6/25/2011

Buah Dari Keangkuhan

Copyright 2003, Ayeng Waldesi (awaldesi@yahoo.com)

Sebagai seorang ibu muda, kehidupan Lisa amatlah monoton, tidak ada yang menonjol. Hari-harinya dilalui untuk merawat dan mengasuh kedua anaknya yang lucu-lucu. Suaminya adalah seorang eksekutif di sebuah perusahaan yang bonafid di jakarta.

Lisa adalah seorang ibu rumahtangga yang berumur 28 tahun. Ia amat memperhatikan perawatan dan kecantikan tubuhnya, sesuai anjuran dari ibunya sejak ia remaja. Ia memiliki wajah yang cantik, ditunjang pula dengan bentuk tubuh yang ramping dan kulit yang putih.

Lisa amat memperhatikan penampilannya, ia tidak ingin suaminya Rudi akan berpaling kepada wanita lain, hanya dengan alasan klasik yaitu kecantikan dan penampilannya sebagai istri. Di rumahnya yang terbilang megah, Lisa menghabiskan waktu dengan senam untuk menjaga kebugaran.

Akhir-akhir ini Rudi amat sibuk dengan pekerjaan kantornya sehingga membutuhkan perhatian dan kerja ekstra. Hampir tidak ada waktu lowong bagi Rudi untuk bermesraan dan libur dengan anak-anaknya.

Seiring dengan menanjaknya karir Rudi, pria itu diangkat sebagai manager di daerah baru, kawasan timur Indonesia. Dengan sendirinya Rudi mengajak pindah keluarganya ke daerah itu.

Di daerah baru itu Rudi menempati sebuah rumah dinas yang amat megah dan luas. Di rumah dinasnya itu telah tersedia segala perabotan dan kendaraan yang dibutuhkan oleh Rudi sekeluarga, juga telah ada seorang pembantu dan tukang kebun yang merangkap satpam di rumah itu.

Seperti biasanya, Rudi terus larut dengan kesibukannya dengan kunjungan ke daerah yang merupakan daerah kepulauan itu. Setiap perjalanannya biasa memakan waktu sekitar 1-2 minggu. Tidak heran jika Lisa sering ditinggal di rumah sendirian. Lisa sebetulnya sangat khawatir akan keselamatan Rudi.

Kehidupan rumah tangga mereka yang telah berjalan lebih kurang 8 tahun telah mereka lalui dengan penuh kemesraan dan keserasian sehingga membuat iri teman-teman Rudi. Rudi tidak melupakan kehidupan seks dan rutin menjaga kemesraannya dengan Lisa.

Karena pengaruh kehidupan kota yang egois, sering membuat kedua pembantunya tersinggung. Bagaimanapun Lisa adalah seorang wanita yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga berada dan segala keinginannya slalu didapatkan begitu juga dengan Rudi memiliki latar belakang yang sama.

Rudi pun sering menghardik Pak Martin tukang kebunnya. Pak Martin adalah tukang kebun di rumah itu telah lama bekerja, tidak pernah ia diremehkan oleh majikannya terdahulu, tidak seperti Rudi dan Lisa yang sering memandang rendah kepadanya.

Kalau dilihat usia pak Martin seusia orang tua Rudi yang telah berumur 58 tahun. Pak Martin adalah penduduk asli di daerah itu. Masa mudanya Pak Martin amat ditakuti oleh masyarakat sekitarnya. Dulunya ia adalah seorang penjahat dan gembong rampok yang memiliki ilmu yang tinggi dan sudah beberapa kali keluar masuk penjara di daerah itu, tidak heran hampir seluruh badannya dipenuhi tato.

Suatu hari Rudi dan Lisa pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dan pulannya ia mendapati pak Martin sedang tidur sehingga pintu pagar rumah itu tidak ada yang membuka, setelah di gedor beberapa kali , akhirnya pak Martin bangun dan dengan kasar dan marah2 Lisa memaki maki pak Martin.

“Dasar tua bangka, malas, apa saja, kerja kamu hahh,” sengit Lisa yang disaksikan Rudi dari atas mobilnya.

“Maaf , nyak.. saya tertidur, skali lagi maafkan saya nyak..” kata Martin memohon.

“Cih,” Lisa meludahi wajah Martin lalu berlalu,kamu tak perlu di beri maaf..”

“Kamu kerja saya gaji, masa masih malas?” sahut Lisa berlalu dari hadapan Martin.

Martin hanya menunduk dan merasakan amat pedih di dadanya dihina dan direndahkan oleh kedua suami istri itu. Lalu timbullah pikiran jahat di dalam hatinya, padahal ia telah lama berusaha untuk selalu berbuat benar dan lurus, bagaimanapun naluri jahat dalam dirinya kembali muncul.

Ia akan membalas perlakuan Rudi dan Lisa itu yang telah kelewatan. Ia tahu, Rudi sering ke luar kota untuk saat yang lama, sedang Lisa tinggal di rumah itu dengan kedua anaknya. ia ingin Lisa bertekuk lutut minta belas kasihan kepadanya, bagaimanapun usianya saat ini ia masih mampu untuk menaklukkan wanita ditunjang dengan ilmu mistis yang dimilikinya.

Ia tahu, Lisapun pada saat-saat tertentu pasti membutuhkan kemesraan dari Rudi. Martin amat berpengalaman dalam soal seks. Ia tahu Lisa termasuk dalam katagori wanita yang tidak bisa menahan nafsu apalagi jika sering ditinggal suaminya beberapa hari.

Pada hari itu, Rudi berangkat ke daerah untuk meninjau proyek yang ia tangani di sebuah pulau yang memakan waktu beberapa hari. Saat itulah yang dinanti-nanti Martin. Di kamarnya ia telah menyiapkan beberapa sesajen untuk mengadakan ritual memantapkan ajian pemikat yang ia miliki.

Saat itu Lisa sedang berada di dalam kamarnya yang luas, dilengkapi AC yang bersuhu dingin itu amat kedinginan. Gairah nafsunya menghentak hentak, padahal sebelum berangkat Rudi telah menyirami batin Lisa beberapa kali ronde, namun aneh saat itu ia ingin kembali mengulangnya.

Kemudian Lisa berjalan ke luar kamarnya, terlihat tubuh mulusnya terbungkus baju tidur sutra yang halus sehingga lekuk tubuhnya yang indah itu terbentuk. Ia lihat di sekeliling ruang rumahnya, semua pada tidur dan hanya ia yang masih bangun. Ingin rasanya ia bermasturbasi namun ia sadar tidak akan memuaskannya,

Lisa berpikir keras untuk meredam nafsunya itu. Semakin malam hari semakin dingin dan begitu juga nafsunya ingin di salurkan namun kepada siapa? Sedang Rudi saat ini masih berada di luar kota.

Di kamarnya pak Martin terus mengadakan ritual mistis, ia ingin agar Lisa benar-benar datang minta belas kasihan kepadanya. Martin sudah tidak dapat lagi menahan nafsu dendamnya kepada Rudi dan Lisa, meskipun selama ini ia sering melihat Lisa yang cantik dan menggairahkan itu dalam kamar dan rumahnya , namun Martin selalu dapat mengatasinya. Secara lahiriyah ia akui Lisa amat menggoda gairahnya, namun pikiran itu ia buang jauh-jauh. Ia tidak ingin membuat masalah. Bisa saja dari dulu-dulu ia pelet Lisa dan ia gauli sesukanya namun ia tak pernah melakukannya. Sekarang, karena tindakan Rudi dan Lisa yang sudah amat kelewatan saja maka ia berbuat itu.

Kemudian Lisa menuruni anak tangga rumahnya dan berjalan ke ruang tamunya. Di luar hari mulai hujan dan diiringi petir. Ia berjalan ke kamar pembantunya, Mbok Ijah, namun Mbok Ijah telah tidur. Kamar Martin terletak di samping garasi rumah itu.

Lalu Lisa berjalan ke arah kamar Martin. Secara tiba-tiba pintu kamar Martin terbuka. Lisa sempat mencium aroma menyan yang dibakar Martin saat itu. Dari dalam kamarnya, Martin memanggil Lisa dengan suara serak. Martin saat itu telah tahu bahwa Lisa akan mendatanginya.

Lisa melihat ke dalam kamar itu. Ia lihat kamar itu hanya diterangi lampu 5 watt sehingga samar-samar saja ia melihat Martin duduk bersila di lantai kamar.

“Lisa, masuk… duduklah, Lisa…” kata Martin serak. Lalu Lisa jongkok dan duduk di atas karpet merah yang telah disediakan Martin.

Sambil komat-kamit, Martin memerintahkan Lisa untuk memandang matanya.

“Nah, pandanglah mata saya, Lisa,” kata Martin lagi.

Inilah kesalahan fatal bagi Lisa. Ia tatap mata Martin. Lalu Martin yang saat itu hanya mengenakan sarung, berdiri dan berjalan kearah pintu untuk menguncinya dari dalam.

Lisa yang telah terpaku oleh pengaruh Martin, hanya duduk diam. Nafasnya nampak naik turun, karena gairah nafsunya amat menghentak-hentak kepalanya.

Melalui baju tidur sutra tipis itu tampak kulit tubuh Lisa yang amat menggoda. Warna lampu 5 watt amat mempengaruhi kecantikan Lisa. Martin lalu berjalan ke arah belakang badan Lisa.

Tangannya langsung meraih jemari Lisa. Sambil memeluk dari belakang, ia ciumi tengkuk yang berbulu halus itu dengan syahdu. Mata Lisa hanya merem melek menikmati sentuhan Martin yang nota bene adalah pembantunya itu.

Selama ia berada di daerah itu ia belum sekalipun dirinya menginjakkan kakinya di kamar Martin. Pengaruh pelet dari Martin ternyata mampu membuatnya mendatangi kamar itu.

Masih dari belakang tubuh Lisa, Martin lalu meraih kedua payudara Lisa yang terbungkus baju tidur. Tangan Martin meremas dan memilin bukit ranum itu. Lalu mulutnya ia geser ke depan dan ia kulum bibir Lisa yang merah jambu itu. Di bibir itu Martin mencari-cari lidah Lisa. Dengan nafasnya ia hirup lidah Lisa hingga Lisa merasa sesak nafas.

Tangan Martin tidak mau kalah. Dari dada Lisa, tangan itu terus turun ke paha dan terus bergeser ke arah pangkal paha Lisa. Baju tidur perempuan itu ia singkapkan sehingga paha mulusnya terlihat jelas. Lisa memakai CD putih tipis berenda. Jari-jemari Martin lalu bermain di dalam rongga kemaluan Lisa dan mulai mengorek-ngorek isi vaginanya.

Di atas karpet merah itu, sangat kontras terlihat tubuh putih mulus Lisa yang mengenakan baju sutra tipis itu duduk bersila. Lalu Martin membuka kedua tali yang menahan baju itu dari bahu Lisa sehingga baju itu terlepas ke bawah. Terpampanglah bahu putih serta payudara yang masih tertutup BH 34c milik Lisa. Baju itu ia turunkan terus, sementara tali BH itu ia buka pengaitnya dari belakang sehingga kedua bukit salju Lisa terlihat jelas.

Kedua putingnya berwarna merah jambu. Dengan mulutnya, bukit indah itu dijilat inci demi inci, sesekali ia gigit dengan lembut sehingga menambah kenikmatan dan sensasi tersendiri bagi Lisa. Dari mulutnya hanya terdengar dengusan kenikmatan. Ia ingin permainan itu diteruskan segera oleh Martin. Martin yang telah berpengalaman itu tahu semua titik kelemahan Lisa. Ia terus memancing setiap inci dari tubuh Lisa dengan lidahnya. Lalu ia buka CD Lisa dan terlihatlah sorga kenikmatan Lisa yang masih rapet itu.

Meskipun Lisa telah melahirkan namun liang vaginanya masih rapat. Itu karena setiap melahirkan, ia melakukan bedah caesar sehingga tidak mempengaruhi bentuk vaginanya. Di samping itu, ia juga rajin olah kebugaran hingga perutnya tetap rata dan kencang.

Martin menggeser mulutnya ke bawah pusar Lisa dan berhenti di lobang yang di tutup oleh bulu halus terawat itu. Lobang vagina Lisa ia obok-obok dengan lidahnya. Lubang kelamin Lisa memiliki bau yang khas, yang memancing gairah Martin.

Lalu Martin mengambil posisi membelakangi Lisa. Ia arahkan penisnya yang panjang dan tidak dikhitan sehingga menyerupai pisang flores itu ke mulut Lisa. Melalui bibir Lisa, penis itu menerobos masuk masuk perlahan ke dalam mulut istri Rudi itu. Lisa menerima kepala penis itu dengan pasrah dan mengulumnya hingga tuntas.

Penis itu terus ia kocok di dalam mulutnya hingga kepala penis yang telah lama tidak dipakai dan menghitam itu terlihat licin mengkilat. Akhirnya penis Martin memuntahkan larvanya karena dikocok secara intensif oleh mulut Lisa selama 15 menit. Lisa menelan sperma Martin sampai habis. Bahkan setelah semua sperma kental itu berpindah ke dalam perutnya, ia masih terus menjilati kepala baja hitam itu.

Martin terus memanjakan lobang vagina Lisa berulang-ulang. Ia tidak peduli Lisa telah beberapa kali orgasme, yang ditandai dengan adanya lonjakan-lonjakan panjang pada tubuh Lisa.

Lalu Martin merubah posisinya. Ia berhadap- hadapan dengan Lisa yang masih terbaring di atas karpet tebal di dalam kamar Martin. Dengan tangannya Martin memasuki lobang Lisa. Ia korek-korek kelintit Lisa.

Lisa meregang menahan geli dan nafsu, sedangkan tubuh putih mulus itu telah basah bersimbah keringat karena permainan pemulaan itu. Martin merasa yakin Lisa telah terbangkitkan nafsunya.

Ia lalu membuka kedua kaki Lisa dan meletakkan bantal di bawah pantat Lisa. Ia tidak ingin penetrasi yang ia inginkan itu gagal. Telah lama ia
mengimpikan saat ini, menanamkan benihnya ke dalam rahim Lisa. Sesekali tangannya meraih payudara yang mulai tegak memerah itu. Kepala Lisa menggeleng-geleng. Ia menarik kepalanya menahan nikmat yang menjalari lobang kewanitaannya.

Martin membuka kaki Lisa sehingga lobang kemaluannya jelas terlihat. Ia kangkangkan kedua kaki Lisa. Penis yang telah tegak menghitam itu serta merta terarah ke lobang vagina Lisa. Saat baru saja kepala baja itu masuk ada rasa nyeri pada Lisa.

“Aaauuuuu…. nyilu, Pak!!” kata Lisa.

“Diam dulu, Lisa, hanya sebentar….”

Lalu Martin mendorong seluruh batang kejantanannya masuk ke dalam lobang memek Lisa. Ia genjot terus tanpa menghiraukan keluhan dan rasa nyeri pada lobang Lisa. Lisa hanya menuruti setiap gerakan Martin yang maju mundur di dalam lobang vaginanya.

Keringat membasahi tubuh kedua mahluk berlainan suku itu. Di antara kedua kaki Lisa tampak kaki Martin yang terus bertumpu menahan gerakan pinggulnya yang maju mundur. Kedua kaki Lisa terus menerjang ke kiri dan ke kanan. Ia merasakan kenikmatan yang amat dalam. Kedua tangan Lisa mencari-cari pegangan, lalu ia bertumpu pada bahu Martin. Ia mencengkeram bahu Martin karena merasakan nikmat yang tidak terhingga.

Gerakan penis Martin terus mengaduk-aduk lobang kewanitaan Lisa, maju mundur. Meskipun telah berusia senja, Martin masih memiliki kemampuan untuk berhubungan seks yang luar biasa. Lisa sendiri mengakui kalau tenaganya tidak kalah dengan Rudi.

Dalam kepala Martin saat itu adalah ia harus terus mengenjot Lisa sehingga Lisa mengalami beberapa kali orgasme. Ia amat sakit hati diperlakukan sewenang-wenang oleh Lisa dan Rudi. Dengan cara itulah ia membalasnya.

Lisa terus digenjot Martin. Tulang-belulangnya serasa dilolosi Martin. Permainan seks itu telah berlangsung hampir setengah jam namun Martin belum juga memuntahkan maninya. Ia terus melakukan gerakan berputar-putar pada saat penisnya masih di dalam lobang Lisa. Ia pegang kedua tangan Lisa, sementara mulutnya terus berada pada puting susu Lisa.

Akhirnya setelah lewat setengah jam ia genjot, barulah mani Martin tumpah di dalam lobang vagina Lisa sebanyak-banyaknya. Penis besar itu masih terus tertanam dalam lobang kemaluan Lisa sementara ia memuncratkan cairan pembuat bayinya di dalam tubuh istri Rudi. Lisa amat puas. Belum pernah ia merasakan kepuasan yang seperti itu selama ia berhubungan seks dengan Rudi. Suaminya tak ada apa-apanya dibandingkan Pak Martin. Pak Martin amat pandai mengatur tempo permainan. Rudi yang juga memiliki segudang cara dalam bersenggama tetap jauh tertinggal dari Pak Martin ini.

Menjelang pagi Martin terus mempermainkan nafsu dan gairah Lisa sampai 3 kali. Saat itu cuaca amat berpihak pada Martin. Selain hujan badai di luar rumah, pembantu dan anak-anak Lisa tidak terbangun. Inilah yang amat mengembirakan Martin sehingga ia bisa berasyik masyuk berdua saja bersama Lisa.

Setelah subuh barulah Lisa selesai dikerjai Pak Martin. Perempuan itu bangun dari karpet dan memakai CD dan BH-nya. Lalu ia kenakan kembali baju tidurnya. Terlihat keletihan yang mendalam pada wajah Lisa.

Ia keluar dari kamar Pak Martin dan naik ke kamarnya di lantai atas. Lalu ia membersihkan badan dan mandi. Masih banyak sisa sperma Martin pada bibirnya dan pada kedua pahanya.

Sejak itu hubungan Lisa dan Martin semakin intim. Saat Rudi tak ada di rumah, mereka berdua terus mengayuh biduk kemesraan di kamar Martin ataupun di ranjang Lisa dan Rudi.

Martin selalu melakukan aji penglimunan sehingga seluruh penghuni rumah itu tertidur kecuali Lisa dan dirinya. Jika Martin sedang berhasrat untuk melakukan hubungan seks, ia akan memanggil Lisa dengan caranya yang unik.

Pernah gairahnya terhadap Lisa tiba-tiba menghentak-hentak, padahal saat itu hari Minggu pagi dan Rudi sedang ada di rumah. Pasangan suami istri itu baru saja bangun tidur, sedangkan anak-anak mereka masih tertidur pulas. Begitu Rudi masuk ke kamar mandi, Pak Martin melafazkan mantranya. Maka Lisa langsung datang ke kamarnya seolah tahu Pak Martin sedang ngebet membutuhkannya. Begitu dilihatnya perempuan itu, Pak Martin langsung menerkamnya dan, tanpa banyak omong, saat itu juga ia menuntaskan nafsunya ke tubuh Lisa, sementara suaminya sedang asyik mandi.

Walaupun Lisa sudah berada dalam gengamannya, ia tidak menginginkan perkawinan Lisa dan Rudi hancur. Makanya Martin berusaha pandai-pandai mengatur saat-saat kebersamaannya dengan Lisa. Lisa pun selalu menurut kepada perintah Martin. Keduanya begitu kompak menjaga rahasia ini.

Sejak saat itu, apa pun keinginan Martin, baik tubuh Lisa atau uang, selalu terpenuhi. Ia tinggal minta kepada Lisa yang seolah sudah tak bisa lepas lagi dari Martin. Martin memang amat pandai mengatur siasat untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Sementara itu, Lisa pun terus melayani Rudi suaminya sebagaimana biasa. Tidak ada keganjilan yang ditangkap Rudi. Martin sendiri tidak terlalu cemburu karena tahu Lisa tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh peletnya dan pasti akan selalu kembali kepadanya. Lama-kelamaan, Rudi pun secara tidak langsung telah masuk ke dalam pengaruh Martin.

Martin memanglah seorang pria yang dilahirkan berkemampuan seks luar biasa. Saat jadi penjahat dulu, tidak sedikit pelacur maupun wanita baik-baik yang ia gauli, tidak peduli masih perawan atau pun istri orang.

Sampai saat ini Lisa masih terus digauli Martin sesuka hatinya, tidak memandang tempat dan waktu.

TAMAT

Paling Populer Selama Ini