6/11/2011

Andani Citra – Para Peronda Malam

Copyright 2004, by Andani Citra

(Keroyokan)

Hai, aku kembali menceritakan pengalaman seksku. Aku adalah seorang mahasiswi yang memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak keperawananku hilang di SMA aku selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Kalau dipikir-pikir, entah sudah berapa orang yang menikmati tubuhku ini, sudah berapa penis yang pernah masuk ke vaginaku ini. Aku juga menikmati sekali nge-seks dengan orang yang belum pernah aku kenal dan namanya pun belum aku tahu seperti para tukang yang pernah aku ceritakan pada kisah terdahulu.

Nah ceritanya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap. Arlojiku menunjukkan pukul 8 lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku cukup jauh dari daerah ini. Lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena aku jarang berkunjung ke temanku yang satu ini.

Di perjalanan aku melihat sebuah pom bensin tapi harapanku langsung sirna karena begitu mau membelokkan mobilku ternyata pom bensin itu sudah tutup. Aku begitu kesalnya sampai tak sadar kugebrak setirku. Terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih buka atau segera sampai ke rumah.

Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga. Aku agak panik hingga kutepikan mobilku dan kucoba menstarternya. Walupun kucoba berulang-ulang ternyata tetap saja tidak berhasil. Menyesal sekali aku gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin.

Kini aku terjebak tidak tahu harus bagaimana. Kedua orang tuaku sedang di luar kota. Di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya. Kompleks ini begitu sepinya. Rumah-rumahnya pun tampak saling berjauhan. Ditambah dengan penerangan yang kurang baik.

Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan menuju ke sana untuk meminta bantuan. Setibanya di sana aku melihat 5 orang di sana sedang ngobrol-ngobrol. Juga ada 2 motor diparkir di sana. Mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.

“Ada apa Neng, malam-malam begini? Nyasar ya?” tanya salah seorang yang berpakaian hansip.

“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin,” kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.

“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua, Neng. Ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini,” timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.

“Aduuhh… gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok,” tawarku.

Untung mereka berbaik hati menyetujuinya. si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.

“Mari Neng duduk dulu di sini sambil nunggu.”

Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat. Mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan.

Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab. Aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku. Hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans. Di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.

Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu sehingga mulai timbul niat isengku dan membayangkan bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmati mereka. Hitung-hitung sekalian sebagai balas budi.

Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng berkata.

“Wah… panas banget yah belakangan ini, Pak… sampai malam gini aja masih panas.”

Aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku. Kemudian dengan santainya kulepaskan setelan luarku sehingga nampaklah lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip.

Aku berusaha mengajak mereka ngobrol lagi. Tapi kulihat mereka sudah tidak menanggapinya dengan benar. Jelas sekali mereka sudah tidak fokus dengan obrolanku, melainkan sibuk menikmati tubuhku.

Agaknya umpanku sudah mengena. Aku yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku sepertinya sudah tak tahan lagi. Dia mulai memberanikan diri membelai lenganku. Aku diam saja diperlakukan begitu.

Salah satu dari mereka. Seorang tukang ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku. Tangannya diletakkan diatas pahaku. Melihat tidak ada penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku.

Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas payudaraku. Tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang sudah terasa mengeras.

“Wah, si Neng bisa dipake nih ternyata…” kata si tukang ojek.

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

“Pak, saya cuma mau balas budi aja… Terima kasih sudah nolong saya. Saya bener-bener takut tadi kalo sampe terdampar sendirian di sini kehabisan bensin.”

“Oh, ya, ya… Diterima nih Neng. Ternyata anak muda jaman sekarang masih tau juga berterima kasih…” Mereka pun mengangguk-angguk.

Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun dan awalnya agak ragu-ragu, serentak maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku. Sebentar saja aku sudah merasakan kedua buah dadaku digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku.

“Neng, kita ngentot aja, yuk…” kata si Bapak yang pakai sarung akhirnya.

“Hayu, Pak,” kataku mengangguk sambil tersenyum.

“Ngentotnya ama kita semua ya, Neng…. Giliran aja…” kata si tukang ojek.

“Boleh… Mau sekalian bareng juga boleh…” usulku dengan lembut dan manja.

“Boleh, boleh… gitu juga lebih bagus. Gimana maunya Neng aja deh,” kata si Bapak satu lagi yang dari tadi diam saja.

“Uhuuuy… Hebat nih si Neng ternyata…. Wah, mimpi ape nih kita semalem, Bang,” kata si tukang ojek lagi setengah berteriak karena kegirangan.

“Eh… kita bawa ke dalam pos aja, biar aman!” usul si hansip.

Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu. Penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt.

Dengan tidak sabaran mereka langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim. Payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku. Untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.

“Eh, baiknya ada satu orang yang jagain di luar, noh… Kita gantian aja,” kata si hansip khawatir kalau ada yang memergoki.

“Iye, bener…. Mat, elo aja deh yang jaga duluan gih. Ntar giliran,” timpal si tukang ojek diikuti anggukan yang lainnya.

Akhirnya yang paling muda di antara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran jaga. Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu.

Si hansip mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku. Terasa benar jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara si tukang ojek membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku. Putingku yang sudah menegang itu disedot dan digigit kecil.

Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar di situ. Mereka bertiga sudah membuka celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras. Aku sampai terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu, terutama punya si hansip. Penisnya paling besar di antara ketiganya. Hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol.

Celana dalamku mereka lucuti, jadi sekarang aku sudah telanjang bulat. Aku langsung meraih penisnya. Kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk dijilat dan dikulum. Selain itu tangan lembutku meremas-remas buah zakarnya. Sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di mulutku yang mungil. Paling cuma masuk tiga perempatnya.

Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku. Dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vaginaku. Dia juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya. Tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak. Kedua pahaku mengapit kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat di bawah sana.

Bapak yang bersarung menikmati payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku. Payudaraku yang satunya diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke.

Aku melihat sebentar-sebentar si Mat nongol di jendela mengintipku dikerjai teman-temannya. Nampaknya dia sudah gelisah karena tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku.

Tak lama kemudian aku mencapai orgasme pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku. Tubuhku mengejang beberapa saat. Dari mulutku terdengar erangan tertahan karena mulutku penuh oleh penis si hansip.

“Wah, liat tuh.. si Neng orgasme,” kata si hansip menunjuk mukaku dan tubuhku yang mengejang.

Cairanku yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi, “Slurrpp..” sluuppp…”

Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku. Eranganku mengiringi masuknya penis itu. Cairan cintaku menyebabkan penis itu lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam.

Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati dan kuemut. Sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh jilatan-jilatannya. Selain leher, dia jilati juga telingaku lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya.

Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat. Akhirnya tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya. Lalu dia lepaskan penisnya dari vaginaku lalu berpindah ke dekat kepalaku.

“Neng, isep dulu nih peju Abang… tanggung nih masih netes,” perintahnya.

Aku segera melepas penis si Bapak bersarung lalu meraih penis si tukang ojek yang basah kuyup oleh spermanya dan cairan cintaku. Pelan-pelan kuisap penisnya sehingga semua cairan yang menyelimuti penisnya sedikit demi sedikit berpindah ke dalam perutku. Bisa kurasakan beberapa semprotan kecil sperma masih keluar saat kuisapi penisnya.

“Gileee, sedotannya mantep, cing,” kata si tukang ojek mengacungkan jempolnya ke arah teman-temannya.

Sekarang batangnya telah bersih dan mengkilat karena ludahku. Lalu ia terduduk untuk beristirahat sejenak sambil memberi kesempatan kepada teman-temannya yang belum kebagian jatah.

Sementara itu posisi si tukang ojek telah digantikan oleh si hansip. Ia mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan dan lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai aku meringis dan mengerang menahan sakit ketika penis itu mulai menggenjotku.

“Wuah… memek Neng ini sempit banget. Untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”" komentar si hansip.

Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras setiap penis itu menghujam ke dalam. Kegaduhanku diredam oleh Bapak bersarung yang duduk mengangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan penisnya. Penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong penisnya. Kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku.

Sementara di belakang si hansip mengangkangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil memain-mainkan payudaraku yang menggantung.

Si Bapak bersarung akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku. Dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku. Kuminum semua air maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.

“Wah, si Neng ini… cantik-cantik demen nenggak peju!” komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.

Tiba-tiba pintu terbuka. Aku sedikit terkejut. Di depan pintu muncul si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari membeli bensin. Seandainya saja yang memergokiku sedang bugil disetubuhi dua orang pria itu adalah kedua orang tuaku, pastilah aku tengsin berat. Berhubung yang memergokiku sekarang adalah seorang pria asing, aku malah jadi tambah horny.

“Wah… ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak. Sialan nih kalian….” katanya.

“Iya nih, cepetan dong. Masa gua dari tadi cuma disuruh jaga. Udah kebelet nih!” sambung si Mat.

“Eeh… sabar… sabaar… Ya udah, lo dua-an ngentot dulu sono. Gue yang jaga sekarang,” kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.

Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya. Si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat. Tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga. Pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip. Diameternya lebih tebal pula.

“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua. Mana kontolnya gede lagi!” kataku dalam hati.

Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari belakang. Kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah berlutut.

Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku. Payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek berkumis. Nampak Mat begitu buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan. Aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku dengannya. Senang juga aku bisa main dengan cowok yang lebih muda dariku.

Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si Bapak bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher jenjangku membuat darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.

Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin keras dan pegangannya pada lenganku juga makin erat.

“Aaahhhh..!” aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan dengan si hansip.

Vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya. Selangkanganku yang sudah becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku sudah basah berkeringat karena disetubuhi mereka, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.

Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku.

Lalu si Bapak bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja aku menduduki si Bapak berhadap-hadapan muka dan menancapkan penisnya, si tukang ojek berkumis menindihku dari belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku.

Edan memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main sodomi lagi. Tapi gak apa-apa lah, tadi kan dia yang sudah membelikan aku bensin. Wajarlah kalau dia minta perlakuan istimewa. Untung daerah selangkanganku sudah penuh lendir sehingga melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya. Tetap saja ternyata sakitnya terasa sekali sampai aku menjerit-jerit kesakitan. Kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti disangkanya sedang terjadi pemerkosaan.

Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang senggamaku. Si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku. Tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku. tidak terlalu besar memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah, sepertinya dia grogi.

“Enak gak, Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?” tanyaku di tengah desahan. Aku paling senang ngobrol sama dia karena wajahnya yang paling imut.

“Aduh… enak banget, Neng. Baru pernah saya ngerasain ngentot,” katanya dengan bergetar.

Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus.

Tidak sampai dua menit si tukang ojek berkumis menyusul orgasme. Dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku.

Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme lagi. Tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaikturunkan tubuhku sampai beberapa detik kemudian aku pun mencapainya.

Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang tadi berjaga itu kembali masuk.

“Aduh, belum puas juga nih orang… bisa pingsan gua lama-lama nih!” pikirku.

Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat. Dasar perjaka… dia masih terlihat agak canggung saat mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata.

“Ayo Mat, kapan lagi lo bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus… Puasin Mbak dong, kalo lu laki-laki!”

Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya.

Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku. Lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku.

Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat. Mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima.

Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka. Aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.

Setelah masing-masing kebagian jatah minimal dua kali, aku membersihkan tubuhku dengan handuk kecil kumal yang diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku.

Aku berpamitan dan dengan tulus mengucapkan terima kasih sekali lagi dengan memeluk dan mencium bibir mereka satu persatu. Mereka membalasnya sambil menepuk pantatku atau meremas dadaku.

Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobilku yang diparkir agak jauh sambil membawa sejerigen bensin yang tadi dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin, ternyata dia masih belum puas.

Dengan paksa dilepaskannya celanaku dan disodokkannya penisnya ke vaginaku. Aku senang saja diperlakukan seperti itu. Dengan sepenuh hati aku pun melayaninya. Kami melakukannya dalam posisi berdiri sambil berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada orang atau mobil yang lewat disini.

Setelah selesai, kucium dalam-dalam si tukang ojek berkumis itu sebagai tanda terima kasih yang terakhir kalinya. Aku begitu terbawa suasana. Rasanya kami benar-benar sudah seperti sepasang kekasih yang bercinta di bawah bulan purnama. Romantis sekali.

Tanpa membersihkan sisa persenggamaanku yang terakhir, aku mengenakan kembali celanaku, masuk ke dalam mobil dan menstarternya. Berhasil! Sambil melambaikan tangan pada si tukang ojek berkumis, aku pun berlalu meninggalkannya.

Setibanya di rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang bau sperma dan keringat di bawah shower. Selesai mandi, kulihat jam dinding di kamarku. Sudah hampir pukul lima pagi… Untunglah hari ini tak ada kuliah. Aku pun tidur dengan perasaan puas.

TAMAT

Two in One

Hari itu sudah jam 20.00 malam, dan saya masih sibuk mengetik proposal boss saya. Saya memang sedang lembur. Belakangan ini kantor konsultan asing di mana saya bekerja sebagai aisten manager memang sedang sibuk-sibuknya. Banyak perusahaan lokal yang meminta jasa kami dalam mereorganisasi perusahaan mereka.

Boss saya adalah seorang expatriat warga negara Amerika. Dia adalah seorang pria bujangan berusia sekitar 33 tahun yang sangat tampan. Dandanannya selalu rapi dan wangi. Hampir semua teman-teman wanita sekantor terpikat oleh pria ini. Saya sangat beruntung menjadi asisten dia, karena selain boss saya indah dipandang, dia juga seorang boss yang baik terhadap bawahannya.

 Di sela-sela kesibukan mengetik proposal boss saya untuk besok hari, sesekali saya mengintip ke ruang tengah yang masih benderang. Di sana terdapat Mr. Bryan (boss saya), Mrs. Elisabeth dari Philipinnes, Bapak Edwin dan Mr. Gregory dari England. Rupanya mereka masih membicarakan rapat untuk besok hari. Hhmm.., tampan sekali Mr. Bryan malam itu, Bapak Edwin juga sangat tampan, tapi dia memang peranakan China-Sunda. Kalau Mr. Gregory memang sudah tua, apalagi dia berjenggot, tapi tetap terlihat masih sangat fit dan bersemangat. Satu jam berlalu, terlihat Mrs. Elisabeth meninggalkan ruangan untuk pulang. Begitu pula Mr. Gregory. Tinggal Mr. Bryan dan Bapak Edwin yang masih terlihat serius berdiskusi.

Proposal yang saya buat pun sudah selesai, sekarang tinggal menge-print-nya. Setelah selesai ngeprint, terdengar suara intercom telephon ke ruang saya. “Adi, kalau sudah selesai. Kamu bisa pulang duluan. Karena besaok kamu harus lebih pagi”,pesan Mr. Bryan. Aku pun bergegas dan memberekan mejaku sejenak, lalu segera mengambil jaket dan kunci motor. Lalu aku bergegas ke lantai bawah tempat parkir kendaraanku. Karena merasa lapar, aku berniat membeli makanan dulu di warung langgananku.

Sesampainya disana aku pesan ayam goeng tulag lunak kesukaanku. Saat akan membayar, ternyata dompetku tidak ada di saku belakangku. Aku terkejut dan wajahku berubah pucat pasi. Allu kucoba ingat ingat, ternyata kemungkinan terbesar dompetku jatuh di ruangan kerjaku. Karena hari ini aku tidak banyak bergerak. Setelah berpamitan sejenak dengan pemilik warung, aku bergegas kembali ke kantorku. Aku lihat beberapa lampu telah dimatikan, namun masih tampak kalau Mr Byan belum pulang. Setelah membuka pintu utama, aku menuju ke ruang kerjaku.

Namun kudengar suara desahan di ruang tengah tempat rapat. Karena curiga, aku melongok dan betapa terkejutnya ketika kudapati Mr Bryan dan Bapak Edwin hampir telanjang, karena hanya memakai celana dalam saja. Lebih terkejut lagi, Bapa Edwin sedang menoral kontol Mr Bryan yang besar dan berurat itu. Sungguh aku terkejut, karena yang kutahu Mr Bryan itu telah memiliki isri dan anak. Bagaimana mungkin dia bisa bergumul dengan Bapak Edwin yang sama-sama prianya. Menyaksikan adegan pergumulan dua pria yang telanjang itu, aku bingung. Harus berteriak? Pastinya aku besok langsung dipecat. Pulang diam-diam? Tapi ini sesuatu baru yang belum pernah kusaksikan, akhirnya aku dia mengamati aksi dua pria ini. Mr Bryan lalu menindih tubuh Bapak Edwin. Oh..bulu bulu kedua pria itu sama sama lebatnya. Lama kelamaan, akupun mulai turut terangsang. Secara tak sengaja, saya remas sendiri resleting saya agar menimbulkan rangsangan saraf-saraf ke otak. Lalu saya memejamkan mata membayangkan hal hal erotis dengan pacar cewek saya.

Saat saya membuka mata, betapa terkejutnya Mr Bryan telah berada di hadapan saya. Lebih terkejut lagi, Bapa Edwin memeluk saya dari belakang. Dengan tangannya yang kekar dia berusaha menolehkan wajah saya. Bibir saya dilumatnya dengan kasar. Saya tersentak dan berusaha melawan. Pada saat itu juga Mr Bryan justru memegangi kedua tangan saya, membuat saya semakin memberontak ketakutan. Saya menjerit berusaha minta tolong, tapi jeritan saya jadi tertahan. Antara harga diri dan harga kehilangan pekerjaan esok hari. Dan itu memberikan kesempatan Mr. Bryan menutupi mulut saya dengan tangannya. Dan dengan bantuan Bapak Edwin, mereka menyeret saya ke sofa di ruangan Mr. Bryan. Rontahan saya sia-sia saja. Tangan Bapak Edwin sedemikian keras memegangi pergelangan saya, sampai sakit rasanya.

Mr. Bryan kemudian membuka paksa kemeja saya sampai beberapa kancingnya copot, kemudian dia melepaskan kaos singlet saya, dan tanpa ragu-ragu melumat puting dada saya. Oohh.., saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Antara rasa marah, kesal, benci, juga rasa nikmat bercampur aduk. Puting saya dipermainkan oleh lidah bulenya yang lebar dan panas. Ah.., membuat saya terpejam-pejam menahan nikmat. Sementara itu mulut saya dicium secara ganas oleh Pak Edwin. Pak Edwin kemudian menggunakan kemeja saya untuk mengikat kedua pergelangan tangan saya di sofa.

Jilatan mulut Mr. Bryan sudah turun sampai ke perut dan kini mendekati area kontol saya. Saya meronta-rontakan kaki saya dengan sepenuh tenaga, namun saya tidak berdaya melawan desakan tangannya membuka kedua paha. Sekarang kedua dengkulnya menindihi kaki saya. Saya lihat dia mulai membuka celana dalamnya. Tidak lama kemudian terbukalah batang kontol besar miliknya yang sudah sedemikian tegang dan memerah. Pak Edwin juga sudah mengeluarkan kontolnya yang panjang dan besar, dia paksakan kontolnya memasuki mulut saya. “Pak Edwin..! Jangan Pak..!” saya merintih penuh iba. Namun Pak Edwin tidak mendengarkan ocehan saya.

Batang kontolnya yang besar segera memenuhi mulut hingga tenggorokan. Agak susah bernapas jadinya. Pantatnya dimaju-mundurkan, membuat mulut saya tersedak-sedak oleh kontol panjangnya. Di bagian bawah saya rasakan sesuatu yang hangat menyentuh ujung kontol saya. Rupanya mulut bule itu menjilati dan mulai mengulum batang kontol saya. Oh…rasa nikmat menjalari seluruh tubuh, tapi harga diri ini kian berontak. Lama aku memberontak, tapi kurasakan tenagaku sa sia oleh kekuatan dua pria yang telah mengikatku ini. Karena merasa sia sia berontak, akhirnya saya pasrah terhadap apa yang akan dua pria ini lakukan. Saya mulai merasakan nikmat ketika batang kontol saya dijelujuri oleh benda hangar, yang rupanya lidah bule itu menggelitik dan menyentil nyentil. Bahkan tangan besar Mr Bryan pun tak tinggal diam, sayapun kedua tetek saya dipilin pilin hingga dada dan perut saya juga digerayangi. Sentuhan dan gerayangan dipadu oleh hisapan mulut bule itu membuatku mabok birahi dan melayang layang merasakan nikmat luar biasa. Sungguh aneh, aku akhirnya merasakan nikmat disetubuhi dua pria gay.

 Ohh….. Setelah lama bermain main dengan batang kontol saya, tangan Mr Bryan mulai bergerak ke arah dua biji peler hingga menyibak lubang pantat saya. Lalu satu jari berusaha dilesakkan dan memasuki lubang anus saya. Ada rasa tidak enak kurasakan ketika kuku bule itu mengenai kulit lubang anus saya. Lalu bule itu kembali melumuri jarnya dan berusaha memaksukkan lagi jari tangannya. Ada aliran sensasi yang begitu hebat saat kuluman mulut bule itu di pangkal kontol saya berbarengan dengan tusukan jari besar bule itu ke lubang anus saya. Lalu aku lihat sejenak, Bapak Edwin mengangkat kepala Mr Bryan dan mereka berciuma di hadapanku. Uh…lidah mereka saling bertautan dan saling bersilat. Bunyi kecepok terdengar dari ciuman kedua pria dewasa ini. Setelah itu, Mr Bryan menunduk lagi dan melumuri batang kontolnya yang besar dengan ludahnya. Sekilas dia mengocok kocok kontolnya sendiri dengan perlahan. Sementara Bapak Edwin masih dengan ganasnya menjejali mulutku lagi dengan kontol pajangnya.

Ingin rasanya kugigit kontol itu biar dia tau rasa. Tapi tentu akibatnya akan sangat fatal bagi posisi pekerjaanku, bahkan mungkin nyawaku sekalipun. Tersentak aku saat sebuah benda tumpul yang besar dan panas menjejali belahan pantatku dan berusaha menerobos untuk memasuki lubang anusk dengan paksa. Ouughh..! Besar sekali, agak susah masuknya. Saya sudah tidak dapat menjerit karena mulut saya sibuk dengan batang kontol Pak Edwin. Walaupun saya mencoba terus meronta, namun sebenarnya saya sangat menikmati perbuatan kasar kedua atasan saya itu. Tangan Mr. Bryan memegangi paha saya lebar-lebar dan menaruh kakiku di pundaknya. Lalu dia berusaha menancapkan batang besarnya secara cepat dan berulang-ulang. Saya merintih sakit bercampur nikmat setiap kali ujung kontolnya menyentuh liang dubur saya.

 “Ohh.., oh.. ah..! Ampun Mister.., please stop it..! You hurt me..!” saya berusaha menjerit di antara batang kontol Pak Edwin yang keluar masuk mulut saya dengan cepat. Mereka menikmati posisi itu selama 5 menitan, kemudian Mr. Bryan mengambil inisiatif untuk menunggingkan posisi saya. Tangan saya yang masih terikat di pinggir sofa. Saya agak terpelintir ketika dengan paksa dia menarik pantat saya dalam posisi dogie style. Sekali lagi dia memperkosa dari belakang. Batang kejantanannya terasa lebih besar dengan posisi ini. Tidak terasa batang kontol saya menjadi basah karena precum saya mengalir. Oh, apakah saya menikmati juga permainan ini? Entahlah.

Kini yang jelas, mulut saya mulai merintih-rintih nikmat. Sungguh edan!!! “Oh God..! Ssshh..! Ahh..! Ooh..! Sshh..!” desah saya tidak ragu lagi. Saya merasakan kenikmatan yang sangat dengan posisi itu, apalagi Pak Edwin sekarang mengulum batang kontol saya yang tergantung ke bawah sambil tangannya juga meremas-remasnya. Giginya yang rapi, sesekali menggigit halus batang kontol saya, yang begitu mengerasnya. Lalu dengan lidah dan bibirnya, dia menghisap dan mengulum batang kontol saya dan membuat saya serasa di awang-awang. “Oh Yeaahh.., sshh.. oh..!” Saya goyang-goyangkan pinggul untuk mengimbangi hempasan pinggul Mr. Bryan. Sesekali dia menampar pantat saya yang menungging ke arahnya dengan keras. Ah..! Nikmat sekali tamparan itu.

 Pak Edwin rupanya tidak sabar ingin merasakan lubang pantat saya juga. Dengan kasar dia membuka ikatan di pergelangan tangan, dan kemudian Mr. Bryan duduk di sofa. Pak Edwin mendorong tubuh saya untuk naik ke pangkuan Mr. Bryan sambil menghadap ke sofa. Sambil mencekram tengkuk saya, Pak Edwin meraih pantat saya yang membuat saya dalam posisi menungging. Mr. Bryan di depan dan Pak Edwin di belakang. Saya hanya tersanggah oleh kedua dengkul yang terlipat di atas sofa. Lalu Mr Bryan memasukkan batang kontolnya ke lubang pantatku. Aku dipeluknya hingga badanku merapat ke tubuhnya. Setelah digoyang goyang sebentar dengan memaju mundurkan batang kontolnya. Lalau Mr Bryan terdiam. Rupanya dia memberi kesempatan Bapak Edwin turut memasukkan kontolnya dari posisi belakang. Jadi ada dua batang kontol yang memasuki lubang pantat saya.

Gila!!! “Oohh..!” saya menjerit panjang ketika batang kontol Pak Edwin memasuki lubang pantat saya dari belakang. Sakit, tapi saraf-saraf pinggul sangat terangsang oleh tusukannya. Sementara itu kontol Mr. Bryan yang memang sejak tadi sudah memasuki lubang pantat saya, kini mulai bergerak lagi. Nikmat sekali rasanya digauli oleh kedua pria ini, baru sekarang inilah saya rasakan dua batang kontol memasuki tubuh ini sekaligus. Mulut Mr. Bryan menghisap-hisap puting dada saya dengan kasar sambil terus menusukkan kontol raksasanya. Pak Edwin menjambak rambut saya dari belakang sambil terus menghela batang kejantanannya keluar masuk lubang pantat.

Saya meremas rambut pirang Mr. Bryan karena tidak tahan oleh kenikmatan yang saya rasakan. Dari mulut saya keluar desisan-desisan nikmat. Begitu pula saya dengar deruhan napas pendek dan tidak beraturan dari Pak Edwin yang membuat saya juga semakin bernafsu. Keduanya menggauli saya dengan semakin cepat dan semakin panas, seperti sedang mengejar sesuatu. Akhirnya pertahanan kontol Mr. Bryan pecah, dan kedua tangannya menekan bahu saya ke bawah untuk memaksakan batang kontolnya tetap di dalam liang anus saya ketika air maninya keluar. Oooh.., saya merasakan semprotan air maninya di dalam liang anus saya. Mr. Bryan mengerang kuat dengan mata terpejam dan merenggut rambut saya ke kanan dan ke kiri.

 Sementara itu Pak Edwin sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya! Helaan pantatnya semakin cepat, dan akhirnya ditumpahkan air maninya di dalam pantat saya sambil mengerang dan mencakari punggung ini. Baru kali ini saya merasakan dua semburan sperma di lubang pantat saya, sungguh nikmat. Bagian bawah pinggul saya basah kuyup oleh keringat dan air mani kedua pria tampan itu. Pak Edwin menghempaskan dirinya di sofa, di sisi Mr. Bryan yang masih merasakan dirinya berada di langit ketujuh menikmati orgasmenya. Lalu Pak Edwin meraih batang kontol saya yang masih menegang dan hampir mencapai klimas ejakulasi. Dengan kuluman kuluman disertai dengan goyangan kontol Mr Bryan yang masih menancap di lubang anus saya. Membuat saya cepat meraih ejakulasi.

Lalu dengan hentakan keras, kudorong pantat saya, hingga batang kontol Mr Bryan tertelan penuh, dan diikuti tubuh saya yang mengejang. Dengan secepatnya kubenamkan batang kontol saya seluruhnya masuk ke mulut Pak Edwin ketika spermaku akan muncrat. Semburan semburan spermaku memenuhi tenggorokan dan mulut Pak Edwin. Bahkan lelehan spermaku menetes di sudut mulut pria berkulit kuning itu. Sungguh akhir ejakulasi yang begitu sempurna kurasakan. Lalu pak Edwin dan Mr Bryan memeluk dan menciumi saya dengan sangat lembut dan mesra, sambil meminta maaf atas perbuatan mereka itu. Saya pun mengakui kepada mereka bahwa saya sebenarnya sangat menikmati perkosaan itu. Kejadian malam itu tidak berhenti sampai disitu, karena sejak malam itu kami melakukan perbuatan two in one itu secara berulang-ulang. Dan saya mulai dijadikan sebagai pemuas dan sarana pelampiasan nafsu mereka. Herannya saya menikmatinya hingga sekarang. Liburan musim panas kemarin, kami menghabiskan satu minggu di Ubud Bali hanya untuk memuaskan nafsu birahi kami bertiga. Itulah pengalaman saya bersama atasan saya di kantor yang berakhir dengan kegiatan yang berjalan dengan rutin.

Courier Spirit 2 - kiriman




klik di gambar untuk melihat versi lebih besar





















































thanks a lot to Park Ii-joong <park.ii_joong@yahoo.com>


Courier Spirit 1 - kiriman


klik di gambar untuk melihat versi lebih besar












































...



ke bagian II

thanks a lot to Park Ii-joong <park.ii_joong@yahoo.com>



Paling Populer Selama Ini