshh….emmmpphhhh … yeah"
"ohh….oh…oh…aaahhh…'
Setelah sekitar sepuluh menit…
"ayo nak A ryo,terus… bapak mau keluar",mendengar itu,aQ semakin mengencangkan otot -otot sfingter anusQ,benar saja tak lama kemudian…
"haaaahhh….nak Aryo bapak ssssaaammm….peee.. aaaaahhh… ooohhhh"CROOOT…CROOT…CROOT… Kembali pak leo ngecret! Kali ini di dalam perutQ..
Oooohhhh… sungguh nikmat rasanya… ooohhh… pak Leo idamanQ nge-fuck aQ….
aQ masih duduk di pangkuan pak leo sambil mencium bibirnya. Lama kami melakukan itu.
"I Love U pak Leo"
'I love U nak Aryo"
………………………..
5/22/2011
Kenapa Harus Om-Om
(by: rumput_merah17@yahoo.com)
Sebelumx aq minta maaf bila cerita pengalaman aq ini tak berkenan soalnya baru pertama kali nie aq nulis cerpen.Perkenalkan nm aq Madi_17th,masih seorang pelajar kls 3 SMK d Banjarmasin.Tampang aq lumayan cakep N yg terutama manis gt,G sedikit ce2 pd naksir ma aq.Tp sayangnya aq berbeda dgn remaja_remaja lainnya,aq memiliki kcndrungan suka terhadap sejenis.N q benar2 terbuka sejak kls 1 SMK kmren.Untungx aq ngdapetin tmn yg baek yg ngsih tau ini_itu spya aq g trllu terjerumus,N benar spt kata2 dia kebanyakan org2 sakit yg q kenal dgn berbagai karakter namun satu tujuan yaitu sex.
Dari dia aq banyak belajar supaya G gila sex ksna kmri,namun hanya dgn 1pasangan sja yg saling menyaygi.
Akupun tak pernah melakukan hal sejauh anal sex dalam brpacaran,cuman sekedar kissing,peluk ato oral sex.N yg paling aq suka yaitu pelukan kasih sayang,tp G tao knp usia aq dalam brpacaran dgn bf aq G pernah lama,2bulan aja G nyampe.Mungkin dia G betah trs milih slingkuh ma yg laen.
Kejadian tragis yang menimpa diri aq satu tahun yg lalu saat pergantian tahun 2007_2008.
Biasanya aq ngrayain ama temen baek aq,tapi sayangnya kali ini aq g bisa malam taon baru bareng soalnya dia dah da janji ama Bf dia.Pdhal q g punya tmn jalan selain dia,aq G suka nongkrong to kumpul2 ama tmn skul aq N ama anak2 sakit aq juga kurang berkenalan.Mungkin ini akibatnya aq terlalu milih2 temen,nyri temen spt kriteria nyri pacar.Aplagi lu dah punya Bf trllu fokus ma dia trs tmn2 pada aq kacangin,sekarang jomlo ribet sendiri deh.
Malam taon baru tinggal 1hari lagi,aq belum juga dapet tmn jalan.Kemudian ada yg ngjakin aq jalan,dia kenalan aq yg G pernah aq temuin tp seneng bgt ngubungin aq..Sering ngjakin ketemuan to makan tp G pernah aq gublis soalnya dia seorang om2 berusia 28th bernama Om Fredy bekerja d Bank swasta.Katanya dapet no aq dari tmn dia Agus,tp Q g kenal siapa si Agus it.Om Fredy Ngakunya sieh cakep N sok nunjukin klu dia org kaya.Tp bagi aq tetep aja Om2,aq G tertarik.
Malam taon baru bener2 mepet,aq G mungkin cari knlan bgt aja akhirnya aq bersedia jalan bareng besok malam.Kami janjian jam 8malam d depan gang aq,,,
Dag...Dig....Dug....
Jantung aku semakin berdenyut kencang,aq G mungkin lagi membatalkan janji gmnpun juga kondisi Om Fredy N jantung aq seakan bener2 pengen copot ketika Om Fredy menelfon aq mengatakan bahwa ia udah mo nyampe d tempat janjian.Kemudian di seberang jalan berhenti sebuah mobil berwarna merah,Om Fredy kembali menelfon aq.Rupanya benar ia yg berada d seberang jalan menyuruh aq lekas untuk masuk kedalam mobil.
Saat aq masuk kdalam mobil,wah rupanya Om Fredy emang cakep orangnya G spt yg aq bayangkan,malah nampak muda dgn baju kaos ketat memamerkan body dia N celana pensil.Yah setidaknya q bisa ngrayain malam taon baru tanpa canggung.Bahkan d perjalanan menuju t4 org2 berpesta kembang api AQ ama Om Fredy akrap spt dah bertemu sblumx.
Malam taon baru yg meriah N mengasyikkan bersama org yg slma nie aq takuti.
Sekitar jam 1dini hari Om Fredy ngjakin aq kerumah temen dia bernama Agus,penasaran aq mau aja.Saat bertemu Agus yg tadix happy berubah menjadi masam,Rupax Agus it si ipul 25th,gendut N item.Dulu aq sieh berteman aja,tp jd ilfeel sat aq kerumahnya aq d paksa ML ma dia.Untungnya ade dia dateng n bisa kabur.
Sekarang bertemu dia lagi,aq kontan jaim N g mau masuk k rumah dia.Mungkin Om Fredy dah tao penyebab knp aq spt it.Om Fredy ajak aq tuk pulang,kok q jd ilfeel juga ama Om Fredy sehingga dia ikut aq cuekin.
Om Fredy menawarin minuman dalam mobilnya dia,mungkin karena kecapean aq tertidur sat perjalanan pulang.
Saat aq terbangun aq sudah berada dlm kamar yg G lain kamar Om Fredy,G tao kapan nyampe N ketika dia ngangkat aq kdlm kamar.
Om Fredy hanya menggunakan boxer tanpa baju,jujur aq suka ngliat badan OM Fredy tp dia bukan spa2 aq.Aq spt punya firasat yg g nyaman shingga q gelisah untuk tdr lagi.
OM Fredy rupanya mulai beraksi,dia sok memeluk tp tangan dia nakal menggerayangi tubuh aq.Kemudian aq menghelanya N menjauh membelakangi Om Fredy,,
Kali ini Om Fredy menindih badan aq shg tak bisa bergerak lagi,aq memberontak tp tubuh aq kalah dgn om fredy.Dia mulai mencium bibirKu walaupun q G membalas ciuman om Fredy.Saat Om Frdy menjilat2 telinga aq barulah aq mulai merasakan darah mengalir keubun2 mengencangkan syaraf kemaluanKu.
Aqpun menggeliat2 merasakan nikmat jilatan Om Fredy sambil melepas seluruh pakaian aq.Air pecum mulai mengalir d penisku kemudian Om Fredy mengoral penis aq.
Om Fredy sangat nafsu N terbilang kasar,,
Ketika mengoral penis aq Om Fredy mau memasukkan jarinya k dlm Anus aq,sentak aq menghindar.Tp Om Fredy makin bersemangat melakukannya,kurasakan sakit yg tak tertara saat jari Om Fredy mulai masuk.Tak lama akhirnya Om Fredy melepaskannya,rupanya dia kasihan juga ama aq.
Dugaan aq meleset,Om Fredy mau memasukkan penisnya yg lumayan besar .
Aqpun tak bisa berbuat banyak,hanya merengek....
Jangan Bang.......Jangan Bang.......Jangan Bang......Madi takut Bang.........
Q fikir G mungkin penis om Fredy bisa masuk,rupanya kepala penis Om Fredy telah menembus anus aq.Rasanya lebih sakit daripada yg tadi spt terbakar,Om Fedy berhenti N mencium bibir aq kemudian kembali memasukkan penisnya,.Rasa sakit itu mulai hilang ketika Om fredy menggoyang penisnya keluar masuk.
Mungkin sangking nafsunya G lama Om Fredy menjerit AAAaaaa...UuuhGggg..aaaaHhhh.... Petanda ia mo klimakx,Pejuh panas menembak d dalam anus aq.
Sedangkan aq baru merasakan sensasi d anal,kemudian Om fredy yg mencoli penis aq yg akhirnya klimakx juga.
Croootttt....Crooootttt.....
selekasnya om fredy menyapu badan aq yg berhambur pejuh dgn tisu.
D kamar mandi aq membersihkan sisa pejuh Om Fredy yg keluar lagi d anus aq,rupanya anus aq mengalami lecet N pendarahan oleh perlakuan kasar Om Fredy...
Paginya,Om Fredy mengantar aq pulang d depan gg aq.
Q fikir dia bakalan sayang ma aq,ternyta hanya nafsu belaka....
Sedangkan Bf aq G pernah nglakuin Anal sex dgn aq,aq selalu beralasan N menolak ktika mo d Anal.
Ada penyesalan juga,coba saja dulu aq berani nyoba.
kemudian aq G da kntek2an lagi dgn Om Fredy,,,
Begitulah kisah pengalaman aq setahun yg lalu,Aq mengambil hikmah mungkin dgn pengertian dgn pasangan aq bakalan bisa mempertahanin suatu hubungan.
Heee....aq seorang anak kecil yg mencari kasih sayang.
sebelumnya aq minta maaf bila kurang suka dgn cerita N karakter aq.
Banjarmasin,31 Maret 2009
Sebelumx aq minta maaf bila cerita pengalaman aq ini tak berkenan soalnya baru pertama kali nie aq nulis cerpen.Perkenalkan nm aq Madi_17th,masih seorang pelajar kls 3 SMK d Banjarmasin.Tampang aq lumayan cakep N yg terutama manis gt,G sedikit ce2 pd naksir ma aq.Tp sayangnya aq berbeda dgn remaja_remaja lainnya,aq memiliki kcndrungan suka terhadap sejenis.N q benar2 terbuka sejak kls 1 SMK kmren.Untungx aq ngdapetin tmn yg baek yg ngsih tau ini_itu spya aq g trllu terjerumus,N benar spt kata2 dia kebanyakan org2 sakit yg q kenal dgn berbagai karakter namun satu tujuan yaitu sex.
Dari dia aq banyak belajar supaya G gila sex ksna kmri,namun hanya dgn 1pasangan sja yg saling menyaygi.
Akupun tak pernah melakukan hal sejauh anal sex dalam brpacaran,cuman sekedar kissing,peluk ato oral sex.N yg paling aq suka yaitu pelukan kasih sayang,tp G tao knp usia aq dalam brpacaran dgn bf aq G pernah lama,2bulan aja G nyampe.Mungkin dia G betah trs milih slingkuh ma yg laen.
Kejadian tragis yang menimpa diri aq satu tahun yg lalu saat pergantian tahun 2007_2008.
Biasanya aq ngrayain ama temen baek aq,tapi sayangnya kali ini aq g bisa malam taon baru bareng soalnya dia dah da janji ama Bf dia.Pdhal q g punya tmn jalan selain dia,aq G suka nongkrong to kumpul2 ama tmn skul aq N ama anak2 sakit aq juga kurang berkenalan.Mungkin ini akibatnya aq terlalu milih2 temen,nyri temen spt kriteria nyri pacar.Aplagi lu dah punya Bf trllu fokus ma dia trs tmn2 pada aq kacangin,sekarang jomlo ribet sendiri deh.
Malam taon baru tinggal 1hari lagi,aq belum juga dapet tmn jalan.Kemudian ada yg ngjakin aq jalan,dia kenalan aq yg G pernah aq temuin tp seneng bgt ngubungin aq..Sering ngjakin ketemuan to makan tp G pernah aq gublis soalnya dia seorang om2 berusia 28th bernama Om Fredy bekerja d Bank swasta.Katanya dapet no aq dari tmn dia Agus,tp Q g kenal siapa si Agus it.Om Fredy Ngakunya sieh cakep N sok nunjukin klu dia org kaya.Tp bagi aq tetep aja Om2,aq G tertarik.
Malam taon baru bener2 mepet,aq G mungkin cari knlan bgt aja akhirnya aq bersedia jalan bareng besok malam.Kami janjian jam 8malam d depan gang aq,,,
Dag...Dig....Dug....
Jantung aku semakin berdenyut kencang,aq G mungkin lagi membatalkan janji gmnpun juga kondisi Om Fredy N jantung aq seakan bener2 pengen copot ketika Om Fredy menelfon aq mengatakan bahwa ia udah mo nyampe d tempat janjian.Kemudian di seberang jalan berhenti sebuah mobil berwarna merah,Om Fredy kembali menelfon aq.Rupanya benar ia yg berada d seberang jalan menyuruh aq lekas untuk masuk kedalam mobil.
Saat aq masuk kdalam mobil,wah rupanya Om Fredy emang cakep orangnya G spt yg aq bayangkan,malah nampak muda dgn baju kaos ketat memamerkan body dia N celana pensil.Yah setidaknya q bisa ngrayain malam taon baru tanpa canggung.Bahkan d perjalanan menuju t4 org2 berpesta kembang api AQ ama Om Fredy akrap spt dah bertemu sblumx.
Malam taon baru yg meriah N mengasyikkan bersama org yg slma nie aq takuti.
Sekitar jam 1dini hari Om Fredy ngjakin aq kerumah temen dia bernama Agus,penasaran aq mau aja.Saat bertemu Agus yg tadix happy berubah menjadi masam,Rupax Agus it si ipul 25th,gendut N item.Dulu aq sieh berteman aja,tp jd ilfeel sat aq kerumahnya aq d paksa ML ma dia.Untungnya ade dia dateng n bisa kabur.
Sekarang bertemu dia lagi,aq kontan jaim N g mau masuk k rumah dia.Mungkin Om Fredy dah tao penyebab knp aq spt it.Om Fredy ajak aq tuk pulang,kok q jd ilfeel juga ama Om Fredy sehingga dia ikut aq cuekin.
Om Fredy menawarin minuman dalam mobilnya dia,mungkin karena kecapean aq tertidur sat perjalanan pulang.
Saat aq terbangun aq sudah berada dlm kamar yg G lain kamar Om Fredy,G tao kapan nyampe N ketika dia ngangkat aq kdlm kamar.
Om Fredy hanya menggunakan boxer tanpa baju,jujur aq suka ngliat badan OM Fredy tp dia bukan spa2 aq.Aq spt punya firasat yg g nyaman shingga q gelisah untuk tdr lagi.
OM Fredy rupanya mulai beraksi,dia sok memeluk tp tangan dia nakal menggerayangi tubuh aq.Kemudian aq menghelanya N menjauh membelakangi Om Fredy,,
Kali ini Om Fredy menindih badan aq shg tak bisa bergerak lagi,aq memberontak tp tubuh aq kalah dgn om fredy.Dia mulai mencium bibirKu walaupun q G membalas ciuman om Fredy.Saat Om Frdy menjilat2 telinga aq barulah aq mulai merasakan darah mengalir keubun2 mengencangkan syaraf kemaluanKu.
Aqpun menggeliat2 merasakan nikmat jilatan Om Fredy sambil melepas seluruh pakaian aq.Air pecum mulai mengalir d penisku kemudian Om Fredy mengoral penis aq.
Om Fredy sangat nafsu N terbilang kasar,,
Ketika mengoral penis aq Om Fredy mau memasukkan jarinya k dlm Anus aq,sentak aq menghindar.Tp Om Fredy makin bersemangat melakukannya,kurasakan sakit yg tak tertara saat jari Om Fredy mulai masuk.Tak lama akhirnya Om Fredy melepaskannya,rupanya dia kasihan juga ama aq.
Dugaan aq meleset,Om Fredy mau memasukkan penisnya yg lumayan besar .
Aqpun tak bisa berbuat banyak,hanya merengek....
Jangan Bang.......Jangan Bang.......Jangan Bang......Madi takut Bang.........
Q fikir G mungkin penis om Fredy bisa masuk,rupanya kepala penis Om Fredy telah menembus anus aq.Rasanya lebih sakit daripada yg tadi spt terbakar,Om Fedy berhenti N mencium bibir aq kemudian kembali memasukkan penisnya,.Rasa sakit itu mulai hilang ketika Om fredy menggoyang penisnya keluar masuk.
Mungkin sangking nafsunya G lama Om Fredy menjerit AAAaaaa...UuuhGggg..aaaaHhhh.... Petanda ia mo klimakx,Pejuh panas menembak d dalam anus aq.
Sedangkan aq baru merasakan sensasi d anal,kemudian Om fredy yg mencoli penis aq yg akhirnya klimakx juga.
Croootttt....Crooootttt.....
selekasnya om fredy menyapu badan aq yg berhambur pejuh dgn tisu.
D kamar mandi aq membersihkan sisa pejuh Om Fredy yg keluar lagi d anus aq,rupanya anus aq mengalami lecet N pendarahan oleh perlakuan kasar Om Fredy...
Paginya,Om Fredy mengantar aq pulang d depan gg aq.
Q fikir dia bakalan sayang ma aq,ternyta hanya nafsu belaka....
Sedangkan Bf aq G pernah nglakuin Anal sex dgn aq,aq selalu beralasan N menolak ktika mo d Anal.
Ada penyesalan juga,coba saja dulu aq berani nyoba.
kemudian aq G da kntek2an lagi dgn Om Fredy,,,
Begitulah kisah pengalaman aq setahun yg lalu,Aq mengambil hikmah mungkin dgn pengertian dgn pasangan aq bakalan bisa mempertahanin suatu hubungan.
Heee....aq seorang anak kecil yg mencari kasih sayang.
sebelumnya aq minta maaf bila kurang suka dgn cerita N karakter aq.
Banjarmasin,31 Maret 2009
Di Tempat Pemandian Umum
(by: elmokenthos@yahoo.com)
Cerita ini adalah FIKTIF, jadi jika ada di antara Anda yang merasa kurang menyukai dengan ide dari cerita ini, saya mohon maaf. Karakter dari cerita ini adalah fiksi, sedangkan tempat yang ada memang benar adanya, tapi tidak saya tulis secara detil di mana letaknya. Cerita ini adalah pengalaman saya saat berada di suatu tempat pemandian umum, meskipun tidak ada kegiatan seks di tempat tersebut. Jadi ini hanyalah fantasi saya saja seandainya saja hal ini bisa terjadi. Saya hanya bisa berharap bahwa Anda semua bisa menikmati cerita dari saya.
*****
Sebelumnya aku perkenalkan dulu, namaku Rian. Tinggiku 170 cm dengan berat badan 60 kg. Sejak dua hari yang lalu, umurku sudah 17 tahun. Menurutku, wajahku sih sebenarnya biasa saja, tapi banyak yang bilang kalau aku imut, mungkin karena kulitku yang putih bersih dan sifatku yang agak kekanakan hingga membuatku masih tampak seperti anak-anak. Bahkan banyak yang masih menyangka kalau aku masih SMP. Tapi aku cuek saja dengan anggapan itu, bahkan cenderung senang karena bisa 'menipu' orang dengan tampangku. Aku kira cukup itu saja tentang aku. Selanjutnya aku akan bercerita tentang seseorang di tempat pemandian umum.
Aku tinggal di sebuah desa. Kebetulan di desaku air cukup berlimpah, sehingga ada beberapa tempat di desaku yang digunakan sebagai tempat pemandian umum. Tapi aku paling suka dengan tempat pemandian yang di dekat sawah. Bukan karena tempatnya lebih wah, tapi karena kebanyakan yang mandi di sana adalah orang-orang tua yang terkadang habis pulang dari sawah mereka.
O ya, aku adalah seorang gay, setidaknya itu anggapanku. Meskipun sampai saat ini aku belum sekalipun melakukan kegiatan seksual dengan laki-laki. Aku baru menyadari kalau aku gay saat aku dan kawan-kawanku melihat film blue, kira-kira tiga tahun yang lalu. Saat itu aku baru sadar kalau aku tidak tertarik dengan wanita di film tersebut, tapi aku tertarik dengan pria yang bermain di film itu. Kebetulan pria yang ada di film itu sudah cukup matang, maksudnya sudah berusia separuh baya (mungkin sekitar 45-50 tahun). Dan saat itulah aku sadar kalau aku ternyata menyukai laki-laki yang sudah matang.
Memang selama ini aku selalu mempunyai perasaan yang aneh kalau aku melihat laki-laki dengan kriteria tersebut. Mungkin karena aku merindukan sosok seorang ayah yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari ayah kandungku yang pergi entah kemana. Tapi sebelumnya aku tidak pernah memikirkannya secara seksual, soalnya karena lingkunganku yang menyebabkan aku tidak pernah memikirkannya. Dalam lingkunganku adalah hal yang tabu kalau kita memikirkan laki-laki yang lain secara seksual. Namun sekarang, pikiran itu mulai ada dalam otakku. Aku mulai merasa kalau aku tidak hanya memikirkan laki-laki karena figur seorang ayah, tapi juga karena aku mulai menyukai hal-hal tentang seks dari mereka. Dan itulah sebabnya aku mulai suka mandi di tempat pemandian yang dekat sawah.
Suatu hari aku pergi ke tempat pemandian umum tersebut, kira-kira pada jam 10 pagi. Sebenarnya pada jam-jam begini tempat pemandian tersebut sepi pengunjung. Tapi memang aku sengaja, soalnya selain ingin mandi aku juga ingin mencuci pakaian. Jadi sambil aku mencuci pakaian aku bisa menunggu orang-orang yang akan mandi. Memang selain sebagai tempat mandi, tempat tersebut juga merupakan tempat orang-orang mencuci pakaian. Maklum tempat itu merupakan sebuah mata air yang cukup besar yang airnya selalu mengalir, sehingga tempat tersebut selalu bersih meskipun digunakan untuk mencuci pakaian sekalipun.
Kira-kira dari jarak sekitar 5 meter dari tempat pemandian tersebut, aku mulai mendengar suara aneh. Dan semakin aku mendekat, semakin jelas dalam telingaku kalau suara itu adalah suara orang yang sedang mengerang dan mendesah. Ada sedikit perasaan yang menyenangkan yang mulai muncul dalam diriku. Aku yakin sekali kalau ada orang yang sedang mengadakan aktifitas seksual di tempat pemandian tersebut. Tapi aku sendiri tidak begitu yakin apa, apakah hanya orang iseng yang sedang onani, ataukah memang ada orang yang sedang melakukan hubungan seksual dengan istrinya, atau mungkin dengan selingkuhannya.
Rasa penasaran begitu memenuhi otakku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, apakah aku hanya harus terus mendengarkan suara tersebut dan hanya membayangkan apa yang terjadi di dalam tempat pemandian tersebut, ataukah aku harus masuk ke tempat pemandian tersebut. Yang jelas tempat pemandian tersebut mempunyai tembok yang cukup tinggi, sehingga tidak mungkin kalau aku harus mengintip apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Konon ceritanya tempat ini dibangun oleh pemiliknya karena digunakan sebagai tempat pemilik tersebut berselingkuh dengan wanita lain. Tapi namanya juga isu, kebenarannya masih perlu ditanyakan. Apapun alasannya, aku tidak tahu mengapa tembok tempat ini begitu tinggi.
Akhirnya, dengan tekad yang bulat, aku mencoba memberanikan diri untuk masuk saja ke tempat pemandian tersebut. Terserah apa yang akan dikatakan oleh orang tersebut, salah sendiri kalau dia melakukannya di tempat umum seperti ini. Lagian kalau nanti orang tersebut kesal atau marah aku akan membuat alasan bahwa aku tidak begitu tahu kalau dia sedang melakukan hal tersebut.
Dengan jantung yang berdegup begitu keras, aku mulai melangkahkan kakiku memasuki tempat pemandian tersebut. Dan apa yang aku sangka ternyata benar juga. Di depanku duduk Mbah Karyo. Mbah Karyo ini orangnya sudah tua, mungkin sekitar 75 tahun. Tubuhnya juga sudah banyak yang keriput, tapi tetap masih terlihat kalau Mbah Karyo menjaganya dengan baik, tentu saja dengan bekerja di sawah. Wajah Mbah Karyo menurutku sih menarik, mungkin waktu mudanya dulu Mbah Karyo ini banyak disukai oleh gadis-gadis, soalnya di usianya yang sudah senja saja, masih tampak garis-garis ketampanan di wajah Mbah karyo. Kulitnya hitam karena terbakar matahari, tapi di sekitar selangkangannya kulitnya tampak lebih muda warnanya. Mungkin karena terbiasa bekerja di sawah, sehingga tubuh yang tidak tertutupi tampak hitam, sedang yang biasa tertutupi menjadi lebih muda warnanya. Mungkin banyak dari kalian yang tidak akan terangsang melihat Mbah Karyo dalam keadaan seperti itu. Tapi aku lain, karena pada dasarnya aku memang menyukai pria yang sudah matang (tua), maka apa yang terjadi di depanku benar-benar membuat libidoku langsung menuju puncak. Aku menahan napas melihat apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo.
Mbah Karyo tampak begitu menikmati apa yang sedang dilakukannya. Dengan mata terpejam dan tangan yang sudah penuh dengan busa sabun, Mbah Karyo dengan perlahan dan ritme yang teratur sedang mengocok alat kemaluannya. Begitu pelan, dan begitu teratur, beda dengan aku saat aku melakukan onani, biasanya aku selalu melakukannya dengan tergesa-gesa, bahkan seperti orang yang kesetanan. Mungkin karena usia Mbah Karyo yang memang sudah cukup uzur yang membuatnya begitu menikmati onani seperti itu, sedangkan aku yang masih muda begini selalu ingin cepat orgasme untuk kemudian melakukan lagi sekian menit kemudian.
Setiap kali tangannya bergerak naik dia mulai mengerang, dan di saat tangannya bergerak turun dia mendesah. Tangan kirinya juga tidak tinggal diam, dia mulai meraba-raba pahanya bagian dalam, terus diraba sambil terus melakukan onani dengan tangan kanannya. Kemudian setelah puas meraba-raba pahanya, tangan kirinya mulai bergerak ke arah perut. Di sini dia memainkan jari-jarinya di sekitar pusarnya. Erangannya semakin cepat saat dia melakukan kegiatan tersebut. Kemudian tangannya bergerak lagi ke atas, dan mulai meraba-raba putingnya. Digerakkannya jarinya melingkar beberapa kali di sekitar putingnya, dan erangan serta desahannya pun terdengar semakin cepat mengikuti gerakan jari-jarinya.
Tampak Mbah Karyo menikmati sekali dengan apa yang dilakukannya. Setelah itu dia mulai memilin putingnya, mungkin dia pilin dengan keras, karena seiring dengan hal itu Mbah Karyo juga mulai mengerang dengan lebih keras dan lebih cepat. Aku yakin dia benar-benar sudah dalam keadaan yang sangat terangsang, soalnya gerakan tangan kanannya juga dipercepat. Erangan dan desahannya semakin cepat dan semakin keras. Aku pastikan bahwa sebentar lagi Mbah Karyo akan mengalami orgasme. Tapi aku keliru, karena begitu dia mulai merasa bahwa dia akan orgasme, secepatnya dia melepaskan tangan kanannya. Meskipun tangan kirinya masih tetap bermain-main dengan putingnya, tapi tangan kanannya hanya meraba-raba pahanya bagian dalam. Erangannya juga sudah mulai melemah dan melambat, hanya erangan sekedar menikmati sensasi yang dia buat sendiri dengan kedua tangannya.
Setelah meraba-raba pahanya, tangan kanannya mulai memainkan buah pelirnya. Mbah Karyo mulai memijit-mijit buah pelirnya, dan terkadang dia menggenggam kedua buah pelirnya dan menariknya menjauhi selangkangannya sambil mengerang keenakan. Penisnya tampak bergerak-gerak mengikuti setiap kali dia melakukan hal itu. Dan saat itulah aku bisa melihat penis Mbah Karyo secara keseluruhan.
Aku cukup terkejut juga dengan penis yang dimiliki oleh Mbah Karyo. Penisnya tampak lucu sekali. Tidak terlalu besar dan terlalu panjang memang, bahkan kalau bisa aku katakan untuk ukuran laki-laki dewasa, ukurannya tergolong cukup kecil. Kalau saya perkirakan panjangnya mungkin sekitar 10 cm, dengan diameter tidak lebih dari 3 cm. Meskipun begitu ukuran kantungnya cukup besar, kira-kira sebesar bola tenis, dan tampak masih kencang dan mengkerut. Tapi justru itu yang membuat penisnya terlihat lucu dan menarik. Apalagi dengan bentuk yang cukup bagus, aku benar-benar ingin mengulum penis tersebut, yah hitung-hitung sebagai latihan untuk pertama kali melakukannya. Kalau penisnya masih kecil begitu kan aku tidak bakal kesulitan untuk melakukan oral sex.
Nafasku sudah mulai memburu karena terangsang dengan apa yang kulihat, bahkan sepertinya aku sudah kesulitan untuk menelan ludahku karena keinginan untuk mendekati Mbah Karyo. Tapi aku tidak punya keberanian untuk melakukannya, sehingga aku hanya menikmati saja pertunjukan itu dari tempatku berdiri. Sambil melakukan hal tersebut, mata Mbah Karyo masih tetap terpejam.
Setelah beberapa menit hanya melihat pertunjukan tersebut dari jauh, aku mulai tidak sabar dan berencana untuk sedikit lebih mendekat. Akhirnya dengan hati-hati, aku mencoba untuk mendekat ke tempat Mbah Karyo melakukan kegiatannya tersebut. Dan di saat itu, Mbah Karyo membuka matanya dan sedikit kaget melihat keberadaanku. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama setelah dia tahu siapa yang datang. Meskipun begitu, kedua tangannya sudah mulai diam. Tangan kirinya dia turunkan perlahan, sedangkan tangan kanannya dia coba gerakkan untuk menutupi penisnya. Tampak bahwa penisnya masih tetap tegak berdiri meskipun sebelumnya sudah kaget dengan kedatanganku. Mbah Karyo tampak hanya tersenyum melihat aku datang.
"Sudah lama, Yan?" tanya Mbah Karyo.
"Eh.. Baru saja kok Mbah," kataku tergagap dan sedikit bohong.
"Oh," hanya itu saja, setelah itu terdiam lagi beberapa saat.
"Mau nyuci ya?" tanya Mbah Karyo lagi setelah melihat aku mulai mengeluarkan beberapa baju kotorku.
"Iya Mbah, sudah banyak baju kotor nih," jawabku.
"Kok siang-siang gini tho nyucinya, kenapa nggak tadi pagi?" lanjutnya kemudian.
"Iya Mbah, saya kesiangan bangunnya, jadi baru bisa nyuci jam segini," kataku (bohong lagi).
"Mbah sendiri kok mandi jam segini, kan tanggung?" tanyaku.
"Iya nih, habis dari sawah, gerah, jadi langsung mandi saja." jawabnya.
"Tapi biasanya banyak yang mandi sebelum dhuhur kan Mbah?"
"Yah, Mbah lagi ingin jam sekian aja, lebih sepi, jadi bisa sedikit santai," jawabnya sambil tersenyum dan mengedipkan matanya.
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari Mbah Karyo, tahu apa yang dimaksud. Tapi dengan senyum dan kedipan matanya membuatku jadi salah tingkah dibuatnya.
"O ya Mbah, Mbah tahu tidak sih kenapa tembok di tempat ini cukup tinggi, katanya dulu digunakan pemiliknya sebagai tempat untuk berselingkuh ya?" tanyaku.
"Wah, ngaco kamu, itu kan cuma berita yang tidak benar. Mbah sendiri tidak begitu tahu kenapa tembok ini begitu tinggi, waktu Mbah kecil tempat ini sudah seperti ini. Tapi kalau masalah sebagai tempat untuk berselingkuh, itu jelas tidak benar. Bahkan katanya tempat ini terlarang untuk wanita. Jadi tidak boleh ada wanita yang boleh masuk ke tempat ini, meskipun dia masuk dengan suami atau anaknya sekalipun. Ada yang bilang kalau sampai ada wanita yang masuk ke tempat ini, maka mata air di tempat ini akan kering."
"Mosok sih Mbah, tahayul itu." ujarku.
"Tentang kebenarannya Mbah sendiri kurang begitu tahu, tapi kata ayah si Mbah, dulu pernah ada sepasang suami istri yang baru pulang dari sawah dan kemudian mereka berdua mandi di tempat ini. Tidak tahu apa yang merasuki mereka, tapi konon acara mandi itu berlanjut menjadi acara berhubungan suami istri. Setelah mereka selesai melakukannya, tiba-tiba saja air di tempat ini mulai menyusut, mulai mengering. Bahkan konon bukan hanya di tempat ini saja, tapi juga di seluruh desa. Akhirnya setelah satu bulan mata air tetap mengering, mereka melakukan upacara sesajen di tempat ini. Dan katanya waktu itu ada suara gaib yang mengatakan bahwa tidak boleh ada pria dan wanita yang mandi bersama-sama di tempat ini lagi. Makanya kalau kamu cermati, hanya tempat pemandian ini saja yang tempatnya tidak dibagi untuk wanita dan laki-laki. Itu karena legenda tersebut masih dipercaya oleh beberapa orang di desa ini, bahwa tempat ini tidak boleh digunakan oleh wanita."
"Memangnya yang nunggu tempat ini tidak suka sama wanita ya Mbah?" tanyaku tersenyum menggoda.
"Nggak tahu juga sih, tapi mungkin saja."
Setelah itu kami terdiam lagi beberapa saat. Aku mulai mencuci pakaianku, dan Mbah Karyo juga mulai mandi. Ketika Mbah Karyo kembali muncul dari dalam air, dan duduk kembali di pinggir kolam, Mbah Karyo mulai menyabuni seluruh tubuhnya. Dan di saat Mbah Karyo menyabuni selangkangannya, tampak Mbah Karyo memberikan perhatian ekstra di tempat tersebut.
Tampaknya Mbah Karyo lupa, atau mungkin juga tidak peduli dengan keberadaanku di sana. Soalnya tampak olehku kalau penis Mbah Karyo mulai sedikit mengeras. Melihat hal tersebut, aku mulai terangsang kembali dan tenggorokanku menjadi kering karena nafsuku. Aku dengan terburu-buru menelan ludahku yang justru membuat aku tersedak, dan hal tersebut menyadarkan Mbah Karyo dari apa yang dia lakukan. Dia memandangku dan tersenyum kepadaku. Akupun membalas senyumnya dengan agak kikuk.
"Memangnya Mbah Karyo masih suka melakukannya ya?" tanyaku mencoba mencairkan suasana, meskipun dengan suara yang sedikit parau.
"Melakukan apa?" tanya Mbah Karyo menggodaku.
"Ya itu.." kataku tanpa meneruskan kata-kataku. Mbah Karyo tertawa.
"Memangnya hanya anak muda saja yang masih suka melakukannya?" ujarnya.
"Tapi saya cuma tidak tahu saja kalau orang seusia si Mbah masih senang melakukannya. Memangnya Mbah Karyo putri tidak marah?" jawabku sambil tersenyum.
"Ya ini juga karena istri si Mbah sudah tidak terlalu ingin melakukannya, katanya sih sudah terlalu tua untuk hal semacam itu. Jadi terpaksa si Mbah melakukan hal seperti ini." paparnya.
"Memangnya seminggu berapa kali Mbah Karyo ingin begituan?"
"Kalau dulu sih hampir setiap hari si Mbah ingin, tapi setelah istri si Mbah mulai tidak menyukainya si Mbah paling melakukanya 3 kali seminggu."
"Wah sering juga ya untuk orang seusia si Mbah."
"Ah, hal itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu. Setelah itu dalam satu bulan istri si Mbah ngasih dua kali saja sudah untung. Makanya si Mbah melakukan onani lagi."
"Kalau onani juga masih sama Mbah?"
"Ya begitulah, si Mbah bersyukur karena si Mbah masih bisa membuat milik si Mbah tegang. Jadi kenapa disia-siakan."
"Hehehe, benar juga, saya juga agak terkejut karena si Mbah masih bisa membangkitkan milik si Mbah sedemikian keras. Mungkin karena produksi sperma si Mbah cukup bagus. Saya lihat kantung si Mbah besar banget." Mbah Karyo melihatku, dan kembali tersenyum menggodaku.
"Kamu benar juga, mungkin produksi sperma si Mbah cukup banyak, jadi milik si Mbah masih tetap bisa tegang karena produksi spermanya masih cukup berlebih."
Aku terdiam, tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan, tapi aku hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo. Tampak Mbah Karyo sudah tidak segan-segan lagi kepadaku. Saat ini Mbah Karyo dengan cukup terbuka memulai kembali kegiatannya seperti saat aku pertama kali datang ke tempat ini. Dia mulai menggerak-gerakkan tangan kanannya di batang penisnya, sementara saat ini tangan kirinya mulai meraba-raba kantungnya yang besar sambil melihat-lihat kantung tersebut, seolah-olah sedang memikirkan apa yang aku katakan, atau mungkin juga bangga dan kagum dengan apa yang dia miliki.
Perasaan itu muncul lagi dalam diriku, aku terangsang hebat dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo di depanku. Akhirnya aku sudah memutuskan, aku harus memulai petualanganku hari ini. Hari ini adalah awal dari diriku untuk menjadi apa yang sebenarnya aku pendam. Aku ingin mencoba merasakan berhubungan seks dengan laki-laki lain. Setidaknya aku ingin mengulum milik Mbah Karyo. Aku tidak peduli apakah Mbah Karyo akan melakukannya balik kepadaku atau tidak, tapi aku hanya ingin mencoba penis laki-laki lain di dalam mulutku. Tapi aku juga tidak tahu bagaimana aku harus memulainya. Tampaknya aku harus juga mulai sedikit menggoda Mbah Karyo.
"Memangnya enak mana sih kalau melakukannya sendiri dengan melakukannya dengan Mbah Karyo putri?"
Mbah Karyo tampak terdiam sebentar, sepertinya dia tidak terlalu mendengar dengan apa yang aku tanyakan tadi. Pasti konsentrasinya sedang pada batang penis dan kantung yang besar tersebut. Meskipun begitu Mbah Karyo mulai menghentikan kegiatannya dan menoleh kepadaku.
"Kamu ngomong apa, Yan?" tanyanya.
"Saya bilang, enak mana kalau si Mbah ingin gituan, onani atau melakukannya dengan Mbah Karyo putri?" tanyaku kembali.
"Kamu itu gimana tho, ya jelas enak kalau ada yang membantu melakukannya," kembali Mbah Karyo tersenyum kepadaku dan juga mengedipkan mata kirinya menggodaku.
Aku jadi kembali kikuk dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo. Perasaanku mulai tidak karuan. Mbah Karyo yang tampaknya terang-terangan menggodaku sepertinya ingin mengajak aku untuk melakukannya dengan dirinya. Cuma mungkin sih, habis Mbah Karyo tidak mengatakan kalau dia lebih senang melakukannya dengan Mbah Karyo putri, tapi hanya mengatakan kalau Mbah Karyo lebih senang kalau ada yang membantu melakukannya. Mungkin ini merupakan undangan buatku agar mau membantunya.
"O iya Mbah, saya ingin tanya tentang cerita Mbah yang tadi, memangnya yang membuat mata air di tempat ini kering karena wanitanya atau karena hubungan suami istri yang mereka lakukan?"
"Wah, kalau itu si Mbah kurang tahu. Tapi kalau hubungan suami istri bisa disamakan dengan onani, maka seharusnya mata air di tempat ini sudah kering dari dulu," Mbah Karyo menjawab dengan masih tersenyum kepadaku.
Dengan senyum itu, aku menjadi semakin kikuk, tapi sekaligus menumbuhkan rasa keyakinanku bahwa Mbah Karyo memang ingin aku bantu.
"Kalau yang melakukannya sama-sama laki-laki gimana Mbah?" tanyaku sedikit gugup dan agak serak karena menahan gejolak nafsu yang sudah begitu membara di dadaku.
"Kalau yang itu si Mbah nggak tahu, soalnya si Mbah belum pernah tahu ada laki-laki yang melakukannya dengan laki-laki di tempat ini. Memangnya kenapa, kamu mau melakukannya?" Aku jadi semakin gugup dengan jawaban Mbah Karyo.
"Ah nggak juga, saya juga belum pernah melakukannya dengan laki-laki kok."
"Atau mungkin kamu mau mencoba, kalau memang mau si Mbah juga nggak keberatan, mumpung ada yang membantu, bagi si Mbah sih tidak peduli siapa yang melakukannya, pokoknya asal si Mbah bisa enak. Lagian mungkin bisa kita buktikan apakah karena wanita yang memang tidak diperbolehkan masuk ke tempat ini, ataukah karena hubungan yang mereka lakukan."
Hah, mataku sedikit melotot dengan jawaban Mbah Karyo tersebut. Tidak aku sangka kalau Mbah Karyo akan mengatakan hal itu. Aku pikir Mbah Karyo ini orang yang tidak suka dengan hal-hal seperti itu. Tapi mungkin juga karena Mbah Karyo benar-benar sudah terangsang, sehingga akal sehatnya hilang entah ke mana. Aku masih terdiam karena kaget, dan mungkin mulutku juga melongo dengan jawaban Mbah Karyo, sampai akhirnya aku mendengar Mbah Karyo berkata..
"Bagaimana Yan, kamu mau melakukannya atau tidak? Kalau memang ingin sebaiknya kamu cepat lakukan sebelum ada orang yang pulang dari sawah dan mandi di tempat ini."
Dengan ucapan Mbah Karyo itu, aku seolah-olah terhipnotis dan segera mendekati Mbah Karyo. Perfect, inilah yang aku butuhkan untuk pertama kali melakukan hal ini. Seorang pria yang sedang terangsang hebat, berpengalaman, mampu menguasai nafsunya dan yang penting batang penisnya tidak terlalu besar.
Begitu sampai di depan Mbah Karyo aku langsung menceburkan diriku ke kolam renang, karena Mbah Karyo dari tadi memang duduk di tepi kolam dengan kakinya masih tetap berada di kolam. Sehingga dengan begitu aku sekarang berada di depan Mbah Karyo, berada di dalam air dan mukaku berada tepat di depan selangkangan Mbah Karyo. Jantungku berdetak cukup kencang dengan keadaan seperti ini. Di satu sisi aku memang benar-benar menginginkannya, tapi di sisi lain aku tidak mau melakukan hal ini karena takut kalau Mbah Karyo akan menganggapku laki-laki yang aneh.
Mungkin nanti Mbah Karyo akan bilang ke orang lain kalau aku laki-laki yang suka dengan laki-laki. Tapi mungkin juga Mbah Karyo tidak akan mengatakan hal ini karena kalau Mbah Karyo mengatakan hal ini kepada orang lain berarti Mbah Karyo juga harus bilang kalau aku melakukan hal tersebut dengan Mbah Karyo. Selain itu juga karena kutukan tempat ini tentang sebab keringnya mata air. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus kami katakan seandainya hal itu benar bahwa tempat ini tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan badan. Bisa tambah geger desa ini.
Tapi karena pada dasarnya nafsu sudah sampai di ubun-ubun, hal-hal seperti itu tidak lagi aku pikirkan. Saat ini aku hanya melihat barang yang ada di depanku. Penis yang bagus dengan kantungnya yang cukup besar yang ada di depanku benar-benar telah membuatku tidak bisa memakai akalku lagi.
Aku segera memegang penis Mbah Karyo dan meremas-remasnya. Mbah Karyo hanya diam dan tersenyum. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Mbah Karyo saat ini. Tapi aku tidak peduli dengan apa yang dipikirkannya. Aku hanya peduli bahwa apa yang aku lakukan dapat membuat Mbah Karyo keenakan. Dan aku segera melakukan langkah selanjutnya. Meskipun sebenarnya masih sedikit jijik, aku segera mendekatkan mulutku ke kantung Mbah Karyo. Semakin dekat aku ke tempat tersebut, semakin kuat aroma yang tercium oleh hidungku. Tampak bau yang segar karena habis mandi, tapi juga bercampur dengan bau seks yang cukup kuat yang keluar dari bagian selangkangan Mbah Karyo. Kepalaku mulai sedikit berdenyut dengan bau yang aku terima tersebut. Dan libidoku semakin memuncak dengan aroma yang aku dapatkan dari selangkangan Mbah Karyo.
Segera aku membuka mulutku dan mulai menjilati kantung yang berada di depanku. Rasanya ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Aku berpikir bahwa akan terdapat banyak kotoran di tempat tersebut sehingga akan terasa sedikit asin dan kotor. Tapi aku hanya merasakan kesegaran dan memang sedikit asin. Tapi aku mulai menyukai rasa itu.
Setelah puas menjilati kantung itu, aku mulai mencoba menggigit bola yang cukup besar, dan mencoba mengulum bola tersebut ke dalam mulutku. Pertama kali aku merasa kesulitan untuk bisa benar-benar mengulum bola tersebut, tapi setelah aku mencoba sekali lagi, aku bisa memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai menyedot dan terkadang mengunyah bola tersebut.
Tampak nafas Mbah Karyo mulai sedikit memburu, dan dia juga mulai mendesah dan mengerang. Mungkin Mbah Karyo suka dengan apa yang aku lakukan, mungkin ini adalah bagian dari Mbah Karyo yang membuat dia bisa menjadi lebih terangsang. Dan itu terbukti karena selain mendesah dan mengerang, tampak dari panisnya keluar precum yang cukup banyak. Aku baru menyadari kalau ternyata precum yang diproduksi oleh kantung Mbah Karyo juga cukup banyak juga. Kalau orang yang melihat, mungkin akan mengira kalau Mbah Karyo sedang kencing, tapi karena aku tahu apa yang kami lakukan, maka aku juga tahu cairan apa sebenarnya yang keluar dari penis Mbah Karyo tersebut.
Aku terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit, dengan melakukan pergantian antara bola yang kiri dan kanan. Setelah aku cukup puas dengan apa yang kulakukan, aku mulai menjilati batang di atasku. Tanganku yang dari tadi hanya terdiam di lutut Mbah Karyo mulai bergerak mengelus-elus paha Mbah Karyo. Mbah Karyo mulai mendorongku melakukan apa yang sedang aku lakukan dengan mendesah dan mengerang lebih keras dan cepat.
Sambil terus menjilati penis Mbah Karyo, tanganku mulai bergerak lebih jauh. Sementara tangan kiriku bergerak ke arah penis Mbah Karyo, tangan kananku bergerak menuju perut Mbah Karyo. Aku mulai melakukan apa yang tadi dilakukan oleh Mbah Karyo, jari telunjuk tangan kananku melakukan gerakan melingkar di pusar Mbah Karyo dengan gerakan yang lembut, sementara jari-jari yang lain mencoba mengelus-elus bagian perut Mbah Karyo. Sedangkan tangan kiriku mulai mengelus-elus kantung Mbah Karyo kemudian ke atas ke arah penisnya.
Lidahku mulai menjilati bagian kepala dari penis Mbah Karyo. Tampak precum yang keluar dari penis Mbah Karyo semakin banyak. Lidahku dengan rakus menjilati setiap tetes precum yang keluar dari lubang kencing Mbah Karyo tersebut. Tak sedikitpun aku merasa risih dengan apa yang aku lakukan. Sebaliknya aku sangat menyukai dengan apa yang aku lakukan dan apa yang aku rasakan. Jelas sudah bahwa aku memang gay.
Tangan Mbah Karyo juga kini mulai agresif. Kedua tangannya kini berada di kepalaku setelah sebelumnya tangannya berada di belakang sambil menyangga tubuhnya yang sedikit miring ke belakang. Dengan duduk lebih tegak, Mbah Karyo kini mulai memegangi kepalaku, memberikan belaian pada rambutku sambil mulutnya terus mendesah dan mengerang kenikmatan. Sensasi yang ditimbulkan dari apa yang dilakukan Mbah Karyo dengan tangannya benar-benar membuatku menjadi semakin nyaman. Ada banyak rasa bercampur dalam diriku saat ini. Di satu sisi aku merasa sangat bergairah karena nafsu, di sisi lain aku merasa disayang seperti anak yang disayangi oleh ayahnya.
Tangan kananku mulai bergerak lebih ke atas saat ini. Dan tangan itu sampai juga ke tempat yang memang aku tuju. Setelah meraba-raba dadanya yang sudah sedikit keriput, aku mulai memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Aku pilin dan aku tarik puting susu Mbah Karyo dengan lembut beberapa kali, dan setelah itu aku memilinnya dengan sedikit keras. Mbah Karyo menyetujui apa yang aku lakukan dengan mengerang lebih keras dan tangannya menjambak rambutku dengan cukup keras. Selain itu aku juga dihadiahi dengan semakin membanjirnya precum yang diproduksi oleh kantung Mbah Karyo.
Aku semakin bernafsu untuk terus memuaskan Mbah Karyo. Dan aku mulai membuka mulutku lebih lebar, dan aku mulai mengulum penis Mbah Karyo. Tanpa kesulitan yang berarti, aku bisa langsung memasukkan seluruh batang penis Mbah Karyo ke dalam mulutku. Bahkan aku tidak merasa tersedak sama sekali. Semuanya begitu sempurna, untuk pertama kali dalam hidupku aku mengulum penis laki-laki dan aku tidak mengalami kesulitan.
Aku biarkan penis Mbah Karyo berada dalam mulutku sambil aku menikmati sensansi yang diberikan oleh penis Mbah Karyo di dalam mulutku. Selain denyut otot yang terasa sangat jelas di lidahku, precum yang terus menerus mengalir, kekerasan penis Mbah Karyo yang luar biasa tapi juga kelembutan dan kehangatan penis tersebut di mulutku. Hal itu benar-benar membuatku tidak ingin melepas penis Mbah Karyo untuk selamanya. Ingin rasanya aku terus berada dalam keadaan seperti ini selama hidupku.
Mbah Karyo kembali mengerang ketika tangan kiriku mulai meninggalkan selangkangannya dan mulai memilin puting susu yang satunya lagi dengan keras, lebih keras dari apa yang telah tangan kananku lakukan. Dan seiring dengan erangan tersebut, precum yang dihasilkan oleh Mbah Karyo juga semakin berlimpah. Kemudian sambil menjambak rambutku, Mbah Karyo mulai memaju mundurkan kepalaku. Aku mencoba untuk tetap terus memberikan kepuasan kepada Mbah Karyo.
Sementara Mbah Karyo terus memaju mundurkan kepalaku, penis Mbah Karyo di dalam mulutku mulai aku permainkan dengan lidahku. Lidahku terus bergerak, memijit setiap senti dari batang Mbah Karyo yang maju mundur di dalam mulutku. Terkadang lidahku aku gerakkan melingkari kepala penisnya dan menjilat lubang kencingnya sambil kusedot batang penisnya dengan kencang.
Mbah Karyo semakin mengerang dan mendesah dengan keras dan cepat. Sementara itu tangan kananku mulai bergerak meninggalkan dadanya untuk sedikit mundur kebelakang. Aku ingin merasakan setiap bagian dari tubuh Mbah Karyo di saat aku memiliki kesempatan untuk itu. Aku raba punggungnya dan terus ke bawah ke bagian pinggannya. Sebenarnya aku ingin sekali meremas-remas pantatnya, tapi sayang, dalam keadaan Mbah Karyo duduk begini aku tidak bisa melakukan hal tersebut. Akhirnya tangan kananku kembali lagi ke dada Mbah Karyo, sedangkan tangan kiriku juga kembali ke bagian bawah.
Sambil terus menyedot penis Mbah Karyo, tangan kiriku mulai meraba-raba paha Mbah Karyo. Sementara tangan Mbah Karyo digerakkan semakin cepat dan tidak itu saja, kali ini pinggul Mbah Karyo juga turut serta menikmati kenikmatan yang aku berikan kepada Mbah Karyo. Dengan irama yang cepat tapi teratur, Mbah Karyo menggerak-gerakkan kepalaku maju dan mundur sambil pinggulnya menyamai gerakan yang dilakukan oleh kepalaku. Jika Mbah Karyo mendorongku semakin masuk, maka pinggulnya akan bergerak maju, dan jika Mbah Karyo menarik kepalaku menjauh, maka pinggulnya juga akan bergerak menjauh. Kami terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit. Sementara tangan kananku masih tetap memilin puting Mbah Karyo, tangan kiriku sekarang berada di kantung Mbah Karyo yang besar.
Mbah Karyo masih terus melakukan gerakan-gerakan teratur antara ayunan tangannya di kepalaku dan pinggulnya. Dan saat itu tangan kiriku mulai memijit buah pelir Mbah Karyo dengan lembut. Sambil terus memijit, aku juga terkadang menggenggam dan menarik kantung tersebut dengan lembut. Kami terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit ke depan. Aku sendiri sudah tidak tahu berapa lama kami melakukan kegiatan ini. Tapi aku menyadari bahwa hari semakin siang, dan aku tahu bahwa sebentar lagi tempat ini bakal ramai oleh orang-orang yang pulang dari sawah, maka aku memutuskan bahwa untuk saat ini aku pikir sudah waktunya menyudahi permainan ini.
Maka dengan tangan kananku memilin puting susu Mbah Karyo dengan keras, tangan kiriku juga memijit kedua buah pelir Mbah Karyo dengan keras sambil aku menarik kantung tersebut. Mbah Karyo mengerang dan mendesah sangat keras karena apa yang aku lakukan. Sementara itu mulutku mulai lebih agresif memperlakukan penis Mbah Karyo. Aku menyedot, menjilati dan terkadang menggigit penis Mbah Karyo yang sudah cukup lama berada di dalam mulutku.
Gila, untuk orang yang sudah cukup umur, Mbah Karyo cukup kuat juga menahan miliknya agar tetap tegak berdiri. Sampai detik ini penis Mbah Karyo tidak mengalami penurunan kualitas kekerasannya. Bahkan menurutku semakin lama Mbah Karyo melakukannya aku merasa bahwa penis Mbah Karyo justru semakin mengeras.
Dan setelah beberapa saat aku melakukan hal di atas, terasa olehku bahwa penis Mbah Karyo semakin mengeras, kepala penisnya sendiri semakin mengembang. Erangan dan desahan Mbah Karyo makin keras. Pegangan tangan Mbah Karyo di kepalaku semakin menguat, sehingga aku merasa sedikit kesakitan karena rambutku dijambaknya, meskipun aku sudah tidak mempedulikannya lagi. Gerakan pinggul Mbah Karyo juga semakin kencang. Aku rasakan kalau kantungnya mulai mengerut.
Dan dengan sentakan terakhir, Mbah Karyo mulai mengerang dengan sangat keras gerakan pinggulnya semakin kencang dan tiba-tiba aku merasakan cairan yang lebih kental dan lebih panas yang keluar dari penis Mbah Karyo. Banyak sekali sperma yang dikeluarkan oleh Mbah Karyo, sampai-sampai aku tidak sanggup menampung semuanya ke dalam mulutku. Beberapa bagian dari sperma tersebut langsung aku telan, sementara beberapa yang lainnya menetes dari mulutku.
Akhirnya selesai sudah petualangan pertamaku dengan seorang laki-laki, meskipun aku sendiri sebenarnya belum keluar. Penisku yang sejak tadi sudah tegang terasa sangat sakit terperangkap dalam celanaku. Sementara itu Mbah Karyo tampak tersenyum puas dengan apa yang telah aku lakukan.
"Terima kasih," kata Mbah Karyo sambil tersenyum.
Hanya itulah kata-kata yang diucapkan oleh Mbah Karyo. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah cukup senang karena telah memberikan kepuasan kepada Mbah Karyo, dan aku sendiri juga puas dengan apa yang telah aku lakukan. Sebenarnya aku menunggu kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh Mbah Karyo, tapi terlihat Mbah Karyo tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Mbah Karyo hanya tersenyum sambil memandangiku dan mengusap-usap rambutku. Aku sendiri tidak tahu apa yang dipikirkannya, sementara dalam pikiranku ingin sekali aku mencium bibir Mbah Karyo yang sedang tersenyum itu. Ingin rasanya aku meminta Mbah Karyo untuk membantuku agar aku juga bisa keluar. Tapi semua tidak aku lakukan, aku hanya terdiam di tempatku, sebelum akhirnya aku sadar bahwa di sekitarku mulai terdengar beberapa orang yang sedang menuju kemari. Aku akhirnya kembali ke cucianku yang kutinggalkan untuk melayani Mbah Karyo, dan Mbah Karyo juga mulai menyelesaikan mandinya. Dan petualangan ini pun akhirnya benar-benar berakhir.
*****
Demikian ceritaku, saya harap kalian menyukainya. Jika ada komentar, saya dengan senang hati akan melayaninya, meskipun mungkin tidak dengan cepat karena saya tidak terlalu sering main internet. Sekali lagi ini hanyalah daya khayal saya, jadi apapun yang terjadi di cerita ini belum tentu terjadi di kehidupan nyata. Jadi buat kalian yang suka mandi di tempat umum, belum tentu orang yang mandi bersama Anda juga menginginkan seperti apa yang terdapat di cerita ini. Meskipun begitu, buat kalian yang suka berpetualang, happy hunting. Salam dari saya, Elmo.
Cerita ini adalah FIKTIF, jadi jika ada di antara Anda yang merasa kurang menyukai dengan ide dari cerita ini, saya mohon maaf. Karakter dari cerita ini adalah fiksi, sedangkan tempat yang ada memang benar adanya, tapi tidak saya tulis secara detil di mana letaknya. Cerita ini adalah pengalaman saya saat berada di suatu tempat pemandian umum, meskipun tidak ada kegiatan seks di tempat tersebut. Jadi ini hanyalah fantasi saya saja seandainya saja hal ini bisa terjadi. Saya hanya bisa berharap bahwa Anda semua bisa menikmati cerita dari saya.
*****
Sebelumnya aku perkenalkan dulu, namaku Rian. Tinggiku 170 cm dengan berat badan 60 kg. Sejak dua hari yang lalu, umurku sudah 17 tahun. Menurutku, wajahku sih sebenarnya biasa saja, tapi banyak yang bilang kalau aku imut, mungkin karena kulitku yang putih bersih dan sifatku yang agak kekanakan hingga membuatku masih tampak seperti anak-anak. Bahkan banyak yang masih menyangka kalau aku masih SMP. Tapi aku cuek saja dengan anggapan itu, bahkan cenderung senang karena bisa 'menipu' orang dengan tampangku. Aku kira cukup itu saja tentang aku. Selanjutnya aku akan bercerita tentang seseorang di tempat pemandian umum.
Aku tinggal di sebuah desa. Kebetulan di desaku air cukup berlimpah, sehingga ada beberapa tempat di desaku yang digunakan sebagai tempat pemandian umum. Tapi aku paling suka dengan tempat pemandian yang di dekat sawah. Bukan karena tempatnya lebih wah, tapi karena kebanyakan yang mandi di sana adalah orang-orang tua yang terkadang habis pulang dari sawah mereka.
O ya, aku adalah seorang gay, setidaknya itu anggapanku. Meskipun sampai saat ini aku belum sekalipun melakukan kegiatan seksual dengan laki-laki. Aku baru menyadari kalau aku gay saat aku dan kawan-kawanku melihat film blue, kira-kira tiga tahun yang lalu. Saat itu aku baru sadar kalau aku tidak tertarik dengan wanita di film tersebut, tapi aku tertarik dengan pria yang bermain di film itu. Kebetulan pria yang ada di film itu sudah cukup matang, maksudnya sudah berusia separuh baya (mungkin sekitar 45-50 tahun). Dan saat itulah aku sadar kalau aku ternyata menyukai laki-laki yang sudah matang.
Memang selama ini aku selalu mempunyai perasaan yang aneh kalau aku melihat laki-laki dengan kriteria tersebut. Mungkin karena aku merindukan sosok seorang ayah yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari ayah kandungku yang pergi entah kemana. Tapi sebelumnya aku tidak pernah memikirkannya secara seksual, soalnya karena lingkunganku yang menyebabkan aku tidak pernah memikirkannya. Dalam lingkunganku adalah hal yang tabu kalau kita memikirkan laki-laki yang lain secara seksual. Namun sekarang, pikiran itu mulai ada dalam otakku. Aku mulai merasa kalau aku tidak hanya memikirkan laki-laki karena figur seorang ayah, tapi juga karena aku mulai menyukai hal-hal tentang seks dari mereka. Dan itulah sebabnya aku mulai suka mandi di tempat pemandian yang dekat sawah.
Suatu hari aku pergi ke tempat pemandian umum tersebut, kira-kira pada jam 10 pagi. Sebenarnya pada jam-jam begini tempat pemandian tersebut sepi pengunjung. Tapi memang aku sengaja, soalnya selain ingin mandi aku juga ingin mencuci pakaian. Jadi sambil aku mencuci pakaian aku bisa menunggu orang-orang yang akan mandi. Memang selain sebagai tempat mandi, tempat tersebut juga merupakan tempat orang-orang mencuci pakaian. Maklum tempat itu merupakan sebuah mata air yang cukup besar yang airnya selalu mengalir, sehingga tempat tersebut selalu bersih meskipun digunakan untuk mencuci pakaian sekalipun.
Kira-kira dari jarak sekitar 5 meter dari tempat pemandian tersebut, aku mulai mendengar suara aneh. Dan semakin aku mendekat, semakin jelas dalam telingaku kalau suara itu adalah suara orang yang sedang mengerang dan mendesah. Ada sedikit perasaan yang menyenangkan yang mulai muncul dalam diriku. Aku yakin sekali kalau ada orang yang sedang mengadakan aktifitas seksual di tempat pemandian tersebut. Tapi aku sendiri tidak begitu yakin apa, apakah hanya orang iseng yang sedang onani, ataukah memang ada orang yang sedang melakukan hubungan seksual dengan istrinya, atau mungkin dengan selingkuhannya.
Rasa penasaran begitu memenuhi otakku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, apakah aku hanya harus terus mendengarkan suara tersebut dan hanya membayangkan apa yang terjadi di dalam tempat pemandian tersebut, ataukah aku harus masuk ke tempat pemandian tersebut. Yang jelas tempat pemandian tersebut mempunyai tembok yang cukup tinggi, sehingga tidak mungkin kalau aku harus mengintip apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Konon ceritanya tempat ini dibangun oleh pemiliknya karena digunakan sebagai tempat pemilik tersebut berselingkuh dengan wanita lain. Tapi namanya juga isu, kebenarannya masih perlu ditanyakan. Apapun alasannya, aku tidak tahu mengapa tembok tempat ini begitu tinggi.
Akhirnya, dengan tekad yang bulat, aku mencoba memberanikan diri untuk masuk saja ke tempat pemandian tersebut. Terserah apa yang akan dikatakan oleh orang tersebut, salah sendiri kalau dia melakukannya di tempat umum seperti ini. Lagian kalau nanti orang tersebut kesal atau marah aku akan membuat alasan bahwa aku tidak begitu tahu kalau dia sedang melakukan hal tersebut.
Dengan jantung yang berdegup begitu keras, aku mulai melangkahkan kakiku memasuki tempat pemandian tersebut. Dan apa yang aku sangka ternyata benar juga. Di depanku duduk Mbah Karyo. Mbah Karyo ini orangnya sudah tua, mungkin sekitar 75 tahun. Tubuhnya juga sudah banyak yang keriput, tapi tetap masih terlihat kalau Mbah Karyo menjaganya dengan baik, tentu saja dengan bekerja di sawah. Wajah Mbah Karyo menurutku sih menarik, mungkin waktu mudanya dulu Mbah Karyo ini banyak disukai oleh gadis-gadis, soalnya di usianya yang sudah senja saja, masih tampak garis-garis ketampanan di wajah Mbah karyo. Kulitnya hitam karena terbakar matahari, tapi di sekitar selangkangannya kulitnya tampak lebih muda warnanya. Mungkin karena terbiasa bekerja di sawah, sehingga tubuh yang tidak tertutupi tampak hitam, sedang yang biasa tertutupi menjadi lebih muda warnanya. Mungkin banyak dari kalian yang tidak akan terangsang melihat Mbah Karyo dalam keadaan seperti itu. Tapi aku lain, karena pada dasarnya aku memang menyukai pria yang sudah matang (tua), maka apa yang terjadi di depanku benar-benar membuat libidoku langsung menuju puncak. Aku menahan napas melihat apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo.
Mbah Karyo tampak begitu menikmati apa yang sedang dilakukannya. Dengan mata terpejam dan tangan yang sudah penuh dengan busa sabun, Mbah Karyo dengan perlahan dan ritme yang teratur sedang mengocok alat kemaluannya. Begitu pelan, dan begitu teratur, beda dengan aku saat aku melakukan onani, biasanya aku selalu melakukannya dengan tergesa-gesa, bahkan seperti orang yang kesetanan. Mungkin karena usia Mbah Karyo yang memang sudah cukup uzur yang membuatnya begitu menikmati onani seperti itu, sedangkan aku yang masih muda begini selalu ingin cepat orgasme untuk kemudian melakukan lagi sekian menit kemudian.
Setiap kali tangannya bergerak naik dia mulai mengerang, dan di saat tangannya bergerak turun dia mendesah. Tangan kirinya juga tidak tinggal diam, dia mulai meraba-raba pahanya bagian dalam, terus diraba sambil terus melakukan onani dengan tangan kanannya. Kemudian setelah puas meraba-raba pahanya, tangan kirinya mulai bergerak ke arah perut. Di sini dia memainkan jari-jarinya di sekitar pusarnya. Erangannya semakin cepat saat dia melakukan kegiatan tersebut. Kemudian tangannya bergerak lagi ke atas, dan mulai meraba-raba putingnya. Digerakkannya jarinya melingkar beberapa kali di sekitar putingnya, dan erangan serta desahannya pun terdengar semakin cepat mengikuti gerakan jari-jarinya.
Tampak Mbah Karyo menikmati sekali dengan apa yang dilakukannya. Setelah itu dia mulai memilin putingnya, mungkin dia pilin dengan keras, karena seiring dengan hal itu Mbah Karyo juga mulai mengerang dengan lebih keras dan lebih cepat. Aku yakin dia benar-benar sudah dalam keadaan yang sangat terangsang, soalnya gerakan tangan kanannya juga dipercepat. Erangan dan desahannya semakin cepat dan semakin keras. Aku pastikan bahwa sebentar lagi Mbah Karyo akan mengalami orgasme. Tapi aku keliru, karena begitu dia mulai merasa bahwa dia akan orgasme, secepatnya dia melepaskan tangan kanannya. Meskipun tangan kirinya masih tetap bermain-main dengan putingnya, tapi tangan kanannya hanya meraba-raba pahanya bagian dalam. Erangannya juga sudah mulai melemah dan melambat, hanya erangan sekedar menikmati sensasi yang dia buat sendiri dengan kedua tangannya.
Setelah meraba-raba pahanya, tangan kanannya mulai memainkan buah pelirnya. Mbah Karyo mulai memijit-mijit buah pelirnya, dan terkadang dia menggenggam kedua buah pelirnya dan menariknya menjauhi selangkangannya sambil mengerang keenakan. Penisnya tampak bergerak-gerak mengikuti setiap kali dia melakukan hal itu. Dan saat itulah aku bisa melihat penis Mbah Karyo secara keseluruhan.
Aku cukup terkejut juga dengan penis yang dimiliki oleh Mbah Karyo. Penisnya tampak lucu sekali. Tidak terlalu besar dan terlalu panjang memang, bahkan kalau bisa aku katakan untuk ukuran laki-laki dewasa, ukurannya tergolong cukup kecil. Kalau saya perkirakan panjangnya mungkin sekitar 10 cm, dengan diameter tidak lebih dari 3 cm. Meskipun begitu ukuran kantungnya cukup besar, kira-kira sebesar bola tenis, dan tampak masih kencang dan mengkerut. Tapi justru itu yang membuat penisnya terlihat lucu dan menarik. Apalagi dengan bentuk yang cukup bagus, aku benar-benar ingin mengulum penis tersebut, yah hitung-hitung sebagai latihan untuk pertama kali melakukannya. Kalau penisnya masih kecil begitu kan aku tidak bakal kesulitan untuk melakukan oral sex.
Nafasku sudah mulai memburu karena terangsang dengan apa yang kulihat, bahkan sepertinya aku sudah kesulitan untuk menelan ludahku karena keinginan untuk mendekati Mbah Karyo. Tapi aku tidak punya keberanian untuk melakukannya, sehingga aku hanya menikmati saja pertunjukan itu dari tempatku berdiri. Sambil melakukan hal tersebut, mata Mbah Karyo masih tetap terpejam.
Setelah beberapa menit hanya melihat pertunjukan tersebut dari jauh, aku mulai tidak sabar dan berencana untuk sedikit lebih mendekat. Akhirnya dengan hati-hati, aku mencoba untuk mendekat ke tempat Mbah Karyo melakukan kegiatannya tersebut. Dan di saat itu, Mbah Karyo membuka matanya dan sedikit kaget melihat keberadaanku. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama setelah dia tahu siapa yang datang. Meskipun begitu, kedua tangannya sudah mulai diam. Tangan kirinya dia turunkan perlahan, sedangkan tangan kanannya dia coba gerakkan untuk menutupi penisnya. Tampak bahwa penisnya masih tetap tegak berdiri meskipun sebelumnya sudah kaget dengan kedatanganku. Mbah Karyo tampak hanya tersenyum melihat aku datang.
"Sudah lama, Yan?" tanya Mbah Karyo.
"Eh.. Baru saja kok Mbah," kataku tergagap dan sedikit bohong.
"Oh," hanya itu saja, setelah itu terdiam lagi beberapa saat.
"Mau nyuci ya?" tanya Mbah Karyo lagi setelah melihat aku mulai mengeluarkan beberapa baju kotorku.
"Iya Mbah, sudah banyak baju kotor nih," jawabku.
"Kok siang-siang gini tho nyucinya, kenapa nggak tadi pagi?" lanjutnya kemudian.
"Iya Mbah, saya kesiangan bangunnya, jadi baru bisa nyuci jam segini," kataku (bohong lagi).
"Mbah sendiri kok mandi jam segini, kan tanggung?" tanyaku.
"Iya nih, habis dari sawah, gerah, jadi langsung mandi saja." jawabnya.
"Tapi biasanya banyak yang mandi sebelum dhuhur kan Mbah?"
"Yah, Mbah lagi ingin jam sekian aja, lebih sepi, jadi bisa sedikit santai," jawabnya sambil tersenyum dan mengedipkan matanya.
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari Mbah Karyo, tahu apa yang dimaksud. Tapi dengan senyum dan kedipan matanya membuatku jadi salah tingkah dibuatnya.
"O ya Mbah, Mbah tahu tidak sih kenapa tembok di tempat ini cukup tinggi, katanya dulu digunakan pemiliknya sebagai tempat untuk berselingkuh ya?" tanyaku.
"Wah, ngaco kamu, itu kan cuma berita yang tidak benar. Mbah sendiri tidak begitu tahu kenapa tembok ini begitu tinggi, waktu Mbah kecil tempat ini sudah seperti ini. Tapi kalau masalah sebagai tempat untuk berselingkuh, itu jelas tidak benar. Bahkan katanya tempat ini terlarang untuk wanita. Jadi tidak boleh ada wanita yang boleh masuk ke tempat ini, meskipun dia masuk dengan suami atau anaknya sekalipun. Ada yang bilang kalau sampai ada wanita yang masuk ke tempat ini, maka mata air di tempat ini akan kering."
"Mosok sih Mbah, tahayul itu." ujarku.
"Tentang kebenarannya Mbah sendiri kurang begitu tahu, tapi kata ayah si Mbah, dulu pernah ada sepasang suami istri yang baru pulang dari sawah dan kemudian mereka berdua mandi di tempat ini. Tidak tahu apa yang merasuki mereka, tapi konon acara mandi itu berlanjut menjadi acara berhubungan suami istri. Setelah mereka selesai melakukannya, tiba-tiba saja air di tempat ini mulai menyusut, mulai mengering. Bahkan konon bukan hanya di tempat ini saja, tapi juga di seluruh desa. Akhirnya setelah satu bulan mata air tetap mengering, mereka melakukan upacara sesajen di tempat ini. Dan katanya waktu itu ada suara gaib yang mengatakan bahwa tidak boleh ada pria dan wanita yang mandi bersama-sama di tempat ini lagi. Makanya kalau kamu cermati, hanya tempat pemandian ini saja yang tempatnya tidak dibagi untuk wanita dan laki-laki. Itu karena legenda tersebut masih dipercaya oleh beberapa orang di desa ini, bahwa tempat ini tidak boleh digunakan oleh wanita."
"Memangnya yang nunggu tempat ini tidak suka sama wanita ya Mbah?" tanyaku tersenyum menggoda.
"Nggak tahu juga sih, tapi mungkin saja."
Setelah itu kami terdiam lagi beberapa saat. Aku mulai mencuci pakaianku, dan Mbah Karyo juga mulai mandi. Ketika Mbah Karyo kembali muncul dari dalam air, dan duduk kembali di pinggir kolam, Mbah Karyo mulai menyabuni seluruh tubuhnya. Dan di saat Mbah Karyo menyabuni selangkangannya, tampak Mbah Karyo memberikan perhatian ekstra di tempat tersebut.
Tampaknya Mbah Karyo lupa, atau mungkin juga tidak peduli dengan keberadaanku di sana. Soalnya tampak olehku kalau penis Mbah Karyo mulai sedikit mengeras. Melihat hal tersebut, aku mulai terangsang kembali dan tenggorokanku menjadi kering karena nafsuku. Aku dengan terburu-buru menelan ludahku yang justru membuat aku tersedak, dan hal tersebut menyadarkan Mbah Karyo dari apa yang dia lakukan. Dia memandangku dan tersenyum kepadaku. Akupun membalas senyumnya dengan agak kikuk.
"Memangnya Mbah Karyo masih suka melakukannya ya?" tanyaku mencoba mencairkan suasana, meskipun dengan suara yang sedikit parau.
"Melakukan apa?" tanya Mbah Karyo menggodaku.
"Ya itu.." kataku tanpa meneruskan kata-kataku. Mbah Karyo tertawa.
"Memangnya hanya anak muda saja yang masih suka melakukannya?" ujarnya.
"Tapi saya cuma tidak tahu saja kalau orang seusia si Mbah masih senang melakukannya. Memangnya Mbah Karyo putri tidak marah?" jawabku sambil tersenyum.
"Ya ini juga karena istri si Mbah sudah tidak terlalu ingin melakukannya, katanya sih sudah terlalu tua untuk hal semacam itu. Jadi terpaksa si Mbah melakukan hal seperti ini." paparnya.
"Memangnya seminggu berapa kali Mbah Karyo ingin begituan?"
"Kalau dulu sih hampir setiap hari si Mbah ingin, tapi setelah istri si Mbah mulai tidak menyukainya si Mbah paling melakukanya 3 kali seminggu."
"Wah sering juga ya untuk orang seusia si Mbah."
"Ah, hal itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu. Setelah itu dalam satu bulan istri si Mbah ngasih dua kali saja sudah untung. Makanya si Mbah melakukan onani lagi."
"Kalau onani juga masih sama Mbah?"
"Ya begitulah, si Mbah bersyukur karena si Mbah masih bisa membuat milik si Mbah tegang. Jadi kenapa disia-siakan."
"Hehehe, benar juga, saya juga agak terkejut karena si Mbah masih bisa membangkitkan milik si Mbah sedemikian keras. Mungkin karena produksi sperma si Mbah cukup bagus. Saya lihat kantung si Mbah besar banget." Mbah Karyo melihatku, dan kembali tersenyum menggodaku.
"Kamu benar juga, mungkin produksi sperma si Mbah cukup banyak, jadi milik si Mbah masih tetap bisa tegang karena produksi spermanya masih cukup berlebih."
Aku terdiam, tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan, tapi aku hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo. Tampak Mbah Karyo sudah tidak segan-segan lagi kepadaku. Saat ini Mbah Karyo dengan cukup terbuka memulai kembali kegiatannya seperti saat aku pertama kali datang ke tempat ini. Dia mulai menggerak-gerakkan tangan kanannya di batang penisnya, sementara saat ini tangan kirinya mulai meraba-raba kantungnya yang besar sambil melihat-lihat kantung tersebut, seolah-olah sedang memikirkan apa yang aku katakan, atau mungkin juga bangga dan kagum dengan apa yang dia miliki.
Perasaan itu muncul lagi dalam diriku, aku terangsang hebat dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo di depanku. Akhirnya aku sudah memutuskan, aku harus memulai petualanganku hari ini. Hari ini adalah awal dari diriku untuk menjadi apa yang sebenarnya aku pendam. Aku ingin mencoba merasakan berhubungan seks dengan laki-laki lain. Setidaknya aku ingin mengulum milik Mbah Karyo. Aku tidak peduli apakah Mbah Karyo akan melakukannya balik kepadaku atau tidak, tapi aku hanya ingin mencoba penis laki-laki lain di dalam mulutku. Tapi aku juga tidak tahu bagaimana aku harus memulainya. Tampaknya aku harus juga mulai sedikit menggoda Mbah Karyo.
"Memangnya enak mana sih kalau melakukannya sendiri dengan melakukannya dengan Mbah Karyo putri?"
Mbah Karyo tampak terdiam sebentar, sepertinya dia tidak terlalu mendengar dengan apa yang aku tanyakan tadi. Pasti konsentrasinya sedang pada batang penis dan kantung yang besar tersebut. Meskipun begitu Mbah Karyo mulai menghentikan kegiatannya dan menoleh kepadaku.
"Kamu ngomong apa, Yan?" tanyanya.
"Saya bilang, enak mana kalau si Mbah ingin gituan, onani atau melakukannya dengan Mbah Karyo putri?" tanyaku kembali.
"Kamu itu gimana tho, ya jelas enak kalau ada yang membantu melakukannya," kembali Mbah Karyo tersenyum kepadaku dan juga mengedipkan mata kirinya menggodaku.
Aku jadi kembali kikuk dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Karyo. Perasaanku mulai tidak karuan. Mbah Karyo yang tampaknya terang-terangan menggodaku sepertinya ingin mengajak aku untuk melakukannya dengan dirinya. Cuma mungkin sih, habis Mbah Karyo tidak mengatakan kalau dia lebih senang melakukannya dengan Mbah Karyo putri, tapi hanya mengatakan kalau Mbah Karyo lebih senang kalau ada yang membantu melakukannya. Mungkin ini merupakan undangan buatku agar mau membantunya.
"O iya Mbah, saya ingin tanya tentang cerita Mbah yang tadi, memangnya yang membuat mata air di tempat ini kering karena wanitanya atau karena hubungan suami istri yang mereka lakukan?"
"Wah, kalau itu si Mbah kurang tahu. Tapi kalau hubungan suami istri bisa disamakan dengan onani, maka seharusnya mata air di tempat ini sudah kering dari dulu," Mbah Karyo menjawab dengan masih tersenyum kepadaku.
Dengan senyum itu, aku menjadi semakin kikuk, tapi sekaligus menumbuhkan rasa keyakinanku bahwa Mbah Karyo memang ingin aku bantu.
"Kalau yang melakukannya sama-sama laki-laki gimana Mbah?" tanyaku sedikit gugup dan agak serak karena menahan gejolak nafsu yang sudah begitu membara di dadaku.
"Kalau yang itu si Mbah nggak tahu, soalnya si Mbah belum pernah tahu ada laki-laki yang melakukannya dengan laki-laki di tempat ini. Memangnya kenapa, kamu mau melakukannya?" Aku jadi semakin gugup dengan jawaban Mbah Karyo.
"Ah nggak juga, saya juga belum pernah melakukannya dengan laki-laki kok."
"Atau mungkin kamu mau mencoba, kalau memang mau si Mbah juga nggak keberatan, mumpung ada yang membantu, bagi si Mbah sih tidak peduli siapa yang melakukannya, pokoknya asal si Mbah bisa enak. Lagian mungkin bisa kita buktikan apakah karena wanita yang memang tidak diperbolehkan masuk ke tempat ini, ataukah karena hubungan yang mereka lakukan."
Hah, mataku sedikit melotot dengan jawaban Mbah Karyo tersebut. Tidak aku sangka kalau Mbah Karyo akan mengatakan hal itu. Aku pikir Mbah Karyo ini orang yang tidak suka dengan hal-hal seperti itu. Tapi mungkin juga karena Mbah Karyo benar-benar sudah terangsang, sehingga akal sehatnya hilang entah ke mana. Aku masih terdiam karena kaget, dan mungkin mulutku juga melongo dengan jawaban Mbah Karyo, sampai akhirnya aku mendengar Mbah Karyo berkata..
"Bagaimana Yan, kamu mau melakukannya atau tidak? Kalau memang ingin sebaiknya kamu cepat lakukan sebelum ada orang yang pulang dari sawah dan mandi di tempat ini."
Dengan ucapan Mbah Karyo itu, aku seolah-olah terhipnotis dan segera mendekati Mbah Karyo. Perfect, inilah yang aku butuhkan untuk pertama kali melakukan hal ini. Seorang pria yang sedang terangsang hebat, berpengalaman, mampu menguasai nafsunya dan yang penting batang penisnya tidak terlalu besar.
Begitu sampai di depan Mbah Karyo aku langsung menceburkan diriku ke kolam renang, karena Mbah Karyo dari tadi memang duduk di tepi kolam dengan kakinya masih tetap berada di kolam. Sehingga dengan begitu aku sekarang berada di depan Mbah Karyo, berada di dalam air dan mukaku berada tepat di depan selangkangan Mbah Karyo. Jantungku berdetak cukup kencang dengan keadaan seperti ini. Di satu sisi aku memang benar-benar menginginkannya, tapi di sisi lain aku tidak mau melakukan hal ini karena takut kalau Mbah Karyo akan menganggapku laki-laki yang aneh.
Mungkin nanti Mbah Karyo akan bilang ke orang lain kalau aku laki-laki yang suka dengan laki-laki. Tapi mungkin juga Mbah Karyo tidak akan mengatakan hal ini karena kalau Mbah Karyo mengatakan hal ini kepada orang lain berarti Mbah Karyo juga harus bilang kalau aku melakukan hal tersebut dengan Mbah Karyo. Selain itu juga karena kutukan tempat ini tentang sebab keringnya mata air. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus kami katakan seandainya hal itu benar bahwa tempat ini tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan badan. Bisa tambah geger desa ini.
Tapi karena pada dasarnya nafsu sudah sampai di ubun-ubun, hal-hal seperti itu tidak lagi aku pikirkan. Saat ini aku hanya melihat barang yang ada di depanku. Penis yang bagus dengan kantungnya yang cukup besar yang ada di depanku benar-benar telah membuatku tidak bisa memakai akalku lagi.
Aku segera memegang penis Mbah Karyo dan meremas-remasnya. Mbah Karyo hanya diam dan tersenyum. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Mbah Karyo saat ini. Tapi aku tidak peduli dengan apa yang dipikirkannya. Aku hanya peduli bahwa apa yang aku lakukan dapat membuat Mbah Karyo keenakan. Dan aku segera melakukan langkah selanjutnya. Meskipun sebenarnya masih sedikit jijik, aku segera mendekatkan mulutku ke kantung Mbah Karyo. Semakin dekat aku ke tempat tersebut, semakin kuat aroma yang tercium oleh hidungku. Tampak bau yang segar karena habis mandi, tapi juga bercampur dengan bau seks yang cukup kuat yang keluar dari bagian selangkangan Mbah Karyo. Kepalaku mulai sedikit berdenyut dengan bau yang aku terima tersebut. Dan libidoku semakin memuncak dengan aroma yang aku dapatkan dari selangkangan Mbah Karyo.
Segera aku membuka mulutku dan mulai menjilati kantung yang berada di depanku. Rasanya ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Aku berpikir bahwa akan terdapat banyak kotoran di tempat tersebut sehingga akan terasa sedikit asin dan kotor. Tapi aku hanya merasakan kesegaran dan memang sedikit asin. Tapi aku mulai menyukai rasa itu.
Setelah puas menjilati kantung itu, aku mulai mencoba menggigit bola yang cukup besar, dan mencoba mengulum bola tersebut ke dalam mulutku. Pertama kali aku merasa kesulitan untuk bisa benar-benar mengulum bola tersebut, tapi setelah aku mencoba sekali lagi, aku bisa memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai menyedot dan terkadang mengunyah bola tersebut.
Tampak nafas Mbah Karyo mulai sedikit memburu, dan dia juga mulai mendesah dan mengerang. Mungkin Mbah Karyo suka dengan apa yang aku lakukan, mungkin ini adalah bagian dari Mbah Karyo yang membuat dia bisa menjadi lebih terangsang. Dan itu terbukti karena selain mendesah dan mengerang, tampak dari panisnya keluar precum yang cukup banyak. Aku baru menyadari kalau ternyata precum yang diproduksi oleh kantung Mbah Karyo juga cukup banyak juga. Kalau orang yang melihat, mungkin akan mengira kalau Mbah Karyo sedang kencing, tapi karena aku tahu apa yang kami lakukan, maka aku juga tahu cairan apa sebenarnya yang keluar dari penis Mbah Karyo tersebut.
Aku terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit, dengan melakukan pergantian antara bola yang kiri dan kanan. Setelah aku cukup puas dengan apa yang kulakukan, aku mulai menjilati batang di atasku. Tanganku yang dari tadi hanya terdiam di lutut Mbah Karyo mulai bergerak mengelus-elus paha Mbah Karyo. Mbah Karyo mulai mendorongku melakukan apa yang sedang aku lakukan dengan mendesah dan mengerang lebih keras dan cepat.
Sambil terus menjilati penis Mbah Karyo, tanganku mulai bergerak lebih jauh. Sementara tangan kiriku bergerak ke arah penis Mbah Karyo, tangan kananku bergerak menuju perut Mbah Karyo. Aku mulai melakukan apa yang tadi dilakukan oleh Mbah Karyo, jari telunjuk tangan kananku melakukan gerakan melingkar di pusar Mbah Karyo dengan gerakan yang lembut, sementara jari-jari yang lain mencoba mengelus-elus bagian perut Mbah Karyo. Sedangkan tangan kiriku mulai mengelus-elus kantung Mbah Karyo kemudian ke atas ke arah penisnya.
Lidahku mulai menjilati bagian kepala dari penis Mbah Karyo. Tampak precum yang keluar dari penis Mbah Karyo semakin banyak. Lidahku dengan rakus menjilati setiap tetes precum yang keluar dari lubang kencing Mbah Karyo tersebut. Tak sedikitpun aku merasa risih dengan apa yang aku lakukan. Sebaliknya aku sangat menyukai dengan apa yang aku lakukan dan apa yang aku rasakan. Jelas sudah bahwa aku memang gay.
Tangan Mbah Karyo juga kini mulai agresif. Kedua tangannya kini berada di kepalaku setelah sebelumnya tangannya berada di belakang sambil menyangga tubuhnya yang sedikit miring ke belakang. Dengan duduk lebih tegak, Mbah Karyo kini mulai memegangi kepalaku, memberikan belaian pada rambutku sambil mulutnya terus mendesah dan mengerang kenikmatan. Sensasi yang ditimbulkan dari apa yang dilakukan Mbah Karyo dengan tangannya benar-benar membuatku menjadi semakin nyaman. Ada banyak rasa bercampur dalam diriku saat ini. Di satu sisi aku merasa sangat bergairah karena nafsu, di sisi lain aku merasa disayang seperti anak yang disayangi oleh ayahnya.
Tangan kananku mulai bergerak lebih ke atas saat ini. Dan tangan itu sampai juga ke tempat yang memang aku tuju. Setelah meraba-raba dadanya yang sudah sedikit keriput, aku mulai memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Aku pilin dan aku tarik puting susu Mbah Karyo dengan lembut beberapa kali, dan setelah itu aku memilinnya dengan sedikit keras. Mbah Karyo menyetujui apa yang aku lakukan dengan mengerang lebih keras dan tangannya menjambak rambutku dengan cukup keras. Selain itu aku juga dihadiahi dengan semakin membanjirnya precum yang diproduksi oleh kantung Mbah Karyo.
Aku semakin bernafsu untuk terus memuaskan Mbah Karyo. Dan aku mulai membuka mulutku lebih lebar, dan aku mulai mengulum penis Mbah Karyo. Tanpa kesulitan yang berarti, aku bisa langsung memasukkan seluruh batang penis Mbah Karyo ke dalam mulutku. Bahkan aku tidak merasa tersedak sama sekali. Semuanya begitu sempurna, untuk pertama kali dalam hidupku aku mengulum penis laki-laki dan aku tidak mengalami kesulitan.
Aku biarkan penis Mbah Karyo berada dalam mulutku sambil aku menikmati sensansi yang diberikan oleh penis Mbah Karyo di dalam mulutku. Selain denyut otot yang terasa sangat jelas di lidahku, precum yang terus menerus mengalir, kekerasan penis Mbah Karyo yang luar biasa tapi juga kelembutan dan kehangatan penis tersebut di mulutku. Hal itu benar-benar membuatku tidak ingin melepas penis Mbah Karyo untuk selamanya. Ingin rasanya aku terus berada dalam keadaan seperti ini selama hidupku.
Mbah Karyo kembali mengerang ketika tangan kiriku mulai meninggalkan selangkangannya dan mulai memilin puting susu yang satunya lagi dengan keras, lebih keras dari apa yang telah tangan kananku lakukan. Dan seiring dengan erangan tersebut, precum yang dihasilkan oleh Mbah Karyo juga semakin berlimpah. Kemudian sambil menjambak rambutku, Mbah Karyo mulai memaju mundurkan kepalaku. Aku mencoba untuk tetap terus memberikan kepuasan kepada Mbah Karyo.
Sementara Mbah Karyo terus memaju mundurkan kepalaku, penis Mbah Karyo di dalam mulutku mulai aku permainkan dengan lidahku. Lidahku terus bergerak, memijit setiap senti dari batang Mbah Karyo yang maju mundur di dalam mulutku. Terkadang lidahku aku gerakkan melingkari kepala penisnya dan menjilat lubang kencingnya sambil kusedot batang penisnya dengan kencang.
Mbah Karyo semakin mengerang dan mendesah dengan keras dan cepat. Sementara itu tangan kananku mulai bergerak meninggalkan dadanya untuk sedikit mundur kebelakang. Aku ingin merasakan setiap bagian dari tubuh Mbah Karyo di saat aku memiliki kesempatan untuk itu. Aku raba punggungnya dan terus ke bawah ke bagian pinggannya. Sebenarnya aku ingin sekali meremas-remas pantatnya, tapi sayang, dalam keadaan Mbah Karyo duduk begini aku tidak bisa melakukan hal tersebut. Akhirnya tangan kananku kembali lagi ke dada Mbah Karyo, sedangkan tangan kiriku juga kembali ke bagian bawah.
Sambil terus menyedot penis Mbah Karyo, tangan kiriku mulai meraba-raba paha Mbah Karyo. Sementara tangan Mbah Karyo digerakkan semakin cepat dan tidak itu saja, kali ini pinggul Mbah Karyo juga turut serta menikmati kenikmatan yang aku berikan kepada Mbah Karyo. Dengan irama yang cepat tapi teratur, Mbah Karyo menggerak-gerakkan kepalaku maju dan mundur sambil pinggulnya menyamai gerakan yang dilakukan oleh kepalaku. Jika Mbah Karyo mendorongku semakin masuk, maka pinggulnya akan bergerak maju, dan jika Mbah Karyo menarik kepalaku menjauh, maka pinggulnya juga akan bergerak menjauh. Kami terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit. Sementara tangan kananku masih tetap memilin puting Mbah Karyo, tangan kiriku sekarang berada di kantung Mbah Karyo yang besar.
Mbah Karyo masih terus melakukan gerakan-gerakan teratur antara ayunan tangannya di kepalaku dan pinggulnya. Dan saat itu tangan kiriku mulai memijit buah pelir Mbah Karyo dengan lembut. Sambil terus memijit, aku juga terkadang menggenggam dan menarik kantung tersebut dengan lembut. Kami terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit ke depan. Aku sendiri sudah tidak tahu berapa lama kami melakukan kegiatan ini. Tapi aku menyadari bahwa hari semakin siang, dan aku tahu bahwa sebentar lagi tempat ini bakal ramai oleh orang-orang yang pulang dari sawah, maka aku memutuskan bahwa untuk saat ini aku pikir sudah waktunya menyudahi permainan ini.
Maka dengan tangan kananku memilin puting susu Mbah Karyo dengan keras, tangan kiriku juga memijit kedua buah pelir Mbah Karyo dengan keras sambil aku menarik kantung tersebut. Mbah Karyo mengerang dan mendesah sangat keras karena apa yang aku lakukan. Sementara itu mulutku mulai lebih agresif memperlakukan penis Mbah Karyo. Aku menyedot, menjilati dan terkadang menggigit penis Mbah Karyo yang sudah cukup lama berada di dalam mulutku.
Gila, untuk orang yang sudah cukup umur, Mbah Karyo cukup kuat juga menahan miliknya agar tetap tegak berdiri. Sampai detik ini penis Mbah Karyo tidak mengalami penurunan kualitas kekerasannya. Bahkan menurutku semakin lama Mbah Karyo melakukannya aku merasa bahwa penis Mbah Karyo justru semakin mengeras.
Dan setelah beberapa saat aku melakukan hal di atas, terasa olehku bahwa penis Mbah Karyo semakin mengeras, kepala penisnya sendiri semakin mengembang. Erangan dan desahan Mbah Karyo makin keras. Pegangan tangan Mbah Karyo di kepalaku semakin menguat, sehingga aku merasa sedikit kesakitan karena rambutku dijambaknya, meskipun aku sudah tidak mempedulikannya lagi. Gerakan pinggul Mbah Karyo juga semakin kencang. Aku rasakan kalau kantungnya mulai mengerut.
Dan dengan sentakan terakhir, Mbah Karyo mulai mengerang dengan sangat keras gerakan pinggulnya semakin kencang dan tiba-tiba aku merasakan cairan yang lebih kental dan lebih panas yang keluar dari penis Mbah Karyo. Banyak sekali sperma yang dikeluarkan oleh Mbah Karyo, sampai-sampai aku tidak sanggup menampung semuanya ke dalam mulutku. Beberapa bagian dari sperma tersebut langsung aku telan, sementara beberapa yang lainnya menetes dari mulutku.
Akhirnya selesai sudah petualangan pertamaku dengan seorang laki-laki, meskipun aku sendiri sebenarnya belum keluar. Penisku yang sejak tadi sudah tegang terasa sangat sakit terperangkap dalam celanaku. Sementara itu Mbah Karyo tampak tersenyum puas dengan apa yang telah aku lakukan.
"Terima kasih," kata Mbah Karyo sambil tersenyum.
Hanya itulah kata-kata yang diucapkan oleh Mbah Karyo. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah cukup senang karena telah memberikan kepuasan kepada Mbah Karyo, dan aku sendiri juga puas dengan apa yang telah aku lakukan. Sebenarnya aku menunggu kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh Mbah Karyo, tapi terlihat Mbah Karyo tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Mbah Karyo hanya tersenyum sambil memandangiku dan mengusap-usap rambutku. Aku sendiri tidak tahu apa yang dipikirkannya, sementara dalam pikiranku ingin sekali aku mencium bibir Mbah Karyo yang sedang tersenyum itu. Ingin rasanya aku meminta Mbah Karyo untuk membantuku agar aku juga bisa keluar. Tapi semua tidak aku lakukan, aku hanya terdiam di tempatku, sebelum akhirnya aku sadar bahwa di sekitarku mulai terdengar beberapa orang yang sedang menuju kemari. Aku akhirnya kembali ke cucianku yang kutinggalkan untuk melayani Mbah Karyo, dan Mbah Karyo juga mulai menyelesaikan mandinya. Dan petualangan ini pun akhirnya benar-benar berakhir.
*****
Demikian ceritaku, saya harap kalian menyukainya. Jika ada komentar, saya dengan senang hati akan melayaninya, meskipun mungkin tidak dengan cepat karena saya tidak terlalu sering main internet. Sekali lagi ini hanyalah daya khayal saya, jadi apapun yang terjadi di cerita ini belum tentu terjadi di kehidupan nyata. Jadi buat kalian yang suka mandi di tempat umum, belum tentu orang yang mandi bersama Anda juga menginginkan seperti apa yang terdapat di cerita ini. Meskipun begitu, buat kalian yang suka berpetualang, happy hunting. Salam dari saya, Elmo.
Kenikmatan dari Sang Polisi
(by: djpaijo@yahoo.com)
Selalu saja penyesalan terjadi belakangan. Seandainya saja aku tidak bernafsu ingin melihat VCD "Belum Ada Judul" yang sempat menghebohkan itu, tentunya aku tidak harus terkena masalah. Teman-temanku selalu tidak ketinggalan barang baru. Aku selalu jadi cemoohan, karena aku selalu yang paling akhir menikmati apa saja yang jadi santapan mereka. Entah itu perselingkuhan si mandor, tertangkap basahnya bos dengan sekretarisnya di kamar mandi, bahkan hal-hal kecil, seperti adanya blue VCD baru.
Bekerja di perusahaan rancang bangun selalu kehabisan waktu, namun penuh tantangan, maka sangat dibutuhkan hiburan agar pikiran selalu fresh, apalagi aku selaku designer rancang bangunnya, sangat butuh itu. Aku penasaran ingin membuktikan kehebohan VCD itu, maka ketika akhirnya temanku ada yang membawakannya, tanpa pikir panjang aku menerimanya.
Dengan Tiger kesayanganku, kupacu motorku kencang agar secepatnya bisa menonton VCD. Yogya-Magelang yang biasanya sebentar, terasa begitu lama, meski aku mempercepat laju motorku di atas 110 km/jam. Mungkin perasaan was-wasku penyebabnya. Aku sengaja pulang lebih sore daripada biasanya, berharap tidak ada polisi yang sedang operasi. Rasa lega menyeruak, begitu memasuki kota Yogya. Namun di depan sebuah plaza, aku tersentak, ketika ada sedikit kemacetan.
Ahh sial, gerutuku. Semoga hanya operasi kelengkapan surat-surat saja, bisikku dalam hati. Aku berhenti agak jauh dari tempat diberhentikannya kendaraan-kendaraan. Aku celingukan, mencoba mencari jalan tikus yang bisa kujadikan jalan selamat. Namun belum sempat aku mematikan motorku, seorang polisi telah mendekatiku.
"Selamat petang, Mas. Maaf mengganggu kenyamanan Anda. SIM dan STNK, mohon dikeluarkan?", keramahan polisi itu sedikit menyejukkanku.
"Oh iya, Pak. Ada", bergegas kusodorkan.
"Terima kasih, silakan melanjutkan perjalanan Anda!". Aku sedikit mengelus dada, syukur. Segera kuhidupkan motorku. Tanpa mengengok lagi, aku melaju.
"Mas! Maas, berhenti!". Aku menoleh, dan polisi itu kembali melambaikan tangannya. Terpaksa aku berhenti.
"Sekali lagi maaf, Mas. Ini operasi sajam dan narkoba. Saya harus memeriksa isi tas Anda!".
Duerr, serasa sebuah peluru menembus kepalaku. Aku lunglai. Aku yakin, polisi itu akan mencibir atau memperkarakanku dengan semua isi di tasku. Dua batang penis buatan yang dibawakan temanku untuk melambungkan gairah istriku. Bullshit. Terngiang sindiran teman-temanku yang menjamin bahwa istriku akan klimaks 5 kali dengan benda itu. Belum lagi VCD bokep sialan itu.
"Maaf, Pak. Ini pinjaman dari temanku. Kalau bapak berkenan silakan ambil, atau kuharap ini bisa membuka hati Bapak!", aku menyodorkan KTP dan secarik kertas yang telah kutuliskan nomor HP-ku.
"Saya ada 3 juta, tapi di rumah. Saya mohon bapak mengerti posisi saya, lagipula barang itu tidak berbahaya dan tidak termasuk kategori operasi Bapak, kan?".
Polisi itu mengangguk, sambil menerima KTP dan nomor HP-ku, lalu mempersilakanku melaju. Aku melonjak girang dalam hati. Meski sial, namun 3 juta tidak sebanding dengan nama baikku yang bakal tercoreng. Bagaimana aku harus menjelaskan kepada istriku? Bagaimana kesan keluargaku, jika tahu bahwa aku berurusan dengan polisi karena film bokep? Belum lagi pada para remaja yang menganggapku serba sempurna, saat aku memimpin rapat karang taruna mingguan mereka.
'Kutunggu di tempat kemarin kami operasi, jam setengah 7 malam, tepat. Kuharap Anda sudah siap', begitu SMS yang di kirim polisi itu, sebelum aku berangkat ke proyek. Setengah celingukan aku melambatkan laju motorku, mencari sosok polisi itu, sore itu. Hmm, jam 18:25, mungkin polisi itu belum datang, gumamku.
"Selamat petang, ikuti aku!". Seseorang menjabatku. Ohh, polisi itu tidak berseragam, pantas saja aku pangling. Segera kuikuti motornya.
Di kawasan yang tidak begitu padat, polisi itu menghentikan motornya. Persisnya di depan rumah yang tidak besar namun terlihat asri. Dia membuka pagar dan masuk. Tangannya melambai, menyuruh aku juga memasukkan motorku.
"OK Dj, inilah rumahku!". Plak, aku serasa tertampar. Darimana dia tahu nama samaran itu? Aku bingung, ternganga.
"Ada yang salah?". Senyum yang menggantung di bibirnya itu kurasa sengaja mempermainkanku. Aku makin bingung, namun kulihat di rona wajahnya seakan sedang sangat bahagia, seolah baru mendapatkan sesuatu yang lama diidamkan.
"Setengah tahun lalu kamu ganti nomor polisi motormu, kan? Kenapa? Takut ada yang mengenali motormu? Takut ada yang minta jatah dan kau tidak mau? Salahmu sendiri, kenapa terlalu jujur dan mencantumkan identitas motormu di ceritamu, itu berarti kau mengumumkan kepada kaum gay bahwa ini lho aku, Dj-paijo!".
Rentetan kata-kata bernada menyindir itu seolah menohokku, bagaimana dia tahu?'
"Kamu semakin menggemaskan kalau kebingungan begitu. Lucu, tapi menggairahkan". Aku hanya ternganga tak percaya.
"Jangan begitu, dong. Dua bulan lebih aku mencari informasi siapa gerangan pemutasi nomor polisi lamamu itu, begitu aku pindah tugas ke Yogya. Aku selalu deg-degan kalau kebetulan melihat pengendara Tiger, mungkinkah kamu? Sebetulnya bisa aku percepat, tapi aku tidak mau dicurigai ada apa-apa oleh teman korpsku. Jadinya yaa harus sabar, dan memang orang sabar banyak rejeki, kan? Kita jodoh, dan bertemu".
"Jadi..".
"Heran ada orang sepertimu di tempatku bekerja? Banyak, cah bagus, di instansi manapun juga pasti ada!".
"Jadi..".
"Iya. Aku tahu kamu dari sumbercerita.com, dan kemarin sebenarnya bukan operasi sajam atau narkoba, tapi ada kecelakaan. Sepintas aku lihat Tiger metalik dengan agak ragu-ragu melaju, kucocokkan nomor polisinya dengan catatan hasil investigasiku yang sudah kuhafal di luar kepala. Begitu aku yakin kalau itu adalah nomor barumu, baru aku dekati kamu".
Aku mengangguk, mulai memahami. Aku menjadi lebih tenang. Kusodorkan sejumlah uang yang kujanjikan, dan meminta KTP-ku. Namun polisi itu tersenyum, menggeleng.
"Aku tidak butuh uang itu. Aku butuh lebih dari itu". Senyuman misterius itu masih saja membuatku tak habis pikir.
"Aku memang puas menyaksikan berbagai bentuk penis teman-temanku ketika mandi atau bertukar pakaian, namun perlu kau tahu, aku jarang bergumul dengan mereka, bahaya. Tidak mudah menemukan seseorang yang dalam keadaan sepertimu. Bisa saja aku menggunakan gigolo, tapi riskan. Aku bisa kehilangan pekerjaan. Aku maunya dengan yang sepertimu, yang takut kalau ketahuan, yang akan sama-sama tahu untuk tidak bekoar, dan aku yakin bukan tipemu mengumbar omongan dan ngobral privasiku ke orang lain yang mungkin saja tertarik dengan kehidupanku, demikian juga aku. Jadi akan sangat aman bagiku".
Aku mengangguk kembali. Berkali mengangguk. Kulihat senyumnya masih menggantung di bibir manisnya. Dia menghela nafas panjang. Kemudian aku mendekat, berharap dia mau menerima uangku dan menyerahkan KTP-ku, agar aku tidak punya beban padanya. Namun uang itu dimasukkan kembali ke tasku. Dengan isyarat telunjuk yang ditempelkan ke bibirnya, dia menyuruhku diam. Kurasakan wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Mulutnya membuka, mencoba menemukan mulutku. Untuk pertama kalinya, aku merasa nyaman dengan laki-laki. Mungkin karena dia adalah seorang polisi, yang selain macho, ada sensasi tersendiri yang telah sejak lama kukhayalkan.
Aku mulai mengikuti aksinya. Dengan aktif kulumat bibirnya. Begitu juga dia. Nafas kami mulai berpacu, dan membakar gairah petang. Kami berpagutan lama, seolah kami benar-benar merindukan hal itu sangat lama. Lidahnya sangat nakal bermain di mulutku, kusedot balik lidahnya. Dia mulai mengerang. Tanganku mulai menggerayangi selangkangannya. Kurasakan benjolan keras di balik celana panjangnya. Aku mulai tak tahan.
Kubuka kaos ketatnya, agak kesulitan memang, namun semua sebanding dengan badan tegap nan berisi yang ditawarkannya. Kekar tubuhnya yang terlatih setiap hari, semakin menggetarkan hasratku, aku semakin kesetanan. Kuraih celana panjangnya, dan mencoba melepasnya. Masih dengan berpagutan, aku berhasil menelanjanginya. Penis yang terbungkus celana dalam yang sangat ketat, kujamah dengan tanganku. Kupermainkan, agak sedikit kasar. Dia mengaduh, namun tetap membiarkan aksiku. Dia masih sibuk dengan gairah di mulutku. Tangannya mulai menuruni dadaku, mencoba mencari benda kesayanganku.
Aku terpekik, ketika tangannya mulai menemukan penisku. Dia mulai gemas. Dengan kasar, dia renggut apa pun yang kupakai. Tak kalah kasarnya, kutarik celana dalamnya, sekali lagi dia mengaduh, namun tak lama aku didekapnya erat. Penisnya yang keras, menusuk perutku, begitu pula penisku, ketika kami yang sama-sama telanjang, kembali berpagutan.
Aksinya yang kasar namun romantis, membuatku melambung tinggi. Mulutnya dengan ganas menyedot dua putingku bergantian. Aku mengerang. Aku dekap kepalanya yang berambut cepak, saat sensasi hebat bermain di kedua putingku. Aku semakin melambung, saat lidah kasarnya menjilati putingku. Tanganku tak kalah hebatnya mencakar daerah selangkangannya, dan merancap penis besarnya.
"Uuh, Yeahh". Kata-kata itu berulang kali keluar dari mulutnya, semakin membuatku begitu menikmatinya. Apalagi ketika mulutnya mulai menemukan penisku, aku mengerang.
Berkali-kali disentilnya penisku. Dua pelirku, tak luput dari gigitan nakalnya. Bergantian mulut indah itu mengulum buah pelirku. Sesekali aku mengaduh, saat dia menggigitnya. Kembali aku mengerang. Jari-jari tangannya menusuk-nusuk anusku, sementara mulutnya tak henti, bahkan semakin agresif menyedot penisku, seolah ingin meminum semua spermaku yang masih jauh di dalam. Sensasi di dua titik kenikmatanku, serasa melambungkan jiwaku. Aku mendesah, setengah terpekik.
Tak kalah agresifnya, aku berbuat hal yang sama. Kubanting dia, kemudian kurancap penisnya. Rasa jijik ketika menjilati penis yang sebelumnya ada, entah mengapa, dengannya justru berganti nikmat. Bagai kesetanan, berkali kugigit ujung penisnya, glands penisnya yang sudah berair kumainkan dengan ujung bibirku. Aku semakin bergairah, saat kulihat wajahnya yang memang tampan dan sangat jantan melukiskan berjuta rasa. Rasa antara nikmat, sakit, dan entah apalagi. Berkali mulutnya ternganga disertai desisan penuh kenikmatan, membuat aku ingin sekali melumat bibir itu. Namun aku lebih tertarik melumat penisnya. Tanganku meremas keras dua pelirnya. Dia terpekik, mulutnya masih menganga, mengimbangi sensasi yang dirasakannya, namun matanya terpejam.
Aku tak bisa menahan gairahku sendiri. Aku dekap erat dia. Aroma kelelakiannya menyebar dari tubuh kekarnya. Aku terbuai dan begitu gemas melihat reaksi yang diperlihatkannya. Begitupun dia. Kembali kami berpelukan erat. Tanganku masih bermain dengan penisnya, begitu juga dia. Kami sama-sama membisikkan kata yang semakin melambungkan gairah. Membisikkan kata terindah yang aku sendiri tidak tahu darimana datangnya.
"Oohh. Pakai seragammu, please!". Tiba-tiba aku sangat ingin melihatnya utuh sebagai polisi dengan seragam lengkap. Aku begitu ingin, seolah ada sensasi lain yang bisa kudapatkan.
Dengan berpelukan dan berciuman, dia menuntunku ke kamarnya. Seragam yang sekiranya akan dicuci, diambilnya dari tempat pakaian kotor. Dengan gairah yang masih tinggi, dia pakai seragamnya, komplet dengan sepatu, kecuali topinya, seperti yang kupinta.
Belum sepenuhnya selesai dia mengenakan seragamnya, aku sudah menubruknya. Kembali kami berpagutan, semakin panas, karena aku telah menemukan sensasi lain. Ahh, tubuhnya yang terbalut seragam penuh pesona itu benar-benar membuatku gila. Aku semakin agresif memagutnya serasa ingin melumat apapun yang dia miliki. Pantat, selangkangan dan apapun yang dia punya semakin membuatku melambung begitu dibalut seragamnya. Aku semakin gemas, mencengkeram apa pun yang ada padanya. Berkali dia mengaduh, namun tetap membiarkan aksiku.
Dengan paksa kubuka retsliting celananya. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Kukeluarkan penis besarnya, berikut dua buah pelirnya. Sengaja kubiarkan tidak membuka celana panjangnya, karena aku ingin dia tetap dengan seragamnya. Semakin agresif aku mengunyah penisnya. Dua tanganku pun seolah tidak ingin melewatkan sensasi indah itu. Penis dan buah pelirnya yang menjulur dari retsliting celana coklat tua itu, membuatku kesetanan.
Dia mengamuk berat saat kupercepat aksi tanganku di penisnya. Aku dibanting ke bibir tempat tidurnya. Tubuhku terhempas ke kasur, sementara pahaku menjulur ke lantai. Penisnya yang keras, memerah dan panas, mencoba menusuk pantatku. Aku terpekik, saat berkali penisnya mencoba menusuk anusku. Tangannya berkali mengambil ludah dari mulutnya, dan dilumurkan ke anusku, berharap penisnya akan sedikit gampang masuknya. Namun tetap saja sulit, dan aku merasa kesakitan, karena inilah pertama kalinya anusku tersodomi. Aku memejam, begitu kurasakan dia memperlambat aksinya. Dengan lembut jarinya menusuk-nusuk anusku, mencoba mencarikan jalan untuk penisnya.
Kembali aku terpekik, saat glands penisnya mulai masuk ke anusku. Aku mengaduh, setengah mendesis. Berkali pula dia mendesis, sambil mengucapkan kata-kata indah, mencoba memberiku semangat. Gairahku semakin melambung, saat kulihat wajahnya yang mulai berkeringat, menegang. Mulutnya menganga dan mendesah saat penis yang menjulur dari retsliting seragamnya berjuang masuk ke anusku.
Kulumat jemarinya, saat dia telah berhasil memasukkan hampir semua penisnya. Aku benar-benar merasakan sensasi hebat, yang baru pertama kali kurasakan. Rasa mengganjal di anusku. Penisnya yang beraksi di anusku benar-benar memberikan pengalaman pertamaku, dan sebanding dengan kenikmatan yang didatangkannya. Pelan, dia maju-mundurkan pantatnya. Kami mendesis bersahutan. Tanganku beralih ke penisku. Kurancapnya semakin kencang. Aku benar-benar sudah tidak bisa menahan gairahku demi melihat wajahnya yang semakin tegang menghadirkan berjuta rasa. Kubiarkan sperma mulai memasuki ujung dalam penisku. Kurasakan sperma itu begitu kencang mengalir, memenuhi kantung spermaku.
Aku mempercepat aksiku. Rasa nikmat berganda di penis dan anusku, seolah melambung ke ubun-ubunku. Aku mulai mengejang kuat seiring dengan percepatan reaksi di penisku, dan akhirnya aku mengerang panjang saat spermaku mulai muncrat deras. Saking derasnya, sperma itu muncrat ke wajahnya. Refleks dia mendekapku erat, dengan penis masih menancap di anusku, mencoba memberikan semua birahinya.
"Hayoo, sayang! Ougghh!".
Dia membisikkan berbagai kata di telingaku, mencoba menambah gairahku. Penisku yang baru sekali memuntahkan sperma, berdenyut di baju seragamnya. Aku yakin, seragamnya akan belepotan spermaku seperti halnya wajahnya yang belepotan muncratan spermaku, karena saat dia dekap erat aku, aku masih merasakan kejang penisku memuntahkan spermanya. Tangannya mengurut penisku dengan kasar.
Belum habis sensasi yang kurasakan, dia melepas dekapannya. Wajahnya kulihat semakin tegang dan mengejang. Mulutnya ternganga, matanya berkejap-kejap. Desahan dan erangan berkali keluar dari mulutnya, saat dia mempercepat aksi penisnya di anusku.
Aku sangat menikmati saat dia berada di puncak gairah. Dengan seragam lengkap, wajah menegang, mulut menganga, mendesah. Mata berkejap-kejap, membuatku menemukan sensasi indah. Akhirnya dia meraung panjang, saat spermanya mulai muncrat. Dicabutnya penisnya dari anusku, dan ditempelkan di penisku. Spermanya yang panas, dan lengket kurasakan membasahi penisku yang setengah melemas. Kurancap kuat penisnya. Berkali dia mengerang panjang.
Tanganku masih mengurut penisnya, saat dia dengan erat dan mesra mendekapku. Bibirnya berkali mengecup keningku, dan aku pun membalasnya. Kuucapkan terima kasih, lirih. Dia pun mengatakan hal yang sama. Kami masih berpelukan erat, entah berapa lama.
Ternyata aku mulai menemukan sensasi indah yang semula kuanggap aneh. Aku mulai menikmati lekuk tubuh lelaki, yang semula masih bisa kutahan dengan melampiaskan gairah itu pada istriku. Aah..!
E N D
Selalu saja penyesalan terjadi belakangan. Seandainya saja aku tidak bernafsu ingin melihat VCD "Belum Ada Judul" yang sempat menghebohkan itu, tentunya aku tidak harus terkena masalah. Teman-temanku selalu tidak ketinggalan barang baru. Aku selalu jadi cemoohan, karena aku selalu yang paling akhir menikmati apa saja yang jadi santapan mereka. Entah itu perselingkuhan si mandor, tertangkap basahnya bos dengan sekretarisnya di kamar mandi, bahkan hal-hal kecil, seperti adanya blue VCD baru.
Bekerja di perusahaan rancang bangun selalu kehabisan waktu, namun penuh tantangan, maka sangat dibutuhkan hiburan agar pikiran selalu fresh, apalagi aku selaku designer rancang bangunnya, sangat butuh itu. Aku penasaran ingin membuktikan kehebohan VCD itu, maka ketika akhirnya temanku ada yang membawakannya, tanpa pikir panjang aku menerimanya.
Dengan Tiger kesayanganku, kupacu motorku kencang agar secepatnya bisa menonton VCD. Yogya-Magelang yang biasanya sebentar, terasa begitu lama, meski aku mempercepat laju motorku di atas 110 km/jam. Mungkin perasaan was-wasku penyebabnya. Aku sengaja pulang lebih sore daripada biasanya, berharap tidak ada polisi yang sedang operasi. Rasa lega menyeruak, begitu memasuki kota Yogya. Namun di depan sebuah plaza, aku tersentak, ketika ada sedikit kemacetan.
Ahh sial, gerutuku. Semoga hanya operasi kelengkapan surat-surat saja, bisikku dalam hati. Aku berhenti agak jauh dari tempat diberhentikannya kendaraan-kendaraan. Aku celingukan, mencoba mencari jalan tikus yang bisa kujadikan jalan selamat. Namun belum sempat aku mematikan motorku, seorang polisi telah mendekatiku.
"Selamat petang, Mas. Maaf mengganggu kenyamanan Anda. SIM dan STNK, mohon dikeluarkan?", keramahan polisi itu sedikit menyejukkanku.
"Oh iya, Pak. Ada", bergegas kusodorkan.
"Terima kasih, silakan melanjutkan perjalanan Anda!". Aku sedikit mengelus dada, syukur. Segera kuhidupkan motorku. Tanpa mengengok lagi, aku melaju.
"Mas! Maas, berhenti!". Aku menoleh, dan polisi itu kembali melambaikan tangannya. Terpaksa aku berhenti.
"Sekali lagi maaf, Mas. Ini operasi sajam dan narkoba. Saya harus memeriksa isi tas Anda!".
Duerr, serasa sebuah peluru menembus kepalaku. Aku lunglai. Aku yakin, polisi itu akan mencibir atau memperkarakanku dengan semua isi di tasku. Dua batang penis buatan yang dibawakan temanku untuk melambungkan gairah istriku. Bullshit. Terngiang sindiran teman-temanku yang menjamin bahwa istriku akan klimaks 5 kali dengan benda itu. Belum lagi VCD bokep sialan itu.
"Maaf, Pak. Ini pinjaman dari temanku. Kalau bapak berkenan silakan ambil, atau kuharap ini bisa membuka hati Bapak!", aku menyodorkan KTP dan secarik kertas yang telah kutuliskan nomor HP-ku.
"Saya ada 3 juta, tapi di rumah. Saya mohon bapak mengerti posisi saya, lagipula barang itu tidak berbahaya dan tidak termasuk kategori operasi Bapak, kan?".
Polisi itu mengangguk, sambil menerima KTP dan nomor HP-ku, lalu mempersilakanku melaju. Aku melonjak girang dalam hati. Meski sial, namun 3 juta tidak sebanding dengan nama baikku yang bakal tercoreng. Bagaimana aku harus menjelaskan kepada istriku? Bagaimana kesan keluargaku, jika tahu bahwa aku berurusan dengan polisi karena film bokep? Belum lagi pada para remaja yang menganggapku serba sempurna, saat aku memimpin rapat karang taruna mingguan mereka.
'Kutunggu di tempat kemarin kami operasi, jam setengah 7 malam, tepat. Kuharap Anda sudah siap', begitu SMS yang di kirim polisi itu, sebelum aku berangkat ke proyek. Setengah celingukan aku melambatkan laju motorku, mencari sosok polisi itu, sore itu. Hmm, jam 18:25, mungkin polisi itu belum datang, gumamku.
"Selamat petang, ikuti aku!". Seseorang menjabatku. Ohh, polisi itu tidak berseragam, pantas saja aku pangling. Segera kuikuti motornya.
Di kawasan yang tidak begitu padat, polisi itu menghentikan motornya. Persisnya di depan rumah yang tidak besar namun terlihat asri. Dia membuka pagar dan masuk. Tangannya melambai, menyuruh aku juga memasukkan motorku.
"OK Dj, inilah rumahku!". Plak, aku serasa tertampar. Darimana dia tahu nama samaran itu? Aku bingung, ternganga.
"Ada yang salah?". Senyum yang menggantung di bibirnya itu kurasa sengaja mempermainkanku. Aku makin bingung, namun kulihat di rona wajahnya seakan sedang sangat bahagia, seolah baru mendapatkan sesuatu yang lama diidamkan.
"Setengah tahun lalu kamu ganti nomor polisi motormu, kan? Kenapa? Takut ada yang mengenali motormu? Takut ada yang minta jatah dan kau tidak mau? Salahmu sendiri, kenapa terlalu jujur dan mencantumkan identitas motormu di ceritamu, itu berarti kau mengumumkan kepada kaum gay bahwa ini lho aku, Dj-paijo!".
Rentetan kata-kata bernada menyindir itu seolah menohokku, bagaimana dia tahu?'
"Kamu semakin menggemaskan kalau kebingungan begitu. Lucu, tapi menggairahkan". Aku hanya ternganga tak percaya.
"Jangan begitu, dong. Dua bulan lebih aku mencari informasi siapa gerangan pemutasi nomor polisi lamamu itu, begitu aku pindah tugas ke Yogya. Aku selalu deg-degan kalau kebetulan melihat pengendara Tiger, mungkinkah kamu? Sebetulnya bisa aku percepat, tapi aku tidak mau dicurigai ada apa-apa oleh teman korpsku. Jadinya yaa harus sabar, dan memang orang sabar banyak rejeki, kan? Kita jodoh, dan bertemu".
"Jadi..".
"Heran ada orang sepertimu di tempatku bekerja? Banyak, cah bagus, di instansi manapun juga pasti ada!".
"Jadi..".
"Iya. Aku tahu kamu dari sumbercerita.com, dan kemarin sebenarnya bukan operasi sajam atau narkoba, tapi ada kecelakaan. Sepintas aku lihat Tiger metalik dengan agak ragu-ragu melaju, kucocokkan nomor polisinya dengan catatan hasil investigasiku yang sudah kuhafal di luar kepala. Begitu aku yakin kalau itu adalah nomor barumu, baru aku dekati kamu".
Aku mengangguk, mulai memahami. Aku menjadi lebih tenang. Kusodorkan sejumlah uang yang kujanjikan, dan meminta KTP-ku. Namun polisi itu tersenyum, menggeleng.
"Aku tidak butuh uang itu. Aku butuh lebih dari itu". Senyuman misterius itu masih saja membuatku tak habis pikir.
"Aku memang puas menyaksikan berbagai bentuk penis teman-temanku ketika mandi atau bertukar pakaian, namun perlu kau tahu, aku jarang bergumul dengan mereka, bahaya. Tidak mudah menemukan seseorang yang dalam keadaan sepertimu. Bisa saja aku menggunakan gigolo, tapi riskan. Aku bisa kehilangan pekerjaan. Aku maunya dengan yang sepertimu, yang takut kalau ketahuan, yang akan sama-sama tahu untuk tidak bekoar, dan aku yakin bukan tipemu mengumbar omongan dan ngobral privasiku ke orang lain yang mungkin saja tertarik dengan kehidupanku, demikian juga aku. Jadi akan sangat aman bagiku".
Aku mengangguk kembali. Berkali mengangguk. Kulihat senyumnya masih menggantung di bibir manisnya. Dia menghela nafas panjang. Kemudian aku mendekat, berharap dia mau menerima uangku dan menyerahkan KTP-ku, agar aku tidak punya beban padanya. Namun uang itu dimasukkan kembali ke tasku. Dengan isyarat telunjuk yang ditempelkan ke bibirnya, dia menyuruhku diam. Kurasakan wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Mulutnya membuka, mencoba menemukan mulutku. Untuk pertama kalinya, aku merasa nyaman dengan laki-laki. Mungkin karena dia adalah seorang polisi, yang selain macho, ada sensasi tersendiri yang telah sejak lama kukhayalkan.
Aku mulai mengikuti aksinya. Dengan aktif kulumat bibirnya. Begitu juga dia. Nafas kami mulai berpacu, dan membakar gairah petang. Kami berpagutan lama, seolah kami benar-benar merindukan hal itu sangat lama. Lidahnya sangat nakal bermain di mulutku, kusedot balik lidahnya. Dia mulai mengerang. Tanganku mulai menggerayangi selangkangannya. Kurasakan benjolan keras di balik celana panjangnya. Aku mulai tak tahan.
Kubuka kaos ketatnya, agak kesulitan memang, namun semua sebanding dengan badan tegap nan berisi yang ditawarkannya. Kekar tubuhnya yang terlatih setiap hari, semakin menggetarkan hasratku, aku semakin kesetanan. Kuraih celana panjangnya, dan mencoba melepasnya. Masih dengan berpagutan, aku berhasil menelanjanginya. Penis yang terbungkus celana dalam yang sangat ketat, kujamah dengan tanganku. Kupermainkan, agak sedikit kasar. Dia mengaduh, namun tetap membiarkan aksiku. Dia masih sibuk dengan gairah di mulutku. Tangannya mulai menuruni dadaku, mencoba mencari benda kesayanganku.
Aku terpekik, ketika tangannya mulai menemukan penisku. Dia mulai gemas. Dengan kasar, dia renggut apa pun yang kupakai. Tak kalah kasarnya, kutarik celana dalamnya, sekali lagi dia mengaduh, namun tak lama aku didekapnya erat. Penisnya yang keras, menusuk perutku, begitu pula penisku, ketika kami yang sama-sama telanjang, kembali berpagutan.
Aksinya yang kasar namun romantis, membuatku melambung tinggi. Mulutnya dengan ganas menyedot dua putingku bergantian. Aku mengerang. Aku dekap kepalanya yang berambut cepak, saat sensasi hebat bermain di kedua putingku. Aku semakin melambung, saat lidah kasarnya menjilati putingku. Tanganku tak kalah hebatnya mencakar daerah selangkangannya, dan merancap penis besarnya.
"Uuh, Yeahh". Kata-kata itu berulang kali keluar dari mulutnya, semakin membuatku begitu menikmatinya. Apalagi ketika mulutnya mulai menemukan penisku, aku mengerang.
Berkali-kali disentilnya penisku. Dua pelirku, tak luput dari gigitan nakalnya. Bergantian mulut indah itu mengulum buah pelirku. Sesekali aku mengaduh, saat dia menggigitnya. Kembali aku mengerang. Jari-jari tangannya menusuk-nusuk anusku, sementara mulutnya tak henti, bahkan semakin agresif menyedot penisku, seolah ingin meminum semua spermaku yang masih jauh di dalam. Sensasi di dua titik kenikmatanku, serasa melambungkan jiwaku. Aku mendesah, setengah terpekik.
Tak kalah agresifnya, aku berbuat hal yang sama. Kubanting dia, kemudian kurancap penisnya. Rasa jijik ketika menjilati penis yang sebelumnya ada, entah mengapa, dengannya justru berganti nikmat. Bagai kesetanan, berkali kugigit ujung penisnya, glands penisnya yang sudah berair kumainkan dengan ujung bibirku. Aku semakin bergairah, saat kulihat wajahnya yang memang tampan dan sangat jantan melukiskan berjuta rasa. Rasa antara nikmat, sakit, dan entah apalagi. Berkali mulutnya ternganga disertai desisan penuh kenikmatan, membuat aku ingin sekali melumat bibir itu. Namun aku lebih tertarik melumat penisnya. Tanganku meremas keras dua pelirnya. Dia terpekik, mulutnya masih menganga, mengimbangi sensasi yang dirasakannya, namun matanya terpejam.
Aku tak bisa menahan gairahku sendiri. Aku dekap erat dia. Aroma kelelakiannya menyebar dari tubuh kekarnya. Aku terbuai dan begitu gemas melihat reaksi yang diperlihatkannya. Begitupun dia. Kembali kami berpelukan erat. Tanganku masih bermain dengan penisnya, begitu juga dia. Kami sama-sama membisikkan kata yang semakin melambungkan gairah. Membisikkan kata terindah yang aku sendiri tidak tahu darimana datangnya.
"Oohh. Pakai seragammu, please!". Tiba-tiba aku sangat ingin melihatnya utuh sebagai polisi dengan seragam lengkap. Aku begitu ingin, seolah ada sensasi lain yang bisa kudapatkan.
Dengan berpelukan dan berciuman, dia menuntunku ke kamarnya. Seragam yang sekiranya akan dicuci, diambilnya dari tempat pakaian kotor. Dengan gairah yang masih tinggi, dia pakai seragamnya, komplet dengan sepatu, kecuali topinya, seperti yang kupinta.
Belum sepenuhnya selesai dia mengenakan seragamnya, aku sudah menubruknya. Kembali kami berpagutan, semakin panas, karena aku telah menemukan sensasi lain. Ahh, tubuhnya yang terbalut seragam penuh pesona itu benar-benar membuatku gila. Aku semakin agresif memagutnya serasa ingin melumat apapun yang dia miliki. Pantat, selangkangan dan apapun yang dia punya semakin membuatku melambung begitu dibalut seragamnya. Aku semakin gemas, mencengkeram apa pun yang ada padanya. Berkali dia mengaduh, namun tetap membiarkan aksiku.
Dengan paksa kubuka retsliting celananya. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Kukeluarkan penis besarnya, berikut dua buah pelirnya. Sengaja kubiarkan tidak membuka celana panjangnya, karena aku ingin dia tetap dengan seragamnya. Semakin agresif aku mengunyah penisnya. Dua tanganku pun seolah tidak ingin melewatkan sensasi indah itu. Penis dan buah pelirnya yang menjulur dari retsliting celana coklat tua itu, membuatku kesetanan.
Dia mengamuk berat saat kupercepat aksi tanganku di penisnya. Aku dibanting ke bibir tempat tidurnya. Tubuhku terhempas ke kasur, sementara pahaku menjulur ke lantai. Penisnya yang keras, memerah dan panas, mencoba menusuk pantatku. Aku terpekik, saat berkali penisnya mencoba menusuk anusku. Tangannya berkali mengambil ludah dari mulutnya, dan dilumurkan ke anusku, berharap penisnya akan sedikit gampang masuknya. Namun tetap saja sulit, dan aku merasa kesakitan, karena inilah pertama kalinya anusku tersodomi. Aku memejam, begitu kurasakan dia memperlambat aksinya. Dengan lembut jarinya menusuk-nusuk anusku, mencoba mencarikan jalan untuk penisnya.
Kembali aku terpekik, saat glands penisnya mulai masuk ke anusku. Aku mengaduh, setengah mendesis. Berkali pula dia mendesis, sambil mengucapkan kata-kata indah, mencoba memberiku semangat. Gairahku semakin melambung, saat kulihat wajahnya yang mulai berkeringat, menegang. Mulutnya menganga dan mendesah saat penis yang menjulur dari retsliting seragamnya berjuang masuk ke anusku.
Kulumat jemarinya, saat dia telah berhasil memasukkan hampir semua penisnya. Aku benar-benar merasakan sensasi hebat, yang baru pertama kali kurasakan. Rasa mengganjal di anusku. Penisnya yang beraksi di anusku benar-benar memberikan pengalaman pertamaku, dan sebanding dengan kenikmatan yang didatangkannya. Pelan, dia maju-mundurkan pantatnya. Kami mendesis bersahutan. Tanganku beralih ke penisku. Kurancapnya semakin kencang. Aku benar-benar sudah tidak bisa menahan gairahku demi melihat wajahnya yang semakin tegang menghadirkan berjuta rasa. Kubiarkan sperma mulai memasuki ujung dalam penisku. Kurasakan sperma itu begitu kencang mengalir, memenuhi kantung spermaku.
Aku mempercepat aksiku. Rasa nikmat berganda di penis dan anusku, seolah melambung ke ubun-ubunku. Aku mulai mengejang kuat seiring dengan percepatan reaksi di penisku, dan akhirnya aku mengerang panjang saat spermaku mulai muncrat deras. Saking derasnya, sperma itu muncrat ke wajahnya. Refleks dia mendekapku erat, dengan penis masih menancap di anusku, mencoba memberikan semua birahinya.
"Hayoo, sayang! Ougghh!".
Dia membisikkan berbagai kata di telingaku, mencoba menambah gairahku. Penisku yang baru sekali memuntahkan sperma, berdenyut di baju seragamnya. Aku yakin, seragamnya akan belepotan spermaku seperti halnya wajahnya yang belepotan muncratan spermaku, karena saat dia dekap erat aku, aku masih merasakan kejang penisku memuntahkan spermanya. Tangannya mengurut penisku dengan kasar.
Belum habis sensasi yang kurasakan, dia melepas dekapannya. Wajahnya kulihat semakin tegang dan mengejang. Mulutnya ternganga, matanya berkejap-kejap. Desahan dan erangan berkali keluar dari mulutnya, saat dia mempercepat aksi penisnya di anusku.
Aku sangat menikmati saat dia berada di puncak gairah. Dengan seragam lengkap, wajah menegang, mulut menganga, mendesah. Mata berkejap-kejap, membuatku menemukan sensasi indah. Akhirnya dia meraung panjang, saat spermanya mulai muncrat. Dicabutnya penisnya dari anusku, dan ditempelkan di penisku. Spermanya yang panas, dan lengket kurasakan membasahi penisku yang setengah melemas. Kurancap kuat penisnya. Berkali dia mengerang panjang.
Tanganku masih mengurut penisnya, saat dia dengan erat dan mesra mendekapku. Bibirnya berkali mengecup keningku, dan aku pun membalasnya. Kuucapkan terima kasih, lirih. Dia pun mengatakan hal yang sama. Kami masih berpelukan erat, entah berapa lama.
Ternyata aku mulai menemukan sensasi indah yang semula kuanggap aneh. Aku mulai menikmati lekuk tubuh lelaki, yang semula masih bisa kutahan dengan melampiaskan gairah itu pada istriku. Aah..!
E N D
Permainan Kolonel
Tidak pernah aku menyangka, pada sore hari itu ketika aku melintasi daerah perempatan Rampal yang memang menjadi basis militer di daerah Malang. Secara tidak sengaja mobilku menyenggol bamper belakang mobil Avanza-nya, tepat di perempatan lapangan militer itu. Aku meminggirkan Honda Civicku di pinggir jalan untuk membicarakan ini baik-baik. Setengah mati rasa takutku, ketika seorang laki-laki kekar dengan pakaian militernya keluar dari mobil Avanza hitamnya. Aku pun keluar dari mobil dan langsung meminta maaf, karena aku benar-benar bersalah. "Maaf Pak, saya benar-benar tidak sengaja," kataku.
"Saya akui saya salah.."ceracauku.
"Kenapa Mas bisa teledor.." katanya dengan nada keras, tapi kemudian dia tersenyum ketika melihat wajahku yang merasa bersalah.
"Saya memang sedang kurang konsentrasi, Pak." kataku kemudian, sambil terus kuperhatikan kerusakan mobil miliknya.
"Tapi baiklah, saya akan menanggung semua perbaikan mobil Bapak."timpalku lagi.
"Kenapa kurang konsentrasi dalam berkendaraan?"tanyanya lagi.
Pertanyaan yang membuatku gugup dan terkejut. Aku merasa dia mengetahui apa yang sedang kupikirkan pada saat mengendarai mobil tadi. Terus terang saja aku tadi sedang memikirkan suatu masalah besar, masalah yang menyangkut pribadiku. Pikiranku kacau dan kalut semenjak aku dipindah kerja ke kota Malang ini, kota yang jauh sekali dari harapanku.
"Kenapa Mas?"
"Oh tidak Pak," kataku sambil diam sejenak.
"Terus terang saya sedang ada masalah Pak. Saya baru beberapa minggu tinggal di kota Malang ini. Saya kesal dan kecewa di kota ini. Saya tidak punya terman untuk bercerita."
Orang itu hanya memandangku heran. Aku bisa mengerti keheranannya.
"Maksud saya.. saya punya masalah yang sangat pribadi, dimana saya tidak bisa bercerita pada sembarang orang." kataku kemudian.
"Oh ya Pak, di mana kita bisa perbaiki mobil Bapak?"timpaku lagi.
Tapi rupanya dia tidak lagi tertarik dengan perbaikan mobilnya. Sehingga dia tetap mendesakku untuk menceritakan masalah yang kuhadapi saat ini. Aku pun tidak mengerti kenapa dia tertarik dengan masalahku.
"Baiklah Pak, saya akan bicara.." kataku kemudian. Sungguh aku menyukai pria ini, tetapi itu tidak mungkin kutunjukkan. Aku berjanji bercerita sambil kuajak dia ke rumahku yang tak jauh dari tempat kejadian. Dan aku tinggal sendiri di rumah itu.
Aku pun baru tahu kenapa dia tertarik dengan masalahku. Dia pun pernah mengalami hal yang sama seperti diriku. Dia pernah mempunyai masalah berat dan sulit yang mengacaukan kehidupannya. Rupanya dia empati dengan diriku.
Mulailah kami berkenalan. Rupanya dia seorang Kolonel, seorang anggota militer, Kolonel Herdian namanya. Seperti penampilan anggota militer umumnya, dia memiliki tubuh yang kekar, tegap dan gagah. Wajahnya menurutku sangat ganteng dengan kumis melintang dan rapih di bawah hidung dan berewok yang juga tercukur rapi.
Penampilannya begitu sempurna, aku yakin pasti banyak wanita yang tergila-gila padanya. Aku sendiri kagum dan senang melihatnya.
"Saya tadi benar-benar bodoh dan teledor," kataku pada Kolonel Herdian.
"Entah kenapa saya tadi seperti tidak melihat mobil Bapak di depan mobil saya."
"Ya.. karena kamu melamun," katanya. "Apa masalahmu, Di? Sehingga kamu benar-benar dalam keadaan seperti itu."
Aku diam sejenak, menimbang-nimbang apakah aku akan menceritakan masalahku padanya. Rupanya Kolonel Herdian tahu itu.
"Sudahlah.. ceritakan saja." katanya mendesak diriku, "Kamu juga sudah kenal saya, walau baru sebentar."
"Saya sedang dalam kesulitan, di kota ini saya tidak punya teman pribadi." akhirnya kumulai ceritaku.
"Saya baru saja pindah ke kota ini, dan saya kehilangan seseorang yang baik dalam hidup saya. Dia jauh di seberang lautan. Seorang teman yang mengerti segalanya, seorang sahabat dan juga seorang saudara saya, bahkan kami seperti sepasang kekasih. Dia begitu baik pada saya, dia mencintai dan menyayangi saya. Dan saat ini saya benar-benar rindu ingin bertemu.."
Kolonel Herdian hanya tersenyum.
"Saya tahu mungkin Bapak menertawai saya."
"Bukan, saya hanya tidak habis pikir, apakah di kota Malang ini tidak ada wanita seperti dia bahkan lebih baik dan cantik lagi."
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
"Sahabat saya bukan seorang wanita," kataku kemudian dengan nada pelan.
Sekali lagi Kolonel Herdian diam, memandang tanpa berkata apa-apa.
"Saya senang dengan sesama jenis, Pak." kataku kemudian.
Kolonel Herdian hanya mengernyitkan keningnya dan terlihat begitu terheran-heran.
"Saya sedang dalam keadaan nafsu yang tinggi sekali. Saya ingin berhubungan dengan teman saya. Tadi pagi sudah saya keluarkan dengan cara onani dua kali, dengan harapan bisa meredakan ketegangan yang saat ini sedang saya alami."
Kolonel Herdian diam mendengarkan ceritaku, sambil meminum air es yang sudah kusediakan tadi.
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi.. maksudku.. wah aku benar-benar tidak mengerti." kata Kolonel Herdian.
"Bagaimana mungkin kamu yang berpenampilan seperti ini menyenangi sesama jenis? Aku lihat kamu cukup gagah, ramah, jantan.. wah aku benar-benar tidak mengerti.
"Itulah yang terjadi pada diri saya," kataku.
Aku pun sudah tidak tahan memandang wajah dan penampilan Kolonel Herdian. Penampilannya yang gagah membuat jantungku berdetak kencang, kencang sekali. Setiap senyum dan ucapannya begitu gagah. Pikiranku pun menerawang jauh, jauh sekali. Aku membayangkan aroma tubuh Kolonel Herdian, Aku bisa merasakan tubuhnya yang kekar, dan mungkin kontolnya yang..
"Saya senang dengan Bapak, kalau boleh saya cium pipi Bapak.." kataku memberanikan diri.
Kolonel Herdian terkejut, raut wajahnya berubah memerah.
"Tidak mungkin," katanya. "Saya tidak seperti itu, dan saya pasti tidak bisa melakukannya."
"Tidak pa-pa Pak, Bapak diam saja, biar saya yang melakukannya," kataku makin berani.
"Ha ha ha.. apa rasanya?"kulihat Kolonel Herdian kebingungan.
"Bapak akan tahu nanti.." kukunci pintu rumahku, dan aku pun mulai mendekati Kolonel Herdian, dan saat ini sudah duduk di sampingnya.
Kolonel Herdian tidak bergeser sedikit pun dan hanya diam saja sambil sesekali tersenyum. Melihat reaksinya yang tidak marah, aku pun mencium pipinya yang hijau karena brewoknya dicukur bersih. Benar-benar aku bisa merasakan aroma kejantanannya, seperti yang sudah kuduga. Sambil terus kucium pipinya, tanganku pun mulai membuka satu persatu kancing bajunya yang ketat itu, di balik bajunya ada kaos ketat hijau menyelimuti tubuh kekarnya.
Kolonel Herdian hanya diam dengan semua yang kulakukan. Sepertinya dia ingin tahu, seperti yang dia katakan tadi. Badannya yang kekar sudah tidak lagi terbungkus selembar benang. Bulu-bulu lembut menutupi sekitar dadanya. Kuciumi sekujur tubuhnya yang menyebarkan aroma kejantanannya itu. Ohh.. nikmat sekali, aku belum pernah merasakan tubuh seorang anggota militer. Nikmat sekali rasanya.
Benar-benar seorang laki-laki tulen. Sambil kuciumi tubuhnya, tanganku terus beraksi ke bawah, dengan perlahan kubuka ikat pinggang dan reitsleting celananya. Oh besar sekali, tapi rupanya belum menegang, dia masih tertidur. Dan terus kucoba untuk merangsangnya. Rupanya agak sedikit sulit membangunkan kontol ampuhnya itu. Tapi aku terus melakukan gerilya di seluruh tubuhnya, hingga benar-benar tak ada selembar benang pun. Dan aku pun juga melepas satu persatu pakaianku.
Kemudian kuhisap kontolnya yang masih tidur pulas. Besar sekali.. masuk ke dalam mulutku, sambil terus kuhisap daging kenyal itu. Aku mencoba membayangkan besarnya saat bangun nanti. Lama sekali aku mencoba merangsangnya, hingga jari jemariku pun ikut bermain diantara lubangnya, di bawah kontol.
Dengan tanganku itu rupanya kontol ampuhnya mulai bergerak mengeras, sehingga membuat tanganku terus masuk ke dalam lubang anusnya. Rupanya dia merasakan rangsangan di daerah tersebut. Kulihat Kolonel Herdian mulai mengerang, menikmati jari tanganku yang keluar masuk ke dalam lubangnya.
Sejalan dengan itu, kontolnya benar-benar menegang maksimal, hingga mulutku agak kesulitan, dan kemudian kukocok dengan tanganku yang lain. "Ohh.. nikmat sekali Adi.. terus lakukan..aku menikmatinya.. teruss.. Ohh.. nikmat sekali.."
Kolonel Herdian benar-benar sudah dalam nafsu yang besar. Aku berhasil membangkitkan gairah nafsunya. Dia menikmatinya, ketiga jariku yang masuk ke dalam lubangnya. Dan aku pun terus juga terangsang.
Kemudian dengan izinnya kumasukkan kontolku ke dalam lubang Kolonel Herdian. Dia menyukainya, diamenyenanginya, dia menikmatinya. Terus kugenjot ke depan dan ke belakang. "Ohh.. kamu membuatku gila.. terus masukkan yang dalam.. teruuss.. ohh nikmat sekali.. terus lih keras lagi.. terus masukkan.."
Sementara kontolku pun sudah tak tahan berada di dalam seangkarnya, keluar masuk. Pantatku maju mundur untuk memberi kepuasan pada Kolonel Herdian. Aku pun menikmatinya.
"Enak sekali Kolonel.. oh.. oh.. oh.. enak sekali Kolonel.."
Tanganku terus mengocok kontol Kolonel Herdian yang besar itu.
"Aku mau keluar.. ohh.. aku mau keluar.. kocok lebih keras lagi.. masukkan lebih dalam lagi.. aku menikmatinya Adi.. Terus Di.. Ohh.. teruuss.. Ohh.. aku keluar.."
Tanganku makin keras mengocok, pantatku makin dalam menembus tubuh Kolonel Herdian. Karena aku punbenar-benar sudah tak tahan lagi.
"Croot.. croot.. croot.." Banyak sekali lava putih mengalir dari kontol milik Kolonel Herdian. Aku pun tak tahan melihat wajah Kolonel Herdian yang begitu menikmatinya, aku pun keluar di dalam tubuh Kolonel. Oh, puas sekali yang kurasakan. Tubuhku pun jatuh lemas di atas tubuh Kolonel Herdian. Kami berdua lemas, sementara kontolku masih menusuk di dalam tubuh Kolonel. Tangan Kolonel Herdian membelai tubuh dan rambutku.
"Benar-benar nikmat.. belum pernah aku merasakan yang demikan nikmatnya." katanya dengan nafas masih tersengal-sengal, "Kamu orang pertama yang melakukan ini pada saya."
"Terima kasih Kolonel.. saya sangat menikmati tubuh Kolonel. Maafkan saya mebuat Kolonel seperti ini.."
"Sudahlah, yang penting saya menikmati juga.."
"Kita mandi Kolonel," kataku sambil mencabut kontolku dari tubuh Kolonel Herdian. Dia pun meringis kesakitan.
Sementara walau pun sudah keluar, kontolku masih tegak berdiri, masih bernafsu memeluk tubuh kekar itu.
Kemudian kami pun mandi berdua. Setelah selesai kuberikan handuk besar padanya, dan Kolonel pun melilitkannya ke pinggang hingga menutupi kontolnya yang besar itu, seperti basoka. Kemudian dia duduk lagi di atas bangku panjang sambil terus memperhatikan aku yang sedang mengelap badan dengan handuk yang lain. Tadinya aku tak tahu kalau Kolonel Herdian memperhatikanku, kalau saja dia tidak mulai bicara.
"Badan kamu juga bagus," katanya, "Gempal dan keras. Kenapa kontolmu masih juga tegang.."
"Nggak tahu nich.." kataku, "Saya masih nafsu dengan Kolonel."
Aku tertawa kecil dan Kolonel Herdian hanya tersenyum.
"Kamu mau lagi?" tanyanya.
Aku terkejut mendengar tawarannya. "Siapa takut," kataku dalam hati. Segera kulempar handukku dan kuhampiri tubuh gagah itu, segera kubuka handuk Kolonel Herdian yang menutupi kontolnya. Saat itu pula Kolonel Herdian beraksi lebih agresif. Dia juga langsung memeluk dan menghempaskan tubuhku ke lantai. Kali ini dia seperti banteng liar menyambar tubuhku. Dia menciumi seluruh tubuhku, dia juga menghisap kontolku, seperti yang kulakukan padanya. Walau tidak terlalu enak hisapannya, karena mungkin belum tahu teknisnya, aku kadang meringis sakit ketika giginya menyentuh daging kenyalku.
Kemudian Kolonel Herdian sudah mulai menindih tubuhku. Pantatnya yang bulat berisi kuraba terus kuraba, dan dia mulai memainkan dan menggosok-gosok kontolnya beradu dengan kontolku.
Kolonel Herdian terus bernafsu menyerangku, pantatnya naik turun dengan kerasnya. Dia berusaha memasukkan kontolnya yang besar itu ke lubangku, tapi akhirnya dia mengerti bahwa itu agak susah. Dengan sedikit pelicin, kontol besar itu secara perlahan menembus tubuhku. Baru kali ini kurasakan dimasuki kontol kejantanan laki-laki. Awalnya aku selalu takut sakit. Ternyata saat kontol besar itu menerobos sela-sela pahaku, menembus ke lubang pantatku, kurasakan nikmat yang tiada taranya. Kenikmatan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. kontol besar itu terus berayun, terus naik dan turun, terus bergoyang di tubuhku.
"Ohh.. aku tak tahan Kolonel.. aku mau keluar.. oohh.. nikmat sekali Kolonel..Terus genjot yang keras Kolonel.. Teruuss.."
Mendengar nafasku yang terus bernafsu, Kolonel Herdian makin keras lagi menggoyangkan pantatnya naik dan turun. Bibirnya pun mulai mencium bibirku, hal itu tidak mau dilakukan saat yang pertama. Tapi kali ini dia benar-benar beringas. Dia benar-benar Banteng Jantan!
"Aku juga menikmatinya, Di.." katanya.
Makin keras genjotanya, makin nikmat rasanya. Makin kasar ciumannya makin kunikmati. Permainannya begitu keras dan sedikit kasar khas seorang militer. Tapi aku sangat menikmati, belum pernah kurasakan nikmat seperti ini. Mungkin karena dia seorang militer, sehingga begitu keras dan kasar permainannya. "Ohh.. nikmat sekali.. jantan sekali.."
"Saya keluar Kolonel.."
"Aku juga.. Ohh.. aku keluar.."
"Croot.. croot.. croot.."
Banyak sekali sperma yang tumpah dari kontol milik Kolonel Herdian di luang pantatku, sebagian tetsan sperma itu kurasakan menetes di pantatku. Demikian sprma yang keluar dari kontolku, walau pun sudah yang kedua kali.
Kami tidur di lantai sambil terus berpelukan, sampai tidak tahu bahwa hari sudah mulai gelap. Kami pun terus bersahabat, dan setiap saat melakukan permaianan dahsyat itu. Terima kasih Kolonel.
"Saya akui saya salah.."ceracauku.
"Kenapa Mas bisa teledor.." katanya dengan nada keras, tapi kemudian dia tersenyum ketika melihat wajahku yang merasa bersalah.
"Saya memang sedang kurang konsentrasi, Pak." kataku kemudian, sambil terus kuperhatikan kerusakan mobil miliknya.
"Tapi baiklah, saya akan menanggung semua perbaikan mobil Bapak."timpalku lagi.
"Kenapa kurang konsentrasi dalam berkendaraan?"tanyanya lagi.
Pertanyaan yang membuatku gugup dan terkejut. Aku merasa dia mengetahui apa yang sedang kupikirkan pada saat mengendarai mobil tadi. Terus terang saja aku tadi sedang memikirkan suatu masalah besar, masalah yang menyangkut pribadiku. Pikiranku kacau dan kalut semenjak aku dipindah kerja ke kota Malang ini, kota yang jauh sekali dari harapanku.
"Kenapa Mas?"
"Oh tidak Pak," kataku sambil diam sejenak.
"Terus terang saya sedang ada masalah Pak. Saya baru beberapa minggu tinggal di kota Malang ini. Saya kesal dan kecewa di kota ini. Saya tidak punya terman untuk bercerita."
Orang itu hanya memandangku heran. Aku bisa mengerti keheranannya.
"Maksud saya.. saya punya masalah yang sangat pribadi, dimana saya tidak bisa bercerita pada sembarang orang." kataku kemudian.
"Oh ya Pak, di mana kita bisa perbaiki mobil Bapak?"timpaku lagi.
Tapi rupanya dia tidak lagi tertarik dengan perbaikan mobilnya. Sehingga dia tetap mendesakku untuk menceritakan masalah yang kuhadapi saat ini. Aku pun tidak mengerti kenapa dia tertarik dengan masalahku.
"Baiklah Pak, saya akan bicara.." kataku kemudian. Sungguh aku menyukai pria ini, tetapi itu tidak mungkin kutunjukkan. Aku berjanji bercerita sambil kuajak dia ke rumahku yang tak jauh dari tempat kejadian. Dan aku tinggal sendiri di rumah itu.
Aku pun baru tahu kenapa dia tertarik dengan masalahku. Dia pun pernah mengalami hal yang sama seperti diriku. Dia pernah mempunyai masalah berat dan sulit yang mengacaukan kehidupannya. Rupanya dia empati dengan diriku.
Mulailah kami berkenalan. Rupanya dia seorang Kolonel, seorang anggota militer, Kolonel Herdian namanya. Seperti penampilan anggota militer umumnya, dia memiliki tubuh yang kekar, tegap dan gagah. Wajahnya menurutku sangat ganteng dengan kumis melintang dan rapih di bawah hidung dan berewok yang juga tercukur rapi.
Penampilannya begitu sempurna, aku yakin pasti banyak wanita yang tergila-gila padanya. Aku sendiri kagum dan senang melihatnya.
"Saya tadi benar-benar bodoh dan teledor," kataku pada Kolonel Herdian.
"Entah kenapa saya tadi seperti tidak melihat mobil Bapak di depan mobil saya."
"Ya.. karena kamu melamun," katanya. "Apa masalahmu, Di? Sehingga kamu benar-benar dalam keadaan seperti itu."
Aku diam sejenak, menimbang-nimbang apakah aku akan menceritakan masalahku padanya. Rupanya Kolonel Herdian tahu itu.
"Sudahlah.. ceritakan saja." katanya mendesak diriku, "Kamu juga sudah kenal saya, walau baru sebentar."
"Saya sedang dalam kesulitan, di kota ini saya tidak punya teman pribadi." akhirnya kumulai ceritaku.
"Saya baru saja pindah ke kota ini, dan saya kehilangan seseorang yang baik dalam hidup saya. Dia jauh di seberang lautan. Seorang teman yang mengerti segalanya, seorang sahabat dan juga seorang saudara saya, bahkan kami seperti sepasang kekasih. Dia begitu baik pada saya, dia mencintai dan menyayangi saya. Dan saat ini saya benar-benar rindu ingin bertemu.."
Kolonel Herdian hanya tersenyum.
"Saya tahu mungkin Bapak menertawai saya."
"Bukan, saya hanya tidak habis pikir, apakah di kota Malang ini tidak ada wanita seperti dia bahkan lebih baik dan cantik lagi."
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
"Sahabat saya bukan seorang wanita," kataku kemudian dengan nada pelan.
Sekali lagi Kolonel Herdian diam, memandang tanpa berkata apa-apa.
"Saya senang dengan sesama jenis, Pak." kataku kemudian.
Kolonel Herdian hanya mengernyitkan keningnya dan terlihat begitu terheran-heran.
"Saya sedang dalam keadaan nafsu yang tinggi sekali. Saya ingin berhubungan dengan teman saya. Tadi pagi sudah saya keluarkan dengan cara onani dua kali, dengan harapan bisa meredakan ketegangan yang saat ini sedang saya alami."
Kolonel Herdian diam mendengarkan ceritaku, sambil meminum air es yang sudah kusediakan tadi.
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi.. maksudku.. wah aku benar-benar tidak mengerti." kata Kolonel Herdian.
"Bagaimana mungkin kamu yang berpenampilan seperti ini menyenangi sesama jenis? Aku lihat kamu cukup gagah, ramah, jantan.. wah aku benar-benar tidak mengerti.
"Itulah yang terjadi pada diri saya," kataku.
Aku pun sudah tidak tahan memandang wajah dan penampilan Kolonel Herdian. Penampilannya yang gagah membuat jantungku berdetak kencang, kencang sekali. Setiap senyum dan ucapannya begitu gagah. Pikiranku pun menerawang jauh, jauh sekali. Aku membayangkan aroma tubuh Kolonel Herdian, Aku bisa merasakan tubuhnya yang kekar, dan mungkin kontolnya yang..
"Saya senang dengan Bapak, kalau boleh saya cium pipi Bapak.." kataku memberanikan diri.
Kolonel Herdian terkejut, raut wajahnya berubah memerah.
"Tidak mungkin," katanya. "Saya tidak seperti itu, dan saya pasti tidak bisa melakukannya."
"Tidak pa-pa Pak, Bapak diam saja, biar saya yang melakukannya," kataku makin berani.
"Ha ha ha.. apa rasanya?"kulihat Kolonel Herdian kebingungan.
"Bapak akan tahu nanti.." kukunci pintu rumahku, dan aku pun mulai mendekati Kolonel Herdian, dan saat ini sudah duduk di sampingnya.
Kolonel Herdian tidak bergeser sedikit pun dan hanya diam saja sambil sesekali tersenyum. Melihat reaksinya yang tidak marah, aku pun mencium pipinya yang hijau karena brewoknya dicukur bersih. Benar-benar aku bisa merasakan aroma kejantanannya, seperti yang sudah kuduga. Sambil terus kucium pipinya, tanganku pun mulai membuka satu persatu kancing bajunya yang ketat itu, di balik bajunya ada kaos ketat hijau menyelimuti tubuh kekarnya.
Kolonel Herdian hanya diam dengan semua yang kulakukan. Sepertinya dia ingin tahu, seperti yang dia katakan tadi. Badannya yang kekar sudah tidak lagi terbungkus selembar benang. Bulu-bulu lembut menutupi sekitar dadanya. Kuciumi sekujur tubuhnya yang menyebarkan aroma kejantanannya itu. Ohh.. nikmat sekali, aku belum pernah merasakan tubuh seorang anggota militer. Nikmat sekali rasanya.
Benar-benar seorang laki-laki tulen. Sambil kuciumi tubuhnya, tanganku terus beraksi ke bawah, dengan perlahan kubuka ikat pinggang dan reitsleting celananya. Oh besar sekali, tapi rupanya belum menegang, dia masih tertidur. Dan terus kucoba untuk merangsangnya. Rupanya agak sedikit sulit membangunkan kontol ampuhnya itu. Tapi aku terus melakukan gerilya di seluruh tubuhnya, hingga benar-benar tak ada selembar benang pun. Dan aku pun juga melepas satu persatu pakaianku.
Kemudian kuhisap kontolnya yang masih tidur pulas. Besar sekali.. masuk ke dalam mulutku, sambil terus kuhisap daging kenyal itu. Aku mencoba membayangkan besarnya saat bangun nanti. Lama sekali aku mencoba merangsangnya, hingga jari jemariku pun ikut bermain diantara lubangnya, di bawah kontol.
Dengan tanganku itu rupanya kontol ampuhnya mulai bergerak mengeras, sehingga membuat tanganku terus masuk ke dalam lubang anusnya. Rupanya dia merasakan rangsangan di daerah tersebut. Kulihat Kolonel Herdian mulai mengerang, menikmati jari tanganku yang keluar masuk ke dalam lubangnya.
Sejalan dengan itu, kontolnya benar-benar menegang maksimal, hingga mulutku agak kesulitan, dan kemudian kukocok dengan tanganku yang lain. "Ohh.. nikmat sekali Adi.. terus lakukan..aku menikmatinya.. teruss.. Ohh.. nikmat sekali.."
Kolonel Herdian benar-benar sudah dalam nafsu yang besar. Aku berhasil membangkitkan gairah nafsunya. Dia menikmatinya, ketiga jariku yang masuk ke dalam lubangnya. Dan aku pun terus juga terangsang.
Kemudian dengan izinnya kumasukkan kontolku ke dalam lubang Kolonel Herdian. Dia menyukainya, diamenyenanginya, dia menikmatinya. Terus kugenjot ke depan dan ke belakang. "Ohh.. kamu membuatku gila.. terus masukkan yang dalam.. teruuss.. ohh nikmat sekali.. terus lih keras lagi.. terus masukkan.."
Sementara kontolku pun sudah tak tahan berada di dalam seangkarnya, keluar masuk. Pantatku maju mundur untuk memberi kepuasan pada Kolonel Herdian. Aku pun menikmatinya.
"Enak sekali Kolonel.. oh.. oh.. oh.. enak sekali Kolonel.."
Tanganku terus mengocok kontol Kolonel Herdian yang besar itu.
"Aku mau keluar.. ohh.. aku mau keluar.. kocok lebih keras lagi.. masukkan lebih dalam lagi.. aku menikmatinya Adi.. Terus Di.. Ohh.. teruuss.. Ohh.. aku keluar.."
Tanganku makin keras mengocok, pantatku makin dalam menembus tubuh Kolonel Herdian. Karena aku punbenar-benar sudah tak tahan lagi.
"Croot.. croot.. croot.." Banyak sekali lava putih mengalir dari kontol milik Kolonel Herdian. Aku pun tak tahan melihat wajah Kolonel Herdian yang begitu menikmatinya, aku pun keluar di dalam tubuh Kolonel. Oh, puas sekali yang kurasakan. Tubuhku pun jatuh lemas di atas tubuh Kolonel Herdian. Kami berdua lemas, sementara kontolku masih menusuk di dalam tubuh Kolonel. Tangan Kolonel Herdian membelai tubuh dan rambutku.
"Benar-benar nikmat.. belum pernah aku merasakan yang demikan nikmatnya." katanya dengan nafas masih tersengal-sengal, "Kamu orang pertama yang melakukan ini pada saya."
"Terima kasih Kolonel.. saya sangat menikmati tubuh Kolonel. Maafkan saya mebuat Kolonel seperti ini.."
"Sudahlah, yang penting saya menikmati juga.."
"Kita mandi Kolonel," kataku sambil mencabut kontolku dari tubuh Kolonel Herdian. Dia pun meringis kesakitan.
Sementara walau pun sudah keluar, kontolku masih tegak berdiri, masih bernafsu memeluk tubuh kekar itu.
Kemudian kami pun mandi berdua. Setelah selesai kuberikan handuk besar padanya, dan Kolonel pun melilitkannya ke pinggang hingga menutupi kontolnya yang besar itu, seperti basoka. Kemudian dia duduk lagi di atas bangku panjang sambil terus memperhatikan aku yang sedang mengelap badan dengan handuk yang lain. Tadinya aku tak tahu kalau Kolonel Herdian memperhatikanku, kalau saja dia tidak mulai bicara.
"Badan kamu juga bagus," katanya, "Gempal dan keras. Kenapa kontolmu masih juga tegang.."
"Nggak tahu nich.." kataku, "Saya masih nafsu dengan Kolonel."
Aku tertawa kecil dan Kolonel Herdian hanya tersenyum.
"Kamu mau lagi?" tanyanya.
Aku terkejut mendengar tawarannya. "Siapa takut," kataku dalam hati. Segera kulempar handukku dan kuhampiri tubuh gagah itu, segera kubuka handuk Kolonel Herdian yang menutupi kontolnya. Saat itu pula Kolonel Herdian beraksi lebih agresif. Dia juga langsung memeluk dan menghempaskan tubuhku ke lantai. Kali ini dia seperti banteng liar menyambar tubuhku. Dia menciumi seluruh tubuhku, dia juga menghisap kontolku, seperti yang kulakukan padanya. Walau tidak terlalu enak hisapannya, karena mungkin belum tahu teknisnya, aku kadang meringis sakit ketika giginya menyentuh daging kenyalku.
Kemudian Kolonel Herdian sudah mulai menindih tubuhku. Pantatnya yang bulat berisi kuraba terus kuraba, dan dia mulai memainkan dan menggosok-gosok kontolnya beradu dengan kontolku.
Kolonel Herdian terus bernafsu menyerangku, pantatnya naik turun dengan kerasnya. Dia berusaha memasukkan kontolnya yang besar itu ke lubangku, tapi akhirnya dia mengerti bahwa itu agak susah. Dengan sedikit pelicin, kontol besar itu secara perlahan menembus tubuhku. Baru kali ini kurasakan dimasuki kontol kejantanan laki-laki. Awalnya aku selalu takut sakit. Ternyata saat kontol besar itu menerobos sela-sela pahaku, menembus ke lubang pantatku, kurasakan nikmat yang tiada taranya. Kenikmatan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. kontol besar itu terus berayun, terus naik dan turun, terus bergoyang di tubuhku.
"Ohh.. aku tak tahan Kolonel.. aku mau keluar.. oohh.. nikmat sekali Kolonel..Terus genjot yang keras Kolonel.. Teruuss.."
Mendengar nafasku yang terus bernafsu, Kolonel Herdian makin keras lagi menggoyangkan pantatnya naik dan turun. Bibirnya pun mulai mencium bibirku, hal itu tidak mau dilakukan saat yang pertama. Tapi kali ini dia benar-benar beringas. Dia benar-benar Banteng Jantan!
"Aku juga menikmatinya, Di.." katanya.
Makin keras genjotanya, makin nikmat rasanya. Makin kasar ciumannya makin kunikmati. Permainannya begitu keras dan sedikit kasar khas seorang militer. Tapi aku sangat menikmati, belum pernah kurasakan nikmat seperti ini. Mungkin karena dia seorang militer, sehingga begitu keras dan kasar permainannya. "Ohh.. nikmat sekali.. jantan sekali.."
"Saya keluar Kolonel.."
"Aku juga.. Ohh.. aku keluar.."
"Croot.. croot.. croot.."
Banyak sekali sperma yang tumpah dari kontol milik Kolonel Herdian di luang pantatku, sebagian tetsan sperma itu kurasakan menetes di pantatku. Demikian sprma yang keluar dari kontolku, walau pun sudah yang kedua kali.
Kami tidur di lantai sambil terus berpelukan, sampai tidak tahu bahwa hari sudah mulai gelap. Kami pun terus bersahabat, dan setiap saat melakukan permaianan dahsyat itu. Terima kasih Kolonel.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Paling Populer Selama Ini
-
Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk. “T...
-
. Album Berikutnya
-
Sebagai penghuni baru di Kota ini, sore itu aku memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu mall terkenal di daerah selatan Jakarta. Aku ingi...
-
Namaku Suryati, biasa dipanggil Yati. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semar...
-
---------- 1. Mature Gay Daddy - Oldermen Lihat Cuplikan Size: 44,11 MiB Duration: 00:11:20 Type: avi Video: 400x300 http://b93d...
-
Album Sebelumnya
-
Cerita lainnya tanpa gambar tapi tak kalah seru, klik aja ini
-
Untuk menghabiskan anggaran tahunan, perusahaan kami berniat membeli beberapa peralatan kantor berupa komputer dan beberapa perlengkapan lai...
-
(by: haus_lelaki@yahoo.com) Tugas kantor selesai. 10 hari di Biak jenuh juga. Masalahnya tidak mudah menemukan pasangan sesama lelaki unt...
-
(by: rustyryans@gmail.com) Siang itu memang terasa sangat membosankan,setelah hampir 2 minggu menghabiskan waktu liburan akhir semester ta...