5/23/2011

Residivis Penjara

Malam itu aku bermaksud mengajak sahabatku Dinar jalan-jalan, maka kuhampiri ia di rumahnya. Saat kuketuk pintu, ternyata yang membukakan adalah adiknya Rendy.
Mas Dinar ada di gang samping, lagi ngobrol dengan teman-teman kampung,terang Rendy. Segera aku meluncur ke pos yang ada di ujung gang. Ternyata Dinar tidak ada di situ. Namun kudapati Bang Wahyu yang setahuku, seorang residivis yang seminggu kemaren baru kena kasus narkoba di diskotik. Ngeliat Dinar, Bang?,tanyaku pada Bang Wahyu.
Oh, dia pamit keluar ama Beben. Mungkin bentar lagi dia kembalijawan Bang Wahyu.
Mending kamu tunggu disini saja sambil ngobrol,timpal Bang Wahyu lagi, melihat aku kebingungan.
Ya udah lah. Oh ya, Bang Wahyu udah keluar nih. Gimana kasus kemaren?tanyaku tentang kasus Wahyu yang sempat di penjara.
Untung lah aku bisa nebus, sehingga aku ga perlu berlama-lama di dalam pejara,tandas Wahyu.

Singkat cerita, dari cerita Bang Wahyu, sedikitnya aku menjadi tahu kondisi di dalam penjara.

"Kita kalo tidak pandai-pandai di sel penjara, bisa celakalah, kita bisa seenaknya diperlakukan, dipukuli, disuruh-suruh atau bahkan kita bisa disodomi"
"Ah! Di sodomi?", tanyaku.

Bang Wahyu menghentikan pembicaraannya dan meneguk kopi yang ada di depannya.

"Kalo kita tidak banyak berkawan di dalam sel penjara tersebut kita bisa mampus, di dalam sel penjara itu orangnya macem-macem. Ada karena kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan lainnya. Bahkan multi etnis juga, ada Jawa, Flores, Batak dan lainnya".

Ketertarikanku mengenai cerita sodomi tersebut meminta Bang Wahyu untuk menceritakannya, cerita yang berbau porno yang membangkitkan gairah seksku malam itu, nafsu haus membelai-belai laki-laki saat udara malam yang dingin.

Bang Wahyu melanjutkan ceritanya dan aku menjadi pendengar terbaiknya malam itu.
Dua bulan berada di Penjara membuat pengalaman Bang Wahyu bertambah khususnya untuk sex. Di usianya yang 27 tahun, Bang Wahyu yang terjerat kasus narkoba harus menelan pahitnya kehidupan di sel Lembaga Pemasyarakatan.
"Kang Warso, namanya yang menyodomi Abang pertama kali, Abang waktu itu baru masuk sel. Sebagai orang baru Abang awalnya disuruh memijit badannya saat malam hari. Saat penjaga sipir penjara, tertidur. Dari pijitan badan, sampai akhirnya Kang Warso minta kontolnya dipijit juga, dikocok-kocok sampai maninya muncrat dan bukan itu saja, Abang juga ditelanjangi Kang Warso dan disodomi. Abang jadi benci sama Kang Warso, tapi lama-lama Abang sadar, ternyata sudah wajar di dalam penjara, jauh dari anak istri, jauh dari keluarga, jauh dari tempat hiburan dan semuanya "cap lonceng", ceritanya.

"Karena rata-rata tidak pernah berhubungan dengan wanita, jadinya harus melampiaskan nafsu seks dengan cara apapun.Yang lebih sering yah itu, kalo tidak ngocok, sodomi atau sama teman gantian ngocok-ngocok kontol. Bagi orang baru, akan disodomi. Sedangkan kalau sudah lama, dia gantian yang akan menyodomi penghuni baru", ucap Bang Wahyu lagi.
"Kalo Abang?Apakah Abang juga pernah menyodomi?" tanyaku.
"Mau tahu yah?", tanya Bang Wahyu sambil tersenyum.
"Tidak usahlah, cerita jorok", ucap Bang Wahyu meneguk sisa kopi dari gelas plastiknya.
"Aku justru suka Bang. Aku pernah juga melakukannya, tidak begitu seringlah, makanya kalo aku mendengar cerita sodomi jadi terangsang, apalagi kalo bisa meremas-remas totong Abang sekalian sambil mendengarkan Abang. Kalo melihat postur Abang yang besar begini, pasti kontolnya juga besar yah?", ucapku sambil tersenyum.

Bang Wahyu memandangku dan tersenyum. Senyumannya yang membuat wajahnya semakin tampan, enak dilihat dengan gigi-giginya yang rapat berwarna kekuning-kuningan. Hidungnya sedikit mancung dengan rambut-rambut halus yang belum dicukur menghiasi di sekitar pipi, dagu, leher dan di atas bibirnya.

Aku berusaha memijit-mijit bahu Bang Wahyu agar dia menjadi bersemangat menceritakan saat kejadian di dalam penjara. Dan cerita selanjutnya tentang kedua kalinya Bang Wahyu disodomi teman selnya.

"Saat itu Abang bertugas membersihkan toilet sipir, ketika orang Batak tersebut datang mendekati Abang sambil tersenyum, menarik tangan Abang ke dalam kamar kecil tersebut. Abang menolak saat orang keling itu menyuruh mengisap-isap kontolnya yang panjang dan belum sunat lagi, mana jembut-jembutnya lebat, hitam dan panjang-panjang. Orang Batak itu langsung menyodomi Abang, menciumi Abang dengan bernafsu. Abang selalu menghindar saat orang Batak itu mau mencium mulut Abang dan entah berapa kali orang Batak itu mengubah posisi tubuh Abang dan menyodomi lobang pantat Abang. Untung perbuatan orang Batak tersebut ketahuan di saat orang Batak tersebut menyodomi Abang dengan posisi menggendong tubuh Abang, dua sipir sel menyeret tubuh orang Batak tersebut", ceritanya.

"Ternyata laki-laki tersebut sudah terlalu sering monyodomi laki-laki remaja. Orang Batak tersebut dipukuli babak belur sampai kelenger, baru tahu rasa dia. Abang dipindahkan ke kamar sel yang lain. Abang minta untuk dipindahkan ke kamar sel Kang Warso. Bersama Kang Warso, tentu saja Abang sedikit aman walau laki-laki tersebut suka nyodomi juga. Abang menolak saat Kang Warso mau menyodomi Abang, untungnya laki-laki tersebut mengerti, Abang hanya disuruh mengocok-ngocok kontolnya sampai dia puas. Pernah juga Kang Warso menyodomi Abang, katanya dia tidak tahan, yah Abang cuma diam saja. Sejak saat itu bukan Kang warso saja yang menyodomi Abang, Johanness, orang Flores yang satu sel dengan Abang juga melakukannya. Dia melihat Abang disodomi Kang Warso malam itu, yah, mau tak mau Abang mengikuti permainannya. Dia orang lama di sel tersebut, boleh dikatakan dia kepala kamar di sel tersebut", lanjutnya.

Saat Bang Wahyu bercerita tentang sodomi tersebut, aku menjadi bergairah dan sangat bernafsu, tanganku meraba-raba kontolnya, mengelus-elusnya. Bang Wahyu hanya diam saja saat tanganku bereaksi dan terus melanjutkan ceritanya. Pandangan Bang Wahyu turun ke bawah melihat tanganku yang asyik meraba-raba kontolnya dari balik celananya, laki-laki tersebut tersenyum.

"Kamu mau?", tanya Bang Wahyu memandangku sambil tersenyum. Aku mengangguk dan kemudian menatapnya.
"Kalo Abang mau, kontol Abang aku isap-isap", tantangku.
"Wah, kebetulan sekali, sudah seminggu ini kontol Abang belum merasakan kenikmatan", ucap Bang Wahyu dan mengajakku meninggalkan pos di ujung gang itu.

Kami berjalan ke ujung gang, mencari toilet umum. Bang Wahyu merangkulkan tangannya ke pundakku, akh.. aman rasanya dalam rangkulan laki-laki berbadan besar dan tegap ini.

"Abang sodomi nanti yah?", pintanya.
"Tenang Bang, aku akan memberikan kenikmatan yang tak terlupakan", ucapku tersenyum demikian juga Bang Wahyu.

"Ayo, Abang sudah tidak sabar lagi", ucap Bang Wahyu.
Bang Wahyu mengajakku meninggalkan tempat tersebut, tangannya merangkul pundakku kembali dan kami memasuki kamar mandi umum warga..

Kami memasuki kamar mandi uum itu dan langsung mengunci pintunya. Bang Wahyu membuka pakaiannya satu persatu, menelanjangi pakaiannya demikian juga aku. Bang Wahyu memperhatikan tubuhku yang telanjang, hingga tak sabar saat melihat tubuhku yang putih dan bersih tersebut dan membantuku membuka celana jeans yang kukenakan.

Kami sudah sama-sama dalam keadaan telanjang bulat, Bang Wahyu langsung memeluk tubuhku, mendorong badanku ke pintu dan memepetnya. Dengan sangat bernafsu Bang Wahyu menciumi bibirku, mencumbuinya, melumat habis bibirku, aku membalas cumbuannya dengan bergairah dan sangat bernafsu sekali, ada rasa geli saat bulu-bulu halus di wajah Bang Wahyu menyentuh mukaku. Tanganku yang dari tadi gatal untuk meremas-remas kontolnya, langsung kutarik. Totongnya begitu besar dan panjang, persis seperti dugaanku. Aku menarik-narik batang kontolnya, mengocok-ngocoknya pelan, Bang Wahyu semakin bernafsu mencumbuiku. Aku menarik biji totong Bang Wahyu, menggenggam bersamaan batang kontolnya dan kutarik-tarik.

"Lagi.. Lagi..", ucap Bang Wahyu di selingi dengan suara desahannya.

Bang Wahyu melumat bibirku lagi, memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, aku melayani permainannya.

"Akhh..", desah Bang Wahyu lagi, sejenak menghentikan permainannya, menatapku.
"Kamu sudang sangat ahli melakukannya, membuat Abang bertambah semangat dan sangat bernafsu. Ayo sayang, buat Abang merasa senang, perlakukan Abang seperti suamimu atau lebih dari itu".

Aku menciumi dadanya yang bidang dan berbulu, menjilati puting teteknya, mengisap-isapnya dan sesekali kutarik dengan mengatupkan bibirku pada ujung puting teteknya yang berwarna coklat tersebut. Inci demi inci tubuh Bang Wahyu aku jilati, sampai pada perutnya yang berotot dan ditutupi bulu-bulu yang lebat di sekitar pusarnya, hingga jilatan bibirku sampai pada jembut-jembut kemaluannya, aku terus membasahi jembut-jembut laki-laki tersebut dengan air lidahku, Bang Wahyu mengelus-elus rambutku.

Jilatanku semakin turun dan kini merasakan daging kenyal laki-laki tersebut. Aku sangat menikmati batang kontol Bang Wahyu yang begitu besar dan panjang. Tak sabar merasakan kelezatan daging kenyal Bang Wahyu, aku langsung menelan batang kontolnya, mulutku merasakan daging kenyal Bang Wahyu, akhh.. begitu besar, panjang dan membengkok ke samping. Batang kontol Bang Wahyu semakin mengeras saat kedua bibirku membetot daging besar tersebut, perlahan aku mengeluarkannya hingga sampai ujung batas antara kepala dan batangnya.

Aku merasakan kepala kontol Bang Wahyu semakin membesar dan padat saja di dalam mulutku, perlahan aku mengeluarkannya, tanganku terus memegang batang kontolnya dengan erat. Kepala kontol Bang Wahyu aku jilati, lubang kencingnya terbuka lebar, aku menariknya, merekahkannya sehingga lubang kencing kontol Bang Wahyu semakin terlihat dan menjilati lubang tersebut.

"Akhh.. Desah Bang Wahyu keenakan dan menekan kontolnya kembali ke dalam mulutku.

Aku menelan kontol Bang Wahyu, merasakan urat-urat batangnya semakin membesar, kedua bibirku merapat hingga ujung gigi taringku merasakan kekenyalan batang kontolnya dan aku semakin menekannya.

"Ooh.. Akkhh..", desah Bang Wahyu semakin kuat terdengar.

Batang kontol Bang Wahyu berdenyut-denyut di dalam mulutku, sambil mengelus-elus kedua pahanya yang berbulu lebat, aku terus menikmati kekenyalan batang totongnya.

Perlahan aku menelan batang kontol Bang Wahyu, memasukkannya senti demi senti ke dalam mulutku hingga kontol Bang Wahyu tenggelam seluruhnya di dalam mulutku dan merasakan ujung kontolnya memasuki tenggorokanku. Mulutku menjadi penuh dengan kontolnya. Pangkal totongnya lebih besar dari pada batang tengahnya dan ditumbuhi jembut-jembut yang jarang, panjang dan ikal. Sedikit demi sedikit aku mengeluarkan batang kontolnya dengan terus merapatkan lidahku ke arah batang kontolnya, agar aku dapat menikmati kekenyalan dan kekerasan batang totong tersebut.
Dengan berpegangan ke pantatnya, mulutku mengocok-ngocok batang kontolnya dan Bang Wahyu menggerak-gerakkan pantatnya dengan sangat cepat, laki-laki tersebut menyodomi mulutku hingga beberapa lama aku melakukannya dan aku melepaskan batang kontolnya dari dalam mulutku, memberi kesempatan kepada Bang Wahyu untuk menarik nafasnya dan menahan puncak kenikmatannya, karena dengan begitu air maninya tidak cepat keluar. Aku ingin memperlambat permainan, ingin menikmati batang kontolnya yang legit agak lama lagi.

Batang kontol Bang Wahyu kudirikan tegak hingga menempel ke perutnya, ujung kontolnya mencapai pusarnya, begitu panjangnya, dugaanku sekitar 19 senti, sangat jauh dibandingkan panjang kontolku yang cuma 15 senti dari pangkalnya. Aku menjilati kantong biji totong Bang Wahyu yang kendor ke bawah seperti karet yang di sekitarnya jembut-jumbut tumbuh, jarang dan panjang. Biji totongnya menjadi sasaran jilatanku berikutnya dan menelannya satu persatu sebelum menelannya secara bersamaan, kedua biji totongnya kutelan dan kutarik-tarik dengan mulutku. Mulutku menggembung, membesar penuh dengan biji kontolnya, tanganku mengelus-elus jembut-jembut di sekitar selangkangannya dekat dengan lubang pantatnya. Laki-laki ini mempunyai bulu banyak dan lebat.

Bang Wahyu menyerahkan batang kontolnya kembali ke dalam mulutku dan aku langsung menghisapnya, masuk ke dalam mulutku dan menikmati kembali kontolnya, menggerakkan kepalaku ke depan dan ke belakang dengan cepat, mengocok kontol Bang Wahyu kembali dengan mulutku, memompanya dan gerakan maju mundur pantat Bang Wahyu semakin cepat pula.

Desahan Bang Wahyu terus kudengar dan ucapan-ucapan enak, nikmat, geli dan lagi sering diulang-ulangnya. Laki-laki tersebut merasakan permainanku, baru tahu rasa dia. Aku memang ahlinya.

Bang Wahyu menghentikan gerakannya, mendesah panjang bersamaan kakinya yang mengejang, perutnya kembang kempis. Aku menatapnya yang menengadahkan kepalanya ke atas dengan mata terpejam dan aku merasakan mulutku yang dibanjiri dengan air maninya yang banyak keluar dan kental. Perlahan aku mengeluarkan batang kontolnya yang basah dan menjilati tetesan mani yang keluar dari lubang kencingnya.

Bang Wahyu memperhatikan permainanku dan laki-laki tersebut mengulurkan tangannya, menarik lenganku, memuji permainanku dan langsung melumat bibirku kembali, mencumbuinya, menciuminya, akhh.. laki-laki tersebut merapatkan tubuhku ke dinding, membalikkan badanku, mengatur posisi badanku, pantatku sedikit naik ke atas. Bang Wahyu memukul pantatku dan meremas-remasnya.

"Pantat yang bagus", ucapnya dan melanjutkan permainannya menggesekkan batang kontolnya pada belahan pantatku.

Batang kontolnya sedikit demi sedikit masuk ke dalam lubang pantatku. Laki-laki tersebut mendesah dan menarik nafas panjang saat kontolnya menjeblos tepat pada lubang pantatku. Bang Wahyu menekan pantatnya, Bless..! Batang kontolnya tenggelam ke dalam lubang pantatku.

"Akh..! Enak.." ucapnya beberapa kali.
"Buritmu membetot batang totong Abang", bisiknya.
"Akhh..! Sempit.. Begitu sempit", lanjutnya kemudian.

Lidahnya menjilati leherku, telingaku dan menjulur ke arah mulutku, akupun mengeluarkan lidahku menyambut lidahnya dan lidah kami saling menjilat. Bang Wahyu menggerak-gerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah, kami masih tetap bercumbu sementara tangan Bang Wahyu sesekali mengocok kontolku. Bulu-bulu dadanya terasa menggelikan saat menyapu punggungku. Sesekali laki-laki tersebut memompa pantatku dengan cepat hingga tubuhku maju mundur, laki-laki tersebut menyodok-nyodok lubang pantatku dengan gerakan cepat dan kemudian memperlambat gerakannya kembali. Aku menikmatinya, mendengar suara desah nafasnya yang keluar menahan puncak kenikmatan yang akan dia rasakan.

Gerakan pantat Bang Wahyu semakin lambat dan berhenti kemudian membalikkan tubuhku, menggendongku, sebagaimana posisi seperti orang Bangladesh yang pernah melakukannya kepada Bang Wahyu dan kini Bang Wahyu mempraktekkannya dengan tubuhku. Tubuhnya yang besar dan berotot dengan mudah mengangkat badanku yang beratnya hanya 56 kg. Tubuhku naik turun diayun Bang Wahyu. Akhh.. Sensasi permainan yang luar biasa dan belum pernah aku lakukan sebelumnya. Bang Wahyu menurunkan tubuhku kembali dan pada posisi semula dengan tempat yang berbeda. Aku berpegangan pada pipa keran shower, dari belakang Bang Wahyu terus menghunjamkan batang kontolnya ke dalam lubang pantatku. Aku memutar keran, sehingga dari pancuran shower seperti air hujan gerimis menyirami pantatku, tepat dimana kontol Bang Wahyu menyodomi buritku.

Bang Wahyu menghentikan gerakannya sejenak dan memutar keran di sebelah kirinya, merasakan campuran air dingin dan panas yang tumpah dan sedikit hangat. Bang Wahyu kembali menggerakkan pantatnya maju mundur ditambah lagi air hangat yang menyirami pangkal kontolnya dan pantatku sehingga sensasi permainan kami semakin luar biasa, Bang Wahyu tambah bersemangat, demikian juga aku. Sesekali Bang Wahyu menghentikan gerakannya untuk mencumbuiku, menciumiku dan membisikan kata-kata yang memacu semangatku, yang membuatku semakin bergairah pada laki-laki tersebut.

"Enak.. Sayang, nikmat.. Geli.. Akhh..", ucapnya setelah mencumbui bibirku.
"Kamu suka dengan Abang khan? Kamu sayang dengan Abang?" Aku mengangguk.

Bang Wahyu semakin mempercepat goyangan pantatnya, memompa pantatku, kenikmatan dan kegelian yang dia rasakan membuat gerakannya semakin cepat dan cepat, sehingga tubuhku maju mundur.

Laki-laki tersebut meremas kontolku dengan erat saat menghentikan permainannya, mendesah dengan keras, menikmati puncak kenikmatan yang dia rasakan. Bang Wahyu memegang perutku dan mengangkat tubuhku hingga kami sama-sama berdiri tegak, laki-laki tersebut langsung menjilati telingaku, sementara aku terus mengocok-ngocok kontolku, menikmati kegelian dan memaksa puncak kenikmatan agar air maniku muncrat keluar. Bang Wahyu mengambil alih kontolku, laki-laki tersebut mengocok-ngocok kontolku dengan cepat, hingga akkhh.. akupun menikmati puncak kenikmatanku. Air maniku tumpah, tangan Bang Wahyu belepotan dengan air maniku, kami saling berpandangan dan bercumbu kembali.

Kami keluar dari kamar mandi tersebut setelah membersihkan tubuh kami, aku menyabuni badan Bang Wahyu demikian juga Bang Wahyu melakukan hal sama pada tubuhku. Aku mengajaknya kembali untuk meraih puncak kenikmatan bersama-sama di dalam kamarku, laki-laki tersebut bersedia, kami betul-betul belum begitu puas dan akan mengakhiri detik-detik malam ini sampai pagi menjelang.


Kami berharap-harap cemas saat memasuki kamar kosku agar teman samping kamarku tidak merasa terganggu dengan permainan kami.

"Peduli amat dengan dia", ucap Bang Wahyu.

Jika permainan kami ketahuan, tidak enak juga dengan teman sebelah kamar kos ku. Tirai kamar sebagai pemisah ranjang yang kutempati langsung kusingkapkan hingga menutupi ranjangku. Aku kembali menelanjangi Bang Wahyu demikian juga pakaianku. Kontol Bang Wahyu aku tarik, kontolnya yang masih tertidur sangat menggairahkanku, aku duduk di sisi ranjang sementara Bang Wahyu berdiri di depanku.

Kontolnya yang berada di depanku langsung kusambut dengan mulutku dan menyedotnya masuk ke dalam, mengocok-ngocok batang kontol laki-laki tersebut hingga kurasakan batang kontol Bang Wahyu semakin membesar, memanjang dan mengeras. Mulutku terus mengocok-ngocok batang kontol Bang Wahyu sambil memandanginya. Bang Wahyu menonton permainanku dan desahan-desahan kenikmatannya semakin jelas terdengar.

"Yah.. Yah.. Teruskan.. Teruskan..", ucapnya memberi semangat kepadaku.

Batang kontol Bang Wahyu kukeluarkan dan memintanya untuk menyodomiku kembali, laki-laki tersebut juga sudah tidak sabar untuk melakukannya. Di atas ranjang yang sebenarnya hanya untuk satu orang, yah terpaksa kami berhimpitan. Bang Wahyu menyodomi lubang pantatku dari samping, sementara kakiku sudah ditahan ke atas dengan lututnya.

"Akhh.. Lagi.. Lagi Bang, teruskan", bisikku memberi semangat kepadanya.

Bang Wahyu terus menyodok-nyodok lubang pantatku dengan batang kontolnya. Beberapa lama dia melakukannya dengan posisi begitu dan Bang Wahyu meminta posisi baru, mengatur tubuhku, menelungkupkan badanku dan mengganjal selangkanganku dengan bantal sehingga pantatku sedikit tinggi dengan badanku yang lain. Bang Wahyu langsung menaiki badanku, menggesek-gesekan batang kontolnya di belahan pantatku, kemudian dengan cepat laki-laki tersebut memasukan batang kontolnya ke dalam lubang pantatku dan menekan pantatnya sehingga batang kontolnya masuk lebih dalam lagi ke dalam buritku.

Bang Wahyu menggerakkan pantatnya maju mundur, ke samping kiri dan kanan sambil desahannya terus keluar dari mulutnya. Kegelian dan kenikmatan yang semakin nyata dia rasakan membuat gerakannya semakin cepat dan cepat, hingga Bang Wahyu tidak mampu lagi untuk menahan air maninya keluar, saat itu pula laki-laki tersebut mendesah panjang, tubuhnya mengejang, kakinya bergesekan dengan kakiku. Bang Wahyu mencumbuku kembali dan aku membalas cumbuannya juga.
Akhh.. Permainan liar bersama laki-laki jantan residivis ini aku temukan kembai di kamar kosku ini. Bang Wahyu keluar meninggalkanku sendiri yang lemas bercampur bahagia.
Aku sudah tidak mengingat apa-apa lagi, aku tertidur pulas di ranjang, hingga keesokan harinya.

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini