5/23/2011

Anggota Dewan

Saat ini aku semester 3 Fakultas Sastra Inggris di PTS swasta favourit di Kota Malang. Aku tinggal di kawasan perumahan yang cukup terkenal di Malang, di Perumahan Araya. Namaku Donny, umur 18 tahun, tinggi 175 cm, berat 70. Tubuhku cukup berisi dengan kulit kuning langsat, rambut lurus dan hidung sedikit mancung. Aku dilahirkan dari keluarga yang mampu.
Tapi Aku merasa kesepian karena kakak perempuanku yang sulung kuliah di Australia. Sedang kakak cowokku di atasku, sedang kuliah di UI Jakarta. Kedua orang tuaku lebih sering berada di luar kota. Kadang di Bali mengurusi perusahaannya di bidang garment, kadang di Jakarta mengurusi usaha restoran. Sehingga aku jarang bertemu kedua orang tuaku.

Di kampus, aku memiliki pacar cewek yang dijodohin oleh teman-temanku. Namanya Herdita, cewek blasteran China-Sunda-Manado. Keluarga Herdita termasuk keluarga yang kaya. Karena ayahnya, Pak Hermanto adalah ketua fraksi salah satu parpol di DPRD sedang ibunya, Bu Inge Estianti adalah sosok pengusaha wanita yang ulet. Ada tangan kanan keluarga Pak Harmawan yang mengurusi semua urusan bisnis dan usaha keluarga, namanya Om Bernard, yang ternyata adik Pak Hermanto.

Aku punya kesibukan sebagai wakil ketua Senat di fakultasku. Banyak sekali kegiatan ekstra yang aku ikuti. Seperti akhir pekan ini, kelompok debater di fakultasku berencana mengadakan kegiatan di salah satu villa di kawasan Batu Malang. Untuk itu, aku dan Idran temenku survey dan mencari persewaan rumah villa di kawasan Batu ini.

Sesampainya di kawasan villa Songgoriti yang sering menjadi tempat peristirahatan pengunjung dari luar kota, aku dan Idran mengamati beberapa villa yang berdampingan dengan beberapa hotel kecil. Tiba-tiba pandanganku jatuh pada pria setengah baya yang berkacamata hitam baru keluar dari mobil dan mau masuk ke salah satu hotel. Aku seperti tak percaya, dia ternyata Om Hermanto, ayahnya Herdita. Saat yang bersamaan, seorang pemuda tanggung dengan dandanan yang necis, berbadan cukup atletis dan muscle keluar dari pintu mobil yang lain. Dari gelagatnya, aku merasakan sesuatu yang aneh, sehingga timbul niatku untuk menyelidiki apa sebenarnya tujuan Om Hermanto datang ke hotel ini. Setelah mendapat kunci, mereka kemudian melangkah pergi untuk menuju kamar yang dipesan. Lalu aku menguntitnya diam-diam, pada temenku Idran aku pamit mau survey harga kamar di hotel itu. Ternyata mereka menuju ke kamar pavilliun yaitu salah satu kamar VIP yang dipunyai oleh hotel itu.

Kemudian aku balik lagi ke temanku Idran. Kuputuskan untuk menyewa villa Aster yang letaknya bersebelahan dengan hotel tempat Om Hermanto check in itu. Kebetulan ada salah satu ruang yang lokasinya saling membelakangi dengan pavilliun tersebut, dan dipisahkan oleh parkiran mobil. Aku berlagak seolah-olah seang meneliti dan mengamati seluruh ruang di Villa Aster. Padahal aku mencari tahu, bagian tempat yang mana yang dengan leluasa bisa mengintip ke dalam kamar pavilliun Om Hermanto. Rupanya, pada dinding belakang kamar pavilliun itu ada ventilasi udara yang agak rendah. Dengan memanjat mobil, akhirnya aku bisa melihat apa yang terjadi di dalam kamar pavilliun itu. Ternyata Om Hermanto, ayah pacarku yang di rumah kelihatan alim dan berwibawa tak disangka sedang bergelayut mesra dengan seorang pria. Entah pria itu pacar gaynya ataukan cowok itu, gigolo pemuas nafsu saja. Sungguh aku tidak mempercayai apa yang aku lihat. Ternyata Om Hermawan seorang biseks. Meskipun sudah punya istri cantik dan memberinya 3 anak, tapi masih bisa berhubungan dengan cowok.

Aku intip secara samar-samar, Om Hermanto dan cowok itu hanya memakai celana pendek dan sesekali saling berciuman bibir. Aku turun dari mobil, dan berfikir keras atas apa yang aku saksikan ini. Antara bingung dan rasa tidak percaya. Lalu aku naik ke atas mobil lagi untu mengintip. Meski kurang leluasa, namun cukup memberikan gambaran apa yang terjadi di dalam kamar pavilliun itu. Rupanya kini kedua orang itu kini dalam keadaan telanjang bulat dan posisi Om Hermanto sedang menaiki pemuda itu sambil duduk di perutnya. Sesekali Om Hermanto mencium bibir, lalu berpindah ke leher pemuda itu. Dada dan putting pemuda itu juga tidak luput dari sapuan lidah dan kumis Om Hermanto. Lalu aku melihat Om Hermanto menggesek-gesekkan tubuhnya pada pemuda itu, sehingga batang kontolnya saling bergesekan.

Om Hermanto melorot dengan sambil terus menciumi pemuda itu dengan ganas dari leher, dada, turun ke perut dan kontol pemuda itu juga habis diciumi Om Hermanto. Lalu kontol pemuda itu dipegang dan dijilati oleh Om Hermanto. Aku merasa kaget dan aneh juga dengan diriku. Mengapa aku sangat terangsang melihat adegan dua pria yang sedang bersetubuh itu. Perlahan kontolku ikut berdiri dan mulai menegang. Oh, mengapa aku ikut terangsang dengan adegan dua cowok yang bersetubuh ya? Apakah aku juga biseks seperti Om Hermanto? Tanyaku dalam bathin.

Tiba-tiba aku lihat Om Hermanto mengambil sesuatu dan dioleskan ke belakang pantatnya. Sekilas kulihat kontol pemuda itu di arahkan ke belahan pantat Om Hermanto dan kontol itu diduduki Om Hermanto. Wajah Om Hermanto kelihatan merah dan dipenuhi keringat yang membasahi kulitnya. Nafasnya terengah-engah sambil menjerit-jerit kecil, saat batang kontol itu menusuk pantatnya. Dengan berjungkit jungkit dan bertumpu pada batang kontol pemuda itu, nampak Om Hermanto secara ganas menggoyang goyang pantatnya. Sementara pemuda itu dengan cekatan meraba-raba dada Om Hermanto dan tangan satunya mengocok dan meremas kontol Om Hermanto yang teracung-acung didepannya.

Tiba-tiba gerakan pantat Om Hermanto dipercepat, lalu Om Hermanto berpegangan ke belakang lalu dia menjerit panjang. Kelihatannya Om Hermanto akan mendapat orgasmenya. Dengan secepat kilat Om Hermanto bangkit, sehingga tercabutlan batang kontol pemuda itu dari pantatnya. Dan tangan Om Hermanto meraih kontolnya sendiri dan dikocoknya dengan keras. Batang kontol itu diarahkan ke muka pemuda itu. Seperti dikomando, secara refleks mulut pemuda itu membuka seolah menyambut semprotan sperma dari kontol Om Hermanto. Tiba-tiba Om Hermanto melenguh dan menjerit keras karena sperma dari kontolnya muncrat mengenai mulut dan wajah pemuda itu. Dan dengan sigap, pemuda itu menyambar kontol itu dan dikulumnya kontol Om Hermanto. Rupanya pemuda itu ingin menelan seluruh sperma Om Hermanto.

Om Hermanto mengejang beberapa kali, menghabiskan semprotan spermanya lalu badannya ambruk menjatuhi tubuh pemuda itu. Kelihatannya pemuda itu belum puas lalu mereka ganti posisi. Om Hermanto berbaring di ranjang, kakinya di buka lebar lututnya dilipat, dengan penuh nafsu pemuda itu menjilati batang kontol Om Hermanto yang sudah basah penuh dengan cairan maninya. Ayah pacarku itu mengerang-erang manja. Setelah puas dengan permainan lidahnya, pemuda itu kembali mengarahkan batang kejantanannya ke lubang anus Om Hermanto lalu dengan mudah, "Blueesss..." Kejantanan pemuda itu sudah amblas seluruhnya ke dalam lubang anus Om Hermanto. Aku melihatnya semakin bernafsu sambil meraba kemaluanku sendiri dari luar celanku. Aku antusias sekali untuk menikmati permainan mereka. Pemuda itu terus memompa batang kejantanannya keluar masuk lubang anus Om Hermanto sambil tangannya meremas-remas dada pria paruh baya itu.

Sekitar 6 menit kemudian pemuda itu mengejang, ditekannya dalam-dalam pantatnya sambil melenguh dia seakan hampir mencapai puncak kenikmatannya. Om Hermanto malah terus menggoyangkan pinggulnya dan semakin keras. Tak lama kemudian dijepitnya tubuh pemuda itu dengan kakinya sambil tangannya mencengkeram punggung pemuda itu. Rupanya Om Hermanto ingin sperma pemuda itu muncrat didalam lubang anus Om Hermanto. Tetapi lain yang diinginkan pemuda itu, dia cabut batang kontolnya dan diarahkan ke muka Om Hermanto. Dengan terus mengocok batang kontol yang luamayan besar itu, pemuda itu terlihat melenguh dan mendesis desis akan mencapai klimaks. Setelah beberapa saat, kontol itupun menyemburkan cairan spermanya ke muka, mata dan mulut Om Hermanto. Nampak lidah Om Hermanto menjilati sperma di sisi bibirnya.

Kelihatannya pemuda itu ingin menyudahi orgasmenya dengan cara yang sama dengan Om Hermanto. Cairan spermanya disemprtkan ke muka lawannya. Lalu kusudahi acaraku mengintip Om Hermanto, ayah pacarku yang penuh wibawa dan sangat kukagumi dedikasinya karena terkenal bersih, tapi ternyata seorang biseks ini. Ada catatan tersendiri dalam hatiku. Paling tidak aku sekarang punya kartu truf rahasianya.

Setelah agak malam, beberapa teman-temanku berdatangan ke villa ini. Beberapa teman sibuk menyiapkan dekorasi dan teman yang lain sibuk menyusun tempat dan membagi ruang untuk peserta kegiatan. Jam 10 malam setelah berpakaian, aku keluar dari kamar. Kubiarkan teman-temanku yang lain menyiapkan perlengkapan untuk kegiatan besok hari. Kunyalakan rokok dan duduk di teras kamar, rasanya udara di Kota Batu sangat dingin. Kembali kutengok kamar pavilliun, dan kali ini dari ventilasi villa Aster. Kelihatan lampunya masih menyala berarti mereka belum pulang, lalu dengan sedikit berjinjit, aku keluar villa lalu kuintip lagi dari jendela ternyata mereka sedang tidur saling berpelukan.

Tiba-tiba aku ingat Om Hermanto selalu bawa HP, aku sendiri juga kebetulan bawa tapi aku ragu apakah HP-nya diaktifkan tapi akan kucoba saja. Begitu ketemu nomernya lalu kutekan dial dan terdengar nada panggil di dalam kamar itu. Om Hermanto terbangun lalu buru-buru mengangkat HP-nya, dia sempat melihat nomer yang masuk.

"Haloo.. ini Donny yaaa, ada apa Dooon..?" kata Om Hermanto dari dalam kamar.
"Om sedang di mana..?" tanyaku.
"Lhooo.. apa kamu nggak tanya Herdita, hari ini aku kan nginap di rumah kakeknya Herdita di Blitar, neneknya kan lagi sakit.." kata Om Hermanto beralasan.
"Oh, Kakek sedang sakit apa Om.." tanyaku berlagak pilon.
Dia diam sejenak, "Ah nggak cuman jantungnya kambuh.. tapi sudah baikan kok, besok juga saya pulang balik ke Malang," katanya pintar bersandiwara.
"Memangnya kamu, ada perlu apa..Don?" tanya Om Hermanto.
"Maaf Om.. tapi.. Om jangan marah yaaa..!"
"Ayo…katakan..kalau mau ngomong, ngomong saja.. Om janji nggak akan marah. Om lagi cape banget nih," kata Om Hermanto.

"Om capek habis ngapain..?" tanyaku.
"Maksudnya?”balas Om Hermanto cepat.
“Enggak, Om tadi bilang cape. Emang Om habis apa?”tanyaku balik
“E..e.. anuu tadi mijitin Neneknya Herdita.." katanya gugup.
"Bener Om..? masak orang sakit jantung kok dipijitin, bukannya mijitin yang lain..?" kataku mulai berani.
"Kamu kok nggak percaya... Apa sih maksudmu..?"
"Sekali lagi maaf Om, sebenarnya saya sudah tahu semuanya..?"
"T..tahu apa kamu?" dia mulai gelagapan.
"Bukannya Om sekarang berada di kamar pavilliun di hotel kawasan Songgoriti Batu bersama pemuda berkulit putih dan pakai kalung emas," kataku.
"D..Doon, kamu dimanaaa?" katanya bingung.
"Temui saya di belakang kamar Om, aku di dalam mobil Avanza Hitam sekarang.. kita bisa pecahkan masalah ini tanpa ada orang yang tahu," kataku menantang.
"B..b.baik, saya segera ke sana.. tunggu lima menit lagi," katanya lemah.

Tak lama kemudian Om Hermanto datang dengan hanya memakai piyama masuk ke mobilku.
"Malem Om," sapaku ramah.
"Dooon tolong yaaa, kamu jangan buka rahasia ini.." katanya memohon.
"Jangan khawatir Om kalau sama saya pasti aman, tapiii..." aku bingung mau meneruskan.
Selintas bayanganku pada tubuh Om Hermanto dalam keadaan telanjang bulat sedang merintih-rintih nikmat bergoyang goyang di atas pemuda itu.
"Tapi.. apa Dooon..?, ngooomong dooong cepetan, jangan buat aku gugip di sini.. tolong deh jaga nama baik Om... Om baru dua kali begini kook... itu jugaaa... Ahhhhh…tolong kamu tutup mulut ya.." katanya merajuk.
"Tunggu duluu.. emang Om ini juga suka ama cowok ya? Trus Tante Inge gimana?” tanyaku.
"Ya gapapa….kita baik-baik saja…Ini OM lakukan hanya variasi saja, agar tidak jenuh.. sekarang tolong Om yaah, jaga rahasia Om.. please!!" katanya mengiba.

"Baik Om, saya akan jaga rahasia ini, tapi tergantung.."
"Tergantung apa..?
"Tergantung.. imbalannya.. terus yang buat tutup mulut apa dong, masak mulut saya dibiarin terbuka..?"
"Kamu minta uang berapa juta besok saya kasih," balas Om Hermanto agak sombong.
"Papa saya masih bisa kok ngasih uang berapapun, Emangnya uang bisa untuk tutup mulut, lihat Om," sambil aku keluarin uang 100 ribuan lalu kutaruh di mulutku, kemudian uang itu jatuh ke lantai mobil.
"Tuhh, jatuh kan, uangnya." kataku sambil ketawa kecil.
"Hihi..hi, kamu bisa apa aja becanda, terus kamu minta apa..?" tanya Om Hermanto.
”Apa emang enak, ngeseks dengan sesama cowok" tanyaku nakal.
"Wah kamu semakin kurang ajar saja, maksud kamu apa," ancamnya serius.
"Memangnya Om pengin lihat berita di koran, Ketua Fraksi DPRD berselingkuh dengan gigolo gay," aku balik mengancam.
"Ett.. jangan dong, kamu kok gitu sih, aku cuman bercanda kok, kamu minta apa sekarang?," katanya, akhirnya dia mengalah.
"Jujur tadi waktu ngintip Om ML ama tuh cowok, aku cukup terangsang. Aku ga tau, apakah aku juga sama kayak Om, biseks,”terang saya.
“Trus maksudmu apa?”tanya Om Hermanto balik
“Rasanya enak ya…sama Tante Inge, enak mana?”tanyaku nakal.
“Ya..ya…sama aja…Kamu ingin tau rasanya?”balas Om
“Kalau saya ngajak Om ML. Kira-kira Om mau ML sama saya sekarang..?" tanyaku nggak percaya.
"Hm….jadi kamu juga pengen ngerasain?..Hmm…..hmm…”,Om ermanto berfikir.
“Kalau begitu, kamu tunggu disini. Aku mau menyuruh pulang cowok itu dulu ya," katanya sambil melangkah pergi menuju kamarnya.
Aku masih belum ngerti maksud da rencana Om Hermanto. Aku lihat arlojiku sudah menunjukkan jam 23:00 WIB. Beberapa saat, kulihat seorang pemuda keluar dari kamar Om Hermanto. Lalu Om Hermanto keluar dan melambai ke arahku. Aku segera masuk ke dalam kamar itu. Kulihat Om Hermanto sedang duduk di bibir ranjang.
Ternyata ada majalah gay yang berserak dan lupa dibawa pulang pemuda tadi. Lalu kuungut dan kuamati gambar adegan dua cowok yang saling oral dan saling sodomi.

"Wow….kayaknya mereka menikmati sekali ya?”ujarku berkomentar.
“Begini aja Don…”Om Hermanto berkata dan mendekati aku.
Tangan Om Hermanto mendarat di punggungku, sementara mulut dan lidah Om Hermanto mendekat ke tengkuk leherku.
Aku merasakan dengus nafas Om Hermanto dan sejenak kurasakan sapuan lidah Om Hermanto menjelujuri leher belakangku.
Aku pasrah dan terdiam menikmati apa yang akan Om Hermanto lakukan padaku. Tangan Om Hermanto telah pindah ke dadaku dan meremasnya. Perlahan kedua tetek putting dadaku dipilin pilin. Aku merasakan sensasi yang begitu dahsyat. Rasa nikmat dan geli menjalar di sekujur tubuhku, bagaikan setruman listrik beribu voltage. Rasanya tubuh ini lunglai dan aku merasa badanku seakan sedang melayang layang.
Tangan Om Hermanto terus menggerayangi dada, perut dan berakhir di selangkanganku. Aku terkejut juga, ternyata kontolku sudah terangsang dan tegak berdiri sejak tadi. Berarti aku juga biseks, karena aku juga bisa menikmati dan bisa terangsang oleh Om Hermanto.

Lalu dengan kasar dibukanya reitsleting celanaku dan dilepasnya celanaku ke bawah juga celana dalamku hingga sampai lutut. "Waaww... besar sekali punya kamu Don?" serunya, lalu secepat kilat tangannya menggenggam kemaluanku yang ukuran panjangnya 17 cm dengan diameternya kira-kira 4,2 cm kemudian mengelus-elusnya dengan penuh nafsu. Jelas Om Hermanto sudah berpengalaman sekali. Batang kejantananku tak lagi hanya diremasnya, ia mulai mengocok-ngocoknya. Sebelah lagi tangannya menekan-nekan dan meremas dada serta memilin-milin putting dadaku.

"Buka bajumu dulu, Don.." ia menarik baju kaos yang kukenakan, lalu celanaku dilepaskannya. Ia sejenak berdiri dan melepas piyamanya, kini aku dapat melihat tubuh Om Hermanto yang atletis itu dengan jelas. Dada Om Hermanto lumayan padat berisi. Bulu-bulu di dada, perut hingga pangkal kelamin tumbuh dengan lebat. Hitam namun halus dan tertata rapi. Batang kontolnya juga berurat dan kepalanya bak cendawan membengkak.

Bibir Om Hermanto langsung menyambar bibirku. Aku gelagepan dan Om Hermanto menyedot lidahku dengan lembut. "Uhh..." nikmatnya,.

"Hmm... ooohh... Om... aahh.." kegelian bercampur nikmat saat Om Hermanto memadukan kecupannya di leherku sambil menggesekkan kumisnya pada kulitku. Bibir Om Hermanto merayap ke arah dadaku, bertumpu pada tangan yang ditekuknya sambil berusaha meraih pentil dadaku dengan bibirnya. Lidahnya mulai bekerja liar menjelajahi dadaku senti demi senti.

"Hmm..... ooohh.." Desahanku mulai terdengar, meski serak-serak tertahan nikmatnya jilatan lidah Om Hermanto. Aku yang sudah terbawa nafsu berat itu menurut saja, saat lidah Om Hermanto merambat cepat ke arah pahaku, Om Hermanto membuka kakiku lebar. Disibaknya celanaku dan dipelorotkan, hingga kontolku nampak tergantung dengan tegang. Lantas lidah Om Hermanto menjulur lalu menjilati batang kontolku. "Ooohh, yaahh... enaak, Ommmm, Hebat kamu Ommm... ooohh..." Aku mulai menjerit kecil merasakan sedotan mulut Om Hermanto pada batang kontolku. Sekitar lima menit lebih Om Hermanto bermain di daerah itu sampai kurasakan tiba-tiba aku secara refleks menjepit kepala Om Hermanto dengan keras diantara pangkal pahaku, hingga hampir-hampir Om Hermanto tak dapat bernafas.

"Aahh... aku nggak kuaat aahh, Ommm.." teriakku panjang seiring tubuhku yang menegang, tanganku meremas-remas kepala Om Hermanto. Dari liang kencingku mengucur cairan kental yang langsung menyemprot nyemprot dan memenuhi mulut Om Hermanto. Kontolku kurasakan berdenyut denyut dan semburan sperma itu bersamaan dengan mengejangnya tubuhku. Mengejang lagi, menyemprot lagi. Kejag lagi, semprot lagi. Rasanya nikmat tiap kali semprotan menyembur. Oh..begitu cepat aku mencapai puncak kenikmatan itu. Betapa singkatnya.

"Makasih yaa Om, udah puasin aku.. makasih. Sekarang beri aku mau bersihin badan sebentar ya Om," lalu aku beranjak ke arah kamar mandi. Aku tak tahu harus berbuat apa, meski sudah kukeluarin dan kubersihin di kamar mandi, senjataku masih tegang dan keras. Ahh, aku meloncat bangun dan menuju ke kamar mandi. Tapi sejurus kemudian, Om Hermandu menyusul ke kamar mandi. Secara tiba-tiba tangannya langsung meraih batang kejantananku yang masih tegang.
"Woooww... Om baru sadar kalau kamu punya segede ini, Doon... ooohhmm.." ia berjongkok di hadapanku. Aku menyandarkan tubuh di dinding kamar mandi itu dan secepat kilat Om Hermanto memasukkan batang kejantananku ke mulutnya.
"Ouughh... sssttt.. nikmat Om.. ooohh... ooohh... ahh..." geli bercampur nikmat membuatku seperti melayang. Baru kali ini punyaku yang baru keluar itu dikulum-kulum lagi dalam guyuran air mandi. Ternyata, ahh..., lezatnya setengah mati. Batang kejantananku tampak semakin tegang, mulut mungil Om Hermanto hampir tak dapat lagi menampungnya. Sementara tanganku ikut bergerak meremas-remas kepalanya.

"Waaouwww... punya kamu ini lho, Doon... Om jadi nafsu lagi nih, yuk kita lanjutin lagi," tangannya menarikku kembali ke tempat tidur, Om Hermanto seperti melihat sesuatu yang begitu menakjubkan. Pria setengah baya itu langsung merebahkan diri dan membuka kedua pahanya ke arah yang berlawanan, mataku lagi-lagi melototi bagian tubuh Om Hermanto, kontolnya, erutnya, gundukan patatnya.
Hmm.. Om Hermanto menjilati kontolku sejenak, hingga seluruh batang kontolku basah oleh ludahnya. Lalu Om Hermanto bangkit dan duduk di atas perutku. Diarahkannya batang kontolku tepat di belahan pantatnya. Lalu secara perlahan kepala kontol itu menerobos lubang anus Om Hermanto. Diturunkanna pantat Om Hermanto, hingga kontolku terbenam dalam lubang anus itu.
"Sleeepp..." agak susah juga karena lubang anusnya lumayan sempit tapi kemudian amblas juga seluruhnya hingga sampai seolah buntu di ujung perut, lalu kupompa naik turun. "Hmm... ooohh.." Om Hermanto kini mengikuti gerakanku. Pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan. Liang anusnya seolah bertambah licin saja. Batang kejantananku kian lama kian lancar, kupercepat goyanganku hingga terdengar bunyi pantat yang bergencetan bertemu pangkal pahaku. "Plak.. plak.. plak.. plak.." aduh nikmatnya pria setengah baya ini. Mataku merem melek memandangi wajah kebapakan Om Hermanto yang masih saja mengeluarkan senyuman. Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang tadinya santai kini tak lagi berirama. Kontol Om Hermanto yang tegang tampak bergoyang kesana kemari, mengundang tanganku beraksi untuk mengocoknya.

"Ooohh, kamu buas sekali. Hmm... Om suka yang begini, ooohh... genjot terus.." katanya menggelinjang hebat.
"Uuuhh... Om, nikmat Om.. hmm Om enak..sekali ooohh.."
"Kamu senang yah? ooohh.. enak yahhh aahh... panjang sekali peler kamu.. ooohh, Dooony... aahh.." Jeritannya semakin keras dan panjang, denyutan liang anus Om Hermanto semakin terasa menjepit batang kejantananku yang semakin terasa keras dan tegang.
"Doon..?" dengusannya turun naik.
"Kenapa.. Om..."
"Kamu bener-bener hebat... ooowwww... uuuhh.... Om.. mau keluar hampiiirr.. aahh..." gerakan pinggulnya yang liar itu semakin tak karuan, tak terasa sudah lima belas menit kami bersetubuh.
"Ooohh memang enaak Om, ooohh... Om ooohh... Om Hermanto, ooohh... nikmat sekali Om, ooohh.." Tak kuhiraukan tubuh Om Hermanto yang menegang keras, kuku-kuku tangannya mencengkeram punggungku, pahanya menjepit keras pinggangku yang sedang asyik turun naik itu, "Aahh... Doon.. Om mau keee..luaarrr... aahh.." liang anus Om Hermanto terasa berdenyut keras sekali, seperti memijit batang kejantananku dan ia menggigit pundakku sampai kemerahan. Kepala batang kejantananku serasa dipijat pijat dinding anus itu.

Batang kejantananku masih menancap setia di liang anus Om Hermanto. "Sekarang Om mau puasin kamu, Sekarang rasakan Om om agak jongkok ya.. mmhh, " Posisi Om Hermanto berubah agak naik dan menunggangi tubuhku. Perlahan tangannya kembali menuntun batang kejantananku yang masih tegang itu memasuki liang kenikmatannya dan terasa lebih masuk.

Om Hermanto mulai bergoyang perlahan, kontolnya tampak lebih keras dan semakin menantang dalam posisi ini, aku segera meremas dan mengocoknya. Om Hermanto berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, terlihat jelas bagaimana batang kejantananku keluar masuk liang anusnya yang terlihat penuh sesak. "Ooohh enaak Om... oooh Om.. oooh Om Hermanto... oooh Om... hmm, enaak sekali... ooohh.." kontolnya seperti berayun keras mengikuti irama turun naiknya tubuh Om Hermanto. "Remas dan kocok yang mesra dong kontol Om, ooohh... yaahh.. pintar kamu... ooohh... Om nggak percaya kamu bisa seperti ini, ooohh... pintar kamu Doon ooohh... ganjal kepalamu dengan bantal ini," Om Hermanto meraih bantal yang ada di samping kirinya dan memberikannya padaku. "Maksud Om supaya saya bisa... srup.. srup.." mulutku menerkam tetek dada Om. "Yaahh.. sedot tetek Om lagi... hmm.. yak begitu teruuus yang kiri sayang ooohh.." Om Hermanto menundukkan badan agar kedua tetek dadanya terjangkau mulutku. Akhirnya dia menjerit panjang, "Ouuhhhgg.. Om mau keluuuaaar," erangnya. Srettt..satu semprotan cairan tumpah di perutku. Ada rasa hangat saat cairan itu muncrat. Lalu srettt..semprotan kedua mengenai leherku. Hangat kerasakan cairan itu. Srett…semburan sperma itu bertututan menyembur dan mebasahi perut dan dadaku. Cairan mani Om Hermanto yang muncrat dan meluber membasahi perut dan dadaku.

Aku yang belum puas memintanya untuk menungging. Om Hermanto menuruti perintahku, menungging tepat di depanku yang masih terduduk. Hmm.., lezatnya pantat Om Hermanto yang sempit ini, aku langsung mengambil posisi dan tanpa permisi lagi menyusupkan batang kejantananku dari belakang. Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih kontolnya yang berlumuran sperma itu. "Ooohh... nggg.. Kamu hebaat Donn... ooohh, genjot yang cepat ya, ooohh... tambah cepat lagi... uuuhh.." desah Om Hermanto tak beraturan. "Ooohh Om...Omm.. ooohh... nikmat sekali Om Hermanto.." Kepalanya menggeleng keras kesana kemari, kurasa Om Hermanto sedang berusaha menikmati gaya ini dengan semaksimal mungkin. Teriakannya pun makin ngawur. "Ooohh... jangan lama-lama lagi, Om nanti keluar lagi loooh.." rintihnya. Lalu aku mempercepat gerakanku hingga bunyinya kecepak-kecepok akibat terlalu lamanya aksi sodomiku pada Om Hermanto ini. Lalu aku merasa ada sesuatu yang mau keluar dari batang kontolku sendiri.

"Aahh Om... uuuhh... nikmat sekali, ooohh... Om sekarang.. Om Hermanto, ooohh... saya nggak tahan Om... enaak... ooohh.." ceracauku tak beraturan. "Om juga Doon... ohhh... Doonny, ooohh... keluaar sama sama ya, oooh.." Kami berdua berteriak panjang, badanku terasa bergetar dan, "Croot... crott... croott... croottt.." entah berapa kali batang kejantananku menyemburkan cairan kental ke dalam lubang anus dan menyembur ke usus Om Hermanto yang tampak juga mengalami hal yang sama, selangkangan kami saling menggenjot keras. Tangan Om Hermanto meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia gigit sendiri. Matanya terpejam seperti merasakan sensasi yang sangat hebat.
Sungguh kurasakan hal yang berbeda dengan anggota dewan yag terhormat ini. Dia begitu garang mengatas namakan rakyat saat di dalam sidang, akan tetapi di ranjang dia menggelepar gelepar untuk dipuaskan. Rapuh!!!!

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini