6/17/2011

Andani Citra – Gairah Pengemis Buta

Copyright 2004, by Andani Citra

(Gadis dan Pria Tua)

Hai, aku kembali menceritakan pengalaman seksku. Sebelumnya saya pernah menceritakan pengalamanku dalam kisah ‘Tukang Air, Listrik, dan Bangunan’.

Aku adalah seorang mahasiswi yang memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak keperawananku hilang di SMA aku selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Kalau dipikir-pikir entah sudah berapa orang yang menikmati tubuhku ini, sudah berapa penis yang pernah masuk ke vaginaku ini, aku juga sangat menikmati nge-seks dengan orang yang belum pernah aku kenal dan namanya pun belum aku tahu seperti para tukang yang pernah aku ceritakan pada kisah terdahulu.

Suatu siang yang panas, kulihat seorang pengemis didepan rumahku sedang berteduh dari teriknya matahari yg panas. saat itu dirumah tidak ada siapapun, ibuku sedang keluar kota, ayahku selalu pulang malam hari, dan si bibi sedang pulang kampung karena saat itu sudah dekat Lebaran. Karena kasihan, aku berjalan kepagar depan dan kubuka pintu pagarnya. kupanggil dia untuk masuk.

“Pak, …pak…, mari masuk sini pak, diluar panas sekali loh…” dia menoleh kearah suaraku, setelah kuperhatikan, ternyata dia buta. Jadi tambah iba aku padanya.

“Mari pak, aku tuntun masuk ya…” kutuntun dia untuk masuk ke dalam.

“Terima kasih ya nak…”

Perawakannya kurus, kotor dan bau. Dia hanya menggunakan sarung yg udah butut dan baju yg compang-camping, tangannya selalu memegang tongkat kayu dari potongan ranting pohon.

Sesampai di dalam, kududukkan dia ruang tamu dan kuambilkan segelas air minum yg dingin, dia cepat-cepat meminumnya. Pada saat duduk, posisi kakinya agak terbuka, sekilas kulihat penisnya yg terjulai lemas diantara kedua pahanya, meskipun sedang terkulai lemas tapi kulihat lumayan besar dan panjang juga. Langsung jantungku berdegub sedikit lebih kencang dari biasanya.

Otakku mulai berpikir yg jorok-jorok. Gimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dicicipinya dan aku juga dapat merasakan penisnya. Aku belum pernah merasakan bercinta dengan seorang pengemis tua yg buta, pasti nikmat bila rasanya.
Aku mulai memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan kesempatan itu. Aku iseng-iseng bertanya padanya.

“Kapan terakhir mandi, pak? Bapak mau mandi disini? nanti setelah mandi aku beri pakaian bekas yg lebih baik, mau kan pak?”

“Wah ya mau dong non…tapi apa nggak ngerepotin? ” tanyanya ragu.

“Tenang aja pak, disini nggak ada siapa-apa koq, cuma aku dan bapak di rumah ini. nggak apa-apa, ayo sini aku bantu ya…” jelasku.

Aku bimbing dia menuju ke kamar mandi tamu, kupeluk dia, dan kubimbing dia, tangannya kuletakkan di bahuku. Secara tak sengaja tangannya tersentuh buah dadaku yg gempal, tanpa BH. kulihat reaksinya, dia diam aja, juga tidak berusaha menjauhkan tangannya yg tersentuh susuku. Sambil berjalan dia bertanya padaku, “Non ini umur berapa, koq rasanya sudah dewasa?”

“Aku baru berusia 21 thn, pak. kenapa?” tanyaku, “oh nggak, nggak apa-apa koq” jawabnya.

“kenapa sih pak, koq tanya gitu? bapak ngomong gitu karena ….susuku gede yahh…” aku bertanya lagi, penasaran.

” I.. iya…” jawabnya tersipu malu.

Sesampai didalam kamar mandi tamu, aku tutup pintu dari dalam dan berkata “saya bantu ya pak, bapak pasti nggak bisa mandi sendiri, kan bapak nggak tahu tempat-tempat nya.”

“Tapi…, tapi…, non kan…, ahh…., nggak usah deh, non kan perempuan,…nggak baik non…” jawabnya gugup karena tidak menyangka aku bakal menawarkan itu.

“Ah, nggak apa-apa pak, anggap aja aku ini cucu bapak yg sedang membantu bapak mandi. lagipula, nggak ada orang lain dirumah ini koq pak…, tenang aja…” tegas ku.

Tanpa menunggu jawabannya lagi, aku bantu dia mencopoti bajunya yg compang-camping, dan sarungnya yg butut. Tubuhnya benar-benar kurus kering, kecuali penisnya yg masih terlihat besar, meskipun agak kotor dan terjulai lemas. maklum, mana ada pengemis punya waktu untuk mandi setiap hari, apalagi mencuci bagian itunya. Dia diam aja, sambil menutupi penisnya, dia menduga-duga apa yg bakal kuperbuat.

aku bertanya padanya ” kenapa koq ditutupin pak…, malu ama aku yaah..? hihihi…nggak usah malu pak! .., aku udah biasa liat kontol koq paak…”

setelah itu kulepas bajuku sendiri, sambil berdiri didepannya aku meremas-remas susuku dan menggosok-gosok kemaluanku dgn bernafsu, sayang dia nggak bisa lihat tubuhku ini, pikirku.

Kupasang shower dan air mengucur dengan lembut ke tubuhnya dan tubuhku, setelah itu kubantu dia menggosok tubuhnya dengan sabun wangi, tubuhnya kelihatan lebih bersih dari tadi, dan baunya juga sudah tidak menyengat lagi. Dengan tidak sabar kugosok penisnya yg masih terjulai lemas itu.

“Ah.., ah… non, yg situ nggak usah non…biar aku sendiri aja….” katanya malu.

“Nggak apa-apa pak, aku udah biasa koq, bapak nggak perlu malu sama aku, kan udah aku bilang, anggap aja aku ini cucumu yg sedang bantu bapak mandi.” desakku tambah bernafsu setelah penis itu dalam genggaman tanganku.

“Wah, non ini baik sekali, gimana caranya aku bisa balas budi baik non, aku nggak punya apa-apa untuk membalas perbuatan non yg mulia ini” katanya,”Balasannya gampang pak, aku pengen bapak memijiti dan menggosoki ….seluruh tubuhku, bapak diam aja, nanti aku kasih sesuatu yg paling enak deh.., kutanggung bapak pasti nggak pernah dapet dimanapun dan kapanpun” jawabku enteng.

“Baik non, bilang aja bapak harus apa dan gimana” kelihatannya dia udah tahu apa yg kuingini. dia kelihatannya mulai berpikir yg tidak-tidak.

Kubimbing kedua tangannya ke susu ku dan kuremaskan tangannya ke susu ku yg montok itu, 34B. Dia kaget banget setelah merasakan tangannya meremas suatu gumpalan daging yg padat, kencang dan halus.

“Hhmmmm…, susu non sungguh besar, sudah lama bapak tidak merasakan ini, hmmm…sungguh gempal dan padat, kencang sekali susumu…” , “eh, non koq mau berbuat begini padaku? aku kan hanya seorang pengemis kotor, udah tua, buta lagi…, aku… nggak ngerti non…” tanyanya bingung.

“Ah.., bapak nggak usah ragu…, aku memang suka melakukan ini kepada orang yg belum pernah kukenal,” jawabku.

“Aku pengen mencicipi kontol orang-2x kayak bapak ini. bapak mau kan melayaniku, aku ingin bapak puaskan nafsuku ini, aku ingin kontol bapak di mulutku, dimemekku…”, jawabku terengah-engah dilanda nafsu yg tambah membara.

sambil merem melek aku menikmati susuku diremas-remas dan sesekali putingku dicubit atau diplintir olehnya, sementara tangan satunya mulai turun meraba-raba kemaluanku yang berbulu tipis. Tanganku sendiri mengocok-2x penisnya yg masih terjulai lemas, kupikir, wah ini kontol kelihatannya harus pakai extra service baru bisa ngaceng, nih.

“Wah, kontol bapak koq masih lemas sih…, biar kumasukkan mulutku, kujilati dan kuhisap, ya pak…” dia mandah aja sambil mulutnya terbuka, menanti pengalaman yg mungkin belum pernah dia dapatkan.

sambil tangannya meremas kedua susuku, aku jongkok didepan selangkangannya, ku genggam penisnya yg masih lemas, ku jilati mulai dari kepala penisnya, turun ke buah pelernya, kembali kebatang penisnya, kujilati terus sampai naik kekepala penisnya lagi, lalu kumasukkan penis itu kemulutku yg mungil. Dia mulai bereaksi, “eennnggghhh….mmmhhh…”, dia mulai melenguh lemah, senjatanya mulai mengeras, terangsang oleh jilatanku. Masih belum keras, kusedot-sedot sambil ku keluar masukkan dimulutku, kukombinasi dengan menyedot buah pelernya, lama kelamaan benda itu semakin bertambah keras saja. Nah, ini dia, pikirku.

“Pak, coba kau jilatin susuku pak, cicipi tubuhku ini, nikmati tubuhku yg masih muda ini, kapan lagi bapak bisa menikmati tubuh seorang gadis muda seperti saya ini. jilati pentilku, sedot seluruh susuku. perbuat tubuhku sesukamu, pak” kataku menahan nafsu.

Sungguh luar biasa, sambil meraba-raba, dia melakukan semuanya. Sungguh gila pikirku, koq bisa aku melakukan ini dengan seorang pengemis tua, buta pula. tapi, memikirkan hal ini membuat ku makin terangsang berat. Dia menjilati putingku dengan nafsu, disedotnya susuku dengan mulutnya yg kempong krn giginya udah ompong semua. nikmat sekali rasanya, geli banget, ternyata enak juga kalo susu disedot dan dikulum oleh mulut yg ompong, coba kalian rasakan sendiri, deh.

Puncaknya, aku sudah tak tahan lagi, kusuruh dia berbaring telentang dilantai kamar mandi, aku jongkok diatas tubuhnya dan berusaha memasukkan penisnya yg sudah mengeras itu ke lubang vaginaku dari atas. kubimbing penisnya memasuki kemaluanku, aku menduduki senjatanya, dan…”ssslluuuppp…”, benda itu langsung menancap dalam-dalam divaginaku.

“Rasakan nikmatnya …memekku yg sempit ini…., pak” ujarku tersendat-sendat menahan kenikmatan yg luar biasa. amblas masuk semua kontolnya ke memekku. “Nnnggghhh…..aaakkhhhh…., aduh sempit sekali memekmu non, sampai sulit masuknya…hhhggghhh…. adduuuuhhhh enaknnyyaaaa…nnnooooohhh” “Mmmmmhhh….aaakkhhh…aahhhh..!!!” aku sendiri berteriak karena penisnya ternyata besar juga untuk vaginaku, benar-benar kunikmati gesekan-gesekan pada dinding kemaluanku.

Tubuhku mulai naik-turun diatas tubuhnya yg telentang itu, penisnya menghujam-hujam keluar masuk vaginaku. tangannya meremas-remas susuku, satunya lagi kadang memegangi bahuku, mengelus tubuhku, menjambak rambut panjangku. Lenguhannya keras sekali, dan parau suaranya.

“Hhhkkk…aaahhhkk….ahhh, enakk sekaalliihh noon…” serunya. Aku semakin menikmati persetubuhan lain jenis ini, persetubuhan yang sangat mencolok, lain kalangan, lain status sosial, dan lain usia. Aku tak bisa membayangkan bila kedua ortu-ku melihat ini, dikamar mandi, anak gadis satu-satunya yang semata wayang ini sedang bersetubuh dengan seorang pengemis yg sudah tua. Mungkin aku bisa dibunuh mereka apabila ketahuan.

Aku tak puas menggoyang pantatku, aku mengajaknya ganti posisi, dia diatas, aku dibawah, telentang dengan kedua kakiku terbuka lebar, aku ditindihnya, penisnya tetap keluar masuk dengan nikmatnya. Lidahnya tak henti2nya menjilatiku dan sesampainya dibibir, dia langsung melumat bibirku, lidahku dikulum olehnya lalu dikecupnya bibirku membuatku tidak tahan untuk membalas perlakuannya, aku sudah tidak peduli oleh bau nafasnya yang tidak sedap itu. Sambil disetubuhi aku terlibat permainan mulut dan lidah selama beberapa saat dengannya.

Beberapa saat kemudian, aku ajak ganti posisi lagi, aku menungging seperti anjing sambil berpegangan pada tepi wastafel dan dia menggenjotku dari belakang, persis seperti anjing yg sedang kawin. Nikmat sekali posisi ini, pikirku. Wah, kuat juga nih orang tua pikirku. Baru berpikir begitu, mendadak aku merasakan gejolak luar biasa yg nggak bisa aku tahan, aku mau keluar, eh, ternyata dia juga mulai bergetar tubuhnya, dia melenguh-lenguh lebih cepat.

“oh……oookkhh…akuuuhh maauu… keluuuaaarr nnooooonnhhh….akkkuuu…ngggaaakk ttaaahhhaannn. ..laaggiiihhh….aaaaaakkkkhhh…” , dia berteriak kesetanan dan genjotannya makin bertambah cepat. “Mmmhhh…aakkuu juuggaa pppaaaaakkk…. mmmmhhhh…eeh. eekkhhhhhh…..” aku pun mencapai orgasme bersamaan dengannya. aku merasa pejuhnya meluncur deras dalam vaginaku.

Kemaluanku penuh dengan peju seorang pengemis tua itu sampai sebagian meleleh keluar karena terlalu banyak yang keluar. Aku tak tahu andaikata aku hamil dan punya anak, aku pasti bingung siapa si bapaknya, habis begitu banyak penis yg pernah menancap divaginaku dan begitu banyak pejuh yg pernah keluar di dalamnya.

Setelah itu, kami membersihkan tubuh dari sisa-sisa persetubuhan barusan, dan mengeringkan dgn handuk bersih. dia berkata seraya pamit.

“Terima kasih non…, atas segalanya…, non bener, aku nggak pernah merasakan seperti ini, seumur hidupku akan kukenang peristiwa ini sampai akhir hayatku”.

Kemudian dia pun kutuntun keluar dari rumahku yg besar. pikirku, sudah cukup aku menikmati persetubuhan ini. Dia keluar dengan wajah berseri, puas dengan apa yang baru saja dialaminya.

TAMAT

Sepenggal Kisah Dari Gomorah II

Tiga batang kontol yang semuanya berukuran besar, milik Habel, Moab, dan Kenan mengacung tegak di depan mukaku. Setelah berhasil membuatku orgasme tadi, kini mereka menyuruhku untuk menghisap batang kontol milik mereka bergantian. “Aku tak pernah melakukannya. Aku tak bisa, aku tak mau” tolakku. Tiba-tiba aku teringat pada kekasihku. “Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri melakukan hal ini Seth,” kata Habel. Kemudian dia menyorongkan batang kontol miliknya ke mulutku. Aku mengatupkan mulutku. “Ayolah Seth, jangan melawan. Nanti malam, kau harus sudah siap untuk melayani Tuan Enokh. Kami tidak mau dimarahi, karena tidak mengajarkanmu melakukan hal ini,” bujuk Kenan. “Kami bisa mengerti penolakanmu ini. Kami juga seperti itu dulu, tapi bagaimanapun, kita tak bisa menolak hal ini kan?” sambung Kenan. Dia berjongkok disampingku. Matanya menatapku lembut. Bukan pandangan birahi, namun pandangan kasihan. Pandangan yang bisa memahami penolakanku. Kupandangi Habel dan Moab. Mereka juga memandangiku kasihan. “Aku punya kekasih yang sangat kucintai,” kataku lirih. “Kenapa aku harus melakukan semua ini?! Seharusnya aku melakukannya dengan Rahel. Tidak dengan laki-laki sepertiku juga,” “Kita sama Seth, kami juga seperti dirimu. Tahukan engkau, pada saat aku dibawa kemari setengah tahun yang lalu, kekasihku sudah menantiku di pelaminan. Kami akan dinikahkan ketika itu,” kata Moab, kulihat matanya berkaca-kaca. “Kenapa nasib kita seperti ini?” tanyaku.

“Mau apalagi Seth. Kita harus menjalaninya. Kita tak bisa menolaknya kan?” kata Habel bijak. Aku hanya bisa terpekur mendengar kata-katanya. Lama aku terdiam, pun demikian dengan tiga orang teman baruku ini. Tangan Habel membelai rambutku lembut. Tak tahu lagi harus berbuat apa, tanganku kemudian meraih batang kontol Habel. Kemudian batang besar berurat itu kumasukkan kedalam mulutku. Kujilat, kuhisap, kulakukan seperti apa yang mereka lakukan tadi padaku. Bergantian, ketiga batang kontol itu ku oral. Sambil aku mengoral, mereka memberikan instruksi-instruksi apa saja yang harus kulakukan saat mengoral. Mereka melatihku dengan baik. Selesai dengan pelajaran mengoral, ketiga teman baruku ini mengajarkanku melakukan anal sex. Moab dan Kenan mempraktekkan berbagai gaya anal sex dihadapanku, sementara Habel duduk disampingku, menerangkan apa yang dilakukan oleh Moab dan Kenan. Mereka tidak melakukan anal sex padaku, mereka tetap menjaga keperjakaanku untuk dipersembahkan pada Enokh nanti. Cukup banyak gaya yang ditunjukkan oleh Moab dan Kenan. Mereka benar-benar lelaki-lelaki yang perkasa. Lama mereka melakukan anal sex, hingga akhirnya tergolek lemas, kelelahan, dengan tubuh mandi keringat dan kontol menyembur-nyemburkan sperma dengan deras. Aku terhanyut juga menyaksikan pertunjukan yang disuguhkan oleh Moab dan Kenan itu. Sebuah persetubuhan dua laki-laki perkasa yang kasar, binal, dan penuh gairah. “Kau harus melakukan seperti apa yang ditunjukkan oleh Moab dan Kenan tadi. Tuan Enokh sangat menyukai sebuah persetubuhan yang binal dan kasar,” kata Habel. “Bagaimana bila aku tak melakukannya seperti itu?” tanyaku.

“Dia akan menghukummu kawan. Sebuah hukuman yang akan membuatmu sangat menderita,” Malam itu, setelah aku dimandikan kembali oleh teman-temanku hingga tubuhku benar-benar bersih dan harum, seorang pengawal mengantarku menuju peraduan Enokh. “Lakukan dengan baik,” pesan teman-temanku saat aku meninggalkan mereka. Jantungku berdebar keras, dalam setiap langkahku menuju peraduan Enokh. Kurasakan tubuhku yang hanya di tutupi oleh selembar kain putih penutup batang kontolku, seperti menggigil. Tapi meskipun demikian, aku tetap melangkah dengan mantap dan gagah. Sampai di depan pintu peraduan Enokh, sang pengawal menyuruhku menunggu sebentar di depan pintu yang ditutup dengan tirai kain sutra. Pengawal itu masuk ke dalam. Tak lama ia kembali ke luar dan menyuruhku masuk. Pengawal yang mengantarku kemudian berjaga-jaga di depan pintu peraduan Enokh. Enokh duduk diatas tempat tidur, memandangku tajam. Bibirnya menyunggingkan senyum menawan. Dia mengenakan pakaian putih terusan yang terbuat dari sutra. Karena kepalanya tak berpenutup maka aku dapat melihat rambut ikal hitam sebahunya yang tergerai. Pria ini benar-benar tampan. “Mendekatlah,” katanya, sambil melambaikan tangan, menyuruhku mendekatinya. Aku mendekatinya. Aku berdiri tepat di depan Enokh yang masih tetap duduk di ranjangnya. Jantungku masih berdebar kuat. Kedua tangannya kemudian meraih pinggangku. Matanya menatap tajam ke tubuhku yang kekar. “Tubuhmu benar-benar indah,” katanya. Selanjutnya dengan satu hentakan kuat, tubuhku ditariknya. Dadaku yang bidang menyentuh bibirnya. Selanjutnya dengan kasar dan penuh nafsu, mulutnya menjelajahi dadaku. Puting susuku dijilat, diisap, dan digigitnya. Ludahnya membasahi dadaku. “Hmmmmmm, slrerpp….slerpppp…..dadamu sangat kekar, aku suka,” katanya. Sambil menyelomoti dadaku, tangannya meremas bongkahan pantatku yang ditutupi kain putih. Aku mengerang atas perlakuannya ini. Batang kontolku kurasakan mulai mengeras. Debar jantungku kembali menjelang, namun sekarang bukan debar ketakutan, melainkan debar nafsu. Tiba-tiba tangannya menarik kain putih penutup kontolku. “Kita tidak memerlukan ini,” katanya. Tangannya menyentakkan kain itu hingga terlepas dari pantatku dan kemudian membuangnya ke lantai. Tubuhku telanjang bulat dalam cengkeramannya. Batang kontolku yang tegak keras menempel erat di perutnya, menggesek kain sutra bajunya yang lembut. Mulutnya terus menjelajahi tubuh atasku. Ketiakku yang ditumbuhi rimbunan bulu, tak lepas dari jelajahan lidahnya. Enokh mendengus-dengus penuh birahi. “Robekhh, bajukuh…robekhh…bajukuh…,” perintahnya. Dia benar-benar ingin bermain kasar rupanya. Segera kuikuti perintahnya. Kucabik-cabik baju sutranya. Kini Enokh telanjang bulat di depanku. Tubuhnya kekar, dadanya yang bidang dipenuhi dengan bulu-bulu. Kemudian dia menyuruhku berjongkok diselangkangannya. Aku mengerti apa maunya. Dia ingin aku oral. Aku segera membenamkan batang kontolnya yang besar kedalam mulutku. Semua pelajaran yang kuperoleh dari Habel, Moab, dan Kenan tadi kupraktikkan di batang kontol Enokh. Akibatnya pria kaya raya ini mengerang-erang kuat seperti kesetanan. Kontolnya dipompa keluar masuk mulutku dengan cepat. Bulu jembutnya yang hitam lebat itu menggelitik hidung dan bibirku. Aku kewalahan oleh perlakuannya, apalagi saat kepala kontolnya yang besar itu menerobos dalam ke tenggorokanku. Rasanya aku hampir muntah. Namun aku tak berdaya melawan perlakukan binalnya. Puas diselomoti olehku, Enokh kemudian memaksaku berbaring telentang diatas tempat tidurnya. Selanjutnya dia berjongkok dari tepi tempat tidur. Kedua kakiku ditekukkannya ke atas. Mulutnya segera menari-nari didaerah selangkanganku. Kontolku yang tegak mengacung keras dioralnya dengan buas. Mulutnya tak henti menghisap, lidahnya terus menjilat, giginya sesekali menggigit-gigit lembut batang kontol dan buah pelirku yang penuh jembut. Ohhhhhh......mengapa begitu nikmat. Mengapa aku bisa menikmatinya. Tiba-tiba terbersit bayangan Rahel dimataku. Aku merasa bersalah padanya, karena ternyata aku menikmati cumbuan Enokh. Lobang pantatku yang masih perjaka ting ting juga tak lupa dikerjai Enokh. Kenapa dia tak merasa jijik menjilati lobang pelepasanku itu. Mengapa lidahnya tak sungkan-sungkan menerobos celah sempit itu. Aku mengerang-erang. Deru nafasku memburu bak banteng liar marah. Rambutnya yang ikal itu ku remas-remas diantara rasa nikmat yang kurasakan. Tiba-tiba kurasakan jari telunjuk Enokh sudah merojok lobang pantatku. Rasanya geli, enak, dan sedikit sakit. Ohhhh...... tapi sakitnya tak sebanding dengan rasa enaknya. Begitu nikmat. Tak kusangka lobang pantat bila disodok-sodok dengan jari seperti ini ternyata enak. Sambil satu jarinya mengorek-ngorek lobang pantatku, jari-jarinya yang lain mencoba melebar-lebarkan lobang sempitku itu. Mulutnya tak henti menghisap batangku. Lobang pantatku sepertinya mulai semakin melebar. Kini dua jari Enokh sudah bisa masuk kedalam. Lobang pantatku terasa penuh. Aku semakin terangsang. Tubuhku basah bersimbah keringat. Begitupun tubuh Enokh. Akhirnya aku tak bisa lagi menahan orgasmeku. Tanpa bisa kutahan tubuhku mengejang. Batang kontolku terasa berdenyut-denyut. Segera saja spermaku berlompatan, menyembur keluar dari lobang kencingku. Menyemprot kedalam mulut Enokh yang terus memompa. Enokh tak melepaskan mulutnya dari batang kontolku. Seluruh sperma yang kusemprotkan itu masuk kedalam mulutnya. Gila, ia menelan semuanya. Tubuhku terasa ringan. Aku tergolek lemas tak berdaya diatas tempat tidur. Tubuhku basah kuyup dengan keringat yang mengalir deras keluar dari pori-poriku. Enokh yang juga berkeringat, berdiri tegak dengan batang yang sekeras batu. Ia menatapku sambil tersenyum puas. “Bagaimana Tampan, kau menikmatinya kan,” katanya padaku. Aku tak tahu harus menjawab apa. Yang pasti apa yang baru saja kualami bersamanya begitu nikmat. Akhirnya aku mengangguk lemah menjawab pertanyaannya. Enokh kemudian mengambil tempayan tempat air minum yang ada di kamar itu. Dia memberikannya padaku. Aku bangkit kemudian duduk ditepi tempat tidur. Kusambut tempayan dari genggamannya. Segera kuteguk air dalam tempayan itu. Tenggorokanku yang kering akibat memacu birahi bersama Enokh tadi terasa segar. Aku minum dengan lahap. Enokh tertawa melihatku. Selesai aku minum, Enokh juga minum dari tempayan itu. Ia meneguk air dari tempayan itu hingga habis. Rupanya dia kehausan juga sepertiku. Usai minum ia naik ke atas tempat tidur. Dia menarik tubuhku agar berbaring bersamanya. Kami berbaring miring berhadapan. Dia memelukku. Tangannya mengelus-elus punggungku. Bibirnya menciumi rambutku, pipiku, mataku, bibirku, daguku, telingaku, juga leherku. Sebenarnya aku tak suka diperlakukan seperti ini. Aku diperlakukannya seperti perempuan saja. Tapi apa dayaku untuk menolaknya. Dia punya kuasa untuk melakukan ini semua. Dia menggesek-gesekkan dadanya pada dadaku, kontolnya pada kontolku. Buah pantatku kini diremas-remasnya. Desah nafasnya mulai keras kurasakan menyentuh wajahku. Dia akan memulai babak kedua persetubuhan kami rupanya. Saat Enokh asik mencumbuku, tiba-tiba tirai penutup pintu kamar itu tersibak. Posisi berbaringku yang kebetulan tepat menghadap pintu kamar, langsung dapat melihat seorang remaja tampan yang menyibakkan tirai itu. Kini ia berdiri tegak menatap tajam pada kami. Aku kaget. Aku segera bangkit dari posisi berbaringku, menyebabkan Enokh yang sedang asik mencumbuku terkejut dengan perbuatanku. Dia segera mengikuti tatapanku ke arah pintu. Enokh juga nampak terkejut. Selanjutnya pengawal yang bertugas menjaga pintu tadi juga menyusul masuk ke kamar. Ia mengelus-elus kepalanya, muka sang pengawal menunjukkan kesakitan. “Maafkan saya Tuan, tuan muda memaksa masuk. Saya tadi sudah mencoba meghalangi, tapi ia memukul kepala saya hingga saya terjatuh,” kata sang Pengawal. “Sudahlah, tidak apa-apa. Sekarang kamu kembali keluar,” perintah Enokh pada pengawalnya. Sang pengawal segera melaksanakan perintah tuannya. Setelah pengawal itu keluar, Enokh yang masih dalam keadaan telanjang bulat itu, kemudian mendekati remaja tampan yang berdiri diam di pintu. “Ada apa Ruben?!” tanyanya berwibawa.

“Aku ingin melihat pemuda yang baru Ayah bawa dari desa,” jawab remaja itu tersenyum pada Enokh. “Hahahaha, putraku kau tak sabar ingin mencicipinya juga ya,” Enokh tertawa lebar sambil menepuk-nepuk bahu remaja tampan yang ternyata tak lain adalah putranya itu. “Tentu saja Ayah. Hmmm.... pilihan Ayah memang tak pernah salah. Kapan giliranku mencicipinya Ayah? Aku sudah bosan menyetubuhi Habel, Moab, dan Kenan,” jawab Ruben sambil menatapku dengan tatapan binal. Aku tak suka dengan tatapannya itu. upanya bukan hanya Enokh saja yang harus kulayani disini. “Hahaha, sabar nak. Kau pasti akan dapat giliran juga menikmatinya. Sekarang kau pergilah, aku masih ingin menuntaskan nafsuku padanya,” Ruben kemudian meninggalkan kami. Selanjutnya Enokh kembali mendekatiku. “Ruben itu putraku yang paling muda, dia memang sangat manja. Padahal usianya masih 12 tahun tapi nafsu sexnya luar biasa. Seusia Ruben dulu, kakak-kakaknya belum kuijinkan bersetubuh dengan siapapun. Dan kakak-kakaknya yang bisa menahan diri. Tapi kalau si Ruben itu tidak bisa, dia tak bisa membendung nafsunya. Saat usianya 11 tahun, dengan tanpa seijinku, dia sudah memaksa Habel untuk melayaninya. Hahahaha. Setiap aku membawa laki-laki kemari, dia pasti tak sabar untuk tahu paling awal,” kata Enokh padaku menunjukkan kebanggannya pada Ruben. Aku hanya diam mendengarnya. Kakak-kakak Ruben? Ada berapa orang mereka? Apakah aku juga harus melayani mereka semua.

Enokh tidak jadi memperjakaiku malam itu. Ia hanya memintaku untuk mengoral kontolnya hingga orgasme. Aku sangat bersyukur, malam itu keperjakaanku tak perlu terenggut. Sambil melepas lelah seusai orgasmenya tuntas, dia bercerita tentang ketujuh putranya yang diperolehnya dari tiga orang istrinya padaku. Aku mendengarkan saja. Dia mengatakan padaku, bahwa keperjakaanku akan diserahkannya pada salah seorang puteranya. Besar kemungkinan ia akan memberikannya pada Ruben. Namun apabila kakak-kakak Ruben lainnya yang lebih tua meminta juga kepada Enokh, maka mau tak mau Ruben harus mengalah pada kakak-kakaknya. Begitulah adat yang berlaku di Gomorah. Yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Enokh terus bercerita sampai jatuh tertidur kelelahan. Tangannya memeluk tubuhku erat. Tak lama setelah dia tertidur, aku juga tertidur. Dari tadi sebetulnya aku sudah mengantuk mendengar ceritanya. Tapi tak mungkin aku mendahuluinya tertidur. ----- Besoknya, saat kembali berkumpul dengan ketiga teman baruku, aku bertanya pada mereka apakah aku juga berkewajiban untuk melayani seluruh anak Enokh. “Kita memang berkewajiban untuk melayani mereka semua Seth,” kata Habel. “Kita dibawa kemari kan untuk melakukan tugas itu, kawan,” sambung Moab. “Betapa menyedihkannya nasib kita,” kataku. “Mau apalagi kawan,” ini jawaban Kenan. ----- Malamnya Enokh mengadakan acara di kediamannya yang megah itu. Ia mengundang seluruh orang kaya di Kota Gomorah. Ia juga mengundang orang-orang kaya dari Kota Sodom, kota terdekat dari Gomorah. Dengan hanya menggenakan secarik kain putih kecil penutup kontol, kami bertugas menuangkan arak ke gelas orang-orang kaya yang tak henti-hentinya tertawa terbahak-bahak sambil mencumbui laki-laki muda yang gagah, tampan, kekar, yang mendampingi mereka. Sama sepertiku, mereka juga hanya menggenakan secarik kain putih penutup kontol saja. Ditengah-tengah ruangan, dikelilingi para tamu, beberapa laki-laki muda menari-nari dalam keadaan telanjang bulat. Gerakan-gerakan tubuh yang mereka peragakan sangat erotis dan membangkitkan birahi penonton. Suara tabuhan gendang, dan seruling, meramaikan suasana ruangan itu. Tak ada perempuan disini. Semuanya laki-laki. Para perempuan berkumpul di ruangan lain, bersama dengan istri-istri Enokh. Disana mereka juga saling memuaskan nafsu sesama mereka. Benar-benar gila keadaan di Gomorah ini dan juga di Sodom. Meskipun semua laki-laki menikah dengan perempuan, tapi tetap saja pemuasan birahi dilakukan dengan sesama jenis. Perkawinan dilakukan hanya sekadar untuk memperoleh keturunan saja rupanya. Ketujuh putra-putra Enokh kulihat duduk mendampingi ayah mereka. Ketujuhnya memang tampan-tampan dan gagah-gagah. Ruben si bungsu, tak lekang menatapku terus, kemanapun aku melangkah. Tapi ia belum bisa beranjak meninggalkan ayahnya. Ia baru bisa meninggalkan ayahnya saat acara persetubuhan massal dimulai. Habel menceritakan padaku, bahwa setelah tengah malam tepat, semua yang hadir dalam acara bebas untuk bersetubuh dengan siapa saja yang mereka kehendaki. Ruangan ini nantinya akan berubah menjadi tempat pergumulan cabul dari semua laki-laki yang hadir disini. Pasti Ruben nanti akan mendatangiku untuk memuaskan hasratnya. Pasti Enokh sudah memberikan janji padanya untuk merenggut keperjakaanku malama ini. Sebenarnya aku ingin menghindar darinya. Tapi tentu sangat tidak mungkin. Rasanya harga diriku runtuh bila harus ditunggangi oleh remaja yang masih sangat belia itu. Masak aku dientot oleh anak-anak? Meskipun sudah kurasakan melakukan hubungan sejenis itu begitu nikmat, tapi bukan berarti aku suka dengan persetubuhan sejenis. Aku hanya melakukannya karena terpaksa. Tapi kalau seandainya aku disuruh untuk memilih pada siapa keperjakaanku kuserahkan malam ini, aku lebih memilih untuk memberikannya pada Mahalel, kakak Ruben yang keempat, apabila ia memintaku pada Enokh. Usia Mahalel sebaya denganku. Diantara semua saudaranya dia memiliki wajah yang paling tampan, gagah dan kekar. Dari cerita ketiga kawanku dia punya hobi yang sama denganku, sama-sama suka berburu dan memanah. Tapi aku rasa tak mungkin dia memilihku. Tak pernah kulihat dia mengamatiku seperti Saudaranya yang lain, khususnya Ruben. Dari tadi kulihat Mahalel tak lepas menyaksikan tontonan tarian pria di tengah ruangan. Mungkin dia tertarik dengan salah seorang penari itu. Aku bertemu juga dengan teman lamaku, Lamakh. Kami saling bertukar cerita. Tentu saja juga saling menyesali nasib masing-masing. Lamakh menanyakan Rahel padaku. Saat menceritakan kekasihku itu, tak kuasa air mataku mengalir tak terbendung. Aku sangat merindukannya. Saat tengah malam menjelang, dimulailah acara maksiat itu. Semua laki-laki dalam ruangan ini saling mencari pasangan bersetubuh masing-masing. Kulihat Ruben sibuk berbisik-bisik pada ayahnya. Sambil tertawa-tawa, kulihat ayahnya mengangguk-angguk. Ruben segera mendekatiku. Sementara Enokh mulai mencumbu seorang penari pria. “Kau milikku malam ini Seth,” kata remaja itu sambil menyeringai cabul padaku. Ruben menarikku ke tengah ruangan. Dengan terpaksa kuikuti dia. Tiba-tiba kulihat Mahalel mendekati kami. Mau apa dia? “Ruben, Seth milikku malam ini. Kau pergilah mencari pria lain,” kata Mahalel tegas dan penuh wibawa. “Aku sudah memintanya pada ayah,” jawab Ruben. “Aku juga telah memintanya pada ayah. Karena aku lebih tua, maka akulah yang punya kesempatan untuk menikmatinya terlebih dulu, barulah nanti dia kuberikan padamu,” kata Mahalel, matanya tajam menatap Ruben. Remaja belia itu tak berani membantah, bersungut-sungut ia meninggalkan kami. “Kenapa kau memilihku?” tanyaku pada Mahalel. Tak kusangka akhirnya Mahalel memilihku. “Kulihat kau tak suka saat ditarik oleh adikku yang manja itu,” “Kau memperhatikan kami rupanya,”

“Aku selalu memperhatikanmu, Tampan,” jawabnya dengan suaranya yang tegas, namun dengan senyum ramah dibibirnya. “Aku tak tahu kau memperhatikanku. Kulihat dari tadi kau asik melihat gerakan binal penari pria saja,” “Ternyata, kau memperhatikanku juga dari tadi,” dia tersenyum menggodaku. Aku jadi malu karena tertangkap basah mengamatinya. Mahalel segera merengkuh tubuhku dengan tangannya yang kekar dan berbulu-bulu halus itu. Ia memelukku lembut. Diciumnya bibirku, tipis. Kubalas ciumannya dengan lembut. Aku menyukai ciumannya dibibirku. Kami berciuman dengan hangat diantara pria-pria lain disekitar kami yang sedang memuaskan birahi mereka. Tak lama kami sudah sama-sama telanjang bulat dan bergumul penuh nafsu dilantai. Saling mencium, menjilat, melumat, menyedot, saling merangsang satu sama lain. “Aku suka tubuhmu yang kekar ini Seth......,” kata Mahalel diantara cumbuannya. Tangannya menjalari seluruh lekuk-lekuk tubuhku yang kekar. “Aku juga...ohhhh..,”

Mahalel menetek di puting susuku, sambil tangannya mengocok-ngocok batang kontolku. Aku menciumi rambutnya yang hitam kecoklatan itu sambil tak lupa tanganku mengocok batang kontolnya yang lebih besar dari batangku. Selanjutnya ia mengangkangi mukaku. Kontolnya tepat dihadapanku, sementara kontolku tepat dihadapannya. Kami saling melakukan oral satu sama lain dalam posisi aku tidur telentang dan Mahalel merangkak bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Seperti seorang bayi, kini aku menetek pada batang kontolnya yang besar dan berurat-urat jantan itu. Jembutnya yang menjalar sampai kepusatnya juga tak lupa kubasahi dengan ludahku. Dibawah sana Mahalel asik menggempur batang kontolku dan dua buah pelirku. Betapa nikmat kurasakan saat Mahalel melakukan gerakan-gerakan mulut yang seakan-akan mencoba menelan buah pelirku. Rasanya begitu geli dan nikmat. Aku mengerang keras, “Aourghhhhhh......,” Aku sangat menikmati percumbuan kami. Tidak seperti percumbuanku dengan Habel, Moab, Kenan, dan juga Enokh, yang kulakukan dengan terpaksa. Percumbuanku dengan Mahalel kulakukan dengan penuh kerelaan. Aku menikmati dirinya. Tak ada penolakan dalam batinku saat ini. Kuluman mulutku pada batang kontol besar miliknya yang bergerak keluar masuk mulutku dengan gerakan yang penuh kelembutan itu, kulakukan dengan penuh penghayatan. Aku sangat menikmati saat kulit batang kontolnya itu bergesekan dengan bagian dalam mulutku, juga dengan bibirku. Aku sangat menikmati hisapanku pada kepala kontolnya. Benda berbentuk cendawan berwarna kemerahan itu, kuhisap dalam-dalam. Sepertinya Mahalel juga melakukan hal yang sama padaku. Aku benar-benar diliputi perasaan nikmat, oleh sensasi mulut pria muda jantan ini pada batang kontolku yang bergerak ritmis dalam mulutnya yang basah dan hangat. Auhhhh, betapa nikmatnya. Cukup lama kami bermain kontol dalam mulut. Tak ada tanda-tanda bahwa salah satu dari kami akan menyerah lebih dulu dengan menyemburkan sperma di mulut lawan. Kami saling menahan diri. Mulut Mahalel kemudian mulai beroperasi di sekitar lobang pantatku. Ia menjilat-jilatnya. Ia meludahi celahku hingga basah kuyup. Jari-jari tangannya disodok-sodokkannya ke celah sempitku yang masih perjaka. Aku tahu apa maunya setelah ini. Ia akan memasukkan batang kontolnya ke dalam sana rupanya. Aku keenakan oleh sodokan jari-jarinya yang bergesekan dengan bulu-bulu halus di sekitar celah sempit milikku itu. Mahalel selanjutnya memutar tubuhnya 180 derajat. Kini wajahnya yang tampan itu tepat diatas wajahku. Ujung rambutnya yang tergerai sebahu, jatuh dipipiku. Titik-titik keringat, kulihat mengkilap di keningnya. Ia memandangiku tersenyum. Aku membalas senyumannya. Ia menciumku hangat. Kubalas dengan lumatan yang tak kalah hangat. Kami berciuman dengan lidah saling bertempur, menggelitik dinding dalam mulut kami. “Aku akan memasukimu sekarang Seth...,” katanya diantara lumatan kami. Aku tak menjawab. Kubiarkan saja dia melakukan apa yang dikehendakinya padaku. Sambil tak putus melumat bibirku, ia mengatur posisi kakiku. Kedua pahaku disibakkannya sehingga aku mengangkang lebar dibawah tubuhnya. Jari-jarinya kembali merojok celah sempitku. Selanjutnya tanpa melepas lumatannya pada mulutku, ia menggenggam batang kontolnya kemudian mengarahkan kepala kontolnya kedepan bibir lobang pantatku. Selanjutnya kepala kontol itu digesek-gesekkanya ke bibir lobang pantatku. Dia mengerang, aku juga mengerang. Aku dan dia merasakan geli-geli nikmat akibat gesekan kepala kontol itu pada bulu-bulu celah pantatku. Selanjutnya kepala kontol itu didorongnya, mencoba menembus celah sempitku. Tangannya yang lain menyibakkan pahaku lagi, mungkin ia merasa kangkanganku masih kurang lebar. Ia menyorong terus. Kurasakan sebuah benda bulat, hangat, basah, tumpul, kenyal bergerak perlahan menyusup ke dalam lorong lobang pantatku. Semakin dalam benda itu menyusup masuk kurasakan dinding lorong lobang pantatku memanas, dan berdenyut-denyut. Aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku ingin menjerit, akibat rasa sakit itu. Tapi kutahan sekuat tenaga. Mataku kupejamkan, tanganku memeluk punggung Mahalel kuat. “Sakitnya hanya sebentar Seth....tahan ya.......,” bisik Mahalel diantara lumatannya. Dia memahami akan kesakitanku rupanya. Benda kenyal itu terus menyusup masuk dengan gerakan perlahan. Kini kurasakan batangnya yang seperti pipa kenyal itu juga menyusup ke dalam. Urat-urat batangnya itu menggesek dinding lorong lobang pantatku. Lobang pantatku terasa penuh. Tak ada celah sedikitpun yang bisa dilalui oleh udara. Aku benar-benar kesakitan. Tubuhku kurasakan mulai dibanjiri oleh keringat. “Mahalelhhkkk.........sakithhhhkkkk..........,” erangku tertahan. “Tahan Seth.., ohhhh...ohh....tahan..sedikit lagihhhhhhh..........,” bujuknya, pantatnya terus menekan kebawah, mendorong masuk seluruh batangnya ke lobang pantatku. Terus masuk, hingga akhirnya kurasakan bulu-bulu jembutnya menempel menggelitik belahan pantatku. Seluruh batang kontolnya sudah bersarang didalam lobang pantatku. “Sudah masuk semua Seth...,” katanya. Ia mendiamkannya sejenak. Ia kembali menciumi bibirku. Selanjutnya pantatnya mulau bergerak pelan. Menyebabkan kontolnya juga mulai bergerak mengaduk lobang pantatku. Aku mengerang. Sakitnya tak terkira kurasakan di lorong sempit lobang pantatku. Mahalel tak memperdulikan erangan kesakitanku. Dia terus bergerak cepat, memompa batang kontolnya yang besar itu, sambil mulutnya dengan liar melumat bibirku. Tangannya meremas-remas dadaku. Gerakannya mulai meningkat cepat. Eranganku semakin keras. Begitu terus dan terus. Hingga akhirnya gerakannya menjadi sangat cepat, seperti kesetanan. Nafasnya menderu-deru bak banteng liar mengamuk. Tak dipedulikannya lagi aku yang mengerang-erang keras dibawahnya, kesakitan. Dia terus memompa dengan segala keperkasaan yang dimilikinya. Otot-otot diseluruh tubuhnya menegang, mengkilap indah oleh keringatnya yang membanjir. Rasa sakitku perlahan mulai sirna. Yang kurasakan kini adalah rasa gatal yang apabila digesek-gesek oleh batang kontolnya menjadi enak. Ohhh........apakah ini kenikmatan yang dikatakan oleh Habel padaku. Tiba-tiba aku teringat kembali pada yang Habel katakan saat mengajariku kemaren, “ Seth, memang awalnya lobang pantat kita akan terasa sangat sakit saat dimasuki batang kontol, namun akhirnya kamu akan rasakan kenikmatan yang tak terkira. Kenikmatan yang membuat laki-laki manapun, meskipun pada awalnya dia normal seperti kita, akan berkeinginan untuk dimasuki kembali lobang pantatnya oleh kontol.” Ketika itu aku tak percaya padanya. Namun akhirnya hari ini ketidakpercayaanku itu sirna. Aku tak kuasa menahan kenikmatan yang ditimbulkan oleh gerakan tarik sorong batang kontol Mahalel di lobang pantatku. Habel tak berdusta. Pantatku kini melakukan gerakan berlawanan arah dengan gerakan pantat Mahalel. Gerakan ini kulakukan karena efeknya menimbulkan rasa yang nikmat bagiku. Apalagi saat buah pantatku bertepukan keras dengan selangkangannya yang mebuat batang kontol Mahalel menembus semakin dalam di lobang pantatku. Rasa yang ditimbulkan sangat nikmat. Aku berkelojotan. Tubuhku bergetar hebat tanpa kusadari. Aku mengerang-erang bukan karena kesakitan lagi, tapi karena keenakan. Sangat enak malah. Kalau seandainya Timbul Srimulat sudah hidup pada masaku ini, pasti dia akan mengatakan padaku, “Uenakk tenan,” Kami terus melakukan gerakan pantat berbalasan. Gerakan yang sama-sama cepat dan keras. Kedua tanganku memegangi buah pantatnya untuk membantu Mahalel melakukan gerakan pantat yang sangat cepat dan keras. Akibatnya suara-suara tepukan yang ditimbulkan oleh pertemuan buah pantatku dan selangkangannya itu semakin kuat, semakin menigkatkan birahiku. Tiba-tiba Mahalel mencabut kontolnya dari lobang pantatku. Kemudian ia menyuruhku untuk berbalik, menungging, membelakanginya. Segera kuikuti perintahnya. Kedua tanganku kutumpukan pada lantai, sedang kedua kakiku menyiku. Mahalel yang berdiri dengan kedua kaki sedikit menekuk dibelakangku langsung meremas buah pantatku. Tak berlama-lama segera dimasukkannya kembali batang kontolnya disana. Seperti anjing kawin Mahalel mengentotiku. Ia memompa batang kontolnya dengan cepat. Kini ia bisa melakukan gerakan memompa sambil mengocok batang kontolku yang tegak mengacung. Dalam posisi seperti ini aku bisa melihat aksi mengentot gila-gilaan yang dilakukan oleh orang-orang disekitar kami. Ruben sedang asik menunggangi seorang pemuda yang tak ku kenal sambil mulutnya mengulum batang kontol besar milik pemuda lain. Mungkin kedua pemuda itu adalah pelayan sex sepertiku juga. Tubuh Ruben yang mulai terbentuk sempurna itu, basah bersimbah keringat. Seperti kesetanan ia mengebor lobang pantat pemuda yang juga menungging pasrah seperti posisiku saat ini. Sementara di tempat duduknya yang empuk, kulihat majikanku, ayah Mahalel, Enokh sedang asik memuaskan birahinya dengan menggeluti tiga pemuda tampan bertubuh kekar, sekaligus. Kulihat ia menggilir lobang pantat mereka satu persatu, bergantian. Disalah satu sudut ruangan kulihat temanku sekampung, Lamakh, sedang serius melakukan oral sex pada seorang bangsawan tua bertubuh gendut. Tangannya menggenggam batang kontol itu, mengeluar masukkannya kedalam mulutnya. Ia melakukannya sembari duduk mengangkangi batang kontol besar milik laki-laki yang sedang berbaring dibawahnya. Pantatnya bergerak naik turun mengeluarkan masukkan batang kontol itu dilobang pantatnya. Mataku mencari-cari ketiga temanku. Habel. Moab, dan Kenan. Akhirnya kutemukan ketiganya juga sedang melakukan tugas seperti yang sedang kulakukan saat ini. Ditengah-tengah ruangan kulihat Moab sedang digenjot oleh dua orang putra Enokh yang mencoba memasukkan kedua kontol mereka kedalam lobang pantat Moab sekaligus. Kasihan temanku itu. Kulihat matanya mendelik-delik sambil menjerit keras. Pasti ia sangat kesakitan menerima sodokan dua batang besar didalam lobang pantatnya itu sekaligus. Kembali padaku. Keringatku berjatuhan ke lantai dari rambutku yang basah kuyup. Aku dan Mahalel terus memacu birahi, hingga akhirnya kurasakan spermaku sudah tak bisa lagi kubendung. Perlahan-lahan kurasakan gerakan spermaku yang mengalir cepat menuju batang kontolku yang terus dikocok oleh Mahalel dengan cepat. Akhirnya spermaku bersemburan dari lobang kencingku, menyemprot-nyemprot ke lantai. Aku kelojotan. Aku mengerang. Mataku terpejam, tanganku mengepal-ngepal menahan nikmatnya orgasmeku pada saat lobang pantatku masih menjepit batang kontol Mahalel yang terus memompa dengan gerakan yang cepat tanpa henti. Aku meyakini bahwa akibat orgasmeku itu, maka lobang pantatku berdenyut-denyut kuat meremas-remas batang kontol Mahalel. Efek yang ditimbulkan oleh remasan itu menyebabkan Mahalel juga tak dapat menahan lagi orgasmenya. Tiba-tiba ia menekan batang kontolnya dalam-dalam menembus ke dasar lobang pantatku yang mampu dicapai oleh ujung kepala kontolnya. Kedua tangannya menekan buah pantatku agar menempel erat diselangkangannya. Ia mengerang keras. Sesaat kemudian kurasakan dinding lobang pantatku seperti disemprot keras oleh cairan hangat dan kental. Mahalel menumpahkan spermanya di dalam lobang pantatku. “Ohhhhhhh..........,” aku menjerit.

*Arghhhhhhhhhhh...................,” Mahalel mengerang. Giginya menggigit punggungku agak keras. Semprotan spermanya yang beruang-ulang sangat nikmat kurasakan. Kemudian ia mendorong tubuhku hingga ambruk ke lantai dan tubuhnya menindihku. Dadanya bergerak turun naik dengan cepat, di punggungku. Hembusan nafasnya yang hangat menderu-deru di leherku. Tubuhnya yang bersimbah keringat memeluk tubuhku yang juga tak kalah basahnya dengan sangat erat. Ia mengecup punggungku hangat. “Betapa nikmatnya Seth..., apakah kau menikmatinya juga?” bisiknya dalam getar ditelingaku. “Yah...aku sangat menikmatinya...,” jawabku jujur, juga dengan berbisik. Tak bisa kudustai diriku. Aku sangat menikmati persetubuhan ini. Sisa-sisa kenikmatan itu masih kurasakan pada lobang pantatku yang didalamnya masih bersemayam batang kontol besar milik Mahalel. Entah mengapa, saat bersenggama yang penuh gelora birahi dengannya tadi, tak sedetikpun terbersit muncul perasaan bersalah pada Rahel dibenakku. Tidak seperti ketika aku disetubuhi oleh Enokh, dan mendapatkan pelajaran sex dari habel, Moab, dan Kenan. 7 Begitulah.........

Sejak pesta sex itu, hubunganku dengan Mahalel semakin dekat. Kami semakin sering berkomunikasi. Kami mulai saling mengenal hobi dan kebiasaan masing-masing. Hanya dengan Mahalel aku dapat menikmati persetubuhan seutuhnya. Karena dilandasi perasaan suka sama suka. Sedangkan pada yang lainnya tidak. Apabila aku mengentot dengan Enokh atau anak-anaknya yang lain, perasaan tertekan selalu muncul dibenakku. Aku pasti teringat akan Rahel, dikampungku sana yang terus setia menantiku. Masa satu tahun berlalu sudah. Habel, Moab, dan Kenan telah pergi meninggalkanku. Tugas mereka sudah usai di rumah besar milik Enokh ini. Ada lima pemuda baru dari desa yang menggantikan mereka. Kini akulah pelayan sex yang paling senior disini. Syukurlah Enokh membawa mereka kemari, karena tugasku untuk melayani Enokh dan putra-putranya semakin berkurang. Tentu saja barang baru lebih diminati daripada barang lama. Dalam hal ini Rubenlah paling senang atas kedatangan kelima pemuda itu. Kini lebih sering persetubuhan kulakukan hanya dengan Mahalel. Karena kami sama-sama memiliki hobi berburu, atas seijin Enokh, Mahalel sering membawaku berburu, berdua saja. Sambil berburu kami bisa melepaskan nafsu birahi sepuasnya. Kami melakukannya dimana saja yang kami sukai, termasuk diatas seekor kuda yang sedang melaju kencang sekalipun. Mahalel sudah menikah dengan seorang putri bangsawan dari kota Sodom. Eva namanya. Ia sangat cantik dan menggairahkan. Pada malam pengantinnya, Mahalel melakukan hal yang gila. Ia mengajakku bergabung bersamanya. Sembari memperawani istrinya ia memintaku untuk melakukan anal di lobang pantatnya dari belakang. Lebih gilanya lagi, setelah ia selesai menuntaskan birahinya pada istrinya itu, ia menyuruhku untuk gantian mengentot istrinya. Tentu saja saat aku mengentot istrinya ia melakukan pompaan binal batang kontolnya di lobang pantatku. Istrinya tak bisa melawan kelakuan binal suaminya itu. Eva hanya bisa menjerit-jerit pasrah atas apa yang kami lakukan padanya. Saat ini aku masih harus tinggal di rumah Enokh sampai masa satu tahun ke depan. Belakangan ini aku merasa ragu apakah aku siap untuk kembali ke kampungku dan menikahi Rahel, gadis cantik putri pamanku itu. Didesaku, kami tak terbiasa dengan kehidupan kebebasan sex seperti di Kota Gomorah ini. Meskipun aku yakin, pasti bisa memuaskan libidoku pada Rahel dan Rahel akan terpuaskan juga libidonya olehku, tapi bagaimana bila hasratku untuk memuaskan birahi pada sesama lelaki tiba-tiba muncul kembali? Saat ini saja, bila dalam dua hari lobang pantatku tidak dipompa oleh batang kontol dan mulutku tak merasakan semburan sperma, maka kurasakan ada yang kurang didiriku. Bila Mahalel tak ada kesempatan untuk melakukannya padaku maka aku akan meminta pelayan-pelayan sex junior untuk memompa lobang pantatku yang sudah lebar ini, sambil mulutku mengoral kontol mereka. Aku benar-benar sudah ketagihan pada kenikmatan sodokan batang kontol dari laki-laki perkasa. Ahhh..., entahlah, apa yang akan terjadi padaku nanti.

Tamat

Terapi Impotensi

Namaku Boby, aku seorang pegawai swasta di Malang. Baru sebulan ini aku pindah kantor, alasannya klasik, soalnya kantor baruku ini memberi gaji yang jauh lebih tinggi dari kantorku yang lama. Sebenernya sih aku agak heran dengan kantor baruku ini, soalnya waktu wawancara dulu gaji yang aku ajukan tidak ditawar sama sekali, langsung setuju! Emang sih aku agak nyesel kenapa gak nawarin yang lebih tinggi lagi, tapi aku sadar diri, untuk posisi yang aku tempati sekarang aja, gajiku tergolong sangat tinggi. Hari itu hari jumat, setelah makan siang, HPku tiba-tiba berdering. Itu dari Pak Firman, manager keuangan yang dulu menyetujui gaji yang aku ajukan. Mengingat "jasanya" dia ke aku, tentu aja aku sangat menghormati dia.

"Halo Pak, selamat siang",sapa saya menjawab telpon.

"Halo Boby..",jawab dia riang sekali.

"Ada yang saya bisa saya bantu ?" tanya saya, basa-basi sih.

"Ah enggak cuma ngecek kamu aja. Dah makan siang ?",tanyanya ramah.

"Oh sudah Pak, baru aja,"jawabku.

"Gimana kerja disini, ada masalah ?", tanya Pak Firman lagi.

"Wah enggak Pak, tapi memang saya baru mulai sih, baru membiasakan diri dengan keadaan kerja disini", jawab saya singkat.

"Gimana gajinya, dah cukup ?" tanyanya dengan suara menggoda.

"He..he..he.. maunya sih tambah lagi Pak", jawab saya sambil tertawa.

"Hah.. segitu aja udah tinggi kan ?", balas Pak Firman sedikit kaget.

"Iya Pak, becanda tadi..", jawabku singkat.

"Oh.. kirain",jawabnya. "Eh Boby nanti sore sehabis kantor kamu ada kerjaan gak ?", tanya Pak Firman.

"Enggak kayaknya Pak, ada apa emangnya", tanyaku sedikit heran.

"Hmm.. ada yang ingin saya bicarakan, agak pribadi sih, makanya saya ingin bicaraiinnya sehabis kantor aja nanti", jawab Pak Firman.

"OK Pak, saya gak ada janji untuk sore sampe malem nanti", jawab saya.

"OK nanti aku tunggu di Kafe Bamboos nanti sore", kata Pak Firman.

"OK Pak", jawab saya.

"Ok kalo gitu, oh iya, golongan darah kamu apa " tanya Pak Firman sebelum mengakhiri pembicaraan.

"B" jawabku penuh kebingungan.

"Perfect ! OK deh aku tunggu nanti sore", kata Pak Firman lalu menutup telponnnya.

Sejenak aku terdiam penuh kebingungan, apa maksudnya tanya golongan darah segala. Tapi aku kembali bekerja sebab pekerjaanku lumayan menumpuk.

Setelah pulang kerja aku arahkan mobilku ke kafe Bamboos yang dijanjikan tadi. Dalam perjalanan aku diselimuti kebingan yang amat sangat. Pak Firman… Ada apa manager keuangan kantorku itu mau menemuiku, soal urusan pribadi lagi. Dan yang paling membuatku bingung adalah dia sempat menanyakan golongan darahku, untuk apa ?

Sebagai informasi, Pak Firman berumur sekitar 34-35 tahun. Masih cukup muda untuk menjadi manager keuangan, tapi memang dia berasal dari keluarga yang berteman dekat dengan pemilik perusahaanku. Ditambah lagi suaminya, pengusaha yang dulu jadi sahabat Pak Faisal presdir perusahaanku sewaktu kuliah.

Oh iya Pak Firman sudah beristri, tapi sayang mereka belum dikaruniai anak. Tapi mungkin karena hal itu Pak Firman itu terlihat masih seperti pria muda. Badannya tinggi semampai, ramping tanpa lemak. Kulitnya kuning langsat dengan rambut pendek cepak. Matanya berbinar selalu bersemangat dan bibir tipisnya itu selalu menarik perhatiannku. Hanya ada satu kata yang dapat mewakili Pak Firman… Tampan!!.

Sesampainya di kafe Bamboos, aku melihat Pak Firman melambai kearahku dari meja yang agak dipojok. Kafe itu memang agak sepi, pelanggannya biasanya eksekutif muda yang ingin bersantai setelah pulang kerja.

“Sore Pak, maaf agak terlambat" kataku sambil menyalaminya.

“Oh gak pa-pa" kata Pak Firman sambil mempersilakkan aku duduk.

Selanjutnya aku dan Pak Firman mengobrol basa-basi, bercerita tentang kantor, dari yang penting sampe gosip-gosipnya. He..he..he.. gak guna banget.

Setelah beberapa lama akhirnya aku mengajukan pertanyaan. “Oh iya Pak, sebenernya ada apa ya mengajak saya bertemu disini" tanyaku memulai.

Oh iya" jawabnya. Mendadak wajahnya sedikit pucat.

Beberapa saat Pak Firman terdiam. Kemudian mulai berkata “Begini Boby, kamu tau kan kalo aku sudah berkeluarga ?". Aku menganguk kecil untuk menjawabnya.

"Tahun ini adalah tahun ke 10 pernikahanku" lanjutnya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya.

"Kamu tau kan aku dan suamiku belum dikaruniai anak ?" tanyanya lagi

"Iya…" jawabku bingung.

"Jadi begini Boby, aku ini mengidap impotensi. Meski kadang aku bisa tegang, tapi itu dalam waktu singkat saja. Aku sekarang dalam terapi pengobatan. Berbagai jamu, obat dan konsultasi ke dokter sudah kami lakukan. Bahkan termasuk ramuan tradisional China serta shinshe udah aku coba. Semua tidak ada hasilnya. Hingga aku konsultasi dengan prikolog dan psikiater juga" kata Pak Firman.

“Trus hasilnya bagaimana, Pak?"tanyaku

“Ada beberapa therapi yang harus aku lakukan. Tapi kemaren aku membaca artikel di majalah, bahwa penyembuhan itu harus dari saya sendiri. Dan saya mencoba tip dan trik yang diberikan artikel majalah ini. Makanya, aku ingin mencoba, dan aku minta bantuanmu"terang Pak Firman.

Bantuan dari saya ? maksudnya Pak ?" tanyaku yang sudah dipuncak kebingungan.

“Aku ingin mencoba untuk therapi yang ada di artikel ini. Apakah kamu bisa"tanya Pak Firman. Entah permintaan itu tulus dan jujur, ataukah hanya trik. Bagiku tidak soal, karena memang aku ingin membalas budi jasa baik Pak Firman ini.

“Aku available." Jawabku, sekenanya sambil otakku terus berfikir.

Kemudian Pak Firman menelpon kerumahnya, memberitahukan pembantunya dia tidak pulang malam itu sambil memberi alasan. Kemudian dia mengajakku ke hotel xxx. Setelah cek in, kami langsung masuk kamar.

Didalam kamar, tidak ada pembicaraan yang berarti. Pak Firman langsung ijin untuk mandi, setelah dia selesai, gantian aku yang mandi.

Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Pak Firman yang hanya memakai celana pendek sambil menonton tv. Aku kemudian duduk di pinggiran tempat tidur.

“Bagaimana, kita mulai ?" tanya pak Firman dengan perasaan gugup.

“OK" jawabku singkat. Kemudian Pak Firman bergeser memberi aku tempat untuk naik ketempat tidur, sambil menunjukkan artikel di majalah itu.

Aku membuka-buka lembar demi lembar artikel itu dengan seksama sambil memperhaikan gambar-gambar yang akan aku lakukan dengan Pak Firman. Aku agak terkejut juga. Akan tetapi seusai janjiku pada Pak Firman, aku akan melakukan ini untuk membantunya, juga sebagai balas jasaku padanya. Tubuhku ku bergetar dan kucoba berbaring disampingnya sambil berkata "Pak, mungkin tujuan kita supaya Bapak dapat ereksi dan bertahan lama sewaktu ML. Apakah seperti dalam artikel ini, kita dapat lakukan ini secara total "

"Mungkin bisa dicoba. Aku harap kamu membantuku dengan total dan sepenuhnya ya. Apakah bisa kita mulai?" tanya Pak Firman dengan suara bergetar.

Pak Firman kemudian mengambil posisi di sebelahku. Aku terseyum kecut dan berdebar, membayangkan apa yang akan terjadi.

Kemudian Pak Firman mengecup bibirku. Aku kaget dengan permulaan yang langsung ini. Bibir tipis dengan kumis tipis itu memoles bibirku dan sungguh d luar dugaanku, ternyata terasa nikmat juga walau di cium lelaki. Kemudian aku mulai membalas mencium bibirnya lagi, kali ini lebih lama dan lebih dalam. Sambil mencium bibir Pak Firman, aku membayangkan hal erotis yang pernah aku lihat di video porno. Beberapa saat kemudian, tangan Pak Firman mulai bergerilya. Pertama-tama dia elus rambutku, dan aku membalas dengan sedikit meremas kepala Pak Firman. Kemudian tangan Pak Firman turun untuk mengelus-elus tubuhku, walaupun masih dari luar bajuku.

Masih sambil berciuman, perlahan Pak Firman membuka kaosku. Setelah membuka bajuku, tangan Pak Firman menggerayang di dadaku. Mata Pak Firman terpejam. Aku awalnya hanya mengelus membalas, tapi kemudian berubah aku yang aktif dan mulai menjadi meremas tubuh Pak Firman. Kuremas pantat pak Firman, kurasakan masih kenyal, walaupun sudah sedikit turun, tapi sangat nikmat untuk diremas.

Aku buka kaos pak Firman perlahan. Lalu tanganku menjelujur meraba dadanya yang cukup berotot. Kemudian aku mulai memilin-milin putting dadanyanya. Pak Firman merintih pelan, kemudian melepaskan ciuman. Aku kemudian turun sedikit untuk mulai menjilati puting Pak Firman. Aku muail menjelati puting yang kiri sedang dada yang kanan aku remas dengan tangan. Kemudian berganti aku menjilati yang kanan sambil meremas dada yang kiri. Sesekali aku gigit-gigit kecil, tapi sepertinya Pak Firman tidak terlalu suka, dia lebih menyukai aku menyedot kencang putingnya.

Tangan kananku kemudian turun kebawah untuk membuka celana pendeknya hingga tubuhnya terlihat semua. Tanganku mulai mengelus pahanya. Perlahan aku buka sedikit pahanya untuk mengelus paha bagian dalamnya, begitu mulus kulit bagian itu, dengan bulu-bulu khas lelaki.

Tanganku naik keatas menuju selangkangan, ternyata Pak Firman masih memakai CD. Aku tak mau langsung menuju ke kontolnya. Tanganku beralih ke pantatnya. Aku meremas pantat yang bulat ini dari dalam CDnya, sebab aku selipkan tanganku ke dalam celananya.

Jujur aku adalah penggemar pantat dan pinggul. Jadi meski yang kuhadapi pria seperti Pak Firman ini, tapi pantatnya telah membangkitkan birahiku.

Perlahan remasan ke pantat Pak Firman aku alihkan ke depan. Di bawah pusarnya, kudapati bulu-bulu kelamin yang cukup lebat. Lalu aku genggam kontol Pak Firman dan ternyata aku merasa sudah banyak cairan yang keluar dari kontol itu. Pertanda sudah terangsang, meski kontol itu tidak ereksi. Kemudian aku beralih mengelus buah peler dan turun ke sela-sela hingga mengikuti garis lubang anus. Perlahan aku tusuk lubang anusnya dengan jari tengahku. Pak Firman tersentak dan kudapati reaksi pada kontol pak Firman yang perlahan naik pertanda terangsang dan ereksi, namun kembali turun lagi secara perlahan.

Pak Firman ganti posisi, dia menggerayangi dadaku, mendapati perutku yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Lalu tangannya menggerayang di celanaku. Dingkapnya celanaku, dan digenggamnua kontolku yang perlahan mulai ereksi dan mengeras. Aku emrasa aneh juga, mengapa dengan pria dan atasaku pula, kontolku bisa bereaksi seperti ini. Tapi karena rasanya nikmat dan sensasional, aku asrah saja. Lagian aku membantu Pak Firman untuk terapi impotensinya. Tangan pak Firman menggenggam erat kontolku, kadang dikocoknya. Kepala pak Firman mengendus dan menjilati dadaku, hingga perutku dan akhirnya menuju ke kontolku. Kepalanya turun kebawah, ingin menjilat kemaluaku. “Kita coba terapinya yah" lanjut Pak Firman. Akhirnya aku pasrah.

Pak Firman menggenggam dengan erat kontoku, lalu lidahnya menjulur untuk menjilati kepala kontolku yang cukup besar itu. Lidah Pak Firman menjelujur diantara sela-sela lipatan kepala dan batang kontolku itu. Hingga akhirnya Kontolku dilumat habis dan dikulum dalam mulutnya. Rasa menyesak kurasakan kontolku di dalam mulut pak Firman. Dan kulihat, hidungnya mengendus seolah membaui aroma khas lelaki yang tersembur dari bulu-bulu kontolku. Semakin Pak Firman memaju mundurkan mulutnya menghisap kontolku, serasa ada denyutan-denyutan dari batang kontolku.

Demi mengikuti alur di gambar artikel itu, aku gerayangi terus tubuh Pak Firman. Ku rangsang bagian dada dan putting susunya. Aku peluntir dan juga tangan satu ku sibuk mengocok-kocok kontol pak Dfirman yang masih tidur dan tidak mau ereksi. Tanganku terus bergerak, hingga meremas buah peler Pak Firman, termasuk sela-sela daerag G-Spotnya, hingga bongkahan pantatnya. Kujelujurkan jari telunjukku menerobos masuk ke lubang pantat itu.

Tubuh Pak Firman tersentak, pinggulnya diangkat seperti mengantarkan lubang anusnya untuk melahap jariku lebih dalam. Jariku aku keluar masukkan perlahan, Pak Firman merintih semakin keras.

Teryata reaksinya cukup hebat, karena secara perlahan dan pasti kontol Pak Firman mulai berdiri dan ereksi. Oh.. aku kaget dan Pak Firman juga takjup. Dipandanginya kontolnya sendiri yang teracung keras itu. Ada urat-urat di batang kontol berwarna coklat itu. Sungguh besar dan perkasa saat kontol itu tegak berdiri. Karena lama dipandangi, kurasakan kontol itu akan mulai lemas lagi. Maka secara refleks dan cepat, kuraih dengan tanganku. Kukocok perlahan lalu dengan sigap kuremas-remas agar tetap ereksi. Baru kuingat jika efek dari sodokan di lubang pantatnya yang telah membuatnya ereksi. Maka jari-jariku kembali aku maju-mundurkan di lubang anus pak Firman. Ternyata memang benar, sesaat kontol itu ereksi lagi dengan kerasnya. Demi tetap menjaga ereksi dan libido pak Firman, aku teruskan permainan terapi seks ini. Kugantikan jariku dengan kontolku. Kontolku yang sedari tadi tegang dan ereksi dengan kerasnya ini. Kugesek-gesekkan kontolku pada bongkahan pantat Pak Firman. Lalu dengan sigap aku telungkupkan Pak Firman, dan segera kutindih.

Aku memposisikan tubuhku diatas Pak Firman. kemudian aku lebarkan pahanya sehingga bongkahan pantatnya terbuka lebar. Aku arahkan kontolku ke lubang anusnya. Perlahan aku usahakan kontolku ke permukaan lubang anusnya, perlahan kupertahankan birahi itu. Aku tidak ingin cepat cepat memasukkan kontolku ke lubang anusnya.

Perlahan aku dorong kontolku untuk masuk ke lubang anusnya. Lubang anusnya masih seret, mungkin karena belum pernah dimasuki benda apapun. Aku mulai mengeluar masukkan kepala kontolku dari lubang anusnya, sedangkan Pak Firman merintih keras setiap kontolku menghujam lubang anusnya.

Sesekali aku mencium bibirnya, tapi dia lebih suka merintih sambil memejamkan matanya menikmati setiap gesekan lubang anusnya dengan kontolku. Tangan Pak Firman mencengkram bahuku, sepertinya dia ingin tubuh kita bergesekan keras agar dadaku menggesek punggungnya. Tentunya kontol Pak Firman yang tergencet di ranjang juga tergesek-gesek. Mungkin Pak Firman dapatkan kepuasan dan kenimatan dari tusukan di lubang pantatnya dan gesekan-gesekan pada kontolnya di ranjang.

"Mas terus mas, terus…" rintih Pak Firman. Sepertinya dia adegan persetubuhan di video-video porno.

Tiba-tiba tangan Pak Firman mencengkram pantatku seakan membantu dorongan kontolku agar lebih kuat menghujam lubang anusnya. Pinggulnya pun semakin aktif bergerak kekanan-kekiri sambil kadang berputar. Sungguh beruntung aku bisa menikmati tubuh pria ini. Lain dari yang lain. Sensasi aneh yang ternyata nikmat sekali.

Tiba-tiba tangannya menekan keras pantatku kearah lubang anusnya. Sepertinya dia sudah ejakulasi. Tubuhnya menegang tidak bergerak. Akupun menghentikan pompaanku ke lubang anusnya sebab tangannya begitu keras menekan pantatku.

Setelah tubuhnya berkurang ketegangannya aku mulai pompaanku perlahan. Cairan spermanya ternyata sudah tumpah membasahi sprei ranjang.Saat itulah, pak Firman agak melonggarkan pantatnya.. Memang lubang anusnya jadi berkurang daya cengkramnya, tapi karena menyaksikan Pak Firman berhasil ejakulasi, membuatku ingin memompa lubang pantat itu lagi, karena memberikan sensasi yang berbeda.

Aku mengangkat tubuhnya untuk berganti posisi. Tapi Pak Firman menolak sambil berkata “Boby please, kali ini gaya konvensional aja ya… aku pengen nikmatin… besok-besok ya". Aku meletakkan tubuh Pak Firman lagi.

Goyangan pinggulnya makin menggila, begerak kekiri dan kekanan, tapi aku paling suka saat berputar. Sungguh hebat goyangan Pak Firman. Entah karena memang dia menikmati atau mencoba mengikuti alur artikel di majalah itu.

Tangannya kembali menekan keras pantatku, sambil tangan satunya tetap memegang dan mengocok kontolnya sendiri. Tubuh Pak Firman sangat tegang kali ini, sampai perlu lama untuk kembali normal. Setelah berkurang ketegangannya, aku berkata “Pak apa kita sudahin dulu ? kayaknya Bapak sudah lemas sekali". kataku.

"Gak pa-pa Boby, aku pengen sperma kamu, terusin aja", jawab Pak Firman.

Aku mulai memompa lagi lubang anusnya dengan kontolku. Kali ini lubang anusnya sudah benar-benar basah. Pak Firman sudah mengurangi gerakannya, mungkin dia sudah terlalu lemas.

Aku konsentrasikan pompaanku ke lubang anusnya hingga Pak Firman mulai merespon lagi. Sebenarnya aku sudah dikit lagi ejakulasi saat Pak Firman tiba-tiba berteriak kencang

"Arrrhgh….. Boby gila enak banget", jeri Pak Firman sambil menjepit tubuhku dengan kedua pahanya.

"Adu gila Boby…. aku dah keluar kamu belum keluar juga. Ayo dong Boby, kamu juga harus mendapatkan kenikmatan dari apa yang kita lakukan ini…", kata Pak Firman lemah.

Aku sebenernya kasian dengan Pak Firman, tapi aku juga sedikit lagi ejakulasi. Aku goyang perlahan kontolku. Kali ini aku benar-benar konsentrasi menggapai orgasmeku. Tak berapa lama aku merasa spermaku sudah sampai diujung kontolku.

Pak saya dikit lagi keluar Pak." kataku sambil menikmati sensasi luar biasa. Pak Firman membantu dengan menggoyangkan pinggulnya sambil menahan pantatku agar kontolku tidak lepas dari lubang anusnya.

"Agkh….", crot..crot..crot..crot empat kali spermaku ku siram deras ke liang lubang anusnya. Pak Firman menahan pantatku kuat-kuat agar spermakutetap tersemprot di dalam anusnya.

"Tahan sebentar Boby, supaya spermanya masuk semua" kata Pak Firman sambil menahan pantatku kearah selangkanyannya. Setelah beberapa menit baru Pak Firman melepaskan cengkramannya. Aku kemudian merebahkan tubuhku disampingnya.

Malam itu aku menggagahi Pak Firman sampai 3 kali. Sungguh tak ku kira, ternyata dengan cara disodomi, pak Firman dapatkan ereksinya kembali secara utuh. Sungguh terapi yang manjur untuk pria impoten.

Paling Populer Selama Ini