Aku adalah alumni Tekhnik Informatika. Walaupun sudah bekerja di sebuah bank sebagai tenaga honorer. Tetapi tak jarang sepulang aku kerja ataupun di hari libur kerja, banyak teman, tetanggaku yang menggunakan jasaku untuk memperbaiki komputernya yang bermasalah.
Hal itu aku lakukan karena aku sedang membutuhkan biaya yang banyak, untuk menutup biaya hutang keluargaku, karena ibuku habis operasi di Rumah Sakit. Termasuk sore itu, datang seorang pria paruh baya yang wajahnya putih bersih dan matanya yang agak sipit.
"Alo, kenalkan. Saya Om Benard. Ini komputerku tiba tiba ngehang dan tidak mau restart. Malah muncul layar biru,”jelas pria paroh baya itu. Sebenarnya pria ini cukup ganteng, keturunan chinese, dan jujur termasuk dalam kategori cowok typeku.
Setelah beberapa beberapa jam lamanya, akhirnya aku selesai memperbaiki komputer Om Bernard. Sebelum pulang Om Benard menawarkanku untuk menjadi tekhnisi di salah satu usahanya. Dan dia bilang bahwa, aku bisa bekerja malam hari sepulang aku kerja. Tak lupa dia meninggalkan kartu namanya.
Dan aku berjanji untuk datang besok sore, sepulang aku kerja. Dengan berbekal kartu nama yang kemaren diberikan, aku dengan mudah menemukan gedung tempat usaha Om Bernard yang letaknya di depan Universitas Negeri favourite di kotaku. Sesampai di sana aku langsung masuk ke gedung tersebut. Ketika masuk aku langsung menemui Om Benard yang sedang asyik mengerjakan sesuatu.
"Selamat sore" sapaku.
"Sore juga, silakan duduk, gimana kamu sudah mantap membantu aku?" tanya Om Benard.
"Sudah Pak" jawabku.
"Bagus, gimana kalau besok sore kamu mulai bekerja?" tanya Om Benard sambil menyodorkan contoh surat kontrak kerja.
Aku baca contoh surat itu, dan berjanji besok sudah mulai masuk kerja. Apalagi tawaran gajinya cukup besar. Dua kali lipat gaji kerjaku sebagai tenaga homorer di bank swasta tempat kerjaku saat ini. Padahal dari job desc yang aku baca, kerjaku hanya sesuai orderan jika ada komputer bermasalah. Selebihnya aku akan banyak menganggur. Berbeda dengan kerjaku di bank swasta itu yang lebih tepatnya sebagai tenaga serabutan. Jadi jelas aku tak akan menolak pekerjaan ini, selain agak santai, gajinya juga cukup besar.
Akan cepat membantu melunasi hutangku.
"Oke, selamat bergabung, kalau gitu besok sore aku tunggu" pintanya sebelum aku berpamitan.
Keesokan harinya, sekitar jam 6.00 sore aku sudah sampai di kantor Om Bernard dengan naik angkot. Kebetulan lokasinya juga dekat. Rupanya kantor itu memang jam kerjanya pagi hingga sore hari, layaknya jam kantor. Namun kalau malam hari, difungsikan Om Bernard untuk mengontrol usaha ekspedisi dan sekalian lembur kerja. Sore itu aku hanya disuruh mengecek komputer staf administrasi yang katanya bermasalah. Tetapi saat aku nyalakan, komputer Core Duo itu masih berfungsi secara normal. Jadinya aku tidak ada kerjaan lagi. Lalu akupun cuma duduk sambil nonton TV di ruang tamu.
Tiba-tiba Om Benard duduk di dekatku sambil menawarkan makanan kecil. Dan sesaat dia sempat memegang pahaku sambil menggosoknya. Aku sangat terkejut, karena hal itu dilakukannya padaku yang notabene karyawannya yang baru bekerja. Aku diam saja ketika itu. Karena kupikir itu tanpa sengaja atau memang pikiranku saja yang terlalu sensi. Lama kami mengobrol tentang asalku, almamaterku serta keluargaku. Termasuk pekerjaanku yang saat ini, bahkan alasanku bekerja, demi menutup hutang. Dan dengan tulusnya, Om Bernard juga menawarkanku untuk membantu memberi pinjaman untuk hutangku. Awalnya aku menolak, namun dengan alasan yang diberikannya bahwa semakin lama aku menunda maka bunganya akan semakin tinggu, terpaksa aku menerima tawaran bantuan Om Bernard.
Ketika jam menunjukkan pukul 8 malam, Om Bernard menawarkan pulang bareng. Karena alasannya sudah tidak ada yang dilakukannya, karena pekerjaannya sudah selesai semua. Dan karena dia tau aku naik angkot, akhirnya aku ikut di dalam mobilnya. Di perjalanan menuju rumah, Om Benard kembali memegang pahaku sambil menggosoknya. Itu dilakukannya sambil menyetir mobil. Dan aku hitung, tidak hanya sekali saja itu dilakukannya. Dan aku berkesimpulan kalau itu memang disengajanya. Malam itu aku tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang telah dilakukan Om Benard, aku bertanya dalam hati apakah mungkin Om Benard seorang homo. Kalau ia memang benar seorang homo, aku juga bingung bagaimana akan bersikap. Apalagi dia telah berbuat baik menjadikanku karyawannya dan juga membantuku akan melunasi hutangku di rentenir.
Setelah dua hari aku bekerja di tempat Om Bernard, seperti biasa Om Benard selalu menawariku untuk mengantarku.
Padahal malam sebelumnya aku menolaknya dengan alasan aku masih ada perlu lain. Dan malam ini hujan turun dengan lebatnya, jadi tidak ada alasan untuk aku menolaknya. Ketika kami akan pulang, mobil Om Benard tidak mau hidup, walau pun kami telah berusaha memperbaikinya hingga tangan kami hitam, sedangkan cuaca saat itu semakin lebat. Bahkan beberapa ruas jalan yang menjadi jalur kami pulang, terkena banjir. Hingga akhirnya Om Benard mengajakku untuk menginap saja di tempat kerja tersebut. Dia bilang, bahwa dia sering sekali meginap di kantornya bila banjir sedang melanda ruas jalan yang dilaluinya. Awalnya aku menolak, tapi karena aku bingung mesti bagimana, akhirnya aku mengiyakan. Sebenarnya ini juga merupakan kesempatan bagus bagiku untuk membuktikan apakah Om Benard juga seorang homo atau bukan.
Om Benard memintaku untuk mandi untuk membersihkan kotoran bekas tadi memperbaiki mobil. Tapi aku tidak mandi dan hanya membersihkannya dengan sabun saja. Akhirnya kami duduk di kursi sambil mengobrol dan nonton TV. Dalam obrolan itu aku bertanya kepada Om Benard apakah ia sudah punya istri, namun Om Benard hanya menggelengkan kepala. “Oh, makanya kok dia sering tidur di kantor, karena memang di rumah tidak ada yang menungguinya. Masih bujangan,”bathinku.
Om Benard bercerita bahwa dulu pada saat ia masih kuliah ia pernah menyukai seorang wanita akan tetapi wanita itu tidak menyukai Om Benard hingga akhirnya sampai sekarang Om Benard masih hidup sendiri. Dalam hati aku masih bertanya kok orang seganteng Om Benard sampai sekarang ini belum ada yang mau, selain itu dari segi ekonomi ia sudah lebih dari cukup, maklum ia adalah warga keturunan chinese yang lebih suka membuka usaha.
Tidak terasa akhirnya jam sudah menunjukan pukul 11.00 malam, akhirnya kami memutuskan untuk tidur di ruang rapat yang cukup luas. Padahal aku pikir dia akan tidur di ruang kerjanya. Namun dia memutuskan tidur satu ruangan di ruangan rapat. Sebelum tidur Om Benard melepaskan celana panjang dan baju kemejanya hingga ia hanya memakai baju kaos dalam dan celana pendek hingga kelihatan lengan dan pahanya yang putih kemerahan dan ditumbuhi bulu tipis di lengan dan kakinya. Walaupun usianya sudah 39 tahunan, namun ia masih kelihatan muda dan gagah.
Om Benard tidur di atas kursi sofa di ujung ruang dan aku tidur di kursi sofa yang lain dekat TV. Malam itu aku tidak bisa tidur, akrena pikiranku menerawang kemana mana. Sambil berbaring aku memandangi langit langit ruang rapat. Jam hamir menunjukkan jam 1 malam, karena kudengar suara kentongan Hansip yang sednag ronda. Ketika aku baru akan memejamkan mata tiba-tiba Om Benard bangun dan mendekat ke arahku dan dia memegangi pahaku kembali sambil mengelusnya. Melihatku hanya diam, akhirnya Om Benard terus beraksi meraba dadaku hingga sampai ke burungku. Mungkin dikiranya aku tertidur.
Aku yang awalnya hanya diam kini mulai merasakan kenikmatan, dan membiarkan aksi itu terus berlanjut. Aku juga peasaran apa yang akan dilakukan pria paroh baya ini. Dan akupun juga tidak sanggup membuat pria ini malu, karena dia telah berjasa menerimaku kerja dan membantuku untuk melunasi hutangku. Melihat tidak ada reaksi, Om Benard pun bertambah nafsu hingga ia menciumi bibirku dengan lembut. Agak kaget juga aku menerima aksinya itu. Namun aku tetap pura pura tertidur. Lalu dia mulai merabai jendolan selangkanganku. Lama lama dirabai seperti itu, kontolkupun berdiri karena terangsang juga. Kuintip Om Bernard menyunggingkan senyuman. Akupun semakin bingung dibuatnya, harus bagaimanakah bersikap. Akhirnya kuputuskan untuk diam saja menikmati.
Tak puas dengan hal itu Om Benard melepaskan ikat pinggangku dan melepaskan kancing bajuku juga. Lalu tangannya mulai menelusup dan menyentuh kontolku yang mengeras itu. Aku masih saja terdiam membiarkan aksinya. Lalu celana dalamku disingkapnya dan dia kini memegang penuh batang kontolku yang teracung menegang. Lalu Om Bernard mengocoknya pelan dan diciumnya sebentar kontolku itu dengan penuh perasaan. Aku semakin dibuat bingung, dan keringat dingin mulai menetes. Aku masih tetap terdiam pura pura tidur. Kupikir Om Bernard tidak akan melakukan hal lebih jauh, ketika aku dalam posisi tidur. Tapi rupanya perkiraanku salah, karena tiba tiba kurasaka sesuatu yang hangat menyentuh ujung kontolku, dan selanjutnya rasanya kontolku basah dan terjepit diantara bibir Om Bernad. Rupanya Om Bernard nekad mengoral kontolku yang masih berpura pura tidur.
Karena secara logika tak mungkin aku masih tetap tertidur, aku pura pura menggeliat. Namun itu tidak membuat Om Bernad berhenti beraksi. Kupikir dia akan takut atau malu, jika sampai aku terbangun. Dan kepalang tanggung, akhirnya akupun menggeliat lagi dan pura pura kaget terbangun. Om Bernard malah tersenyum dan memandangi wajahku. Lalu tangannya mengocok kontolku, dia berkata. “Kamu diam saja, seperti tadi. Pura pura tidur juga ga papa kok,”katanya membuat telingaku memerah karena malu ketahuan sedang pura pura tidur.
Kini Om Bernard semakin berani, karena dia mulai melepasi baju dan celanaku hingga aku tidak lagi memakai sehelai kain pun. Ia pun langsung melahap burungku lagi, dijilatinya sambil meremas bijinya, lalu dalam posisi berjongkok itu dia memaju-mundurkan kepalanya hingga kadang semua burungku masuk ke dalam mulut Om Benard hingga ke pangkalnya sampai aku merasa nikmat sekali. Lalu secara reflek tangan Om Bernard meraih tanganku dan diarahkan ke jendolan selangkangannya. Mau gak mau akupun menurut dan tanganku pun ikut bereaksi dengan mengosok gosok jendolan kontolnya. Setelah sekian lama Om Bernard membuka baju dan celana nya sendiri hingga dia telanjang bulat.
Sesuatu yang sangat sempurna kulihat di depan mataku untuk pertama kalinya, ukuran kontol yang cukup besar dengan kepala yang mengkilap yang diapit oleh dua biji yang lumayan besar di sekitarnya. Bahkan kontol itupun terasa kokoh dengan uratnya yang menonjol. Lalu dengan kurang ajarnya, Om Bernard menyorongkan kontolnya ke depan mukaku. Beberapa saat lamanya kontol itu digesek gesekkan di hidung dan bibirku.
Aku masih terus mengatup. Ini memang adalah pengalaman pertamaku namun naluriku membimbingku untuk turut mengimbangi aksinya. Akhirnya dengan setengah hati aku dapat melakukannya. Pertama kali kujilati burung Om Benard. Kujilati topinya yang kenyal dengan aroma yang khas laki-laki dengan rasa asin dikarenakan tercampur keringat dan precum yang keluar. Lalu pantat Om Bernard mulai aktif bergerak memaju mundurkan kontolnya yang menusuk dan keluar dari kuluman kontolku.
Lalu tiba tiba Om Bernard mengambil posisi di sebelahku. Dia mulai mengurut biji kontolku, lalu batang kontolku juga dikocoknya hingga semakin tegang dan besar, sesekali dia juga meremas pantatku dan diselingi dengan menggigii biji pelerku. Upss, akupun merasa kenikmatan.
"Oooh.hhh" desahku tanpa dapat kukontrol.
Dengan posisi 69 itu akhirnya kami saling mengoral sehingga merasakan kenikmatan bersama. Kontolku dikenyot kenyot, kadang dijilati batangnya. Bahkan kedua biji pelerku juga dikulum kulum bagaikan permen loipop. Bahkan lubang anusku juga tak luput dari sapuan lidahnya. Dan itu memberikan sensasi luar biasa dan memberikan efek dahsyat bagiku. Aku menggelinjang karena merasakan nikmat menjuluri sekujur tubuhku. Cukup lama juga kami melakukan hal ini, sehingga seluruh badan kami basah oleh keringat dan air liur yang menambah semakin nikmat. Lalu Om Benard berubah posisi. Dia kini tiduran, dan aku diposisikan berada di atasnya. Tapi mulutnya masih tetap dalam posisi menghisapi dan menjilati batang kontolku. Dia terus mengoral kontolku. Sementara aku dengan bertumpu pada kedua tanganku, terus menyaksikan aksinya. Lama aku berada pada posisi push up seperti itu. Akhirnya aku angkat kepalaku dan megambil posisi jongkok didepan mukanya.Lalu dia menarik badannya hingga kini tubuhku sejajar dengannya. Dia menraik tubuhku hingga kamipun berpelukan.
Kontolnya tepat menindih kontol Om Bernard, dan dengans edikit gerakan kita saling bergesekan badan. Lalu puas full body contack seperti itu, tiba tiba kaki Om Bernard diangkat dan menjepit perutku. Kini kedua tangan dan kedua kakinya memelukku erat. Lalu dia mendorong dadaku, hingga kepalaku menjauh dari wajahnya. Tiba tiba dia melepaskan jepitan kakinya diperutku dan mengangkat kedua kakinya ke pundakku. Pantatnya yang begitu putih dan anusnya yang memerah terpampang di depanku.
Lalu tangannya mengocoki kontolku sambil sesekali dilumuri ludahnya. Licin juga kurasakan kocokan tangan Om Bernard di batang kontolku. Birahiku semakin memuncak. Hingga kulihat Om Bernard menusuki lubang anusnya sendiri dengan jarinya yang telah dilumuri ludahnya. Lalu dia menarik badanku dengan tangannya tetap memegangi batang kontolku.
Dengan posisi kakinya masih terangkat seperti itu, dia menarik badanku lebih erat. Dan kepala kontolku akhirnya menyentuh sesuatu yang hangat, dan pelan pelan menembusi lubang itu semakin ke dalam. Ternyata burungku diarahkan untuk menembus lubang anusnya. Awalnya agak sulit namun perlahan tubuhku didorong menjauh, agar kontolku tertarik keluar sedikit. Lalu kembali dia menarik batanku sehingga kontolku lebih mudah masuk menembus lubang anusnya. Akhirnya kontolku dapat juga menembus pantat Om Benard, dan seluruhnya tenggelam di lubang hangat itu. Berjuta rasanya kurasakan. Hangat. Geli. Nikmat. Aneh. Kurasakan bercampur aduk. Lalu perlahan Om Bernard mulai menggoyangkan pantatnya, hingga kurasakan gesekan dinding anusnya dengan kulit dan kepala kontolku.
"Uhhh……..enakkkkkkk!" desah Om Bernard.
Akupun tak sengaja turut melenguh “Yeahhhhhhhhhhhhhhhh…”
Karena rasanya semakin enak, tak terasa Om Bernard mulai menggoyang pantatnya semakin keras. Bahkan dia menyuruhku mulai bergerak maju mundur agar kontolku masuk-keluar dari lubang anusnya. Bahkan tanganku pun ditariknya agar ikut bereaksi dengan mengocok burung Om Benard. Sesekali Om Bernard mendekatkan kepalanya ke tubuhku dan menggigit puting dadaku hingga merah. Ketika itu terjadi, berjuta rasanya kurasakan,mulai dari pangkal kontolku, di tetekku, di perutku, di leherku bahkan di sekujur tubuhku. Terasa hidup ini sangat indah dengan penuh sensasi. Walaupun di luar sedang hujan yang sangat deras kami tidak merasa kedinginan.
"Aaaaaahh, enak banget!" desahku lagi tak tertahan.
Setelah beberapa saat, kami mengubah posisi. Om Benard berbalik membungkuk dari arah belakang dan aku disuruh menusuk pantat Om Benard. Terasa pantat Om Benard lebih sempit lagi, lebih kuat menjepit burungku hingga dengan cepat aku maju-mundurkan pantatku sehingga kenikmatan yang tiada tara kurasakan hingga ke seluruh persendianku. Dan itu juga membuat Om Benard meracau karena merasakan nikmat tak terkira. Lama aku menusuki lubang anus Om Bernard, dengan cara menarik kontolku lepas. Lalu menusukkan lagi kontolku hingga tenggelam seluruhnya. Aku tarik lepas lagi. Lalu aku hunjam dengan cepat dan dalam. Dna itu membuat Om Bernard terdongak sambil merintih rintih. “Ooooahhhhhhhhhhh.. terusss.. yang adalemmmmm”
Aku terus menyodomi pantat pria paruh baya ini, hingga akhirnya aku rasakan pangkal kontolku terasa berdenyut deyut dan gumpalan nikmat itu seakan menyeruak ingin lepas bersamaan dengan semburan lava sprema hangatku.
Crottt…crottt…crottt…. Cairan sperma yang lama tidak keluar lewat mimpi basahku itupun muncrat semuanya. Terasa dinding anus Om Bernad menjepit batang kontolku, semakin nimat kurasakan klimaks persetubuhan sejenis ini.
Akhirnya tuntaslah seluruh air maniku yang hangat di dalam anus Om Benard setelah beberapa kali semprotan. Dan saat itulah kusadari kalau Om Bernad juga sedang mengocok kontolnya sendiri dengan gerakan cepat sambil murutnya tak henti meracau.
Hingga akhirnya jepitan dinding anusnya kurasakan mengeras, dan diikuti tubuh Om Bernard yang tersentak karena semprotan spermanya menyembur membasahi dada dan perutnya. Bahkan ada sebagian caran itu mendarat di rambut dan mukanya yang putih mulus itu. Sperma itupun meleleh diikuti semerbak aroma khas yang memenuhi ruangan rapat ini. Aku begitu lemas, karena seluruh persendianku serasa akan copot. Om Bernard mendekap tubuhku hingga kamipun dalam posisi berpelukan, dengan kontolku masih tetap menancap di lubang anusnya.
Kini terbukti benar, bahwa pria di depanku ini memang seorang homoseks. Trus, kenapa?
6/06/2011
Pak Budi Yang Haus Sex
Hallo pembaca Cerita Sex Terbaru, aku tertarik untuk membagikan ceritaku dengan harapan mungkin di antara pembaca ada yang dapat memberikan solusi dan tanggapan-tanggapannya. Panggil saja aku Ade, umur 20 tahun dengan ciri-ciri tinggi 162 cm, berat 60 kg, dada 36B, kulitku putih, aku sendiri campuran Medan-Solo. Saat ini aku sedang berkuliah di salah satu PTS di Bandung. Dalam keluarga, sikap orang tuaku sangat keras, mereka memberi peraturan yang harus diingat oleh kami sebagai anak-anaknya, yaitu "DILARANG BERPACARAN SEBELUM BERES KULIAH", jika dilanggar kami tidak akan dikuliahkan lagi. Hal itu dapat kuatasi hingga aku lulus SMA aku tak pernah berhubungan dengan laki-laki atau berpacaran. Sebenarnya aku sering tertarik terhadap laki-laki, tapi jika ingat peraturan dari orang tuaku aku tidak akan berani melangkah lebih jauh. Tapi ketika semester baru tahun 2001 ada kejadian yang tidak bisa aku lupakan.
Waktu itu tepatnya ketika aku pulang kuliah dan sedang menunggu angkutan umum (jam 8.00 malam). Waktu itu hujan turun lumayan deras, aku menunggu tapi mobil angkutan selalu saja penuh dan jalanan pun semakin sepi dan aku sudah basah kuyup tak karuan. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil sedan berhenti tepat di depanku. Aku melihat pengemudinya kira-kira berumur 45 tahun, beliau menawarkan tumpangan kepadaku, aku pun menerimanya karena takut tidak bisa pulang. Beliau memperkenalkan dirinya sebagai Pak Budi. Di sepanjang perjalanan beliau mengajakku berbicara kesana kemari. Beliau menawarkan kepadaku untuk berganti pakaian di rumahnya karenabeliau mempunyai putri yang seusia denganku. Aku menerima tawaran beliau karena percaya kepadanya. Akhirnya kami sampai di sebuah komplek perumahan, ketika aku masuk rumah itu gelap gulita, tak ada penghuninya. Pak Budi mengatakan mungkin putrinya belum kembali dari kuliah. Aku mengangguk tanpa curiga. Pak Budi membawakan akupiyama putrinya, beliau menyuruhku untukmengganti bajuku di kamar putrinya. Aku mengganti pakaianku tanpa menanggalkan BH dan CD-ku.
Ketika aku keluar, Pak Budi sedang duduk di sofa sambil meminum teh, beliau mempersilakan aku duduk di sebelahnya. Kami pun mengobrol tanpa canggung lagi. Tiba-tiba Pak Budi menjamah keningku. "Aduh.. badanmu hangat begini?" ucap beliau sambil menatapku tajam. Aku hanya tersenyum sekaligus kaget. Entah kenapa Pak Budi mengelus-elus rambutku yang masih basah, aku pun hanya terdiam karena kaget dan tak kuasa menolaknya. Sentuhan-sentuhan beliau turun keleherku. Aku merasakan sensasi aneh yang mampu membuatku merinding geli, dan akhirnya Pak Budi mendaratkan bibirnya di bibirku, setengah kaget mataku melotot memandang Pak Budi. Tapi Pak Budi malah menciumku lagi, aku berontak, tapi tak berhasil, malah rengkuhan tangannya semakin kuat kurasakan. Lama kelamaan aku mulai terhanyut dan membalas ciuman Pak Budi walaupunciumanku belum sempurna. Mungkin karena didorong rasa ingin tahu aku membiarkan Pak Budi bertindak lebih jauh. Ciumannya mulai turun ke leherku, aku merasa geli sekaligus kenikmatan yang tiada duanya. Rasanya sarafku akan putus saat lidahnya menjilati leherku. Pak Budi mendorongku hingga aku terbaring di lantai permadani, sambil terus menciumi dan menjilati wajahdan leherku. Dengan lincahtangan-tangan Pak Budi kurasakan sedang bermain-main di atas dadaku, beliau membuka kancing piyamaku. Entah mengapa aku tak melawannya saat Pak Budi berhasil meloloskan semua pakaianku hingga aku telanjang.
Aku berteriak pelan bagai disengat sesuatu saat lidahnya kurasakan mendarat di atas putingsusuku. Pak Budi meremas susuku yang kiri dan mengulum yang kanan, mm.. aku bergetar tak karuan. Belum selesai dengan kenikmatan yang aku rasakan Pak Budi meneruskannya dengan menghisap susuku seperti bayi. Aku menggelinjang kenikmatan, ahh.. birahiku semakin naik. Pak Budi berdiri melepaskan pakaiannya hingga telanjang. Aku hanya terdiam menatap wajah PakBudi. Kemudian beliau berjongkok di samping tubuhku dan mulai menjilati dari samping sambil terus meremas-remas susuku, hingga aku lemas tak berdaya. Nafasku semakin tak beraturan karena tak tahan akan ciuman dan jilatan Pak Budi. Ciumannya turun ke perutku dan.."Akhh.." aku menjerit keras saat kurasakan lidahnya menjilati selangkanganku. Kakiku berontak dengan berusaha menendangnya. Tapi tangan Pak Budi begitu kuat mencengkram kedua pahaku. Aku mendesah semakin kuat saat kurasakan lidah Pak Budi menyentuh vaginaku.
Pak Budi seakan tak peduli, beliau terus menjilati vaginaku, dan mengobok-oboknya dengan tempo yang teratur. Teriakan-teriakan kenikmatan keluar dari bibirku saat Pak Budi menghisap vaginakudenga kuat. "Ohh.. uuhh.. ohh.." aku merasakan enak sekaligus geli yang amat sangatdahsyat. Pak Budi mempercepat tempo jilatan dan ciumannya di vaginaku, hingga aku merasa akan meledak. Aku berteriak seenaknya, "Sial.. aduh.. ohh.. aduhh.. sayangg.." teriakankumalah membuat Pak Budi semakin bernafsu, beliau menghisap klitorisku dengan kuat hingga tubuhkumengejang, "Oohh.. hh.." aku merasakan orgasme. Aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut, tubuhku lemas dan kakiku menjepit kepala Pak Budi. Pak Budi bangkit dan berjongkok di samping tubuhku beliau menyuruhku menyetubuhi penisnya yang lumayan besar itu. Aku yang sudah lupasegalanya menurutinya. Aku mulai menjilati dan mengocok-ngocok penisnya di mulutku.Tangan beliau pun masih tetap meremas-remas susuku. Aku hisap dan kucium-cium kepala penisnya. Pak Budi melenguh seiring hisapanku yang semakin kuat, beliau pun meremas susuku semakin kuat, hingga aku semakin bersemangat danliar.
Desahan Pak Budi membuatku tak tahan, karena aku mulai merasakan vaginaku pun mulai basah.
"Ohh.. sayangg.. pinter.. isepp.. teruss.. ohh.. isepp.. sayangg.. ohh.." desahan Pak Budi membuatku semakin gila, dan Pak Budi berteriak keras.
"Ahh.."
"Crot.. crott.."
Sperma Pak Budi menyemprot masuk ke mulutku, aku tersedak dan terbatuk-batuk, aku melepaskan penis Pak Budi. Cairan aneh yang kurasakan ada di mulutku, membuat aku mual dan ingin memuntahkannya, tapi Pak Budi malah mencium bibirku dan menjilati cairan sperma yang tersisadi wajah dan bibirku.
Pak Budi kemudian merenggangkan kedua pahaku, beliau mengarahkan penisnya ke vaginaku dan menggesek-gesekkanya, aku merasakan nikmat-nikmat geli. Beliau mencoba memasukannya lebih dalam tapi aku berteriak. "Aduhh.. sakitt.." ucapku sambil meringis. Pak Budi tidak meneruskannya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya lagi. Aku menggelinjang tak tahan, akhirnya Pak Budi mencobanya lagi. Aku tetap kesakitan dan berteriak hingga aku meneteskan air mata. Pak Budi pun tidak meneruskannya beliau mencium bibirku dengan lembut sambil berkata, "Bapak tidak akan mengambil keperawanan kamu." Lalu beliau bangkit dan membersihkan vaginaku dengan handuk hangat. Aku berkaca dan melihat tubuhku yang berubah menjadi merah, karena bekas hisapan-hisapan Pak Budi. Setelah itu aku diantar pulang Pak Budi. Jam 11.00 malam aku sampai di rumahku, akhirnya orang tuaku marah-marah dan mengetahui perbuatanku. Mereka memeriksa tubuhku dan akhirnya aku mendapat ganjaranya pada semester depan aku tidak akan dikuliahkan lagi, sebenarnya aku ingin meneruskan sekolahku, tapi apa daya orang tuaku sudah kesal dan tidak mempedulikanku lagi. Sebenarnya aku ingin bekerja, tapi pembaca tahu kan mencari kerja saat inisangat sulit. Terakhir-terakhir ini aku malah berpikir menikah saja tapi sama siapa? Entahlah aku bingung sekali pembaca yang budiman. Yang jelas jika ada di antara pembaca yang bisa membantu, aku akan sangat senang sekali. Adakah di antara pembaca yang bisa memberiaku solusi?
Waktu itu tepatnya ketika aku pulang kuliah dan sedang menunggu angkutan umum (jam 8.00 malam). Waktu itu hujan turun lumayan deras, aku menunggu tapi mobil angkutan selalu saja penuh dan jalanan pun semakin sepi dan aku sudah basah kuyup tak karuan. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil sedan berhenti tepat di depanku. Aku melihat pengemudinya kira-kira berumur 45 tahun, beliau menawarkan tumpangan kepadaku, aku pun menerimanya karena takut tidak bisa pulang. Beliau memperkenalkan dirinya sebagai Pak Budi. Di sepanjang perjalanan beliau mengajakku berbicara kesana kemari. Beliau menawarkan kepadaku untuk berganti pakaian di rumahnya karenabeliau mempunyai putri yang seusia denganku. Aku menerima tawaran beliau karena percaya kepadanya. Akhirnya kami sampai di sebuah komplek perumahan, ketika aku masuk rumah itu gelap gulita, tak ada penghuninya. Pak Budi mengatakan mungkin putrinya belum kembali dari kuliah. Aku mengangguk tanpa curiga. Pak Budi membawakan akupiyama putrinya, beliau menyuruhku untukmengganti bajuku di kamar putrinya. Aku mengganti pakaianku tanpa menanggalkan BH dan CD-ku.
Ketika aku keluar, Pak Budi sedang duduk di sofa sambil meminum teh, beliau mempersilakan aku duduk di sebelahnya. Kami pun mengobrol tanpa canggung lagi. Tiba-tiba Pak Budi menjamah keningku. "Aduh.. badanmu hangat begini?" ucap beliau sambil menatapku tajam. Aku hanya tersenyum sekaligus kaget. Entah kenapa Pak Budi mengelus-elus rambutku yang masih basah, aku pun hanya terdiam karena kaget dan tak kuasa menolaknya. Sentuhan-sentuhan beliau turun keleherku. Aku merasakan sensasi aneh yang mampu membuatku merinding geli, dan akhirnya Pak Budi mendaratkan bibirnya di bibirku, setengah kaget mataku melotot memandang Pak Budi. Tapi Pak Budi malah menciumku lagi, aku berontak, tapi tak berhasil, malah rengkuhan tangannya semakin kuat kurasakan. Lama kelamaan aku mulai terhanyut dan membalas ciuman Pak Budi walaupunciumanku belum sempurna. Mungkin karena didorong rasa ingin tahu aku membiarkan Pak Budi bertindak lebih jauh. Ciumannya mulai turun ke leherku, aku merasa geli sekaligus kenikmatan yang tiada duanya. Rasanya sarafku akan putus saat lidahnya menjilati leherku. Pak Budi mendorongku hingga aku terbaring di lantai permadani, sambil terus menciumi dan menjilati wajahdan leherku. Dengan lincahtangan-tangan Pak Budi kurasakan sedang bermain-main di atas dadaku, beliau membuka kancing piyamaku. Entah mengapa aku tak melawannya saat Pak Budi berhasil meloloskan semua pakaianku hingga aku telanjang.
Aku berteriak pelan bagai disengat sesuatu saat lidahnya kurasakan mendarat di atas putingsusuku. Pak Budi meremas susuku yang kiri dan mengulum yang kanan, mm.. aku bergetar tak karuan. Belum selesai dengan kenikmatan yang aku rasakan Pak Budi meneruskannya dengan menghisap susuku seperti bayi. Aku menggelinjang kenikmatan, ahh.. birahiku semakin naik. Pak Budi berdiri melepaskan pakaiannya hingga telanjang. Aku hanya terdiam menatap wajah PakBudi. Kemudian beliau berjongkok di samping tubuhku dan mulai menjilati dari samping sambil terus meremas-remas susuku, hingga aku lemas tak berdaya. Nafasku semakin tak beraturan karena tak tahan akan ciuman dan jilatan Pak Budi. Ciumannya turun ke perutku dan.."Akhh.." aku menjerit keras saat kurasakan lidahnya menjilati selangkanganku. Kakiku berontak dengan berusaha menendangnya. Tapi tangan Pak Budi begitu kuat mencengkram kedua pahaku. Aku mendesah semakin kuat saat kurasakan lidah Pak Budi menyentuh vaginaku.
Pak Budi seakan tak peduli, beliau terus menjilati vaginaku, dan mengobok-oboknya dengan tempo yang teratur. Teriakan-teriakan kenikmatan keluar dari bibirku saat Pak Budi menghisap vaginakudenga kuat. "Ohh.. uuhh.. ohh.." aku merasakan enak sekaligus geli yang amat sangatdahsyat. Pak Budi mempercepat tempo jilatan dan ciumannya di vaginaku, hingga aku merasa akan meledak. Aku berteriak seenaknya, "Sial.. aduh.. ohh.. aduhh.. sayangg.." teriakankumalah membuat Pak Budi semakin bernafsu, beliau menghisap klitorisku dengan kuat hingga tubuhkumengejang, "Oohh.. hh.." aku merasakan orgasme. Aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut, tubuhku lemas dan kakiku menjepit kepala Pak Budi. Pak Budi bangkit dan berjongkok di samping tubuhku beliau menyuruhku menyetubuhi penisnya yang lumayan besar itu. Aku yang sudah lupasegalanya menurutinya. Aku mulai menjilati dan mengocok-ngocok penisnya di mulutku.Tangan beliau pun masih tetap meremas-remas susuku. Aku hisap dan kucium-cium kepala penisnya. Pak Budi melenguh seiring hisapanku yang semakin kuat, beliau pun meremas susuku semakin kuat, hingga aku semakin bersemangat danliar.
Desahan Pak Budi membuatku tak tahan, karena aku mulai merasakan vaginaku pun mulai basah.
"Ohh.. sayangg.. pinter.. isepp.. teruss.. ohh.. isepp.. sayangg.. ohh.." desahan Pak Budi membuatku semakin gila, dan Pak Budi berteriak keras.
"Ahh.."
"Crot.. crott.."
Sperma Pak Budi menyemprot masuk ke mulutku, aku tersedak dan terbatuk-batuk, aku melepaskan penis Pak Budi. Cairan aneh yang kurasakan ada di mulutku, membuat aku mual dan ingin memuntahkannya, tapi Pak Budi malah mencium bibirku dan menjilati cairan sperma yang tersisadi wajah dan bibirku.
Pak Budi kemudian merenggangkan kedua pahaku, beliau mengarahkan penisnya ke vaginaku dan menggesek-gesekkanya, aku merasakan nikmat-nikmat geli. Beliau mencoba memasukannya lebih dalam tapi aku berteriak. "Aduhh.. sakitt.." ucapku sambil meringis. Pak Budi tidak meneruskannya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya lagi. Aku menggelinjang tak tahan, akhirnya Pak Budi mencobanya lagi. Aku tetap kesakitan dan berteriak hingga aku meneteskan air mata. Pak Budi pun tidak meneruskannya beliau mencium bibirku dengan lembut sambil berkata, "Bapak tidak akan mengambil keperawanan kamu." Lalu beliau bangkit dan membersihkan vaginaku dengan handuk hangat. Aku berkaca dan melihat tubuhku yang berubah menjadi merah, karena bekas hisapan-hisapan Pak Budi. Setelah itu aku diantar pulang Pak Budi. Jam 11.00 malam aku sampai di rumahku, akhirnya orang tuaku marah-marah dan mengetahui perbuatanku. Mereka memeriksa tubuhku dan akhirnya aku mendapat ganjaranya pada semester depan aku tidak akan dikuliahkan lagi, sebenarnya aku ingin meneruskan sekolahku, tapi apa daya orang tuaku sudah kesal dan tidak mempedulikanku lagi. Sebenarnya aku ingin bekerja, tapi pembaca tahu kan mencari kerja saat inisangat sulit. Terakhir-terakhir ini aku malah berpikir menikah saja tapi sama siapa? Entahlah aku bingung sekali pembaca yang budiman. Yang jelas jika ada di antara pembaca yang bisa membantu, aku akan sangat senang sekali. Adakah di antara pembaca yang bisa memberiaku solusi?
Razia Polisi
Sungguh apes. Jalan satu-satunya yang menjadi akses ke daerah Dieng Malang, sore ini sedang ada razia polisi. Kulihat aparat yang turut razia rutin di pinggir jalan ini tak sebanyak biasanya. Berarti ini hanya dilakukan polisi-polisi yang hanya mencari tambahan penghasilan.
Aku agak kaget juga, namun ketika kuraba di saku celana belakang, dompetku ada dan terbawa, aku sedikit tenang. Berarti SIM dan STNK ku ada dan lengkap ada di dalam dompet. Meski sebenarnya aku malas juga berurusan dengan polisi-polisi ini, karena mereka kadang suka mencari-cari kesalahan kita. Tetapi posisiku saat itu tidak mungkin lagi untuk membalikkan sepeda motorku ke arah berlawanan ke Jalan Kawi lagi. Karena jika aku memutar atau memberhentikan sepeda motor secara tiba-tiba, pasti kecurigaan polisi ini akan semakin besar. Apalagi aku lihat di ujung jalan pertigaan, seorang polisi nangkring di atas motor trailnya dan siap mengejar pengendara yang tidak mau berhenti atau melarikan diri. Akhirnya kuputuskan untuk tetap terus melajukan motorku.
Aku di beri tanda untuk berhenti oleh seorang banpol yang berbadan kecil, banpol tersebut memang memakai seragam polisi tapi tanpa tanda pangkat. Aku pun berhenti dan menepikan motorku.
“Selamat sore pak. Bisa lihat surat-suratnya”,ujar polisi itu sambil memberi hormat padaku. Segera STNK & SIM kukeluarkan dari dompet dan kuserhkan pada polisi ini. Setelah diperiksa sejenak, polisi tersebut menganggukkan kepala dan mencocokkan dengan nopol kendaraanku. Setelah itu memandang wajahku sekilas dan melihat ke arah SIMku. Lalu dia tersenyum dan rupanya tidak bermasalah dengan STNK & SIMku. Lalu selanjutnya tas punggung yang kubawa menjadi perhatian banpol tersebut. Aku disuruh membuka tas tersebut. Baru kusadari jika di dalam tasku selain buku-buku kuliah, juga ada CD hasil burning dari warnet. CD itu berisikan video porno hasil download dan telah kugabungkan dengan VCD cutter, sehingga menjadi adegan panjang.
Seketika tubuhku menjadi lemas dan tanganku berkeringat. Lalu banpol itu membuka resleting tasku dan membongkar isi tasku. Lalu dia menemukan 3 keping CD tanpa cover dan label. Lebih parahnya lagi, ada hasil print out gambar porno yang rencananya akan kujadikan label CD tersebut. “Ini CD apa?”,tanyanya. Ups. Aku tersedak. Segera banpol itu mengambil sesuat dari sela-sela sepatu dan celananya. Rupanya surat tilang. “Maaf bapak, SIM dan STNK beserta 3 CD ini saya tahan. Kami mencurigai ini barang porno”,jelas banpol tersebut. “Jika anda ingin menyelesaikannya, dapat dilanjutkan di kantor polisi Klojen, setelah ini”,tambah banpol tersebut. Duh.apes, pikirku.
Sang banpol kemudian menuju ke seorang Polisi yang berpangkat Bripka. Menyerahkan STNK, SIM dan 3 keping Cdku. Aku baca name tage polisi berpangkat Bripka tersebut, tertera nama: Santoso S. Dan hanya berselang 2 menit, razia tersebut berakhir dan bubar. Aku yang tertunduk lemas, hanya menyesali diri. Kenapa tadi aku sempat terburu buru dan menerobos lampu merah. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kemudia rombongan polisi membereskan beberapa motor hasil razia ke atas mobil bak terbuka. Aku dengan wajah kesal memutar dan berniat menuju ke Kantor Polisi Klojen. Sesampainya di kantor polisi itu, aku disuruh menunggu.
Rupanya Bripka Santoso itu Kepala Satuan Operasi. Lama aku menunggu akhirnya diberi kesempatan masuk ke ruang Bripka Santoso untuk menemui Bripka Santoso. Setelah di dalam ruangan, aku dipersilahkan duduk, kemudian Polisi berpangkat Bripka itu menuju ke ke belakang dan membawa SIM, STNK dan 3 keping CD ku. “Ini CD apa? CD porno ya?”,pancing Polisi Santoso. Aku hanya diam saja. Lalu Bripka Santoro berdiri dan membawa 3 CD ku ke arah TV dan player di pojok ruangan. Waktu itu aku sungguh gemetaran karena aku pasti ditahan ataupun didenda karena membawa benda yang dilarang oleh hukum. Namun apa daya Pak Polisi itu langsung memutar CD porno itu. Aku hanya memejamkan mata, ketika adegan porno dua cowok sedang bercumbu lalu saling menggerayangi tubuh, hingga salah satunya mebgoral kontol cowok lainnya, dan akhirnya salah satu menganal anus cowok lainnya.”Apa kamu gai”,tanya Bripka Santoso mengagetkanku.
Aku hanya memandang sekilas, lalu kembali tertunduk.
Lalu Bripka Santoso mengganti CD yang lainnya. Dan adegan serupa tertayang lagi, begitu selanjutnya hingga keping CD yang ketiga. Semua adegan seks dua cowok yang saling oral dan anal, hingga adegan orgy seks.
“Jadi kamu sering melakukan seks dengan sesama cowok?”tanya Bripka Santoso.
“Kamu ikut aku ke belakang”,perintah Bripka Santoso.
Aku hanya ikut mengekor di belakang Bripka Santoso.
Rupanya di ruang belakang, ada ruang tertutup yang biasa digunakan untuk beristirahat atau sholat dan di sebelahnya agak masuk, ada kamar mandi.
Spontan Bripka Santoso membuka ikat pinggangnya, dan menurunkan releting celananya. Selanjutnya dia menurunkan celananya. Lalu dia memberi kode agar aku mendekat ke arahnya.
“Aku ingin merasakan apa yang tadi aku lihat di CD kamu. Aku pikir, kamu suka melakukan ini”,dia berbicara agak berbisik.
Aku yang masih shock dan takut-takut, dengan cekatan mendekat dan segera kuturunkan celana coklat polisi ini dan kusingkap celana dalamnya. Tanpa ragu kukeluarkan kontol polisi itu dari celana dalamnya. Rupanya kontolnya sudah sedikit tegang. Mungkin pengaruh adegan CD pornoku itu.
Kontol Bripka Santoso sebenarnya saat setengah tegang setengah lemas begini, cukup besar dan agak gelap warnanya. Lalu perlahan aku mulai memain mainkan batang kontol itu dengan tanggan kananku, hingga batang kontol itupun perlahan mulai menegang.
Woww…aku cukup kaget, karena batang kontol itu ternyata cukup gemuk dan panjang. Aku mengelus ujung kepala kontol itu. Lalu aku mulai mengurutnya hingga ke pangkal batang kontol itu. Kudongakkan kepalaku dan kulihat Bripka Santoso melenguh sambil memejamkan mata menikmati sentuhan dan gelitikan jemariku pada alat vitalnya.
Saat kepalaku mendekat, aku mencium dalam-dalam bau selangkangan Bripka Santoso. Aroma khas lelaki jantan, bercampur bau keringat dan bau lipatan selangkangan sungguh membiusku. Lalu secara refleks aku menciumi area tertutup itu dan membauinya dengan penuh perasaan. Sementara kuhirup aroma khas itu, kuselingi pula dengan memainkan kontol Bripka Santoso dengan jari dan ujung lidahku.
Kulakukan variasi serta perpaduan jilatan dan sedotan-sedotan pada batang kontol gemuk itu. Sungguh kenyalnya daging kenjantanan pria itu serasa penuh di mulutku, dan ada sensasi nikmat yang menjalar hingga tak terasa batang kontolkupun berdenyut denyut mulai mengeras dan menegang. Jepitan bibir dipadu dengan liukan lidahku pada ujung kepala alat vital itu menjalarkan urat urat syaraf, hingga membuat tubuh Bripka Santoso bergetar menggelinjang gelinjang. Rabaan tanganku pada area perut, naik ke arah dada dan kedua putting dadanya. Menambah sempurna paduan rangsangan itu, membuat mulut Bripka Santoso semakin mendesis desis. “Ssshhhhhhhhh…uhhhh….ahhhhhhhhh…hhh”,racauan penuh kenikmatan tu berulang ulang kudengar, manakala kuganti bentuk rangsangan dan sevice paa alat kejantanannya yang berwarna coklat gelap itu.
Terlihat cairan precum udah keluar dari bibir lubang perkencingan Bripka Santoso. Cairan bening pertanda adanya nafsu birahi yang tinggi akibat adanya rangsangan hebat itu meleleh di bibir berwarna merah kepala kontol Bripka Santoso.
Kini aku tahu bagaimana rasanya apa yang banyak orang bilang seperti terkena getaran atau sengatan listrik. Kontol Bripka Santoso langsung ereksi sekeras-kerasnya. Kini batang itu begitu kokohnya, mengeras penuh dengan urat-urat berwarna biru yang cukup menonjol. Aku pelan-pelan memasukkan kontol yang menegang keras itu ke mulutku lagi. Saat bibirku mengenai ujung kontol itu, Bripka Santoso refleks menengok ke bawah, kedua tangannya tiba-tiba mencengkeram kepala dan rambutku dengan keras.
Namun, setelah beberapa lama aku naik turun menghisapi kontol itu, kupadu padan dengan kocokan kocokan tangan pada batang bagian pangkalnya. Sementara ujung kontolnya tetap di dalam kuluman mulutku, dan ujung bibirnya aku putar putar dengan lidahku. Meski hanya mengoral, kurasakan nikmat sekali. Aku juga sekali-sekali menjilati sekeliling kontol, lalu mengulum kedua biji peler, turun ke bawah lagi ke sela-sela perbatasan skrotum dan lubang anus. Lalu kemudian lanjut menghisap hisap batang kontol keseluruhan. Saat itu mungkin itulah ereksi terbesar dan terkeras dari kontol Bripka Santoso.
Aku memegangi pangkal batang kejantanan Bripka Santoso dengan keras. Lalu kadang kuselingi dengan mengelus bulu testis dan menjilatinya. Kulihat reaksi Bripka Santoso bergetar. Mungkin dia sedang merasakan paduan jilatan dan kocokan tanganku, yang dia rasakan lebih enak daripada kocokan tangannya sendiri. Lalu tiba tiba, Bripka Santoso berbsik.
"Oohh...... enak banget... aacchhh... aku mau keluar nih," celotehnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga batang kontolnya bergerak gerak. Aku terus menjilati batang kontolnya sampai akhirnya, tubuh Bripka Satoso mengejang dan bergetar.
"Aachh... akuuu…..akuuuuu….keluaaaarrrrrrrr... oohh... yes,"
“Yes….yesss…aahhhh”
Creeet... creeet... creeet...",mengalirlah dan menyemprotlah air yang berwarna putih kental dari lubang perkencingannya. Sebagian memenuhi rongga mulutku. Saat aku tarik kepala kontol itu, muncratan spermanya menyembur membasahi pipi dan daguku.
Semburan dan denyutan sprema hangat itu masih beberapa kali kejutan, hingga sebagian meleleh di tangan dan jariku. Bahkan mengenai bajuku juga dan sebagian menetes di lantai.
Setelah getaran dan semburan itu berhenti, aku meraih kontol itu lagi sambil kukocok pelan. Lidahku julurkan dan memutar mutar di kepala kontol Bripka Santoso. Namun rupanya dia merasa kegelian, arena rasa sensitifitas usai ejakulasi.
“Wowww…hanya diisep saja, punyaku bisa keluar?”celetuk Bripka Santoso. Dan kubalas dengan tatapan dan senyuman ke arahnya.
“Padahal aku juga pengen rasanya ngentotin pantat cowok, kayak adegan di dalam video porno kamu itu”,lanjutnya.
Lalu dia membereskan celana dan ikat pinggangnya. Bripka Santoso tiba tiba mengeluarkan dompet dan mengambil kartu nama. “Ini no HP ku, besok aku pengen gini lagi, bisa ga? Sekalian muasin kamu. Bukan hanya men-servise aku saja”,ujarnya.
Kubalas dengan senyuman, sambil menganggukkan kepala.
Aku agak kaget juga, namun ketika kuraba di saku celana belakang, dompetku ada dan terbawa, aku sedikit tenang. Berarti SIM dan STNK ku ada dan lengkap ada di dalam dompet. Meski sebenarnya aku malas juga berurusan dengan polisi-polisi ini, karena mereka kadang suka mencari-cari kesalahan kita. Tetapi posisiku saat itu tidak mungkin lagi untuk membalikkan sepeda motorku ke arah berlawanan ke Jalan Kawi lagi. Karena jika aku memutar atau memberhentikan sepeda motor secara tiba-tiba, pasti kecurigaan polisi ini akan semakin besar. Apalagi aku lihat di ujung jalan pertigaan, seorang polisi nangkring di atas motor trailnya dan siap mengejar pengendara yang tidak mau berhenti atau melarikan diri. Akhirnya kuputuskan untuk tetap terus melajukan motorku.
Aku di beri tanda untuk berhenti oleh seorang banpol yang berbadan kecil, banpol tersebut memang memakai seragam polisi tapi tanpa tanda pangkat. Aku pun berhenti dan menepikan motorku.
“Selamat sore pak. Bisa lihat surat-suratnya”,ujar polisi itu sambil memberi hormat padaku. Segera STNK & SIM kukeluarkan dari dompet dan kuserhkan pada polisi ini. Setelah diperiksa sejenak, polisi tersebut menganggukkan kepala dan mencocokkan dengan nopol kendaraanku. Setelah itu memandang wajahku sekilas dan melihat ke arah SIMku. Lalu dia tersenyum dan rupanya tidak bermasalah dengan STNK & SIMku. Lalu selanjutnya tas punggung yang kubawa menjadi perhatian banpol tersebut. Aku disuruh membuka tas tersebut. Baru kusadari jika di dalam tasku selain buku-buku kuliah, juga ada CD hasil burning dari warnet. CD itu berisikan video porno hasil download dan telah kugabungkan dengan VCD cutter, sehingga menjadi adegan panjang.
Seketika tubuhku menjadi lemas dan tanganku berkeringat. Lalu banpol itu membuka resleting tasku dan membongkar isi tasku. Lalu dia menemukan 3 keping CD tanpa cover dan label. Lebih parahnya lagi, ada hasil print out gambar porno yang rencananya akan kujadikan label CD tersebut. “Ini CD apa?”,tanyanya. Ups. Aku tersedak. Segera banpol itu mengambil sesuat dari sela-sela sepatu dan celananya. Rupanya surat tilang. “Maaf bapak, SIM dan STNK beserta 3 CD ini saya tahan. Kami mencurigai ini barang porno”,jelas banpol tersebut. “Jika anda ingin menyelesaikannya, dapat dilanjutkan di kantor polisi Klojen, setelah ini”,tambah banpol tersebut. Duh.apes, pikirku.
Sang banpol kemudian menuju ke seorang Polisi yang berpangkat Bripka. Menyerahkan STNK, SIM dan 3 keping Cdku. Aku baca name tage polisi berpangkat Bripka tersebut, tertera nama: Santoso S. Dan hanya berselang 2 menit, razia tersebut berakhir dan bubar. Aku yang tertunduk lemas, hanya menyesali diri. Kenapa tadi aku sempat terburu buru dan menerobos lampu merah. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kemudia rombongan polisi membereskan beberapa motor hasil razia ke atas mobil bak terbuka. Aku dengan wajah kesal memutar dan berniat menuju ke Kantor Polisi Klojen. Sesampainya di kantor polisi itu, aku disuruh menunggu.
Rupanya Bripka Santoso itu Kepala Satuan Operasi. Lama aku menunggu akhirnya diberi kesempatan masuk ke ruang Bripka Santoso untuk menemui Bripka Santoso. Setelah di dalam ruangan, aku dipersilahkan duduk, kemudian Polisi berpangkat Bripka itu menuju ke ke belakang dan membawa SIM, STNK dan 3 keping CD ku. “Ini CD apa? CD porno ya?”,pancing Polisi Santoso. Aku hanya diam saja. Lalu Bripka Santoro berdiri dan membawa 3 CD ku ke arah TV dan player di pojok ruangan. Waktu itu aku sungguh gemetaran karena aku pasti ditahan ataupun didenda karena membawa benda yang dilarang oleh hukum. Namun apa daya Pak Polisi itu langsung memutar CD porno itu. Aku hanya memejamkan mata, ketika adegan porno dua cowok sedang bercumbu lalu saling menggerayangi tubuh, hingga salah satunya mebgoral kontol cowok lainnya, dan akhirnya salah satu menganal anus cowok lainnya.”Apa kamu gai”,tanya Bripka Santoso mengagetkanku.
Aku hanya memandang sekilas, lalu kembali tertunduk.
Lalu Bripka Santoso mengganti CD yang lainnya. Dan adegan serupa tertayang lagi, begitu selanjutnya hingga keping CD yang ketiga. Semua adegan seks dua cowok yang saling oral dan anal, hingga adegan orgy seks.
“Jadi kamu sering melakukan seks dengan sesama cowok?”tanya Bripka Santoso.
“Kamu ikut aku ke belakang”,perintah Bripka Santoso.
Aku hanya ikut mengekor di belakang Bripka Santoso.
Rupanya di ruang belakang, ada ruang tertutup yang biasa digunakan untuk beristirahat atau sholat dan di sebelahnya agak masuk, ada kamar mandi.
Spontan Bripka Santoso membuka ikat pinggangnya, dan menurunkan releting celananya. Selanjutnya dia menurunkan celananya. Lalu dia memberi kode agar aku mendekat ke arahnya.
“Aku ingin merasakan apa yang tadi aku lihat di CD kamu. Aku pikir, kamu suka melakukan ini”,dia berbicara agak berbisik.
Aku yang masih shock dan takut-takut, dengan cekatan mendekat dan segera kuturunkan celana coklat polisi ini dan kusingkap celana dalamnya. Tanpa ragu kukeluarkan kontol polisi itu dari celana dalamnya. Rupanya kontolnya sudah sedikit tegang. Mungkin pengaruh adegan CD pornoku itu.
Kontol Bripka Santoso sebenarnya saat setengah tegang setengah lemas begini, cukup besar dan agak gelap warnanya. Lalu perlahan aku mulai memain mainkan batang kontol itu dengan tanggan kananku, hingga batang kontol itupun perlahan mulai menegang.
Woww…aku cukup kaget, karena batang kontol itu ternyata cukup gemuk dan panjang. Aku mengelus ujung kepala kontol itu. Lalu aku mulai mengurutnya hingga ke pangkal batang kontol itu. Kudongakkan kepalaku dan kulihat Bripka Santoso melenguh sambil memejamkan mata menikmati sentuhan dan gelitikan jemariku pada alat vitalnya.
Saat kepalaku mendekat, aku mencium dalam-dalam bau selangkangan Bripka Santoso. Aroma khas lelaki jantan, bercampur bau keringat dan bau lipatan selangkangan sungguh membiusku. Lalu secara refleks aku menciumi area tertutup itu dan membauinya dengan penuh perasaan. Sementara kuhirup aroma khas itu, kuselingi pula dengan memainkan kontol Bripka Santoso dengan jari dan ujung lidahku.
Kulakukan variasi serta perpaduan jilatan dan sedotan-sedotan pada batang kontol gemuk itu. Sungguh kenyalnya daging kenjantanan pria itu serasa penuh di mulutku, dan ada sensasi nikmat yang menjalar hingga tak terasa batang kontolkupun berdenyut denyut mulai mengeras dan menegang. Jepitan bibir dipadu dengan liukan lidahku pada ujung kepala alat vital itu menjalarkan urat urat syaraf, hingga membuat tubuh Bripka Santoso bergetar menggelinjang gelinjang. Rabaan tanganku pada area perut, naik ke arah dada dan kedua putting dadanya. Menambah sempurna paduan rangsangan itu, membuat mulut Bripka Santoso semakin mendesis desis. “Ssshhhhhhhhh…uhhhh….ahhhhhhhhh…hhh”,racauan penuh kenikmatan tu berulang ulang kudengar, manakala kuganti bentuk rangsangan dan sevice paa alat kejantanannya yang berwarna coklat gelap itu.
Terlihat cairan precum udah keluar dari bibir lubang perkencingan Bripka Santoso. Cairan bening pertanda adanya nafsu birahi yang tinggi akibat adanya rangsangan hebat itu meleleh di bibir berwarna merah kepala kontol Bripka Santoso.
Kini aku tahu bagaimana rasanya apa yang banyak orang bilang seperti terkena getaran atau sengatan listrik. Kontol Bripka Santoso langsung ereksi sekeras-kerasnya. Kini batang itu begitu kokohnya, mengeras penuh dengan urat-urat berwarna biru yang cukup menonjol. Aku pelan-pelan memasukkan kontol yang menegang keras itu ke mulutku lagi. Saat bibirku mengenai ujung kontol itu, Bripka Santoso refleks menengok ke bawah, kedua tangannya tiba-tiba mencengkeram kepala dan rambutku dengan keras.
Namun, setelah beberapa lama aku naik turun menghisapi kontol itu, kupadu padan dengan kocokan kocokan tangan pada batang bagian pangkalnya. Sementara ujung kontolnya tetap di dalam kuluman mulutku, dan ujung bibirnya aku putar putar dengan lidahku. Meski hanya mengoral, kurasakan nikmat sekali. Aku juga sekali-sekali menjilati sekeliling kontol, lalu mengulum kedua biji peler, turun ke bawah lagi ke sela-sela perbatasan skrotum dan lubang anus. Lalu kemudian lanjut menghisap hisap batang kontol keseluruhan. Saat itu mungkin itulah ereksi terbesar dan terkeras dari kontol Bripka Santoso.
Aku memegangi pangkal batang kejantanan Bripka Santoso dengan keras. Lalu kadang kuselingi dengan mengelus bulu testis dan menjilatinya. Kulihat reaksi Bripka Santoso bergetar. Mungkin dia sedang merasakan paduan jilatan dan kocokan tanganku, yang dia rasakan lebih enak daripada kocokan tangannya sendiri. Lalu tiba tiba, Bripka Santoso berbsik.
"Oohh...... enak banget... aacchhh... aku mau keluar nih," celotehnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga batang kontolnya bergerak gerak. Aku terus menjilati batang kontolnya sampai akhirnya, tubuh Bripka Satoso mengejang dan bergetar.
"Aachh... akuuu…..akuuuuu….keluaaaarrrrrrrr... oohh... yes,"
“Yes….yesss…aahhhh”
Creeet... creeet... creeet...",mengalirlah dan menyemprotlah air yang berwarna putih kental dari lubang perkencingannya. Sebagian memenuhi rongga mulutku. Saat aku tarik kepala kontol itu, muncratan spermanya menyembur membasahi pipi dan daguku.
Semburan dan denyutan sprema hangat itu masih beberapa kali kejutan, hingga sebagian meleleh di tangan dan jariku. Bahkan mengenai bajuku juga dan sebagian menetes di lantai.
Setelah getaran dan semburan itu berhenti, aku meraih kontol itu lagi sambil kukocok pelan. Lidahku julurkan dan memutar mutar di kepala kontol Bripka Santoso. Namun rupanya dia merasa kegelian, arena rasa sensitifitas usai ejakulasi.
“Wowww…hanya diisep saja, punyaku bisa keluar?”celetuk Bripka Santoso. Dan kubalas dengan tatapan dan senyuman ke arahnya.
“Padahal aku juga pengen rasanya ngentotin pantat cowok, kayak adegan di dalam video porno kamu itu”,lanjutnya.
Lalu dia membereskan celana dan ikat pinggangnya. Bripka Santoso tiba tiba mengeluarkan dompet dan mengambil kartu nama. “Ini no HP ku, besok aku pengen gini lagi, bisa ga? Sekalian muasin kamu. Bukan hanya men-servise aku saja”,ujarnya.
Kubalas dengan senyuman, sambil menganggukkan kepala.
Dibonceng Brimob Tetangga
Aku baru seminggu di mutasi kerja dan ditempatkan di daerah konflik Ambon ini. Memang gaji yang kudapatkan lebih tinggi dan berlipat lipat dibandingkan gajiku di daerah Pulau Jawa. Karena memang tugas dari kantor, mau tidak mau aku harus terima.
Kebetulan tinggalku dekat dengan kompleks Brimob yang bertugas mengendalikan kerusuhan di Ambon ini. Suatu malam, aku baru pulang dari kantorku langsung menuju ke mall terdekat untuk berbelanja keperluan sehari hari. Malam itu hujan deras baru mengguyur kota Ambon. Selesai berbelanja, aku segera berjalan melintasi tempat parkir menuju jalan raya. Namun aku berpapasan dengan Pak Prapto, salah seorang Brimob yang juga tetangga sebelah tempat tinggalku.
”Abis belanja ya dik Raman,”tanya Pak Prapto.
”Iya nih pa”jawabku sekenanya.
”Ini mau pulang ya?. Yuk bareng. Kebetulan saya juga sudah mau pulang”,tawar Pak Prapto. Daripada naik angkot, maka langsung kuterima tawaran Pak Prapto.
Pak Prapto adalah seorang Brimob berpangkat Bripka. Secara fisik, Pak Prapto lebih pendek dariku, tapi perawakannya begitu jantan. Tangan dan kakinya tampak berotot, sementara bekas cukuran selalu membuatnya tampak lebih macho.
Selama perjalanan, aku tak henti-hentinya memandang tubuh kekar Pak Prapto dari belakang. Sudah lama aku impikan berdua sedekat ini dengannya. Kini, ia memakai celana training tipis, kaos hijau ketat, dan jaket yang membuatnya tampak lebih berwibawa. Selama berboncengan, aku lebih banyak diam karena otakku berfikir keras membayangkan sosok jantan di depanku ini.
Setelah beberapa waktu, aku mulai memberanikan diri meletakkan kedua tanganku pada masing-masing paha Pak Prapto. Tak tampak penolakan sedikitpun darinya. Menyadari hal demikian, selang berapa lama aku pindahkan tanganku, sehingga kedua tanganku kini melingkar di perut Pak Prapto. Hal ini pun juga tidak mengurangi konsentrasi Pak Prapto dalam berkendara. Mungkin hal ini menjadi hal biasa baginya, tapi bagiku ini adalah sebuah kesempatan yang sangat sayang jika dilewatkan.
Kugesek-gesekkan tanganku secara perlahan pada perutnya, dan ternyata dapat kurasakan kerasnya perut Pak Prapto.
"Sebuah hasil dari latihan militer yang sedemikian keras" pikirku.
Aksiku hanya sebatas menyentuh perutnya, tidak lain. Aku tidak melakukan hal yang lebih jauh, karena aku masih belum cukup bernyali untuknya. Akhirnya, dengan tanganku yang melingkar di perut Pak Prapto, perjalanan pulang ke kompleks Brimob kami habiskan dengan mengobrol kesana kemari, termasuk seks.
Sebagaimana kudengar, Pak Prapto ternyata mengaku memiliki libido yang cukup besar. Ia juga mengaku mudah terangsang dan selalu ingin segera melampiaskan nafsunya itu. Tapi untunglah, pekerjaannya mampu membantunya menurunkan libido yang sering muncul secara tiba-tiba. Biasanya, libido yang sempat ditahannya selama hampir beberapa bulan, ia salurkan dengan menggauli istrinya, saat ia pulang ke Jogja pada saat cuti atau liburan. Menurut cerita Pak Prapto, setelah sekali main di sore hari, kemudian disambung di malam harinya, lantas pada saat ayam jantan berkokok kembali dia menggauli istrinya. Itupun Pak Prapto masih mengaku masih kurang puas. Biasanya secara diam-diam ia mengocok sendiri kontolnya di kamar mandi.
Akibat obrolan-obrolan kami itu ternyata telah membuat kontolku ngaceng. Aku ingin berbuat yang lebih lagi dengan Pak Prapto, tapi kuurungkan niatku itu karena ternyata motor sudah membawa kami mendekati kompleks Brimob tempat kami tinggal.
Pak Prapto menawariku untuk mampir. Meskipun tawaran itu awalnya Cuma basa-basi, tapi aku tidak menyia nyiakannya. Segara aku menyetujuinya.
Akhirnya sampailah di mess tempat tinggal Pak Prapto di kompleks perumahan Brimob. Setelah memarkir kendaraan, ia segera mempersilakan aku duduk di ruang tamunya. Pak Prapto masuk ke kamarnya, dan tak berapa lama kemudian ia sudah keluar hanya dengan boxer dan kaos ketat hijaunya. Kulihat sepintas, kontolnya agak menonjol di balik celana berbahan katun itu.
Kami kembali terlibat dalam obrolan seru, namun kali ini aku tidak begitu terfokus pada pembicaraan karena aku lebih tertarik untuk mencuri-curi pandang ke arah jendolan di celana boxer Pak Prapto. Sesekali, kulihat tangan Pak Prapto mengusap dan menggaruk jendolan itu.
"Trus kalau pas istri Bapak nggak ada gini, gimana cara menyalurkan nafsu Bapak itu?" tanyaku selalu menjurus pada hal-hal yang berbau seks.
Aku yakin bahwa ini akan membuka jalanku untuk berbuat lebih jauh dengan Pak Prapto.
"Ya, biasanya sih suka ngocok sendiri. Nikmatnya sih jauh beda dibanding sama istri. Lebih nikmat punya istri" kata Pak Prapto dengan nada bercanda.
"Emangnya nggak mikir untuk nyoba dengan yang lain, Pak?" tanyaku lagi.
"Maksudnya dengan pelacur, gitu?" tanyanya skeptis.
Aku hanya mengangkat bahuku.
"Nggak ah, takut penyakit. Siapa tahu di dalamnya sudah banyak bibit penyakit yang nantinya malah nular? Hii..!"Pak Prapto menjawab sambil bergidik.
"Kan bisa pakai kondom, Pak!" kataku seolah mengejar jawaban Pak Prapto.
"Rasanya kurang nikmat. Dulu pernah saya begituan pake kondom sama istri saya, dan saya kurang bisa menikmati. Lebih enak alami, Dik!" katanya seraya mengelus jendolan di celana boxernya lebih intens lagi.
"Udah kebelet ya, Pak?" tanyaku hati-hati, ”Kok daritadi menggaruk-garuk selangkangan”,pancingku agak kurang ajar. Aku sudah siap andai dimarahi atau diangga kurang ajar. Sebab jika tidak nekat seperti ini, sampai kapanpun aku ga akan punya kesempatan.
Lalu aku memberanikan untuk duduk mendekati Pak Prapto. Kujulurkan tanganku ke jendolan boxernya..
"Memangnya harus dengan istri Bapak? Gimana kalau sama saya, Pak?".
Pak Prapto mengernyitkan dahinya tanda heran. Tangannya menepis tanganku, tapi aku dengan berani meletakkannya kembali ke atas gundukan di bagian depan celananya.
"Hah?? Maksudnya apa?. Jangan kurang ajar ya”,bentaknya padaku.
Aku tak memberi jawaban apapun, hanya saja tanganku masih tetap mengelus bahkan meremas jendolan selangkangan Pak Prapto.
”Daripada dikocok sendiri, mungkin aku bisa membantu mengocoknya”,tawarku agak kurang ajar.
Lalu tangankupun semakin liar bergerilya mengelus paha berbulu itu. Lalu tangan yang satunya merems-remas jendolan selangkangan itu.
Pak Prapto menggelinjang, entah merasa kegelian atau merasakan sensasi remasan di daerah sensitifnya.
Aku semakin lebih jauh. Tanganku telah menyusup disela sela celana boxer dan berusaha menembus ketatnya celana dalamnya. Kudengar Pak Prapto mengeluarkan desahan-desahan kecil.Kulirik jendolan di celana boxer itu semakin bergerak-gerak dan bisa kurasakan kontol itu semakin membesar dan memanjang.
Setelah melakukan aksi meraba dan mengelusi bulu-bulu di paha dan pantatnya, lantas aku membuka boxer Pak Prapto dengan mulutku. Kubuka perlahan ke bawah, hingga kontolnya yang kini sudah ngaceng sepenuhnya keluar dari sarangnya. Kontol yang disunat itu tampak gagah dengan kepalanya yang memerah dan batangnya yang berwarna coklat gelap. Aku tak tahu seberapa besar kontol itu. Yang jelas saat kugenggam kontol itu dari pangkalnya, sebagian dari batang dan kepalanya masih jelas terlihat.
Kulucuti boxer itu, hingga kini Pak Prapto setengah telanjang. Paha berkulit putih penuh bulu itu begitu kokoh, menambah libidoku semakin memuncak. Lalu aku meraba-raba ke perutnya, menjalar ke arah dada dan ke kedua putingnya. Dengan terus meraba, aku berusaha menanggalkan kaosnya. Setelah melepas kaosnya, kini tak selembar pun kain yang menempel pada tubuhnya. Tampaklah dengan jelas dada bidang berkulit sawo matang, halus tanpa bulu. Bahu, dada, dan perutnya tampak bagus tercetak oleh latihan militer yang selama ini ia jalani. Setalah berhasil kutelanjangi, Pak Prapto melipat tangannya ke belakang kepala, hingga ia berbantalkan kedua telapak tangannya di atas sebuah bantal empuk. Tampaknya ia telah terkuasai nafsunya, sehingga dia seolah menantikan aksiku padanya.
Lalu kulepas jaket kainku, kemudian kuperlakukan sedemikian rupa hingga kain halus Jaket yang berwarna oranye berada di luar. Sedang kain hitam yang agak kasar ada di bagian dalam. Kedua tanganku kuselimuti dengan jaket itu, dan kuletakkan bagian berwarna oranye pada jaket itu mengelilingi kontol Pak Prapto.
Pak Prapto sedikit tersentak dengan aksiku itu, tapi detik selanjutnya ia merasakan nikmatnya dielus dengan menggunakan kain halus jaket itu. Tak henti-hentinya kudengar desah nafas Pak Prapto, yang semakin membuatku ingin bertindak lebih jauh. Setelah beberapa waktu meremas dan mengelus kontol Pak Prapto dengan kain halus jaket, aku segera melempar jaket itu ke lantai dan menggenggam erat kontolnya dengan tangan kananku. Kutundukkan mukaku, hingga kontol itu terkulum mulutku. Pak Prapto agak kaget dengan aksi oralku ini. Namun dia rupanya semakin dikuasai oleh nafsunya, sehingga hanya terdiam menunggu aksiku. Dengan sedikit meludahi kontol Pak Prapto dalam kuluman mulutku, segera kulepaskan lalu kugantikan dengan kocokan tangan kananku dan kugerakkan kontol itu naik turun.
"Dik Bondan.. Uuhh.. Nghh.. Terus, Dik!" kata Pak Prapto di sela-sela desah kenikmatannya.
Tak ingin membuang banyak waktu, aku segera mendaratkan kecupanku di batang kontol Pak Prapto. Masih kugenggam batang itu, sambil kumainkan lubang kencingnya dengan jempolku. Kali ini, tampaknya Pak Prapto tidak mau melewatkan saat-saat dimana kontolnya diperlakukan dengan nikmat. Ia duduk dan segera menyandarkan badannya ke sandaran sofa. Pak Prapto mengangkangkan kakinya, sehingga memberiku area yang lebih luas untuk bermain-main dengan kejantanannya itu.
Aku segera meletakkan bibirku kembali ke batang kontolnya, dan mulai menjilatinya. Kemudian aku berpindah ke kepala kontolnya yang telah mengeluarkan precum. Kujiati seluruh precum yang ada, terasa asin dan perlahan mulai kumasukkan kepala dan batang kontol itu ke dalam mulutku. Senti demi senti telah masuk, namun tak seluruhnya mampu kumasukkan. Aku mulai menggerakkan kepalaku naik turun, mengemut batang kontol coklat itu. Pak Prapto tidak tinggal diam mendapati kontolnya diembat seorang lelaki. Ia meraih bagian belakang kepalaku, dan meremas-remas rambutku. Kakinya pun juga tak mau kalah berperan. Pak Prapto terkadang mendekapkan pahanya erat-erat ke kepalaku. Nafas Pak Prapto mulai menderu, seiring dengan gerakan kepalaku yang kupercepat. Pantatnya juga bergoyang-goyang menikmati sensasi yang dilahirkan dari kontolnya yang sedang kukulum. Saat kurasakan Pak Prapto sudah mencapai satu taraf dibawah orgasme, aku segera menghentikan permainanku.
Aku berdiri, lantas turun dari sofa. Kusuruh Pak Prapto untuk berpura-pura memperkosa aku, dan ia menurut. Ia mendekapku dari belakang, dan berlagak seakan-akan mencekikku jika aku tidak menuruti apa yang ia mau. Aku pasrah. Lantas, ia membanting tubuhku ke sofa ruang tamu itu, dan ia menindihku. Dengan penuh nafsu, Pak Prapto membuka bajuku dengan paksa hingga beberapa kancing bajuku terputus. Ia robek kaos dalamku dengan tenaganya yang besar. Lantas, ia buka ikat pinggangku dan memelorotkan celana yang kupakai hingga terlepas. Aku berlagak merintih kesakitan, dan itu ternyata semakin memperbesar nafsu Pak Prapto. Terakhir, ia buka celana dalamku dan mengeluarkan kontol beserta buah zakarku. Celana dalamku ia tarik sedemikian rupa dengan sangat bergairah, hingga terlepas dari tubuhku.
Melihat tubuhku yang telanjang bulat terlentang di sofa ruang tamu itu, Pak Prapto segera menindihku. Kurasakan kontolnya begitu keras menimpa kontolku, dan jembutnya terkadang bergesekan dengan perut dan sebagian kontolku. Tampaknya Pak Prapto sudah lupa dengan siapa ia berbuat itu. Ia sudah terkuasai oleh nafsunya yang membara. Ia ciumi bibirku dengan cekatan. Bekas cukuran di wajahnya memberi sensasi tersendiri bagi percumbuan kami. Kali ini aku benar-benar mendesah mendapat perlakuan istimewa dari seorang Pak Prapto yang anggota Brimob itu. Kemudian, Pak Prapto segera memindahkan cumbuannya ke leherku dan dadaku yang ditumbuhi sedikit bulu. Ia jilat dan hisap pentilku, seperti sedang menyedot milik istrinya.
Aku mengangkat bahu Pak Prapto, dan memberi tanda padanya bahwa gantian aku yang melayaninya. Pak Prapto mengambil posisi seperti saat aku ngemut kontolnya, dan segera menyuruhku untuk menuntaskan pekerjaanku. Tak langsung kuemut kontolnya, tapi kujialti dahulu batangnya yang sudah basah oleh keringat. Tampaknya, Pak Prapto sudah tak sabar menerima servis mulutku lagi. Kedua tangannya sudah mencengkeram kepalaku dan membimbingnya ke kontolnya yang masih sangat ngaceng. Aku menaikturunkan kepalaku beberapa kali hingga saat itu tiba. Entah sengaja atau memang refleks, Pak Prapto mendorong kepalaku hingga hampir seluruh kontolnya masuk ke mulutku.
"Aaahh..!" Desah nikmat terlontar dari mulut Pak Prapto seiring dengan maninya yang menyemprot keras pangkal mulutku.
Walau merasakan sebuah rasa yang aneh di lidah, tapi aku tetap berusaha menelan semua pejuh yang dipancarkan kontol Pak Prapto.
"Ohh.. Uhh.. Ooh.. " terdengar beberapa kali lenguhan selama kontol Pak Prapto memuntahkan lahar putihnya. Badannya bergetar getar seiring semprotan spermanya menyemburi mulutku.
Tetap kudiamkan kontol itu di dalam mulutku hingga beranjak melemas. Setelah agak lemas dan tidak berkedut lagi, kukeluarkan kontol Pak Prapto dari mulutku dan kujilati sisa-sisa mani yang menempel pada batang dan kepalanya. Kulihat ekspresi Pak Prapto begitu puas dengan apa yang baru saja kulakukan. Ia masih terengah-engah dengan wajah penuh peluh. Dadanya yang coklat tampak mengkilat dibasahi butir-butir keringatnya.
Aku menegakkan badanku, dan menyandarkannya ke dada Pak Prapto yang masih basah. Kakinya ia silangkan ke kakiku, dan kedua tangannya memeluh tubuhku dari belakang.
"Terima kasih, Dik Bondan!" katanya seraya menciumi leherku.
Kusandarkan kepalaku ke bahunya, hingga ia bisa leluasa menjilat dan mencium leherku. Pak Prapto terus saja memelukku, dan akupun mengimbanginya dengan mengelus dan merabai bagian sensitifnya, hingga satu jam kemudian kontolnya mulai berdiri lagi.
Mengetahui hal ini, aku lantas meminta Pak Prapto untuk mencicipi lobang anusku. Awalnya ia menolak, karena baginya hal itu belum pernah dilakukan. Namun, setelah kuyakinkan bahwa nantinya aku akan merasa nikmat dan diapun juga merasakan hal yang sama, ia menyetujuinya. Ia lumuri kontolnya dengan ludahku dan ludahnya, kemudian ia lumurkan sisanya ke anusku. Setelah itu, ia meletakkan kedua kakiku di atas pundaknya dan ia posisikan kontolnya di depan lubang anusku. Ia mulai memasukkan kepala kontolnya, lantas menghentikannya dikarenakan aku mengerang kesakitan. Aku meyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja, tapi ia tetap saja mengurungkan niatnya.
Sesaat kemudian, ia segera keluar dari kamar dan masuk kembali dengan membawa sebungkus kondom dan gel pelicin. Ia lumurkan gel itu ke kontolnya, lalu ia memakai kondom itu. Di atas kondom itu, ia lumurkan lagi gel itu dengan maksud agar lebih licin. Selanjutnya, ia masukkan kontolnya ke anusku senti demi senti. Aku mencoba menahan rasa sakit yang ditimbulkan untuk meyakinkan Pak Prapto bahwa aku baik-baik saja.
"Lepas saja kondomnya, Pak!" pintaku ketika Pak Prapto berhasil membobol anusku beberapa kali.
"Tapi." jawab Pak Prapto.
"Lepas saja, Pak! Lebih nikmat tanpa kondom, kan?" kataku dengan desah menggoda.
Akhirnya Pak Prapto bersedia melepas kondom dan melanjutkan permainan. Beberapa saat berlalu, Pak Prapto kuminta berhenti. Aku memposisikan diriku dengan doggy style, kemudian kusuruh Pak Prapto untuk memasukkan kontolnya kembali ke anusku. Ia mulai merasakan kenikmatan nge-fuck anusku. Ia tampak semakin lihai dalam menyodomi anusku. Aku mendesah dan mendesis pelan, sementara Pak Prapto dengan kecepatan konstannya merojok lubang kenikmatanku.
Merasa nikmat dengan posisi seperti ini, Pak Prapto semula menolak untuk berganti posisi lagi. Setelah melalui perdebatan kecil, akhirnya Pak Prapto mau merojok anusku dengan posisi berhadapan denganku. Aku tidur telentang dengan kaki ke atas dan badan Pak Prapto berada di antara pahaku. Wajah kami berhadapan sehingga Pak Prapto dengan mudah mendapat dua sensasi sekaligus, yakni menyodomi dan mencumbu wajahku.
Nafas Pak Prapto menderu dan terasa sangat hangat di wajahku ketika posisi itu telah kami jalani selama beberapa saat. Kulingkarkan kakiku di pinggang Pak Prapto, hingga ia bisa menyodokku lebih dalam. Tubuh kami terbasahi keringat. Tanganku melingkari punggungnya, hingga dada kami saling bergesekan. Sementara, kulihat pantat Pak Prapto tak henti-hentinya naik turun memompa maninya agar keluar dari pabriknya. Kali ini, tampaknya Pak Prapto semakin mempercepat gerakannya, juga gerakan pantatku yang mengimbangi goyangannya.
"Ugh.. egh.. nggh.. A.. ku.. aakh.. ah.. keluaarr!" kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Pak Prapto saat ia mengeluarkan pejuhnya di anusku.
Pak Prapto masih terus memompa anusku di saat-saat orgasmenya. Ia keluarkan kontolnya dari anusku, kemudian menggesek-gesekkannya dengan kontolku yang masih belum sempat memuntahkan lahar putihnya. Tampaknya Pak Prapto menyadari bahwa aku belum mengalami orgasme. Lantas ia menyuruhku berpindah tempat sejenak, dan ia sandarkan tubuhnya ke sandaran sofa ruang tamu. Segera setelah itu, ia tarik tubuhku hingga punggungku menempel pada dadanya. Ia peluk dan ciumi aku sebentar, lalu ia meludah pada kedua tangannya dan menyuruhku berbuat hal yang sama.
Setelah itu, Pak Prapto meraih batang kontolku dan ia genggam dengan tangan kirinya yang penuh ludah. Sementara itu, tangan kanannya memainkan kedua buah zakarku, hingga aku merasa sangat nikmat dibuatnya. Merasakan nikmat yang ditimbulkan oleh sentuhan tangan kasar Pak Prapto, membuatku agak lupa diri. Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Pak Prapto, dan kedua tanganku meremas-remas rambutnya. Pak Prapto sendiri selain memainkan kontolku, lagi-lagi ia menciumi leherku. Bahkan, kurasakan ia membuat sebuah cupang di leher bagian bawahku.
Tampaknya Pak Prapto sangat terlatih ngocok, terbukti tangannya lihai memainkan kontolku. Tak hanya dikocoknya, tapi juga diremas dan dipilinnya. Hal tersebut terus dilakukannya sampai aku mencapai batas maksimal. Dengan deras, aku menyemprotkan mani ke udara dan akhirnya jatuh membasahi dada dan perutku. Pak Prapto terus memilin dan meremas kontolku sampai kontolku melemas. Mungkin karena kelelahan, kami berdua tertidur dalam posisi yang masih sama dengan posisi terakhir.
Pagi hari terbangun, aku mendapati tubuhku masih telanjang, namun telah diselimuti oleh Pak Prapto. Bergegas aku ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dan segera berpamitan pulang untuk bergegas masuk kantor lagi.
Kebetulan tinggalku dekat dengan kompleks Brimob yang bertugas mengendalikan kerusuhan di Ambon ini. Suatu malam, aku baru pulang dari kantorku langsung menuju ke mall terdekat untuk berbelanja keperluan sehari hari. Malam itu hujan deras baru mengguyur kota Ambon. Selesai berbelanja, aku segera berjalan melintasi tempat parkir menuju jalan raya. Namun aku berpapasan dengan Pak Prapto, salah seorang Brimob yang juga tetangga sebelah tempat tinggalku.
”Abis belanja ya dik Raman,”tanya Pak Prapto.
”Iya nih pa”jawabku sekenanya.
”Ini mau pulang ya?. Yuk bareng. Kebetulan saya juga sudah mau pulang”,tawar Pak Prapto. Daripada naik angkot, maka langsung kuterima tawaran Pak Prapto.
Pak Prapto adalah seorang Brimob berpangkat Bripka. Secara fisik, Pak Prapto lebih pendek dariku, tapi perawakannya begitu jantan. Tangan dan kakinya tampak berotot, sementara bekas cukuran selalu membuatnya tampak lebih macho.
Selama perjalanan, aku tak henti-hentinya memandang tubuh kekar Pak Prapto dari belakang. Sudah lama aku impikan berdua sedekat ini dengannya. Kini, ia memakai celana training tipis, kaos hijau ketat, dan jaket yang membuatnya tampak lebih berwibawa. Selama berboncengan, aku lebih banyak diam karena otakku berfikir keras membayangkan sosok jantan di depanku ini.
Setelah beberapa waktu, aku mulai memberanikan diri meletakkan kedua tanganku pada masing-masing paha Pak Prapto. Tak tampak penolakan sedikitpun darinya. Menyadari hal demikian, selang berapa lama aku pindahkan tanganku, sehingga kedua tanganku kini melingkar di perut Pak Prapto. Hal ini pun juga tidak mengurangi konsentrasi Pak Prapto dalam berkendara. Mungkin hal ini menjadi hal biasa baginya, tapi bagiku ini adalah sebuah kesempatan yang sangat sayang jika dilewatkan.
Kugesek-gesekkan tanganku secara perlahan pada perutnya, dan ternyata dapat kurasakan kerasnya perut Pak Prapto.
"Sebuah hasil dari latihan militer yang sedemikian keras" pikirku.
Aksiku hanya sebatas menyentuh perutnya, tidak lain. Aku tidak melakukan hal yang lebih jauh, karena aku masih belum cukup bernyali untuknya. Akhirnya, dengan tanganku yang melingkar di perut Pak Prapto, perjalanan pulang ke kompleks Brimob kami habiskan dengan mengobrol kesana kemari, termasuk seks.
Sebagaimana kudengar, Pak Prapto ternyata mengaku memiliki libido yang cukup besar. Ia juga mengaku mudah terangsang dan selalu ingin segera melampiaskan nafsunya itu. Tapi untunglah, pekerjaannya mampu membantunya menurunkan libido yang sering muncul secara tiba-tiba. Biasanya, libido yang sempat ditahannya selama hampir beberapa bulan, ia salurkan dengan menggauli istrinya, saat ia pulang ke Jogja pada saat cuti atau liburan. Menurut cerita Pak Prapto, setelah sekali main di sore hari, kemudian disambung di malam harinya, lantas pada saat ayam jantan berkokok kembali dia menggauli istrinya. Itupun Pak Prapto masih mengaku masih kurang puas. Biasanya secara diam-diam ia mengocok sendiri kontolnya di kamar mandi.
Akibat obrolan-obrolan kami itu ternyata telah membuat kontolku ngaceng. Aku ingin berbuat yang lebih lagi dengan Pak Prapto, tapi kuurungkan niatku itu karena ternyata motor sudah membawa kami mendekati kompleks Brimob tempat kami tinggal.
Pak Prapto menawariku untuk mampir. Meskipun tawaran itu awalnya Cuma basa-basi, tapi aku tidak menyia nyiakannya. Segara aku menyetujuinya.
Akhirnya sampailah di mess tempat tinggal Pak Prapto di kompleks perumahan Brimob. Setelah memarkir kendaraan, ia segera mempersilakan aku duduk di ruang tamunya. Pak Prapto masuk ke kamarnya, dan tak berapa lama kemudian ia sudah keluar hanya dengan boxer dan kaos ketat hijaunya. Kulihat sepintas, kontolnya agak menonjol di balik celana berbahan katun itu.
Kami kembali terlibat dalam obrolan seru, namun kali ini aku tidak begitu terfokus pada pembicaraan karena aku lebih tertarik untuk mencuri-curi pandang ke arah jendolan di celana boxer Pak Prapto. Sesekali, kulihat tangan Pak Prapto mengusap dan menggaruk jendolan itu.
"Trus kalau pas istri Bapak nggak ada gini, gimana cara menyalurkan nafsu Bapak itu?" tanyaku selalu menjurus pada hal-hal yang berbau seks.
Aku yakin bahwa ini akan membuka jalanku untuk berbuat lebih jauh dengan Pak Prapto.
"Ya, biasanya sih suka ngocok sendiri. Nikmatnya sih jauh beda dibanding sama istri. Lebih nikmat punya istri" kata Pak Prapto dengan nada bercanda.
"Emangnya nggak mikir untuk nyoba dengan yang lain, Pak?" tanyaku lagi.
"Maksudnya dengan pelacur, gitu?" tanyanya skeptis.
Aku hanya mengangkat bahuku.
"Nggak ah, takut penyakit. Siapa tahu di dalamnya sudah banyak bibit penyakit yang nantinya malah nular? Hii..!"Pak Prapto menjawab sambil bergidik.
"Kan bisa pakai kondom, Pak!" kataku seolah mengejar jawaban Pak Prapto.
"Rasanya kurang nikmat. Dulu pernah saya begituan pake kondom sama istri saya, dan saya kurang bisa menikmati. Lebih enak alami, Dik!" katanya seraya mengelus jendolan di celana boxernya lebih intens lagi.
"Udah kebelet ya, Pak?" tanyaku hati-hati, ”Kok daritadi menggaruk-garuk selangkangan”,pancingku agak kurang ajar. Aku sudah siap andai dimarahi atau diangga kurang ajar. Sebab jika tidak nekat seperti ini, sampai kapanpun aku ga akan punya kesempatan.
Lalu aku memberanikan untuk duduk mendekati Pak Prapto. Kujulurkan tanganku ke jendolan boxernya..
"Memangnya harus dengan istri Bapak? Gimana kalau sama saya, Pak?".
Pak Prapto mengernyitkan dahinya tanda heran. Tangannya menepis tanganku, tapi aku dengan berani meletakkannya kembali ke atas gundukan di bagian depan celananya.
"Hah?? Maksudnya apa?. Jangan kurang ajar ya”,bentaknya padaku.
Aku tak memberi jawaban apapun, hanya saja tanganku masih tetap mengelus bahkan meremas jendolan selangkangan Pak Prapto.
”Daripada dikocok sendiri, mungkin aku bisa membantu mengocoknya”,tawarku agak kurang ajar.
Lalu tangankupun semakin liar bergerilya mengelus paha berbulu itu. Lalu tangan yang satunya merems-remas jendolan selangkangan itu.
Pak Prapto menggelinjang, entah merasa kegelian atau merasakan sensasi remasan di daerah sensitifnya.
Aku semakin lebih jauh. Tanganku telah menyusup disela sela celana boxer dan berusaha menembus ketatnya celana dalamnya. Kudengar Pak Prapto mengeluarkan desahan-desahan kecil.Kulirik jendolan di celana boxer itu semakin bergerak-gerak dan bisa kurasakan kontol itu semakin membesar dan memanjang.
Setelah melakukan aksi meraba dan mengelusi bulu-bulu di paha dan pantatnya, lantas aku membuka boxer Pak Prapto dengan mulutku. Kubuka perlahan ke bawah, hingga kontolnya yang kini sudah ngaceng sepenuhnya keluar dari sarangnya. Kontol yang disunat itu tampak gagah dengan kepalanya yang memerah dan batangnya yang berwarna coklat gelap. Aku tak tahu seberapa besar kontol itu. Yang jelas saat kugenggam kontol itu dari pangkalnya, sebagian dari batang dan kepalanya masih jelas terlihat.
Kulucuti boxer itu, hingga kini Pak Prapto setengah telanjang. Paha berkulit putih penuh bulu itu begitu kokoh, menambah libidoku semakin memuncak. Lalu aku meraba-raba ke perutnya, menjalar ke arah dada dan ke kedua putingnya. Dengan terus meraba, aku berusaha menanggalkan kaosnya. Setelah melepas kaosnya, kini tak selembar pun kain yang menempel pada tubuhnya. Tampaklah dengan jelas dada bidang berkulit sawo matang, halus tanpa bulu. Bahu, dada, dan perutnya tampak bagus tercetak oleh latihan militer yang selama ini ia jalani. Setalah berhasil kutelanjangi, Pak Prapto melipat tangannya ke belakang kepala, hingga ia berbantalkan kedua telapak tangannya di atas sebuah bantal empuk. Tampaknya ia telah terkuasai nafsunya, sehingga dia seolah menantikan aksiku padanya.
Lalu kulepas jaket kainku, kemudian kuperlakukan sedemikian rupa hingga kain halus Jaket yang berwarna oranye berada di luar. Sedang kain hitam yang agak kasar ada di bagian dalam. Kedua tanganku kuselimuti dengan jaket itu, dan kuletakkan bagian berwarna oranye pada jaket itu mengelilingi kontol Pak Prapto.
Pak Prapto sedikit tersentak dengan aksiku itu, tapi detik selanjutnya ia merasakan nikmatnya dielus dengan menggunakan kain halus jaket itu. Tak henti-hentinya kudengar desah nafas Pak Prapto, yang semakin membuatku ingin bertindak lebih jauh. Setelah beberapa waktu meremas dan mengelus kontol Pak Prapto dengan kain halus jaket, aku segera melempar jaket itu ke lantai dan menggenggam erat kontolnya dengan tangan kananku. Kutundukkan mukaku, hingga kontol itu terkulum mulutku. Pak Prapto agak kaget dengan aksi oralku ini. Namun dia rupanya semakin dikuasai oleh nafsunya, sehingga hanya terdiam menunggu aksiku. Dengan sedikit meludahi kontol Pak Prapto dalam kuluman mulutku, segera kulepaskan lalu kugantikan dengan kocokan tangan kananku dan kugerakkan kontol itu naik turun.
"Dik Bondan.. Uuhh.. Nghh.. Terus, Dik!" kata Pak Prapto di sela-sela desah kenikmatannya.
Tak ingin membuang banyak waktu, aku segera mendaratkan kecupanku di batang kontol Pak Prapto. Masih kugenggam batang itu, sambil kumainkan lubang kencingnya dengan jempolku. Kali ini, tampaknya Pak Prapto tidak mau melewatkan saat-saat dimana kontolnya diperlakukan dengan nikmat. Ia duduk dan segera menyandarkan badannya ke sandaran sofa. Pak Prapto mengangkangkan kakinya, sehingga memberiku area yang lebih luas untuk bermain-main dengan kejantanannya itu.
Aku segera meletakkan bibirku kembali ke batang kontolnya, dan mulai menjilatinya. Kemudian aku berpindah ke kepala kontolnya yang telah mengeluarkan precum. Kujiati seluruh precum yang ada, terasa asin dan perlahan mulai kumasukkan kepala dan batang kontol itu ke dalam mulutku. Senti demi senti telah masuk, namun tak seluruhnya mampu kumasukkan. Aku mulai menggerakkan kepalaku naik turun, mengemut batang kontol coklat itu. Pak Prapto tidak tinggal diam mendapati kontolnya diembat seorang lelaki. Ia meraih bagian belakang kepalaku, dan meremas-remas rambutku. Kakinya pun juga tak mau kalah berperan. Pak Prapto terkadang mendekapkan pahanya erat-erat ke kepalaku. Nafas Pak Prapto mulai menderu, seiring dengan gerakan kepalaku yang kupercepat. Pantatnya juga bergoyang-goyang menikmati sensasi yang dilahirkan dari kontolnya yang sedang kukulum. Saat kurasakan Pak Prapto sudah mencapai satu taraf dibawah orgasme, aku segera menghentikan permainanku.
Aku berdiri, lantas turun dari sofa. Kusuruh Pak Prapto untuk berpura-pura memperkosa aku, dan ia menurut. Ia mendekapku dari belakang, dan berlagak seakan-akan mencekikku jika aku tidak menuruti apa yang ia mau. Aku pasrah. Lantas, ia membanting tubuhku ke sofa ruang tamu itu, dan ia menindihku. Dengan penuh nafsu, Pak Prapto membuka bajuku dengan paksa hingga beberapa kancing bajuku terputus. Ia robek kaos dalamku dengan tenaganya yang besar. Lantas, ia buka ikat pinggangku dan memelorotkan celana yang kupakai hingga terlepas. Aku berlagak merintih kesakitan, dan itu ternyata semakin memperbesar nafsu Pak Prapto. Terakhir, ia buka celana dalamku dan mengeluarkan kontol beserta buah zakarku. Celana dalamku ia tarik sedemikian rupa dengan sangat bergairah, hingga terlepas dari tubuhku.
Melihat tubuhku yang telanjang bulat terlentang di sofa ruang tamu itu, Pak Prapto segera menindihku. Kurasakan kontolnya begitu keras menimpa kontolku, dan jembutnya terkadang bergesekan dengan perut dan sebagian kontolku. Tampaknya Pak Prapto sudah lupa dengan siapa ia berbuat itu. Ia sudah terkuasai oleh nafsunya yang membara. Ia ciumi bibirku dengan cekatan. Bekas cukuran di wajahnya memberi sensasi tersendiri bagi percumbuan kami. Kali ini aku benar-benar mendesah mendapat perlakuan istimewa dari seorang Pak Prapto yang anggota Brimob itu. Kemudian, Pak Prapto segera memindahkan cumbuannya ke leherku dan dadaku yang ditumbuhi sedikit bulu. Ia jilat dan hisap pentilku, seperti sedang menyedot milik istrinya.
Aku mengangkat bahu Pak Prapto, dan memberi tanda padanya bahwa gantian aku yang melayaninya. Pak Prapto mengambil posisi seperti saat aku ngemut kontolnya, dan segera menyuruhku untuk menuntaskan pekerjaanku. Tak langsung kuemut kontolnya, tapi kujialti dahulu batangnya yang sudah basah oleh keringat. Tampaknya, Pak Prapto sudah tak sabar menerima servis mulutku lagi. Kedua tangannya sudah mencengkeram kepalaku dan membimbingnya ke kontolnya yang masih sangat ngaceng. Aku menaikturunkan kepalaku beberapa kali hingga saat itu tiba. Entah sengaja atau memang refleks, Pak Prapto mendorong kepalaku hingga hampir seluruh kontolnya masuk ke mulutku.
"Aaahh..!" Desah nikmat terlontar dari mulut Pak Prapto seiring dengan maninya yang menyemprot keras pangkal mulutku.
Walau merasakan sebuah rasa yang aneh di lidah, tapi aku tetap berusaha menelan semua pejuh yang dipancarkan kontol Pak Prapto.
"Ohh.. Uhh.. Ooh.. " terdengar beberapa kali lenguhan selama kontol Pak Prapto memuntahkan lahar putihnya. Badannya bergetar getar seiring semprotan spermanya menyemburi mulutku.
Tetap kudiamkan kontol itu di dalam mulutku hingga beranjak melemas. Setelah agak lemas dan tidak berkedut lagi, kukeluarkan kontol Pak Prapto dari mulutku dan kujilati sisa-sisa mani yang menempel pada batang dan kepalanya. Kulihat ekspresi Pak Prapto begitu puas dengan apa yang baru saja kulakukan. Ia masih terengah-engah dengan wajah penuh peluh. Dadanya yang coklat tampak mengkilat dibasahi butir-butir keringatnya.
Aku menegakkan badanku, dan menyandarkannya ke dada Pak Prapto yang masih basah. Kakinya ia silangkan ke kakiku, dan kedua tangannya memeluh tubuhku dari belakang.
"Terima kasih, Dik Bondan!" katanya seraya menciumi leherku.
Kusandarkan kepalaku ke bahunya, hingga ia bisa leluasa menjilat dan mencium leherku. Pak Prapto terus saja memelukku, dan akupun mengimbanginya dengan mengelus dan merabai bagian sensitifnya, hingga satu jam kemudian kontolnya mulai berdiri lagi.
Mengetahui hal ini, aku lantas meminta Pak Prapto untuk mencicipi lobang anusku. Awalnya ia menolak, karena baginya hal itu belum pernah dilakukan. Namun, setelah kuyakinkan bahwa nantinya aku akan merasa nikmat dan diapun juga merasakan hal yang sama, ia menyetujuinya. Ia lumuri kontolnya dengan ludahku dan ludahnya, kemudian ia lumurkan sisanya ke anusku. Setelah itu, ia meletakkan kedua kakiku di atas pundaknya dan ia posisikan kontolnya di depan lubang anusku. Ia mulai memasukkan kepala kontolnya, lantas menghentikannya dikarenakan aku mengerang kesakitan. Aku meyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja, tapi ia tetap saja mengurungkan niatnya.
Sesaat kemudian, ia segera keluar dari kamar dan masuk kembali dengan membawa sebungkus kondom dan gel pelicin. Ia lumurkan gel itu ke kontolnya, lalu ia memakai kondom itu. Di atas kondom itu, ia lumurkan lagi gel itu dengan maksud agar lebih licin. Selanjutnya, ia masukkan kontolnya ke anusku senti demi senti. Aku mencoba menahan rasa sakit yang ditimbulkan untuk meyakinkan Pak Prapto bahwa aku baik-baik saja.
"Lepas saja kondomnya, Pak!" pintaku ketika Pak Prapto berhasil membobol anusku beberapa kali.
"Tapi." jawab Pak Prapto.
"Lepas saja, Pak! Lebih nikmat tanpa kondom, kan?" kataku dengan desah menggoda.
Akhirnya Pak Prapto bersedia melepas kondom dan melanjutkan permainan. Beberapa saat berlalu, Pak Prapto kuminta berhenti. Aku memposisikan diriku dengan doggy style, kemudian kusuruh Pak Prapto untuk memasukkan kontolnya kembali ke anusku. Ia mulai merasakan kenikmatan nge-fuck anusku. Ia tampak semakin lihai dalam menyodomi anusku. Aku mendesah dan mendesis pelan, sementara Pak Prapto dengan kecepatan konstannya merojok lubang kenikmatanku.
Merasa nikmat dengan posisi seperti ini, Pak Prapto semula menolak untuk berganti posisi lagi. Setelah melalui perdebatan kecil, akhirnya Pak Prapto mau merojok anusku dengan posisi berhadapan denganku. Aku tidur telentang dengan kaki ke atas dan badan Pak Prapto berada di antara pahaku. Wajah kami berhadapan sehingga Pak Prapto dengan mudah mendapat dua sensasi sekaligus, yakni menyodomi dan mencumbu wajahku.
Nafas Pak Prapto menderu dan terasa sangat hangat di wajahku ketika posisi itu telah kami jalani selama beberapa saat. Kulingkarkan kakiku di pinggang Pak Prapto, hingga ia bisa menyodokku lebih dalam. Tubuh kami terbasahi keringat. Tanganku melingkari punggungnya, hingga dada kami saling bergesekan. Sementara, kulihat pantat Pak Prapto tak henti-hentinya naik turun memompa maninya agar keluar dari pabriknya. Kali ini, tampaknya Pak Prapto semakin mempercepat gerakannya, juga gerakan pantatku yang mengimbangi goyangannya.
"Ugh.. egh.. nggh.. A.. ku.. aakh.. ah.. keluaarr!" kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Pak Prapto saat ia mengeluarkan pejuhnya di anusku.
Pak Prapto masih terus memompa anusku di saat-saat orgasmenya. Ia keluarkan kontolnya dari anusku, kemudian menggesek-gesekkannya dengan kontolku yang masih belum sempat memuntahkan lahar putihnya. Tampaknya Pak Prapto menyadari bahwa aku belum mengalami orgasme. Lantas ia menyuruhku berpindah tempat sejenak, dan ia sandarkan tubuhnya ke sandaran sofa ruang tamu. Segera setelah itu, ia tarik tubuhku hingga punggungku menempel pada dadanya. Ia peluk dan ciumi aku sebentar, lalu ia meludah pada kedua tangannya dan menyuruhku berbuat hal yang sama.
Setelah itu, Pak Prapto meraih batang kontolku dan ia genggam dengan tangan kirinya yang penuh ludah. Sementara itu, tangan kanannya memainkan kedua buah zakarku, hingga aku merasa sangat nikmat dibuatnya. Merasakan nikmat yang ditimbulkan oleh sentuhan tangan kasar Pak Prapto, membuatku agak lupa diri. Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Pak Prapto, dan kedua tanganku meremas-remas rambutnya. Pak Prapto sendiri selain memainkan kontolku, lagi-lagi ia menciumi leherku. Bahkan, kurasakan ia membuat sebuah cupang di leher bagian bawahku.
Tampaknya Pak Prapto sangat terlatih ngocok, terbukti tangannya lihai memainkan kontolku. Tak hanya dikocoknya, tapi juga diremas dan dipilinnya. Hal tersebut terus dilakukannya sampai aku mencapai batas maksimal. Dengan deras, aku menyemprotkan mani ke udara dan akhirnya jatuh membasahi dada dan perutku. Pak Prapto terus memilin dan meremas kontolku sampai kontolku melemas. Mungkin karena kelelahan, kami berdua tertidur dalam posisi yang masih sama dengan posisi terakhir.
Pagi hari terbangun, aku mendapati tubuhku masih telanjang, namun telah diselimuti oleh Pak Prapto. Bergegas aku ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dan segera berpamitan pulang untuk bergegas masuk kantor lagi.
Pria di Minimarket
Sore itu aku pergi ke Indomaret, ada beberapa barang kebutuhan dan snack yang harus aku beli. Seperti biasa aku mandi dulu dan dandan, kaos volcom warna putih dengan bawahan celana pendek quicksilver yang aku pakai.
Aku beli odol, peremen dan beberapa makanan kecil. Setelah aku bayar dikasir, aku bergegas menuju mobil yang aku parker tak jauh dari situ. Pas didepan Indomaret, aku menabrak seseorang berperawakan tinggi, hitam dan kekar. Aku kaget dan bilang "Sory mas….sory!!!!!" sambil memunguti barang belanjaanku. "Wah gakpapa kok… terburu-buru amat, mau kemana?" Cowok itu senyum sambil mengulurkan tangannya "Hasan…..lo siapa?" aku jadi sedikit grogi, "Aku Deny….gak kok gak kemana-mana" jawabku sambil menyambut uluran tangan dia. "Mampir ketempat aku aja, rumah ku deket dari sini kok" ajaknya sambil tersenyum menggoda. Lalu kamipun ngobrol basa basi. Dia menawaran rokok, tapi aku tolak. Setelah untuk kesekian kalinya dia menawarkan untuk mampir ke tempatnya, akhirnya aku mengiyakan ajakannya.
Aku menunggunya dalam mobil sambil membayangkan dia, hitam, tinggi, badannya kekar, potongan cepak, sepertinya dia arab kalau dilihat paras mukanya. Bulu ketiaknya keliatan lebat, kelihatan karena dia memakai kaos singlet, tangan dan kakinya dipenuhi bulu-bulu. Bayanganku menerawang sambil membayangkan bercinta dengan dia. Lamunanku dikejutkan oleh sapaan dia yang sudah selesai belanja. Dia masuk dalam mobilku, dia berangkat jalan kaki karena rumahnya deket dari Indomaret.
Akhirnya aku sampai di rumahnya yang minimalis dan bertingkat dua. "Aku tinggal disini berdua ama kakak. Tapi dia lagi tugas keluar kota" dia membuka pembicaraan.
Aku langsung diajak naik kelantai 2, masuk dalam kamarnya. Dia melepas singletnya, aku melihat badannya yang kekar dengan dada yang sangat tebal ditumbuhi bulu yang lebat. Aku melihat lengan dia yang gempal dan ketiaknya penuh dengan bulu yang lebat. Rasanya aku ingin menjilatnya. Dia Cuma mengenakan boxer pendek warna putih, bulu-bulu pangkal pahanya juga terlihat lebat, rasanya aku ingin mengelus-elus. HeheheheheTiba-tiba dia mendekati aku dan memegang pahaku "Deny….dah punya pacar belum?" Tanya dia sambil meraba paha sampai benjolan kontolku yang sudah menegang karena menegang karena melihat tubuhnya yang hanya dibalut boxer putih.
Tanpa bicara panjang lagi dia menciumi bibirku, tangannya yang satu memelintir putingku yang maseh terbungkus kaos dan yang satu lagi menggerayangi pantatku. Dia sangat beringas, menciumiku dan mengulum-ngulum lidahku, kemudian dia meminta ku membuka kaosku. Setelah aku telanjang dada, dia langsung mengenyot putingku. Aku hanya bias pasrah dan mendesah keenakan. ‘ohhhhhhhhhh………. yeahhhhh………… ouhhhhhh……. oooouuuuuh". Dia memainkan lidahnya d iputing susuku, sambil sesekali menggigitnya. Permainan dia yang pegang, dia menindih tubuhku, aku merasakan tubuhnya yang penuh dengan bulu menyentuh tubuhku, Ouhhhhhhhhhhhh………….. enak sekali….hangat.
Dia sesekali menjilati ketekku dan juga peluh yang ada di leherku, aku mendesah-desah.Setelah beberapa lama dia menghentikan aksinya, dia tidur telentang, aku disuruhnya beraksi. Aku melihat tubuhnya yang gempal dan berbulu membuat nafsuku makin menderu. Aku langsung menjilati dadanya yang berkeringat, dengan bulu-bulunya yang basah, asin….. tapi aku menikmatinya. Aku mengenyot putting dadanya yang besar. Dia menaikan kedua tangannya, seraya memamerkan lengan yang berotot dan bulu yang lebat seperti hutan belantara. Langsung saja aku berpindah menjilati bulu ketiaknya, Ouuuuhhhhhhhhhh nafsuku makin membara. Aku dibuatnya sangat horny, dia benar-benar cowok idaman para gay.
Setelah puas menjilati ketiaknya, aku melumat bibirnya yang tebal dan sexy. Aku gesek-gesekkan kontolku yang masih dibungkus dengan celana dengan tubuhnya. Tangannya menggerayangi selangkanganku. Aku menikmati cinta sesaat itu, kemudian dia melepas celanaku. Kontolku yang lumayan gede sudah tegak berdiri dihiasi jembutku yang sangat lebat. Dia langsung mengulum dan menghisapnya, aku hanya bias mengerang keenakan "argh……… . argh…………… ouhhhhhhhhhhh". dia memasukan seluruh kontolku kedalam mulutnya, kontolku basah oleh air liurnya. Sesekali dia memainkan lidahnya dikontolku, geli tapi enak.
Lalu dia mulai mengulum pelerku satu persatu diemutnya, "arghhhhhhhhhh………. gila enak banget sayang".
Dia memintaku untuk ngangkang dan menaikan kakiku kepundak dia, ternyata dia ingin menjilati lobang keperawananku. Dia menciumi ass holeku sembari menepuk=nepuk pantatku dengan tangannya. Kemudian dia memainkan lidahnya disekitar duburku, aku berteriak kegelian sambil menggeliat seperti cacing kepanasan. Hasan benar2 tahu gimana cara bikin enak, aku dibuatnya pasrah tak berdaya. Setelah ass hoelku basah oleh air liurnya, dia mulai memasukan jari-jarinya kedalam lobangku. Tadinya aku kesakitan, tapi lama-lama aku menikmati jari-jari Hasan yang mengoyak-oyak lobangku. Dia mulai menjilati putingku, putingku dikenyot abis2an sambil jari-jarinya tetap masih didalama lobang pantatku. Aku mendesah penuh kenikmatan, putting adalah G-spotku, kalo putingku dah diisep, rasanya lupa segalanya.
Hasan berhenti mengenyot putingku, tiba-tiba dia membuka boxer putinya, aku kaget tertegun melihat kontol dia yang sangat besar dan panjang. Kira-kira panjangnya 21 cm, hitam dan kokoh. Hasan langsung memaksaku untuk memasukan kontolnya dalam mulutku. Akupun mulai beraksi, kupegang erat kontolnya, lalu kulahap habis. Hasan berteriak-teriak keenakan. Suaranya yang menggelegar membuat aku tambah horny karena ML dengan cowok yang benar benar manly. Kemudian dia berdiri tegap dan aku disuruh menjilati bagian bawah kontolnya. Ehmmmmmmmmmmmmmm pelernya yang hitam ditumbuhi jembut yang tak kalah lebat, dia mendongak keatas "Ouhhhhh…….enak sayang".
Adegan itu akhirnya berakhir, kemudian dia memelukku dan menciumi rambutku dan juga dibibirku. "sayang, aku fuck yah?" pinta dia padaku, tapi aku menolak ‘gak ah…..takut sakit sayang. Punya kamu gede banget". " Gak kok, tar pelan-pelan…. Kamu pasti puas deh" akhirnya aku mengiyakan juga. Dia tiduran telentang, lalu aku disuruh menduduki mukanya, dia ingin mengerim aku lagi. Dia mulai memainkan lidahnya, kali ini benar-benar dahsyat, aku mengerang keenakan, tanganku aku gunakan untuk memelintir putingku sendiri. Lidahnya sangat lincah bermain diduburku, setelah basah duburku, dia menyuruhku mundur kontolku dijilati sebentar. Kemudian dia memasang kondom kekontolnya dan dibaluri pelicin. Setelah terpasang aku disuruh menduduki kontolnya yang gede itu.
Dengan sedikit takut, aku memasukan kontolnya yang berdiri keatas itu kedalam lubang pantatku, sedikit demi sedikit dan akhirnya BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!! Akhirnya masuk semua kontolnya, aku berhenti sebentar untuk bernafas, benar-benar perih dan sakit. Hasanpun diam dan membetulkan posisi bantalnya, kedua ketiaknya dipamerkan didepan mukaku. Aku jadi tambah horny melihatnya, langsung saja aku mengoyang-goyangkan pantatku kekanan kekiri memutar-mutar. Hasan keenakan, dia mendesah "ahhhh……..ahhhhh…..ahhhhh", ekpresi mukanya membuat aku tambah horny, aku turun naikan pantatku dengan cepat. Rasanya memang perih tapi enak juga ada kontol besar didalam pantatku, rasanya gak pengen aku lepas.
Hasan ingin berganti gaya, dia memintaku untuk berdiri, dia mengajakku keberanda kamarnya, hari memang sudah mulai agak gelap karena sore.
Kita bercinta diberanda rumahnya, aku nungging dia menembak dari belakang. Kontolnya dihujam-hujamkan didalam pantatku. Sakit dan perih, namun dia tak memperdulikan itu, dia tetap maju mundur memasukan kontolnya sambil sesekali menep[uk-nepuk pantatku. Gila ternyata dia tahan lama sekali. Setelah agak lama kita berdoggy style, dia mencabut kontolnya kembali dari pantatku dan aku diajak pindah kesofa ruang tamu. Dia berjalan duluan sambil memegangi kontolnya sedangkan tangannya yang satu menggandeng aku. Dari belakang aku lihat bodynya sexy banget, apalagi dia lagi berkeringat. Aku adalah lelaki yang paling bahagia sore itu, karena mendapat cowok yang benar-benar sempurna.
Sesampainya diruang tamu, aku disuruh duduk disofa dan ngangkang, dia lalu memasukan kontolnya. Kayaknya lobangku udah longgar karena tusukan kontolnya. BLESSSSSSSSSS………. .blussssssssssssssssssss………….. Dia maju mundur masukan kontolnya. ‘AH ENAK SAYANG…… OUWHHHHHHH… BENER-BENER ENAK" Hasan mendesah keenakan. "ENAK GAK DENY?" Tanya dia padaku, aku mengiyakan. Dan dia ngefuck sambil melumat bibirku. Kemudian dia mngenyot putingku "argh……….ah……ahhhhh" aku mendesah keras, Hasan mempercepat gerakannya, aku semakin gila saat Hasan menggigit putingku. "SAYANG……..kayaknya aku mau keluar sayang…………… Ouhhhhhhhhhh….. OUHHHHHHHHHHHHH" aku belingsatan, Hasan makin menggila gerakannya dan akhirnya CROTTTTTTTTTTTTTTT…… CROOTTTTTTTTTTT…… CREEEEEEEETTT spermaku berhamburan didadaku banyak sekali.
Hasan tetap maju mundur memasukan kontolnya, tusukan nya makin menyakitkan, dia menyeka spermaku yang berhamburan didadaku dengan tangannya dan menjilatinya sambil tetap menggoyangkan kontolnya dalam pantatku. Aku sudah lemas, aku hanya teriak kesakitan, aku lihat muka Hasan garang dan memperkosa, mulutnyapun belepotan spermaku. "SAY…………AKU JUGA MAU KELUAR NIEH" Hasan sexy banget saat ngomong geto, dia langsung mencabut kontolnya dari ass holeku. "AUWWWWWWWWWWW" teriakku kesakitan pas kontolnya dicabut secara tiba tiba. Dia mencabut kondomnya dan kontolnya dikocokan di depan mulutku. CROTTTTTTTTTTTTT……….. CROTTTTTTT…………. CROTTTTTTTTTT…………. CROTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT……………….. CROTTTTTTTTTTT………… CCCCCCCCCCCCCCCRRRRRRRRRRRRRRROOOOOOOOTTTTTT…… "ARGGGGHHHHHHHHHHHHH……………. OUWHHHHHHHHHHHH…………….. SUCK IT BABY" spermanya banyak sekali, ada yang kena hidung , mata dan tak sedikit yang masuk kemulutku.
Dia masih mengerang keenakan panjang. "makasih ya sayang, I LOVE U" lalu dia menjilati spermanya yang berceceran dimukaku dan dimasukan dalam mulutku dan aku menelannya, lalu kita berciuman bak sepasang kekasih. Mulut kami belepotan sisa-sisa sperma. Kurasakan sperma Hasan enak banget, lebih enak dari sprema yang pernah kurasakan selama ini. Manisnya lebih terasa dan lebih fresh. Apa karena dia arab yah? Cakep lagi. Hehehehhe
Setelah berciuman, aku memeluk dia erat. Aku rasakan badannya yang berbulu basah kuyup oleh keringat. Lalu aku kekamar mandi untuk membersihkan diri.sementara itu dia kembali berpakaian tanpa membersihkan badan.
Setelah selesai dari kamar mandi, aku langsung berpakaian lengkap dan pengen segara manja-manjaan dengan Hasan. Aku lihat dia sedang ditelpon seseorang, sepertinya ada orang yang mau datang. ‘Gimana Deny, puas gak?" Tanya Hasan padaku, rasanya aku ingin bilang aku jatuh cinta padanya dan ingin sekali jadi pacarnya. Tiba-tiba Hasan berkata "Deny, sory banget yah. Kamu pulang sekarang aja yah, BF ku mau datang kesini". Bagai petir di siang bolong, aku mendengar pengakuannya.
Padahal kupikir dia belum punya BF, ternyata sudah. Hatiku sedikit kecewa. Akhirnya aku pulang juga dengan rasa puas tapi juga kecewa. Aku membayangkan abis aku pulang, pasti dia ganti ngefuck BF-nya. Memang, betapa jantan laki-laki itu
Keluarga Duda
Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang cowok mungil bersama anak cowok kecil, cowok itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena cowok itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut lurus, pahanya berbulu halus dan perutnya yang putih menantang sekali.
Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ‘Adik kecil’ saya bangun, bagaimana tidak.., ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari jendolan kontolnya yang tercetak di baju renangnya itu.
Eh.., nggak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang, “Om, mau main bola sama Reza gak?”
“Eh.., mmh.., boleh.., kamu sama kakakmu ya?” tanya saya gugup.
“Iya.., itu Kakak!” katanya sambil menunjuk kakaknya.
Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, cowok manis itu bernama Gleno, dan juga, dia baru kelas 2 SMP.
“Mmh, Gleno cuma berdua sama Reza?” tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
“Nggak Om, kami sama Papa. Papa lagi senam BL di Gym diatas!” kata Gleno sambil menunjuk atas gedung Country Club.
“Ooo.., sama Papanya, toh” kata saya.
“Papi kamu ndak ikut Glen?”
“Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa.., jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagii bener” katanya lucu.
Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama Papanya.
“Mmh, Papa kamu bawa mobil Gleno? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak? Sekalian Om kenalan sama Papa kamu, boleh kan?”
“Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Reza katanya mau makan McD.”
“O, .. Ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan? Nanti pulangnya Om anterin”.
Tapi yang menjawab si kecil Reza, “Boleh.., Om boleh ikut..”
Sekitar 1/2 jam kami mengobrol, Papa mereka datang. Dan ternyata, orangnya gagah banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Dosen saya, mirip abis. Otot dada yangn kekar, leher dan kulit yang putih.., pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Gleno dan Reza berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan Papa mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya.
Nama Papa mereka Hendy, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya.., 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Hendy dan istrinya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah.., kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Hendy tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.
Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Reza yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Hendy dan Gleno ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.
“Hendy, Istrimu sebenarnya kerja dimana?”, tanya saya.
“Anu Mas.., dia CSO di sebuah bank terkenalgitu,” jawab Hendy ogah-ogahan.
“Iya Om, jangan nanya-nanya Mama. Papa suka sebel kalo ditanya tentang dia,” timpal Gleno, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama Papanya.
Mendengar Gleno bicara seperti itu, Hendy agak kaget, “Gleno, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener Mas, aku nggak suka kalo ditanya soal istriku itu”.
“Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi..”, kata saya sambil tersenyum.
“Eh Iya.., Mas Vito mau minum apa?” tanya Hendy sembari bangkit dari sofa, “Kopi mau?”
“Eh.., iya deh boleh..” jawab saya.
Tak lama kemudian Hendy datang sambil membawa 2 cangkir kopi, “Ini kopinya..”, katanya sambil tersenyum.
Gleno yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, “Om, malem ini nginep di sini mau ya? bolehkan Mam?”. Hendy yang ditanya, menjawab dengan gugup, “Eh.., mmh.., boleh-boleh aja.., tapi emangnya Om Vito mau?”
Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, “Yah.., mau sih..”,
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 1/2 12 malam ketika Hendy berdiri dari sofa dan berkata, “Mas Vito, aku mau ganti baju dulu ya?”
“Eh, iya..”, jawab saya.
“Kamu ndak tidur Gleno, kan besok sekolah?”
“Mmh, belom ngantuk..”, jawabnya lucu.
Tak lama kemudian, Hendy datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan celana pendek dan kaos singlet you can see. Gleno yang sedang tidur-tiduran di karpet sambil membaca majalah.
“Papa udah mau tidur tah?.”
“Gleno’ kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah.., Papa masih mau ngobrol sama Om Vito.., sana tidur!” kata Hendy.
Saya juga ikut-ikutan ngomong, “Iya, Gleno’ besok telat masuk sekolahnya.., kamu tidur duluan sana.”
Gleno sepertinya kesal sekali di suruh tidur, “Aaahh.., Papa nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok..”, tapi dia masuk juga ke kamarnya.
Setelah ditinggal Gleno, saya mulai melakukan agresi militer.
“Hen, paha kamu putih dan mulus yah? Dada kamu juga bagus. Apa ikut fitnes?
“Ah..biasa aja kok”
“Aku boleh memandangi perutmu ga? Aku tertarik banget dengan perutmu yang tidak buncit itu” pancingku untuk mengetahui bentuk tubuh Hendy.
“Kamu kok aneh she Vito”jawab Hendy.
“Mmh, boleh aku jujur tidak?”
“Boleh.., ngomong aja”
“Anu.., aku suka banget ama bentuk tubuhmu dan lagi aku yakin kalo ‘anu’mu pasti gede” kata saya sambil melakukan serangan awal dengan mengelus pahanya.
“Ooo.., ini,” kata Hendy sambil membuka celana dalamnya memamerkan celana dalamnya.
Aku agak terkejut jika Hendy akan melakukan itu. Tapi dengan pemandangan sekilas jendolan kontol di celana dalamnya ketika celana pendek itu dibuka, membuatku berdesir dan ingin tau dalamnya bagaimana.
“Kamu lama tidak berhubungan seks dengan istrimu, apa nafsu kamu tidak tersalurkan?”tanyaku hati-hati.
“Aku seringnya onani. Biasalah, kembali ke jaman remaja dulu, pelampiasan sendiri”jawab Hendy.
“Aku juga sering onani. Malah pernah onani bersama temen cowokku. Kalau kita Onani bareng, mau ga?,”serangku.
“Mas Vito mau? terus apaku yang seukuran.”
Belum selesai Hendy berbicara, Langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kontolnya, “Ini.. Mu.., buka dong bajumu!” kata saya asal.
Hendy yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kaos singlet yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka celana pendeknya. Hendy dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.
“Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya..”, kata Hendy tanpa memberi saya kesempatan bicara,
Hendy langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ‘rudal’ dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati kontolnya juga. Wow..saling jilat lolipop nih. Hendy kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar batang kontolnya dan saya hisap dalam-dalam buah pelernya.
Hendy saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, kontolnya teracung-acung keras. Tetapi yang menarik perhatianku adalah di bawah selangkangan itu, tersembunyi lubang pantat yang tampak rapat. Karena tidak tahan, langsung saya tindih Hendy, saya gesek-gesekkan kotol saya di perut, turun dan berbenturan dengan kontol Hendy. Terasa hangat dan sensasi yang aneh, ketika “main anggar” ini. Selang berapa lama, kaki Hendi terangkat, sehingga kontol saya menggesek bawah selangkangannya. Aku tusuk-tusukkan ke sekitar lubang pantatnya, akan tetapi tidak bisa serta merta masuk, jika tidak diberi pelicin dan dibimbing ke arah lubang yang tepat. Dengan sedikit gerakan, saya menyambar kondom dan pelicin yang tersedia di saku belakang celanaku. Kurobek kondom itu, kupasangkan ke kontolku yang teracung penuh dan aku lumuri lubang pantat Hendi dengan sedikit pelicin. Lalu setelah memasukkan kepala kontolku ke arah lubang yang tepat, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas dadanya dan memelintir tetek kecilnya, sementara mulut kami sibuk berpagutan dan saya menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya dan membimbing kontolku masuk ke lubang pantatnya secara benar.
Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Hendy bergetar hebat sekali.., dia ejakulasi dan kontolnya menyemburkan sperma ke perut kami berdua. Terasa hangat sperma yang baru muncrat itu. Aku semakin berusaha, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Hendy, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan.
Saya tanya, “Hen, aku mau keluar.., dimana nih?”
Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Hendy mendesah sambil berpaling ke arah saya, “Di dalam aja Mas! biar lengkap”.
Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam lubang pantatnya. Aku merasakan spermaku cukup banyak yang kusepmprotkan, kental dan lengket. Lalu aku buka kondom yang membukus kontolku yang masih setengah tegang itu.
Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ‘Mr. Penny’ saya. Hisapan Hendy tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ‘Mr. Penny’ saya. Sekitar 5 menit, Hendy menikmati si ‘vladimir’, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.
“Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,” katanya.
“Aku mau nyuci ‘ini’ dulu,” sambil dia menepuk pantatnya sendiri.
“Ya.., jangan lama-lama..”, kata saya.
Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya yang masih tegang teracung itu. Tiba-tiba si Gleno keluar kamar.., dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.
“Loh, Gleno.. Kamu belum tidur?” tanya saya setengah panik.
“Belum.” Jawabnya singkat.
Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ‘Mr. Penny’ saya dengan bantal sofa.
“Om, tadi ngapain sama Papa?” tanyanya lagi.
“Eh.., anu.., Om sama Papa lagi..” belum selesai saya menjelaskan. Papa Gleno, Hendy masuk ke ruang TV.
Dia kaget sekali melihat Gleno ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi celana pendeknya. Hendy berkata, “Gleno kamu ngapain, kok belum tidur?”
Gleno berpaling menghadap Papanya, “Aku nggak bisa tidur, Papa tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito?”
“Hayooo…aga usah ngaku, karna aku melihat semuanya kok” Jelas Gleno.
Ups, aku kaget setengah mati. Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Hendy duduk di samping saya, dan Gleno saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.
“Gleno, kamu kan tahu, Papi sama Papamu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Papa sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Papa dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,” kata saya sambil melirik Hendy yang terlihat sudah agak santai.
“Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Papa minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.”
Gleno terlihat sedikit bingung, “Hal itu hal apa Om?”
Di sini, Hendy mencoba menjelaskan, “Gleno, Papa jangan disalahin ya.., Gleno sayang Papa kan?”
Gleno tersenyum, “Iyalah, mi. Gleno saayyaang banget sama Papa. Tapi Gleno mau tahu, Papa sama Om Vito ngapain?”
Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Gleno yang cukup besar, “Om Vito sama Papa lagi mutual masturbation, kamu tahu artinya kan?”
“Mmh.., iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om.., Gleno mau lihat,” jawab Gleno.
Wah.., kaget sekali mendengar Gleno bicara begitu. Lalu saya melirik Hendy, dan Hendy mengangguk mengerti.
“Gleno beneran mau lihat Papa sama Om Vito lakuin lagi?” tanya Hendy.
Gleno menjawab dengan polos, “Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Gleno juga mau diajarin..sekalian prkatek, biar bisa”.
Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, “Mmhh, tanya Papa ya?! soalnya Om tidak bisa ngajarin dan sekalian praktek, kalo Papamu tidak ngijinin.., Om sih mau aja ngajarin.”
Gleno merajuk, merayu Papanya, “Pi, boleh ya?”
Hendy ragu-ragu menjawab, “Kamu lihat aja dulu deh ya. Ntar kalo dah dikasi tanda, kamu boleh ikutan?!”
Sambil tersenyum Gleno menjawab, “Iya deh..” senang sekali ia.
Setelah itu, Gleno saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ‘memamerkan’ batangan besar saya. Dan Gleno hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Papanya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Hendy saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Hendy disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Gleno untuk duduk mendekat disamping saya.
“Lihat Gleno, Papa seneng banget kan?” kata saya. Sementara Hendy melirik kami sambil terus menjilati ‘Mr. Penny’ saya.
“Gleno sudah pernah ciuman belom?” tanya saya.
“Belum Om.”
“Mau Om ajarin ndak?” tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.
“Mau!” jawabnya singkat.
“Ya sudah.., Gleno ikutin Om aja ya.., apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya?!”
Belum sempat Gleno menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Gleno. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Gleno terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan. Hendy terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Dada Gleno memang belum begitu tercetak, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, aku malah suka dengan perutnya yang putih bersih. Puting susunya masih berwarna merah muda dan kecil sekali dan ketika saya memilin-milinnya, si Gleno bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Hendy berlutut di depan saya dan membantu Gleno melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda.
“Gleno menurut aja ya sama Om Vito “kata Hendy. Sementara saya meremas-remas kontolnya yang imut itu, Hendy menyuruh Gleno untuk menggenggam batang ‘Mr. Penny’ saya.
“Gleno, sekarang kamu jongkok disini ya” kata Hendy.
“Kamu hisap ‘Mr. Penny’nya Om Vito, seperti Papa tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas” Hendy tersenyum sayang kepada Gleno.
“Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Papa tadi. Bisa kan?”
Gleno menjawab singkat, “Bisa, Mam”
Saya mengarahkan si ‘Adik’ ke mulut Gleno, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam.
“Pelan-pelan Gleno, jangan ditelan semuanya ya!” Gleno tersenyum.
Hendy memperhatikan cara Gleno menghisap, kadang dia memberikan instruksi. Tak lama setelah itu, saya menyuruh Gleno berdiri. Saya tersenyum memandang kontolnya yang berwarna kemerahan, tampak bulu-bulu halus menghiasi kontol itu.
Dan sekilas aku perhatikan pantat Gleno begitu montok dan mulus, pasti lubang pantatnya juga sangat rapat. Akhirnya, saya ciumi dan jilati saja ‘kontol” muda itu. Gleno benar-benar kegelian. Akhirnya, Hendy menyuruh Gleno istirahat.
Pekerjaannya dilanjutkan oleh Hendy. Tanpa berbasa-basi, Hendy langsung memasangkan kondom ke kontol saya dan langsung menduduki ‘Mr. Penny’ saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Hendy terus mengerjai ‘Mr. Penny’ saya, saya meremas-remas kontolnya yang bergetar-getar karena gerakan naik turun Hendy yang menduduki kontol saya.. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Hendy masih menduduki si ‘Adik’, kali ini dia membelakangi saya. Gleno yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya.
Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ‘kontol muda’nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya jilatin kontol itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan mulut. Sambil jari-jari saya bermain-main di area lubang pantatnya sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke lubang pantatnya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Gleno mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Papanya mendesah keenakkan. Saya mulai serius menanggapi Hendy.
Gleno saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Hendy, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Hendy bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Hendy tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia ejakulasi, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam lubang pantatnya. Setelah melepas si ‘vladimir’ dari kondom yang membukusi kontolku. Gleno saya suruh menjilatinya.
“Mmmhh.., Om.. Kok asin sih rasanya?” protes Gleno.
Hendy sambil terengah-engah menjawab, “Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan? Papa bagi dong?!”
Saya senyum-senyum saja melihat papa dan anak itu berebut menjilati ‘Mr. Penny’ saya dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Hendy dan anaknya, Gleno, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala Bapak dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.
Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Gleno, yang benar-benar telah merelakan lubang pantat yang masih perawan itu saya entotin. Tapi kalau dengan Hendy.., wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Reza, anak bungsu Hendy, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan
Hendy sedang ‘perang alat kelamin’ di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Reza, adik Gleno yang masih kecil tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Papanya yang sedang nungging di bathtub.
Dia bertanya kepada Papanya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ’sibuk’), “Papa diapain Om Vito, kok teriak-teriak?” katanya.
Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Papanya yang telanjang bulat, dengan sperma berceceran di dadanya itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Gleno untuk menjilatinya).
Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, karena keluarga ini sungguh memberiku kenikmatan yang tiada tara.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Paling Populer Selama Ini
-
Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk. “T...
-
. Album Berikutnya
-
Sebagai penghuni baru di Kota ini, sore itu aku memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu mall terkenal di daerah selatan Jakarta. Aku ingi...
-
Namaku Suryati, biasa dipanggil Yati. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semar...
-
---------- 1. Mature Gay Daddy - Oldermen Lihat Cuplikan Size: 44,11 MiB Duration: 00:11:20 Type: avi Video: 400x300 http://b93d...
-
Album Sebelumnya
-
Cerita lainnya tanpa gambar tapi tak kalah seru, klik aja ini
-
Untuk menghabiskan anggaran tahunan, perusahaan kami berniat membeli beberapa peralatan kantor berupa komputer dan beberapa perlengkapan lai...
-
(by: haus_lelaki@yahoo.com) Tugas kantor selesai. 10 hari di Biak jenuh juga. Masalahnya tidak mudah menemukan pasangan sesama lelaki unt...
-
(by: rustyryans@gmail.com) Siang itu memang terasa sangat membosankan,setelah hampir 2 minggu menghabiskan waktu liburan akhir semester ta...