12/28/2011

Ahhh, Ramahnya Jakarta

Untuk menghabiskan anggaran tahunan, perusahaan kami berniat membeli beberapa peralatan kantor berupa komputer dan beberapa perlengkapan lainnya. Aku diperintahkan untuk melakukan survey ke Jakarta, untuk melihat-lihat spesifikasi macam apa dan berapa harga yang layak dikeluarkan oleh perusahaan nantinya. Sekalian menikmati lIburan akhir pekan, aku berangkat hari Jumat siang dari stasiun Tawang, Semarang dengan kereta Argo Muria menuju Gambir, Jakarta. Ah nikmatnya kereta ini. Sepanjang 6 jam perjalanan aku habiskan waktu untuk membaca, makan atau tiduran sambil sesekali melihat orang tampan atau cantik yang bisa kubawa dalam mimpi-mimpiku.

Sampai di Gambir jam 8 malam. Terus terang, walaupun sudah cukup sering aku ke Jakarta, aku masih tidak begitu hafal arah kemana untuk mau ke mana. Sebaiknya aku ambil saja taksi. Aku ingin hotel yang tak terlalu jauh dari Gambir, sehingga saat pulang nanti aku nggak perlu buru-buru. Dari teman di kantor aku disarankan tidur saja di Hotel Aston di kawasan Atrium Senen.

Untuk gampangnya aku naik saja salah satu taksi yang mangkal di situ. Aku taruh tas cangkinganku di jok belakang dan aku duduk di samping sopir. Aku pengin menikmati pemandangan Jakarta di waktu malam. Begitu keluar pintu Gambir, duh.., kemacetan lalu lintas nampaknya telah membayangi taksiku ini.

"Kemana Oom?", tanya sang sopir.

"Ke Senen, ke Hotel Aston. Tahu kan?".

Kami berjalan merembet seperti siput menuju ke arah lapangan Banteng. Aku agak kesal juga. Rasanya buang waktu banget. Supaya agak relaks aku tarik mundur dan telentangkan jokku. Ah, nyamaann..

Lhoo.. Aku baru menyadari. Ternyata sopir taksi ini keren banget. Tangannya yang meraih stir itu.., woo, bulunya lebat juga.. Rasa-rasanya dia anak dari Ambon atau Flores. Wajahnya sangat tampan dengan rambutnya yang terurai lepas. Ah, sopir kok kerennya seperi Bon Jovi, sih. Aku jadinya pengin ngisengin juga nih. Kulemparkan banyak pertanyaan.

Mas, suka nganterin penumpang cewek-cewek nggak?! Kemana mereka? Ada nggak yang bisa dikenalin saya?, dan berbagai pertanyaan lainnya untuk menggiring ke arah keinginanku sendiri.

Dalam posisi duduk telentang tanganku mulai beraksi mengelusi tonjolan celanaku yang mulai merasa gatal dan sesak karena ngaceng melihat tangan berbulunya itu. Aku terus berbicara agak nyerempet-nyerempet ke arah-syahwat dan erotisme. Lama kelamaan sepertinya pembicaraan sepanjang kemacetan ini mempengaruhi Mas sopir juga.

"Berapa lama lagi nyampai ke hotel, Mas?", aku tanya.

Dia jawab se-enaknya, "Tenang saja, Oom. Biar 2 jam lagi juga biarin aja. Aman, kok. Lagian cerita lagi aja, Oom. Asyik ceritanya tadi"

Woo, benar khan?! Dia sudah terpengaruh bicara-bicaraku. Kembali aku mengelusi gundukkan celanaku. Wehh.. Weeh.. Ternyata Mas sopir Flores ini dengan sedikit melotot memperhatikan tanganku. Dan sesaat kami bertumbuk pandang. Aku sedikit kaget mengangkat alisku. Dia..? Ah.. Ternyata menjawab dengan alisnya pula. Haa.. Itu khan kode cinta sejenis. Kami ternyata sama-sama senang teman sejenis. Dan, langsung tangannya merabai pahaku, bahkan ikut mengelusi gundukkan celanaku,

"Ngaceng, ya, Oom?!", nampak mencari kepastian.

"Hheechh..", aku menggumam, " Dimana bisa..?", aku berbisik dalam desahan.

"Di kamar Oom saja, sebentar lagi nyampe di Hotel Aston, kok. Tuuh, sudah nampak pucuknya", ia menunujukkan puncak atap Hotel Aston.

Kemudian tangannya tak lagi sungkan meremasi penisku dari gundukkan celanaku. Aku sendiri makin kepingin untuk lekas menciumi tangan-tangan berbulu itu. Aku coba rogoh juga kemaluannya. Agak susah karena ada batang kemudi. Lho, lho. Lho.. Mas sopir ini kok malah membuka kancing celanaku. Rupanya sudah nggak sabar juga,

"Masih macet, Oom. Lihat ini dulu ya..", sambil merogoh penisku.

Dari celana dalamku, di rogoh dan tariklah penisku yang memang sejak tadi sudah ngaceng terus," Wwwuu.. Gede banget Oom.. Asyik banget..".

Loh, taksinya malahan dia bawa ke pinggir. Kapan sampainya ke hotel, nih. Lampu sen kirinya, diip.. Diip.. Diip..,

"Percuma buru-buru Oom".

Kok, jadi dia yang ngatur. Tetapi jelas aku nggak nolak. Rupanya dia kebelet banget setelah melihat penisku.

"Wuuhh.. Gedenya.. Dari mana sih, Oom. Orang mana? Oohh, Semarang. Biasanya orang Jawa sabar banget, loh".

Begitu mobil menepi dia langsung membungkuk dan mulutnya nyosor ke penisku yang memang telah menunggu-nunggu kesempatan macam ini. Ah, ramahnya Jakarta..

Dan tangannya yang berbulu itu menggeser-geser pada perutku. Aku jadi terangsang banget. Heran juga, dalam kesIbukkan Jakarta yang demikian tinggi, orang-orangnya bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Sosok tampan ini rupanya berpengalaman membaca penumpangnya.

Heech.. Heechh.. Heecchh. Terdengar dengus memburu. Dia mengangguk-angguk mengisapi dan menjilati penisku. Duh.. Bukan main nikmatnya. Sambil menyaksikan kepadatan Jakarta dan tanpa khawatir dilihat orang dalam keremangan lampu jalan ini. Ah, syahwatku terdongkrak. Reflek tanganku merogoh arah bokongnya yang nungging itu. Kucari lubang pantatnya yang penuh bulu itu. Kuelusi dengan jari-jariku sesaat untuk kemudian jari-jari tengahku menembusi duburnya. Hangat dan licin. Dia kembali mendengus. Pasti ke-enakan. Sesaat kutarik. Hidungku pengin mengendusnya. Ah.. Ngalahin 'clinique happy' for men dari Paris. Hidungku mengembang untuk menghirup sebanyak-banyaknya. Kemudian aku mengulum jari tengahku itu. Ooohh.. Ampuunn.. Nikmat bangett.

Deerrtt.., ah HP-ku. Kuraih dari kalungnya, pencet tombol dan..,

"Sudah nyampe..? Jangan main cewek ya.. Selamat. Aku tunggu kabar. OK?".

Rupanya boss perlu cek anak buahnya. Sopir taksiku tak acuh.

Terus saja dia menikmati jilatan dan kuluman bibir dan lidahnya pada batang penisku. Kurasakan dia mengisep-isep kepalanya. Dia menyedoti 'precum' yang terus membanjir.

Dan kini saatnya muncrat.. Crot.. Crott.. Crott.. Duh enak banget. Dan, ohh. Rakus banget nih sopir. Dengan kesetanan berusaha menangkap seluruh cairan air maniku. Dia telan seluruhnya. Yang tercecer dia jilati.

"Oooaahh.. Enak banget pejuh Oom. Trim's ya..".

Dia bangun dan kembali memegang stir taksinya. Dia mau bergerak lagi. Terserah. Aku sendiri sementara reda. Syahwatku lumayan sudah tersalur.

"Ini bagaimana?", aku kini yang meraba-raba penisnya di balik celananya.

"Iyyaa.., aku pengin Oom nanti jilati di hotel ya..?!".

Aku menikmati banget awal masuk Jakarta sekarang ini. Sebentar lagi aku akan merasai nikmatnya lelaki tampan Flores ini. Akhirnya sampailah di Aston. Taksinya langsung masuk ke basement untuk parker. Kami telah sepakat untuk tidur sama-sama malam pertama di Jakarta ini. Tidak semalaman sih, dia mesti balik ke pool selambat-lambatnya jam 2 pagi nanti. Masih banyak waktu.

Sesudah masuk kamar, aku ajak dia makan. Di depan Aston ada warung Padang yang nampaknya lezat makanannya. Kami makan kenyang. Dia terus menatap aku. Dia bilang aku jantan banget. Aku juga balik bilang dia tampan. Aku bilang mau minum kencingnya. Atau nyebokin kalau dia mau berak nanti. Dia nggak percaya omonganku. Aku suka sekali, kataku. Urine itu sehat, lho. Baca tuh, Buku 'Terapi Urine', karangan dokter yang doctor. Cari di Gunung Agung atau Gramedia. Banyak orang menggunakan metode minum air kencing untuk kesehatan. Aku nggak terusin. Rasanya dia juga tahu.

Kami balik ke hotel. Begitu klek.. Aku kunci pintuku. Kami langsung berpagutan. Duh, rambut-rambut pendek di sekujur dagu dan lehernya menggelitik bibirku. Aku nafsu banget. Tanganku langsung melepasi ikat pinggangnya, kemudian busananya. Ah, tampan banget sopir ini. Oh, ya, namanya Ramin. Osna Ramin, lengkapnya. Aneh ya namanya?!

Kugigiti dadanya, dia melenguh penuh nikmat. Kudorong ke tempat tidur. Aku merangkaki sambil melepasi pagutan demi pagutan di sekujur tubuhnya. Aku akan buat dia panas dingin. Bibir dan lidahku belum akan mengolah wilayah kemaluannya. Sengaja celana dalam (CD)-nya yang nampaknya sudah dekil itu belum aku renggut dari tempatnya. Lidahku ingin menjelajahi punggungnya, bokongnya, lubang pantatnya. Aku sangat pengin menciumi lubang duburnya yang pernah kutangkap aromanya tadi saat macet di jalanan. Dia menyerah saja apa yang kumaui. Kubolak balik tubuh indahnya. Semua celah-celah yang menebar aroma kujelajahi dengan lidah, bibir dan hidungku. Aku sendiri kembali ngaceng berat.

Kini dalam tengkurap, kuangkat bokongnya. Dia yang tahu maksudku langsung nungging. Bokongnya yang masih terbungkus CD-nya langsung menantang mukaku. Pelan aku melepaskan jilatan pada tepi-tepi CD-nya. Sesekali hidungku nyungsep ke celah bokong tampan itu untuk menyergap aromanya. Hati-hati tanganku mulai menguak dan melorotkan CD-nya yang kumal itu sambil diikuti rambatan lidah, bibir dan hidungku. Uhh, lubang analnya yang dikitari lebat bulu-bulunya sungguh sangat menawan. Berkerutan menuju pusat lubang. Warnanya memerah. Dan sehat banget. Maksudku masih kenceng. Jarang disodomi. Aku langsung cium dan jilati dubur itu. Dia merintih sambil tangan kanannya berusaha meraih rambutku untuk diremasinya.

Pada puncaknya dia terbakar. Bangun dan mendorong kemudian ganti memaksa aku untuk nungging. Kupikir dia akan melakukan seperti yang aku lakukan. Ternyata dia langsung menembak pantatku. Penisnya yang gede membuat pantatku terasa pedih dan panas. Tetapi aku sangat puas. Dia muncratkan spermanya di dalam anusku.

Malam itu kami lewati dengan kembali memuntahkan spermaku ke mulutnya. Dan menjelang dia pulang ke pool dia kencingi mulutku. Dia janji akan balik lagi. Bull shit. Aku terbiasa di bohongi gay.

Aku simpan sebagian air kencingnya dalam gelas hotel. Baunya uuihh.. Sangat keras. Besoknya aku minum sambil onani. Sesudah makan pagi aku meluncur ke Dusit, Mangga Dua. Semua yang kucari, kudapatkan. Bahkan ada bonus untukku. Pedagang itu, China yang tambun. Sekitar 40 tahun. Dia mengedipkan matanya.

Aku tahu maksudnya. Akhirnya kami makan siang bersama di lantai bawah. Dia bilang tertarik padaku begitu melihat saat aku memasuki tokonya. Dia suka tampang Jawa macam aku. Bibir tebal dan kulit coklat. Dia tawarkan untuk mengantar aku ke hotel. Ah.. Ramahnya Jakarta..

Kami bergelut hingga senja. Penisnya nggak disunat. Saat di buka kelopaknya, nampak kejunya nempel pada sekeliling leher kepala penisnya. Aku suka banget. Jarang aku ketemu penis macam ini. Sebelum pulang dia juga kencingi mulutku macam sopir itu. Dan ini memang kesukaanku. Aku juga tampung ke gelas hotel. Ah.. Si China tambun.. Enak juga penismu..

Sesungguhnya aku pengin santai sama dia sampai malam. Aku tawarkan tidur saja di kamarku. Dia nggak bisa karena ditunggu istrinya. Aku maklum.

Malam itu aku iseng melihat-lihat etalase di Mall Atrium yang lokasinya tepat di samping hotel. Aku naik ke Gunung Agung. Bergaya lihat-lihat buku aku cuci mata. Aku dengar tempat ini ramai gay-nya. Muda, tua, SMU, hitam, bule dan lain-lainnya. Aku pikir benar. Nampaknya banyak pria yang luntang-lantung cari mangsa. Aku nggak selalu merespon mereka.

"Hati-hati di Atrium", begitu wanti-wanti teman priaku di Semarang.

"Mereka suka jebak kita untuk uang".

Capai nonton buku aku kebelet kencing. Duh, sesak benar toilet di sini. Orang-orang kencing berjejer. Saat itu ada orang, ah, anak SMU kayaknya. Dia tanpa sungkan ngelongok aku kencing. Ah, rupanya di sini mereka ber-operasi.

"Gede banget, Oom", dia buka bicara. "Kamu juga," jawabku sakenanya.

Saat keluar dia barengi aku. Kami ngobrol. Anak ini nampaknya agresif banget dan kalau ngomong ceplas-ceplos saja.

Dia ngajak aku naik ke lantai parkir di atas gedung. Kuikuti. Aku pengin tahu. Di atas lampu kuning temaram seperti terang bulan. Nampak logo dan neon sign hotel Aston di arah samping. Dia mengajak aku ke pojok dinding di bawah papan reklame besar. Dia bilang nggak minta uang. Bahkan mengajak makan sesudah dia dapatkan apa yang diinginkannya. Dia ingin aku nembak pantatnya, kemudian kalau sudah mau keluar air maniku dia ingin meminumnya. Supaya aku ngaceng dia urut-urut penisku kemudian di ciuminya. Aku terangsang. Dia hanya menurunkan sedikit celananya. Dia bilang kalau ada Satpam bisa cepat bangun tanpa ketahuan kalau lagi 'bercinta'. Hari ini aku sudah mengeluarkan spermaku 4 kali. Jadinya lama banget untuk bisa keluar lagi. Aku tawari bagaimana kalau ke kamarku saja. Aku bilang bahwa aku pendatang yang tinggal di hotel Aston itu. Ah.. Dia mau. Aku nggak takut. Tampangnya benar-benar anak SMU yang masih lugu.

Asep, begitu panggilannya, anak Bogor katanya. Sekolah STM Mesin di Manggarai. Wuu.. Muda banget. Lihat jari-jari tangannya masih licin. Rasanya paling 18 tahun. Kakinya, betisnya, tangannya, bibirnya, masih serba licin. Dia bilang pamannya yang ngajari 'bercinta'. Sampai ketagihan, sementara pamannya sudah pindah kerja di luar Jawa.

Aku berusaha banget untuk menyenangkan dia. Akhirnya aku yang ajak makan di restoran Aston. Dia baru merasakan makan di hotel ini. Kami ngobrol macam-macam. Aku berusaha menyelami dunianya. Tentang idola, tentang musik, bola atau panjat tebing. Ternyata dia sangat cerdas. Dia bilang suka macam aku yang lebih tua. "Sabar," katanya.

Memang benar. Aku pengin berpuas-puas dengannya. Jarang dapat anak segar macam dia. Dia mau pulang pagi. Besok minggu lIbur. Dia telpon ke rumahnya bilang tidur di rumah temannya. Ah, lelaki, biar masih mudapun sudah pinter bohong.

Aku suka ketiaknya yang sangat seksi. Malam itu berkali-kali aku kembali melumat dan menciumi ketiak itu. Dalam kamar aku merasa sangat nyaman. Leluasa, aman tanpa khawatir diintip Satpam. Kami mulai dengan berpagutan mesra. Dia macam anak gadis. Mendesah, merintih manja silih beganti.

Dia pengin mandi kucing. Dijilati seluruh detail tubuhnya.

"Pamanku paling senang," katanya.

Ah.. Tentu aku juga "paling" senang donk. Dia menggeliat-geliat saat lidahku menelusuri betisnya, pahanya dan kemudian lubang pantatnya. Ah, dasar "anak gadis". Baunya masih terasa alami. Selangkangannya yang licin mulus menjadi terminal jilatan, kecupan dan sedotan bibirku. Rambut kemaluannya masih tipis. Segar banget rasanya.

Saat mendekati klimaksnya dia bangun mendorong aku agar telentang. Dia duduki wajahku, menyapu-nyapukan anusnya ke bibirku sambil mengerang dan terus mendesah-desah.

Tangannya mengocoki penisnya hingga klimaksnya datang. Dia berteriak setengah histeris sambil menunjukkan puncratan spermanya yang sebagiannya terlempar jauh mengenai cermin kamar tidurku dan sebagian lainnya melumuri wajahku.

"Ahh.. Oom.. Oom.. Oomm.. Enak Oom.." racaunya.

Aku yang juga sudah demikian menahan birahiku langsung menubruk dan menindih tubuhnya. Aku 'entot' dia. Aku peluk dan ciumi bibir, leher dan dadanya sambil penisku terus berusaha menembusi analnya. Saat mau keluar dia mendorong bangkit aku. Dia raih penisku.

"Keluarin di mulut Asep, Oom.. Keluarin di mulut Asep, Oom.."

Sambil dia kocoki penisku yang memang sudah siap menyemprotkan spermanya. Edan anak ini. Dia minum dan jilati seluruh cipratan spermaku. Semalaman kami nyaris tidak tidur. Aku terbangun saat tiba-tiba kurasakan dia tengah menciumi dadaku atau selangkanganku. Sebaliknya kalau dia tidur aku tak mampu menahan diri untuk menggumuli ketiaknya, bokongnya, ngisepin penisnya atau apa saja yang bisa kuraih.

Pagi harinya kami makan di kamar. Aku pesan American breakfast. Nampak kami sangat kelaparan. Sebelum pulang saat dia mau kencing kuikuti. Kutadahi dalam gelas air seninya yang bening dan wangi itu. Aku bilang untuk minumanku hari ini. Dia melihatku dengan heran. Wajahnya yang bengong demikian tampan dan sekaligus cantik. Tak puas-puasnya aku memandangi dan mengagumi wajahnya 'cantik'nya itu. Ah.. Kapan kita ketemu lagi, Sep??

Sepagian itu aku banyak laporan ke bossku. Semua informasi yang diperlukan telah aku dapatkan. Dan sesuai dengan rencana aku akan pulang Minggu malam. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan sebelum pulang.

Gun Wijaya, China tambun pedagang komputer dari Dusit Mangga Dua itu telpon. Nanti malam dia pengin ngajak ke kafe LM di Jakarta Pusat. Sesaat aku mengingat-ingat. Rasanya aku pernah denger itu kafé para gay Jakarta ngumpul. Ah.. Kenapa tidak. Kusanggupi ajakan Koh Gun. Jam 8 malam dia mau jemput aku.

Bukan main mewahnya kafe LM ini. Di bawah lampu yang sangat eksotis, dua orang resepsionis yang ganteng dan ayu menerima kami. Koh Gun rupanya sudah pesan meja dengan 4 kursi.

"Loh.., kok kursinya 4?"

"Sabar Pak Koco, lihat saja.."

Belum selesai dia ngomong, ada 2 pria setengah baya mendekat dan memperkenalkan sebagai teman Koh Gun. Aku langsung tahu. Koh Gun rupanya buat acara khusus. Orgi bersama mereka ini. Ha.. Ha.. Ha.. Ahh, ramahnya Jakarta..

Memang benar cerita temanku. Kafe LM hanya dikunjungi pria. Mereka semua ini bisa dipastikan kaum gay. Ada yang bule, China, Jawa, hitam, Ambon, Arab atau turunan. Wuiihh.. Asyikk banget jadi gay di Jakarta. Serba ada. Selama 2 jam di kafe itu banyak orang-orang yang menengok ke kami juga. Barangkali mereka ini berharap bisa gabung bersama kami.

Dua orang teman Koh Gun adalah Wawan yang berprofesi" marketing eksekutip" untuk perusahaan garmen terbesar di Indonesia dan yang satunya Doddy peragawan dan anggota Dance Group terkenal, kelompok tari dan nyanyi pimpinan artis yang akhir-akhir ini juga politikus dari partai pemenang pemilu.

Mereka ini simpatik banget. Koh Guan pinter mencari teman. Lihat saja, Wawan ini, walaupun nampak badannya kerempeng, tetapi dengan dadanya yang bidang macam itu aku bisa membayangkan pasti ketiaknya lebar dan leluasa banget untuk jadi sasaran ciuman ataupun jilatan. Dan Doddy, dengan postur yang jangkung sangat menjanjikan bahwa permukaan pahanya sangat nyaman untuk jelajah lidah dan bibir lawan mainnya. Ahh.. Itu mah pandangan subyektipku.. Aku ngaceng..

Kami sepakat untuk menghabiskan malam bersama di Puncak, Bogor. Koh Gun bilang sekitar 1,5 jam perjalanan. Disana hawanya segar. Itu villa temannya.

"Aku boleh pakai kapan saja," sambil menunjukkan serentetan kunci villa tersebut.

Kita bisa main-main di dalam maupun di luar rumah, lanjutnya. Bukan main. Ini sangat surprise bagi aku yang 'bocah Semarang' ini. Ah.. Ramahnya Jakarta..

Jadinya aku tidak tidur di hotel malam ini. Sesudah melewati jalan berliku di antara pokok-pokok cemara, sekitar jam 1 malam kami baru memasuki halaman villa. Hawa dingin langsung menerpa begitu kami turun dari mobil. Terasa embun sudah turun membasahi rerumputan. Villa ini benar-benar kosong, oh.., bukan. Ternyata Koh Gun yang mengatur. Sore tadi dia telepon ke penjaganya. Dia boleh lIbur untuk pulang ke rumahnya, karena malamnya rombongannya mau datang.

Koh Gun membuka pintu dan menyalakan lampu. Woo.., bukan main. Lengkap. Dari ruang tamu, dapur dan kamar tidurnya cukup mewah. Lihat, sofanya dari kulit asli. Pasti mahal sekali.

Koh Gun langsung membuka lemari es mengeluarkan beberapa botol bier. Rupanya Wawan maupun Doddy bukan yang pertama kali ke tempat ini. Dan yang surprise lagi bagiku, mereka berdua ini langsung ber-asyik masyuk. Saling rangkul dan berpagutan. Koh Gun tertawa saja menyaksikan mereka sambil melirik padaku. Aku pengin duduk dulu sejenak. Kubuka botol bier dan kutuang ke gelasku. Sambil menyaksikan kedua anak itu. Edan. Tangan Wawan sudah merogohi gundukkan celana Doddy. Aku ngaceng.

Rupanya mereka, teman-teman baruku ini orang-orangnya pragmatis banget. Koh Gun keluar dari kamar tidur hanya bercelana kolor. Dia langsung duduk disampingku. Tangannya tak menunggu ijinku lagi langsung meraba dan meremasi gundukkan celanaku yang semakin menggunung, hangat dan keras ini. Aku tersenyum asyik. Koh Gun sangat bernafsu padaku.

Adegan Wawan dan Doddy mempercepat aliran syahwatku. Mungkin itu juga yang membuat Koh Gun begitu bernafsu. Dia sudah menarik resliting dan menarik celanaku hingga jatuh ke lantai. Dan lihat, dia nyungsep langsung ke selangkanganku. Rupanya dia akan berpuas diri dengan membuka CD alias celana dalamku dengan bibirnya.

Aku bersandar ke sofa dan mulai merem-melek menikmati rasanya dikerjain sama Koh Gun ini. Giginya menggigit pinggiran CD-ku kemudian menariknya kebawah. Tak bisa sekaligus, beberapa kali dia memindahkan giginya pada tepian berikutnya hingga berhasil menariknya ke pahaku. Penisku sudah macam Tugu Monas, ngaceng kaku dan berkilatan kepalanya menahan ledakkan birahiku. Koh Gun mulai menjilati kepalanya yang sudah basah oleh 'precum'.

Ah, asyiknyaa.. Ku-elus-elus rambutnya agar birahinya semakin terbakar. Kemudian lidahnya menjalar ke batang, ke pangkal dan sebagai selingan terkadang dia nyungsep ke belantara jembutku untuk menghirup aroma selangkangan yang pasti nikmat bagi Koh Gun ini. Aku jadi blingsatan tak terkendali. Sulit untuk tidak mengerang dan merintih. Elusan tanganku berubah menjadi remasan menahan syahwat.

Koh Gun melepasi seluruh busana bawahku agar leluasa beroperasi. Kakiku diangkat hingga rapat dengan dadaku. Hasilnya adalah wilayah analku terbuka. Dia pusatkan jilatan selanjutnya di tempat itu. Kurasakan lidah dan bibirnya yang tak henti-henti menjilat dan menyedoti. Ah, kenikmatan yang tak kurencanakan sendiri ini demikian hebatnya. Aku hanyut dalam gairah birahi yang luar biasa. Koh Gun benar-benar tahu titik-titik sensitive seorang pria macam aku.

Saat lidahnya menyapu pinggiran analku, jangan tanya lagi, aku menjerit kecil. Kegatalan yang menyergapku membuat aku bertekuk pasrah pada nafsu Koh Gun.

Untuk bisa lebih meraih duburku dia berbisik,

"Kamu nungging pegangan sofa ya, Mas," aku ikuti.

Saat aku bergerak bangun kulihat Doddy dan Wawan ternyata sedang saling mengocok-ocok penis pasangannya sambil menyaksikan tingkah kami berdua yang rupanya sangat atraktip bagi erotik mereka. Aku nungging menghadap ke jok sofa. Koh Gun langsung menerkam bokongku. Analku dia jilat dan sedoti kembali. Sesekali jari-jarinya menyodok masuk dan mengutik-utik dinding anusku. Nikmatnya membuat serasa jantungku mau copot.

Kurasakan Koh Gun berdiri, kemudian dia meludahi analku. Aku merasa bahwa Koh Gun ingin 'menembak' pantatku. Dan sesaat kemudian kurasakan tonjolan bulat hangat mendorong lubang pantatku.

"Ampunn.. Pedih banget siihh.. Dan pelan-pelan.."

Bless..

"Uuuhh.. Ampunn.. Sakiitt.."

Kog Gun tak terpengaruh oleh rintihan-rintihanku. Malahan semakin semangat untuk terus menembusi lubang yang sangat sempit ini. Dia mulai memompa pelan-pelan. Dia rubuh memelukku dari belakang sambil mencium kudukku. Pompaan penisnya men-cepat. Bles.. Bles.. Bles.. Nikmatnyaa.. Hawa dingin pegunungan yang meniup ke villa ini tak mampu menahan keringatku yang mengalir deras.

Tiba-tiba Koh Gun mencopot penisnya. Kudengar suara Wawan bergumam. Ah, rupanya mereka menggilir aku. Kurasai penis Wawan di pantatku. Sambil berpegang pada pinggulku di tusukkannya ke anusku. Bless.. Wawan mendesah. Sementara dari arah depan Doddy mendekati aku dan menyodorkan kemaluannya ke mulutku. Duh, gedenyaa..

Aku tak mampu menunda, langsung kulumat-lumat. Mulutku mengulum merasakan kerasnya otot-otot penis Doddy. Eeehh.. Rupanya Koh Gun mendekati Doddy dan mulai menciumi punggungnya kemudian meluncur turun ke bokongnya. Nampak Doddy menggeliat menahan gelinjangnya.

Aku mengocoki penisku menyalurkan kegatalan birahi. Wawan menggenjot cepat penisnya menembusi anusku. Duh, pedihnya.. Panass..

Enak benar si Doddy. Dari depan aku melumati penisnya, dari belakang Koh Gun menjilati analnya. Dia mengerang dan mendesah-desah sambil tangan kanannya meremasi rambutku dan tangan kirinya rambut Koh Gun. Terdengar paduan desahan, erangan dan rintihan kami ber-empat. Seperti orkestra Jakarta yang telah tiada itu. Sesekali bunyi kecupan keras dari segala arah. Stereo dan surround, ha.. Ha..

Rupanya ini merupakan acara perdana keberadaan kami di villa sejuk ini. Beberapa saat kemudian penis Doddy menyemprotkan spermanya ke mulutku. Panas dan guriihh.. Banget. Aku agak tersedak saat lidahku meraupi semprotan-semprotannya. Kurasakan penis manis ini menganguk-angguk 6 atau 7 kali memompa keluar air maninya. Doddy langsung rubuh bertumpu pada tepian sofa, sementara Koh Gun belum melepaskan jilatan pada anusnya sambil sIbuk mengocok penisnya sendiri.


"Ooohh.." rupanya Koh Gun juga mau memuntahkan spermanya, Lihat kocokkannya semakin cepat. Dan benar. Dia seketika berdiri sambil berteriak nyaring tetapi tertahan. Diasongkannya penisnya ke wajahku.

"Minum ini. Minum Pak Koco.., ayoo minum.., telan..," pintanya histeris.

Dan dengan sigap kuraih dan ku-emut penisnya yang langsung memuncratkan air maninya membasahi wajahku, bibirku dan masuk ke mulutku juga. Aku tegak dan jilati semua yang tercecer. Ah, tidak sampai 3 menit sudah 2 penis memuntahkan air maninya ke mulutku. Aku berkecap-kecap merasai gurihnya air mani mereka.

Menyusul kemudian Wawan yang semakin membuat panas pantatku. Dia genjot penisnya dengan cepat. Semakin cepat.., hingga kembali kudengar dia mengeluarkan auman yang mengiringi keluar spermanya. Belum tuntas seluruhnya ketika dengan cepat dia mencabut penisnya dari anusku sambil tangannya mengocokinya. Dia menarik aku agar jongkok menerima semprotannya. Aku bergegas jongkok dan mengangakan mulutku. Sekali lagi cairan kental hangat dan gurih memenuhi mulutku.

Ah, rupanya mereka telah merekayasa semua ini untukku. 3 muntahan sperma dari 3 lelaki telah menyemprot dan tumpah ke mulutku. Kompak benar.

Aku capai tetapi puas banget. Langsung aku merosot telentang di lantai parket yang terbuat dari kayu itu. Terus terang baru pertama kali ini aku ber-seks ria rame-rame. Belum pernah aku mengalaminya. Aku sungguh-sungguh mendapatkan pengalaman erotis yang luar biasa.

Kami sama-sama istirahat. Dengan setengah telanjang kami meneruskan membuka makanan yang Koh Gun pesan dari kafe dan minum bier. Semalaman kami nyaris tidak tidur, dan bagiku ini malam ke-2 yang kurang cukup tidur sesudah kemarinnya bersama Asep di kamar hotelku.

Malam pertama di Puncak kami penuhi dengan segala cara dan gaya. Dan ternyata dari mereka semua itu hanya aku yang memiliki kesukaan menelan apapun yang keluar dari tubuh pasangan seksku. Menjelang pagi, karena pengaruh minuman bier, teman-teman banyak kencing. Koh Gun mengusulkan bagaimana kalau mereka kencingi mulutku rame-rame. Aku agak sedikt tersipu tetapi dengar usulan itu kurasakan syahwatku menyala. Aku hanya memandangi mereka penuh arti sebagai jawaban persetujuanku.

Mereka rencanakan besok pagi, dimana air seni mereka sedang pekat-pekatnya, siapapun yang bangun lebih dahulu akan langsung mengencingi aku, walaupun aku masih tertidur. Aku tidak komentar kecuali tersenyum tanda tidak menolak. Ah, asyiknyaa.. Aku membayangkan nikmat birahiku yang akan menyala besok pagi. Menjelang pagi aku tak mampu menahan kantukku, tertidur..

Aku merasa seperti sedang jalan-jalan pagi di lapangan Monas saat tiba-tiba air mancur Monas menyemprot aku dengan air panasnya. Aku terkaget dan bangun. Ternyata itu mimpi pagi hariku. Saat kubuka mata kulihat sentoran air hangat itu keluar dari kemaluan Doddy. Air kencingnya yang kuning pekat menyirami wajahku. Dengan sedikit gelagapan aku teringat akan kesepakatan semalam. Ah, .. Sepertinya mereka benar-benar memanjakan aku. Dengan senyum aku menyambut semburan cairan kuning pekat yang hangat itu. Aku membuka mulutku lebar-lebar. Aku mendesah dalam batinku,

"Doddy, aku adalah urinoir-mu. Kencinglah, biar kujadikan penyegar pagi hariku".

Kuminum sebagian kencing Doddy. Dan sebagian lainnya membuat ranjangku basah dan pesing. Belum usai Doddy kencing datang Koh Gun yang hanya bercelana dalam. Dia lantas keluarin burungnya dan siap seperti di depan urinoir dia memancurkan kencingnya ke mulutku pula. Kemudian nampak menyusul Wawan dari kamarnya telanjang. Penisnya yang gede itu ngaceng hingga agak sesaat baru berhasil mengeluarkan air kencingnya. Kini genaplah tiga pancuran air kencing yang menyirami mulutku, wajahku, leherku dan bagian tubuhku yang lain. Mereka lakukan itu dengan kegembiraan penuh tawa dan canda.

Koh Gun tidak peduli akan tempat tidurnya yang akan berbau pesing nantinya. Yaa.., aku jadi ingat tulisan 'Therapi Urine' bahwa air seni itu bisa dijadikan obat alternatif. Siapa tahu aku jadi tambah sehat sesudah minum kencing mereka.

Itulah nikmat bersama terakhir di Puncak. Karena Koh Gun mesti urus tokonya, sesudah sarapan pagi kami balik ke Jakarta. Saat aku ambil kinci kamar di resepsionis, petugas hotel menyerahkan amplop surat. Katanya dari relasiku. Siapa? Kubuka. Ah si sopir taksi itu. Dia pengin ketemu lagi.

"Aku terkesan sama barangnya Oom yang gede," tulisnya. Dia mau telpon ke kamarku nanti.

Walau hanya tas cangkingan kecil, seorang room boy menjemputku dan membawakan tas kecilku itu. Mungkin dia perlu uang tip. Sesampai di kamar dia taruh tasku di meja rias, aku merogoh kantongku memberi dia 10 ribu rupiah. Kemudian tanpa buka baju dan sepatu kurebahkan badanku ke ranjang. Uh, capainya..

Ternyata room boy itu tidak langsung keluar.

"Mau pijat, Oom?".

Oo.., dia nawari aku pijat. Aku jadi bangkit,

"Kamu bisa pijat aku?," sambil aku memperhatikan anak itu.

Masih muda, mungkin sekitar 20 tahunan. Lugu. Tetapi simpatik amat anak ini, pikirku. Dia tidak menunggu jawabanku tetapi langsung jongkok melepasi sepatuku. Kemudian juga melepasi celana panjangku. Dia membiarkan aku setengah telanjang kecuali celana dalamku yang tinggal menutupi auratku. Biarlah. Kuperhatikan sosoknya.

Badannya bersih terawat dan sehat. Wajah dan sosoknya mengingatkan Syahrul Gunawan, tokoh sinetron itu. Ternyata ketika tersenyum juga mirip selebriti itu. Aku kembali berbaring telentang di ranjang. Aku jadi membayangkan Syahrul Gunawan yang saat ini mijiti kakiku. Ah, enak juga pijitannya. Aku hampir tertidur ketika aku merasakan geli pada kakiku. Ketika aku membuat mata kulihat Syahrul ini mengulum jari-jari kakiku dengan penuh nafsu. Saat itu aku kaget dan hampir menarik kakiku. Tetapi aku kasihan sama Syahrul ini. Kubiarkan.

Dia nampaknya sangat terobsesi padaku. Dan aku merasakan betapa syahwatku langsung terbakar. Dia melihat aku bangun. Saat tahu aku tak menolak kulumannya, dia semakin meliar sambil mulai memperdengarkan desahannya. Dia begitu menikmati jari-jari kakiku. Sambil mengelusi betis-betisku dia juga menjilat dan menciumi telapak kakiku. Aduuhh.., nikmatnya serasa naik ke ubun-ubunku. Penisku jadi ngaceng berat. Kuelus-elus kepalanya. Syahrul nampak mengunggu elusanku itu. Dia kembali mendesah.

Nafasnya kudengar memburu. "Oomm, Oom, Oom, mmhh.. Mmllpp..," dia meracau.

Matanya setengah merem. Kepalanya bergulir kekanan dan kekiri saat meratai jilatannya ke telapak-telapak kakiku. Aku semakin merinding. Anak ini sangat pintar membangkitkan gairah nafsu birahiku. Ciumannya bergerak ke atas. Ke betisku. Dia juga menggigit kecil saat menemui rambut-rambut kakiku. Dia juga mencakar-cakar kecil betisku menahan gelora birahinya.

Tangannya kini tak sabar merabai selangkanganku dan kemudian gundukkan celana dalam yang berisi penisku yang sudah sangat mengeras. Aku lebih baik diam meraskan nikmatnya. Kubiarkan Syahrul manis ini melampiaskan nafsunya. Dia meremas-remas kemaluanku. Sementara itu gigitan dan jilatannya sudah melwati lututku dan kini mulai masuk ke wilayah pahaku. Aduuh.., bukan main dan.. Betapa aku terangsang.

Aku kini merintih dan mendesah-desah. Tak tahan merasakan lidah lembut si manis Syahrul ini. Kenapa dia begitu berkobar nafsunya?

Dan sesudah bermenit-menit puas menciumi pahaku, Syahrul mulai merambati selangkanganku. Dia ' nyungsep' di pangkal pahaku. Kudengar dia menarik dalam-dalam nafasnya untuk menghirup bau selangkanganku. Ah, anak ini, kenapa dia begitu 'hot'?!

Dia ciumi celana dalamku. Dia hisap-isap penisku di balik celana dalam ini. Aku merasakan betapa aku menggelinjang nikmat. Kuelusi dan sesekali kujambak rambutnya. Dia semakin bersemangat. Tangannya kini meraih ketepian celana dalamku, merogoh dan menarik keluar penisku. Mulutnya langsung mencaploknya. Dia melumat-lumat bijih dan seluruh batang kemaluanku. Kepalanya bergeser naik turun mendorong lidahnya yang menjulur kelantai pori-porinya.

Aku tak mampu untuk tidak mendesah dan merintih. Kenikmatan ini sungguh tak bertara. Syahrulku ini ternyata benar-benar jago kecil yang mampu mendongkrak libidoku. Aku tak tahan lagi. Aku bangkit dan kuterkam dia. Kurebahkan dan ganti, Kini aku yang aktif menjilat dan menciumi tubuhnya. Aku seakan macan lapar yang melahap kijang lembut mangsa tangkapanku.

Dia menyerah pada apa mau nafsuku. Dia ganti pasif merasakan ciuman-ciumanku pada tubuhnya.

"Ah, Syharuull.., begitu harum dan manis ketiakmu, dadamu, perutmu, selangkanganmu. Ah, Syahrulkuu.., sini.. Biar aku jilati seluruh bagian tubuhmu. Biar aku nikmati segala keringat-keringatmu. Biar aku lumat-lumat tubuh indahmu."

Kubolak-balik tubuhnya. Kusedotin bagian-bagian sensualnya. Dan aku paling suka menciumi lubang pantatnya. Aroma lubang pantat sangat cepat merangsang syahwatku. Lidahku menusuk-nusuk lubang itu seakan ingin meraih apa yang ada di dalamnya. Terkadang kubawa rasa sepat-sepat lengket ke mulutku. Itu yang biasa disebut sebagai semen anus. Sungguh nikmat merasakan semen anus Syahrulku.

Dan akhirnya dia minta aku memasukan kemaluanku ke anusnya. Dia ingin aku melakukan seks anal padanya. Dia pengin merasakan tusukan penisku di anusnya. Dia mau aku pisa memuntahkan air maniku ke lubang pantatnya. Kuturuti. Ini memang satu hal yang paling kusukai.

Saat kemaluanku mulai membelah lubang pantatnya, Syahrul menjerit kecil. Saat kemaluanku mulai merasuk amblas ke lubangnya, Syahrul mendesah nikmat. Saat itu kurasakan cengkeraman otot-otot dinding anusnya sangat legit menjepit penisku. Ampuunn.. Enaknya.. Sesudah itu, pantat si manis itu mulai menggoyang menjemput penisku. Sekali lagi, kurasakan nikmat hingga ke-ubun-ubunku.

Kudengar Syahrul meracau,

"Enak banget, Oom, enak banget penis Oom, yaa.. Enak banget penis Oom.., keluarin di dalam ya Oomm..," maksudnya biar aku keluarin air maniku di lubang pantatnya itu.

Suara racaunya sangat merdu di telingaku. Dan suara racau itu yang kemudian membuat gejolak syahwatku langsung melonjak. Kupacu penisku memompa anal Syahrul. Aku ikut meracau juga,

"Enak pantatmu Rul, enaakk.. Wangi banget duburmu Rul, wangii..," dengan gemetar dan menggigil racauku keluar dari mulutku.

Aku sungguh didera nikmat syahwat yang luar biasa. Melihat Syahrul anak manis tergoncang-goncang menerima tusukan penisku, mendorong spermaku untuk merambati menuju klimaks nikmat. Aku merasakan betapa saraf-sarafku menyongsong akan kehadirannya air maniku mengalirinya. Dan aku memang tak mampu menahan lebih lama.

Saat menjelang muncrat kurenggut rambut Syahrul. Kutarik seperti menarik surai kuda. Kuhentakkan penisku ke lubangnya. Dan dengan kedutan-kedutan yang begitu nikmat, tumpahlah air maniku. Syahrul merasakan kedutan-kedutanku itu,

"Oom. Enaakk.. Oom, Oom, Oom, oohh.. Oom..".

Sesaat sesudahnya, sebelum kedutanku usai, dengan cepat dia melepaskan penisku dari anusnya dan berbalik. Dia raih kemaluanku dan di kulumnya. Dia mereguk dan membasahi tengorokannya dengan air maniku. Kulihat cairan kental lengket itu belepotan membusa di sekitar mulutnya. Sebagian nampak meleleh ke dagunya. Aku tahu nafsu panas macam Syahrul ini. Lelehan sperma di dagunya kukais dengan jariku. Kusodorkan ke mulutnya. Dia emut-emuti jari-jariku untuk membersihkan dan menelan habis lendir putih kentalku itu.

Syahrul di kamarku hingga sore hari. Dia mendengar tentang aku dari kawannya Asep yang aku temui dan kuajak ke kamarku kemarin. Aku jadi tahu, bahwa dia bukan room boy hotel. Dia memang menunggu aku.

Dia penasaran mendengar kenikmatan yang didapat Asep dariku. Dia ingin aku memasuki pantatnya sebagaimana yang dialami Asep. Cerita Aseplah yang membuat Syahrul ini seperti kesetanan padaku. Aku ajak dia makan di restoran sebelum pulang. Dan hebatnya, dia tak mau menerima uangku. Dia senang saja berteman dengan aku. Dan berharap kalau nanti aku ke Jakarta lagi agar menghubunginya. Dia serahkan nomer HP padaku.

Besok pagi aku meninggalkan hotel ini. Demikian banyak yang kudapatkan dalam kunjunganku ke Jakarta kali ini. Urusan pekerjaan kantorku beres, urusan senang-senang beres. Aku juga mendapatkan banyak kawan baru yang tak membuatku khawatir sewaktu-waktu aku berkunjung ke Jakarta lagi. Kawan-kawan yang saling memberik dan menerima nikmat. Para lelaki tulen yang saling mengincar kepuasan dari kawan sejenisnya.

Ah, ramahnya Jakarta..

Aku mulai melipat-lipat pakaian kotorku. Aku melihat kembali tiket keretaku yang telah kubeli untuk pulang pergi dari Semarang. Sekitar jam 9 malam bosku telpon dari Semarang untuk mengecek rencana pulangku. Inilah malam di Jakarta dimana aku bisa benar-benar tidur lelap.

TAMAT

12/23/2011

Download Video Bapak-bapak [bule] (HD Q)

----------
1.
Mature Gay Daddy - Oldermen
Lihat Cuplikan

Size: 44,11 MiB
Duration: 00:11:20
Type: avi
Video: 400x300

http://b93d3059.youfap.me Gay Daddy - Oldermen.rar
atau
http://6a5dafc1.youfap.me Gay Daddy - Oldermen.rar
pass = bear2bear
---------

2.
Real Men 6: DADDY CHAIN

12/19/2011

Cerita Pilihan dari Blog Tetangga

2011/12/22


Kehidupan 3 Pria Dewasa
Seorang pria sederhana dengan hidup yang monoton, dikelilingi seorang istri dan 3 anaknya. Berangkat setiap pagi ke gym terus ke kantor dan pulang kembali setelah jam 7 malam. Begitu setiap harinya. Sehari-hari tampil segar, walaupun kadang terlihat stress dalam waktu-waktu tertentu. Iman, biasa dipanggilnya, sedang mengalami kericuhan rumah tangga. Istrinya terlalu sibuk mengarungi kehidupan pribadi yang semarak dengan teman-teman lamanya, sehingga terjadilah perselingkuhan yang tidak dapat dicegah lagi. Bukan karena kesepian, bukan karena tidak diperhatikan dan bukan karena orang ketiga. Tetapi masalah kehidupan seksual yang minim diterimanya dari Iman.


Dengan Pak Suky
Kejadian ini kualami tanggal 30-09-2009 habis Lebaran. Pagi itu aku dijemput Pak Suky dengan motornya di daerah Aneka Subur Jatake Tangerang. Aku kenal dia lewat salah satu situs internet gay dari hp-ku. Sesampai dikontrakannya aku langsung masuk. Didalam kulihat laki - laki 33 tahun ini sedang membuka jaket dan helmnya. Buset wajahnya sangan tampan dengan potongan rambut pendek dan wajah agak gemuk. Akhirnya keinginanku untuk mengentotin bapak - bapak sebentar lagi akan terwujud. Pak Suky tiduran di tempat tidur dan aku langsung menyusulnya.


Papaku Gay
Papaku mabuk berat. Dia diantar teman kerjanya sampai ke rumah. Mama tengah keluar kota selama beberapa minggu. Kulihat papa sempoyongan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Temannya kewalahan menahan tubuh papa yang besar dan tegap. Di dalam kamar papa di baringkan terlentang. Teman papa membuka baju dan celananya agar leluasa bernafas. Aku memperhatikannya lewat pintu yang sedikit terbuka. Entah kenapa aku bernafasu melihat tubuh papaku. Aku mengaguminya.

Ku lihat teman papa membuka kaus dalam papa. Tangannya meraba-raba dada papa hingga ke bagian perut. Dengan perlahan aku memperhatikan dan mendekat ke arah pintu. Aku melihat teman papa mengelus-elus kemaluannya. Dan aku bisa melihat kalau barang papa saat ini dalam keadaan tegang. Jantungku mau copot rasanya. Seluruh persendianku melunglai. Aku kembali memperhatikan teman papaku yang mengelu-elus kemaluan papa. Lalu tangannya meraba di bagian bawah perut. Mengeluarkan isinya dari celana dalam. Jantungku semakin tidak menentu. Aku melihat kontol papaku yang mencuat tegang dengan rambut-rambut yang hitam lebat. Teman papa mendekatkan wajahnya ke arah kontol papa. Lalu menjilatinya dengan perlahan. Papa hanya menggeliat. Sontak saja kontolku menegang hebat.

2011/12/18

Jangankan bergaul dengan para tetangga, mengobrol dengan teman satu kost pun jarang sekali kulakukan. Bukan apa-apa, kegiatanku sehari-hari...

“Pak, ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar, melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru aku beli ke atas kasu...

Aku ML Dengan Papa Temanku
Awalnya sih tidak sengaja. Sudah lama aku mengagumi papa sahabatku, Benny. Sosok laki-laki jantan dengan tubuh kekar dan dada berbulu. Sia...

7/25/2011

Impian seorang Duda

Malam ini aku benar-benar tersiksa dengan hasratku yang semakin menggebu. Aku mulai mempreteli pakaianku sendiri lalu telentang di atas tempat tidurku dengan membentangkan kedua tanganku, sehingga milikku yang 14 cm bisa bergerak bebas. Aku memejamkan mata sambil perlahan mendesis-desis menyebutkan sebuah
nama, Yusuf. Sudah lama aku berpisah dari dia. Why? Aku sendiri tidak tahu pasti, hanya
saja dari gosip yang kudengar kabarnya dia mengejar-ngejar khayalannya untuk
mendapatkan cowok yang tidak disunat alias uncut alias masih punya kulup atau apa lagi
sebutannya. I don't care. Yang jelas aku sudah menjadi duda dari priaku sendiri dan
malam ini aku sendirian dengan hasratku yang kian memuncak ingin mendapatkan
kehangatan dari seorang lelaki.

Oh, Mas Yusuf, look at me honey. Aku merindukanmu, mas. Dan biasanya dengan keadaan begini aku baru bisa tertidur setelah mengocoknya dan memuntahkan lavanya yang tidak senikmat di saat memadu kasih berdua dulu. Pagi itu aku baru bangun jam tujuh. Untung hari Minggu. Rumah kontrakan yang kutempati
agak terpencil dari rumah sekitarnya. Dengan masih telanjang bulat, aku dengan malas
bangkit berdiri menghampiri remote TV, menyalakan siaran berita yang sudah hampir
berakhir. Ya, aku terbiasa di rumah dengan hanya memakai celana dalam atau celana
pendek saja. Itu karena hasratku yang sangat tinggi. Bahkan aku masih punya harapan
jika saja tiba-tiba ada maling masuk atau orang kesasar sekalian saja aku akan
mengajaknya untuk melakukan sex.

Gila memang. Dan bayangan Yusuf selalu hadir di setiap sudut rumahku yang dipenuhi dengan foto-fotonya dan fotoku. Aku menyalakan kompor gas, memanaskan air untuk minum. Lalu dengan malas aku berbaring lagi di atas tempat tidur. Remote TV kupencet-pencet terus tanpa tahu mana yang akan kutonton.
Hampir semua stasiun TV menghadirkan kartun anak-anak. Uh.. Mas Yusuf. Sampai
kapan aku harus dibayang-bayangi cintamu, mas. Aku ingin mencintai orang lain lagi.
Aku meraih pena lalu kutuliskan di atas selembar kertas HVS. When will I feel your dick
in my ass again?

Kembali aku melamun menikmati siaran TV. Tanpa peduli dinginnya
pagi, aku masih tetap telanjang di atas kasur. Lalu aku berbalik menatap langit-langit
kamar yang bercat putih. "Kring.." dering telepon membuyarkan lamunanku. Aku
meraihnya. "Siapa?" tanyaku dengan malas. "Hai, Man. Kamu lagi ngapain sih? Baru
bangun, ya?" suara di seberang terdengar sambil ketawa-ketawa. "What's so funny?
Cengengesan saja. Siapa nih?" aku mengomel. "Aduh, masa lupa Man. Aku
Bambang." "Oh, Pak. Maaf. Dikirain siapa. Maaf sekali, Pak. Ada apa telpon pagi-pagi
sekali." aku merubah posisi duduk di atas tempat tidur. "Ngga papa kok. Pagi ini aku mau
ngajak kamu jalan-jalan. Ada acara ngga?" "Jalan-jalan..," aku berpikir sebentar, "Jam
berapa, Pak?" "Sekarang." "Sekarang? Aduh, bagaimana nih Pak. Aku.. aku.." "Ok,
begini saja, sampai kapan aku harus menunggu di depan pintu rumah kamu?" "Oh my
god!" aku berteriak, "Sebentar, Pak."

Tanpa berpikir panjang, aku membanting gagang
telepon. Lalu meraih handuk yang menggantung di paku, lalu melilitkannya di tubuhku
sekenanya. Bergegas aku menghampiri pintu depan. "Maaf, Pak. Masuk. Kenapa tidak
ketuk pintu saja?" Aku mempersilakan Pak Bambang duduk. Dia hanya tersenyum
sambil menghampiri kursi depan. Dengan santai dia menatapku yang masih memegang
gagang pintu dan bertelanjang dada.

"Kamu sedang apa, Man?" tanyanya sambil tetap mengumbar senyum. "Euh.. maaf." Aku baru sadar menutupkan pintu dan duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Pak Bambang. Dia itu sebenarnya tetanggaku yang tinggalnya beberapa rumah dari sini dan bekerja di sebuah BUMN. Dia kebetulan
masih membujang di usianya yang hampir mencapai 40. Tanpa sadar aku duduk dengan
membuka kakiku agak lebar sehingga dengan jelas dia bisa menyaksikan burung kecilku
bernyanyi di pagi itu. "Euu.. kamu.. sedang mandi, kan?" dia bertanya gugup sambil
sesekali melirik ke arah burungku tadi, tetapi aku tidak memperhatikannya. "Tidak.
Sedang nonton TV, Pak." "Eu.. lalu.. ah, tidak. Lupakan, ya."

Matanya kini tidak bisa memalingkan lagi dengan tatapannya yang terpaku pada burungku itu. Aku baru sadar.
Tetapi dengan cepat, hadir pikiran jelekku. Aku ingin memperlihatkannya. Maka dengan
perlahan burung di dalam handukku itu mulai mengeras dan mengacung-acung. Aku
memerhatikan reaksinya. "Pak. Mau ajak saya jalan-jalan kemana sih?" Aku kini
membuka lebih lebar lagi kakiku. "Anu.. aku.. sa.. aduh.. kenapa sih?" Dalam hati aku
tertawa geli. Pak Bambang tampak menahan air liurnya. Tetapi tiba-tiba dia berdiri dan
menghampiriku, lalu duduk di sampingku. "Kau.. tolong buka handukmu." Hah! Pak
Bambang menyuruhku membukanya? Aku menatapnya lekat tidak percaya. Dia
membalas menatapku, tetapi kemudian dia justru menjambak handukku dan
mencampakkannya di atas lantai hingga aku kini aku telanjang kembali. Walau kaget,
tetapi aku justru mempertontonkan batang kelaminku yang kata Mas Yusuf sangat
indah.

"Oh.." Dia merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Tangannya meraih batang
kemaluanku sementara kaki kanannya menyilangkannya di atas kakiku. Aku kini benar-
benar dalam kendalinya. Bau harum minyak wangi sepertinya membiusku untuk terus
melayani dia. Tiba-tiba, "Pak!" tanganku menahan tangannya yang hendak meraih
batangku. "Apa maksud semua ini?" aku menatapnya. "Aku ingin menikmatinya, Man."
Tegukan air liurnya jelas terlihat. "Maaf, Pak. Aku tidak mau melakukannya jika bukan
karena cinta." Aku berlagak menjual mahal. Padahal aku tahu sendiri kalau selama ini
punya angan-angan cowok sejahat apapun kuperbolehkan menikmati tubuhku akibat rasa
kesepian yang berkepanjangan. "Kau tahu maksudku mengajakmu jalan-jalan?" Aku
menggeleng. Dia mendekatkan wajahnya di wajahku. "Aku ingin mengatakan sesuatu.
Aku.. mencintaimu sudah lama, Man." Aku sekarang jadi tertunduk. Harus kukatakan
apa lagi? "Gimana, Man? Please. Aku sangat tergila-gila sama kamu."

Aku kembali mengingat-ingat usaha-usaha pendekatan dia kepadaku selama ini. Mengapa dia selalu
mentraktirku makan siang saat jam istirahat. Kebetulan memang kantorku bersebelahan
langsung dengan kantornya. Dia juga sering mengajak jalan bersama sekedar nonton atau
shoping atau juga menikmati kesenangannya seperti aku main games di Matahari. Aku
tersenyum. Lalu menatapnya penuh arti. Dia terlihat memasang wajah yang membuatku
menjadi iba. Tanganku meraba selangkangannya yang rupanya sudah menegang dari
tadi. "Pak Bambang mencintaiku?" Dia mengangguk. Tanpa diminta aku mendaratkan
ciuman manisku di bibirnya. Dia hampir berteriak girang lalu merangkulku dan
memelukku erat. "Makasih, Man. Aku sudah mendambakan seperti ini tapi selalu gagal.
Dan satu, aku belum pernah melakukan sex dengan siapa pun." Aku tidak menghiraukan
omongannya yang jelas aku menikmati pelukannya yang selalu kukhayalkan dan
kudambakan.

"Wuing.." bunyi teko air di atas kompor gasku. "Aduh, Pak. Aku sedang
masak air. Sebentar, aku buatkan kopi dulu, ya!" Dengan malas dia melepaskan
pelukannya dan berkata, "Ya, ok. Tapi ngga usah kopinya." Aku bangkit menghampiri
handukku, tetapi setelah kupegang, aku memutuskan untuk telanjang saja pergi ke dapur
mematikan kompor. Aku membuatkan segelas kopi dan membawakan makanan ringan
yang selalu tersedia di rumahku. Oh, my god. Aku terbelalak menyaksikan Pak Bambang
yang sudah telanjang bulat menghampiri pintu dan menguncinya. Saat dia berbalik aku
semakin terbelalak menyaksikan indahnya tubuhnya. Untung saja kopi tidak sampai
jatuh. Aku menaruhnya di atas meja. Tiba-tiba dia menerkamku seperti orang kehausan
seks. "Man. Lebih baik suguhi aku dengan cintamu." Dia memelukku sambil berdiri.
Tanpa dikomando lagi aku langsung menyambar bibirnya yang dihiasi kumis lebat di
atasnya. Aku memagutnya dengan rakus begitu juga Pak Bambang. Tetapi gerakan dia
terkesan dipaksakan dan aku mengerti untuk ukuran intensitas sexnya yang masih nihil.

Dia kembali menjelajahi tubuhku dengan tangannya yang jahil. Wangi harum tubuhnya
membuatku semakin terangsang dengan hebat. Dengan napas terengah-engah, dia
memandangku sayu penuh kenikmatan. "Man, tidur yuk?" pintanya sambil menatap
manja. "Gendong dong, Mas." jawabku. Aku mulai berani memanggilnya Mas, yang
terkesan mesra sekali. Sekali rengkuh, aku dibopongnya menghampiri tempat tidurku
yang masih acak-acakan dan TV masih menghadirkan kartun anak. Dia
mematikannya. "Semalam habis ngapain, sayang?" tanyanya. Dia mulai menindihku.
Tanganku meraih bidang dadanya lalu mengusap-usap seluruh dada dan perutnya. "Aku
semalam tidur telanjang, Mas. Ingin digagahi." ujarku dengan jujur. Dia tersenyum. Lalu
menekankan senjata kejantanannya yang berukuran raksasa dan aku sangat
menyukainya. Perlahan tubuhku bergerak menikmati tekanan senjatanya yang terasa
nikmat. "Man. Walau belum pernah melakukan tapi aku sering nonton film porno gay.
Boleh aku lakukan sama kamu?" pintanya sambil menatapku dengan mimik wajah
memohon. Aku menganggukkan kepala sambil membenamkan wajahku di dadanya yang
tercium harum sekali.

Perlahan dia bangkit. Lalu mulai menciumi tubuhku sementara tangannya menjalari bagian tubuhku yang paling sensitif. Setelah puas, dia menghampiri bibirku. Kembali dia melumatnya dengan rakus. Tetapi saat itu tanganku sudah tidak tahan untuk meraih senjata ampuhnya yang selalu kuidamkan. Saat itu, dia melirik ke
arah telpon yang disampingnya terdapat kertas HVS dengan tulisan yang cukup besar.
When will I feel your dick in my ass again? "Kamu mau sekarang, sayang?" dia
membisikkannya. Aku menatapnya tidak mengerti. Dia meraih kertas itu, dan kemudian
baru aku tersenyum. "Nanti saja, Mas. Aku masih ingin digagahi." Dia kini mendekatkan
kejantanannya di mulutku. Aku dengan sigap meraihnya lalu melahapnya. Cukup repot
juga, batang kelamin yang berukuran sebesar itu kumasukkan hingga terasa susah sekali
bernapas. Tanganku juga sibuk mulai mengocok kelaminku sendiri. Dia melenguh
panjang menari-nari begitu erotis. Lama aku mengemut dan menyedot-nyedot senjatanya
hingga aku merasa puas dan mulai mendorong tubuhnya. Aku bangkit berdiri dan
mendorong dia rebah di atas tempat tidurku. Aku mengangkangi senjata besarnya yang
tegak berdiri dan mulai membuka kakiku supaya batang kelaminnya bisa masuk di
anusku. Dengan cepat aku meraih Citra lotion dan kulumuri barangnya, begitu juga pintu
anusku. Lalu perlahan aku mengarahkan batang kejantanannya ke anusku. "Oh.. " aku
melenguh saat batangnya mulai memasuki anusku yang sudah tidak perawan lagi.

Ternyata tidak mampu begitu saja melancarkan senjata ampuhnya untuk masuk, bahkan
terasa sakit. Perlahan lagi dan lagi hingga kini setengahnya yang masuk. Pak Bambang
memegangi tubuhku supaya tidak limbung. Aku berhenti sebentar untuk menikmati
kehadiran batang kejantanannya di anusku. Oh, indah sekali. Kembali aku menekan
pantatku turun hingga mempunyai inisiatif untuk menekannya sekaligus. "Awww.. uh..
oh.." aku menjerit saat senjatanya sudah masuk semua hingga ujung pangkalnya. Besar
juga sehingga terasa sesak anusku. Tanganku menjelajahi dadanya yang bidang dan
pantatku mulai kugerakan naik turun perlahan. "Ah.. indah. Nikmat sayang. Terus.." dia
meracau. Aku mulai mempercepat goyanganku hingga naikku agak tinggi. "Uhh.." aku
kembali melenguh lagi menikmati kenikmatan yang tiada tara yang belum pernah
kudapatkan bahkan dari Yusuf sekalipun. Tiba-tiba kedua tangan Pak Bambang
memegangi pantatku lalu menaik-turunkan pantatku itu hingga terasa kenikmatan itu
sampai ke ubun-ubun.

Kelaminku yang sudah sangat tegang menikmati nikmatnya cinta.
Pak Bambang mulai terasa berdenyut-denyut dan aku tahu saat itulah aku akan mencapai
puncak kenikmatan. Seiring dengan semakin cepatnya gerakan yang dibuat tangan Pak
Bambang begitu pula kelaminku semakin terkonsentrasi untuk ejakulasi. Hingga
akhirnya, "Ahh Bapak.. Mas.. Bambang.. Oh.." Aku merebahkan tubuhku ke belakang
saat semburan demi semburan bermuntahan di atas tubuh Pak Bambang hingga kulihat
ada yang sampai rambutnya. Rupanya Pak Bambang tahu kalau saat itu aku tidak bisa
berada di atas lagi karena tidak kuat lagi, maka dengan tidak mencabutnya dari anusku,
dia merubah posisi menelantangkan tubuhku di atas tempat tidur, sementara dia
menggoyang pinggulnya maju mundur dengan merentangkan kedua kakiku.
Goyangannya semakin cepat sambil meracau. "Fuck harder.. fuck.. oohh.." Dia semakin
bersemangat saat melihat usahaku untuk menggoyangkan pantat dan tersenyum
melihatnya. Sambil melakukan gerakan maju mundur yang semakin cepat dia
membisikkan sesuatu, "Man. Aku keluarin di dalam atau di luar?" "Di dalam saja, Mas.
Aku ingin merasakannya." "Ok. Here you go.." Dia memompanya semakin keras. Dan
saat itu aku merasakan keringat tubuhnya sudah membanjiri tubuhnya. Dengan terengah-
engah, di goyangan-goyangan akhir, dia menyeringai sambil menekankan pantatnya
dalam-dalam ke dalam anusku. "Aahh.. Hilman.. oohh.. sayangku." dia berteriak sangat
keras. Aku merasakan dan menikmati semburan kenikmatan yang dimuntahkan di dalam
anusku. Terasa sangat banyak dan mungkin saja akan meluap hingga keluar. "Ohh.. oh..
oh.." desahnya. Terengah-engah dia mengangkangi tubuhku. Bergetar tangannya
menahan berat tubuhnya supaya tidak menindihku. Tetapi aku justru menariknya, hingga
kini sangat rapat dan memang berat dengan batang kejantanannya masih di dalam
anusku. Aku menikmatinya dan terasa lengketnya air mani yang kusemburkan tadi di
tubuhnya kini juga menghiasi tubuhku.

Lama aku dan dia menikmatinya hingga dia akhirnya menggulingkan tubuhnya di sampingku tanpa melepaskan senjata cintanya dari anusku. Aku yang melarangnya. Dia mendekapku erat. Lalu mebisikkan kata-kata
cinta. "Hilman. Pengalaman terindahku dan pertama yang pernah kunikmati. Aku dulu
hanya bisa mengocok atau sama bantal guling sambil nonton film gay. Thanks ya." Dia
mengecupku mesra. Aku memeluknya. "Mas Bambang. Sebenarnya aku masih trauma
setelah putus sama pacarku dulu. Aku takut Mas Bambang akan meninggalkanku sama
halnya dengan dia." "Jangan berpikir begitu sayang. Aku tidak seperti itu. Kau tahu aku
kenapa belum juga kawin? Atau aku tidak melakukan dengan cowok mana saja? Karena
aku justru mencari orang yang benar-benar sesuai dengan kemauanku. Kau buktinya. I
love you, honey." Aku semakin mempererat pelukanku. Sementara batang kemaluan dia
yang sudah mengecil kembali terasa lepas dari anusku. Ada semacam kekosongan kini
yang tadi terisi dengan barang ampuhnya. Dan saat itu aku membisikkan untuk
menikmati babak kedua yang ingin kunikmati lebih seru dari tadi. Aku memutuskan
untuk memesan Pizza saja sebagai makan siang daripada harus keluar dari ruang tidurku.
Hari itu, aku dan Pak Bambang melakukan sex hingga empat kali sampai tengah malam.
Seperti makan siang, makan malam pun kita pesan yang sama. Pizza. Sejak saat itu setiap
hari kita melakukan sex dengan keinginan masing-masing yang menggebu. Aku sangat
mencintai Pak Bambang. Dan kini bayangan Yusuf yang mencari cowok belum disunat
mulai hilang. Aku tidak mau tahu lagi, apa dia kini sudah mendapatkannya atau belum. I
don't care.

-------------------------

7/15/2011

Khayalanku

Mengkhayal.., meremas-remas, mengocok-ngocok, mengisap-isap, menjilati batang kontol yang besar dan panjang dengan biji totong yang besar menggantung sambil memeganginya meremas-remasnya dan sementara itu aku terus membasahi batang kontol yang besar dan panjang tersebut dengan air ludahku dari kepala kontol yang besar merah sampai pangkal batang kontol tersebut.

Mengelus-elus jembut-jembut yang lebat, hitam dan ikal, menjilatinya hingga basah hingga lidahku terus naik ke dada laki-laki yang aku khayalkan dan berakhir dengan croott.. crott. croott, muntahan air maniku di sprei, di saat aku menghayalkan perbuatanku saat itu pula tanganku meremas-remas totongku yang besar dan panjang hingga baru kusadari saat aku mendengar suara tawa begitu jelas walaupun pelan, akhh.. Ya ampun Pakde Sarwo, jelas aku terkejut melihat laki-laki tersebut sudah berada di depan pintuku. Akh, bodohnya aku kenapa bisa lupa menguncinya.

Pakde Sarwo berjalan mendekatiku, duduk di sampingku sambil tersenyum.

"Nikmat yah", ucapnya membuatku tersipu malu.
"Kapan datang Pakde?", tanyaku mengalihkan perhatiannya.
"Siang tadi"
"Lho, terus kemana? Kok tadi tidak ada siapa-siapa di rumah?"
"Pergi sama Bapak mu jumpai teman" jawab Pakde sambil tersenyum lagi.
"Wah jahat tidak ngajak-ngajak", protesku.
"Mau Pakde ajak?"
"Ke mana?"
"Menghayal" ucap Pakde tersenyum dan tangannya yang penuh dengan bulu tersebut meraih kontolku yang telah kututupi dengan kain.
"Ah, Pakde, genit ah", ucapku memukul tangannya namun laki-laki tersebut tetap memegang batang kontolku erat.

Pakde membuatku tersipu malu namun laki-laki tersebut malah tersenyum dan aku membiarkan tangannya yang sekarang langsung memegang kontolku dan meremas-remasnya.

Remasan tangannya membuat kontolku menjadi besar dan memanjang kembali berdiri tegak menantang, aku menatap Pakde yang tersenyum, kujamah kontolnya, kurasakan, kuremas-remas, Pakde hanya tersenyum saja dan membiarkan tanganku yang terus meremas-remas totongnya hingga akhirnya retsleting celana Pakde ku buka, dan kini tanganku merasakan kontol Pakde yang sesungguhnya, gila.. Begitu besar dan panjang.

Kontol Pakde sudah aku keluarkan dari lobang retsleting dan betul-betul menakjubkan kontol Pakde ucapku, melihat batang kontolnya yang besar dan sebagian batangnya dipenuhi jembut-jembut hitam dan ikal. Aku menatap Pakde lagi, laki-laki tersebut begitu serius mengocok-ngocok kontol ku, merenggangkan batang kontolku dengan kedua tangannya. Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kontolku, tangan kirinya meremas kedua biji totongku sambil menariknya. Akhh.. Desahku keenakan sambil berkali-kali menarik nafas panjang agar aku tidak dengan cepat memuntahkan maniku.

Rangsangan Pakde yang membuatku kegelian sekaligus merasakan kontolnya yang besar dan panjang tersebut membuat ku semakin bersemangat dan mendekatkan kepalaku kearah kontolnya yang luar biasa besar dan panjang tersebut. Aku langsung menelan batang kontol Pakde, laki-laki tersebut ternyata membiarkan kontolnya kuisap-isap, kujilati kepala totongnya, batang kontolnya dan kulumat lagi, kutarik dengan bibirku, kutahan beberapa saat batang kontolnya dalam mulutku dan kujepit.

"Akhh.. Akhh.." Desah Pakde, keenakan.
"Terus.. Wan.. Lagi.. Lagi..", aku menjadi semangat dengan kata-kata Pakde. Dan desahannya terus keluar sambil sesekali menjilati bibirnya sendiri.

Permainan Kami terus berlanjut dan Pakde membuka seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat, Akhh, badannya atletis, tegap dengan otot-otot bisepsnya di dada dan pangkal lengan. Pakde memelukku, menciumiku, mencumbuiku, Akhh.. Ternyata laki-laki ini begitu mahir dengan cumbuannya, melumat bibirku hingga memasukan lidahnya ke dalam mulutku dan ku sambut dengan lidahku, Kami melakukannya berkali-kali, tanganku terus meremas batang kontol Pakde, dan ini bukan hayalan tapi kenyataan.

Tangan Pakde meremas-remas pantatku, menarik-nariknya dan sesekali memukul pantatku dengan kuat, sensasi yang kudapatkan dari sekedar hayalan yang baru saja aku buat.

Aku kembali menelan batang kontol Pakde, akh.. Rasanya belum puas dan sekarang aku bebas untuk melakukannya, aku bisa melihat besar dan panjangnya batang kontol pakde dengan jelas dan jembut-jembut yang lebat, hitam dan ikal. Batang kontol Pakde ku lumat habis hingga ke pangkalnya, untuk beberapa saat aku membetot batang kontol Pakde di dalam mulutku, sambil tanganku yang lain meremas biji totongnya yang sebesar telor ayam kampung tersebut.

Aku tarik-tarik, Pakde mendesah keenakan dan memintaku untuk meneruskannya. Lidahku mulai menjulur dari kepala kontolnya yang besar dan merah tersebut hingga pangkalnya kujilati hingga batang kontol Pakde basah dengan air ludahku, sesekali kukocok batang kontol Pakde dengan tanganku dan kulumat lagi, ku isap kembali, ku telan batang kontolnya.

"Akhh.. Akhh.. Akh", desah Pakde

Aku menatapnya, menikmati permainanku, sambil kepalanya beberapa saat bergerak ke kiri dan ke kanan, matanya terpejam. Betotan mulutku membuatnya semakin kegelian dan keenakan hingga..

"Akhh.. Akhh.. Ohh.." desahnya kuat membuat tubuhnya mengejang dan kurasakan mani Pakde telah keluar menyembur di dalam mulutku.

Laki-laki tersebut tersenyum, melihatku, beberapa saat Kami saling berpandangan. Kontol Pakde aku jilati kembali sampai mani terakhirnya yang keluar kujilat.

"Akhh.. Enaknyaa", desahnya lagi.

Jembut-jembut Pakde aku jilati hingga basah, batang kontolnya mendapat sasaran kemudian, biji kontolnya, pahanya yang berbulu lebat kujilati, dan belum rasa puasku untuk menikmati seluruh tubuh laki-laki tersebut yang besar dan berotot tersebut, tiba-tiba pintu kamarku diketuk dan suara Ibu memanggil kami untuk mengajak makan malam.

Pakde yang menahan permainanku, laki-laki tersebut mengangkat tubuh atasnya dan duduk, menarik tanganku dan langsung memeluk tubuhku, dengan manja aku mengelus dadanya yang bidang

"Ayo makan dulu", ajaknya.

Yah, mau tak mau aku mengikuti juga Pakde keluar untuk makan malam padahal belum puas nafsuku dan habis itu Aku dan Pakde akan melanjutkan permainan Kami, laki-laki tersebut akan menyodomi lobang pantatku katanya, dia mau melepaskan air maninya berkali-kali ke dalam mulutku. Akhh.. Enaknya, permainan kami selanjutnya dan aku berhayal lagi untuk beberapa jam yang akan kami lakukan.

Dan beberapa jam kemudian hayalanku menjadi nyata, Pakde menjadi segar setelah mandi, membuka handuk yang melilit di pinggangnya, menaiki ranjang mendekatiku yang sudah telanjang bulat.

Pakde mendekatkan batang kontolnya yang lagi lemas dan pendek tersebut ke arah mulutku. Mulutku langsung menyambutnya, menelan batang kontol Pakde, kutarik-tarik beberapa lama hingga kontolnya menjadi besar dan panjang tegak menantang mulutku. Kutelan lagi dan kini kukocok-kocok dengan mulutku, Pakde pun menggerak-gerakkan pantatnya, menyodok-nyodok mulutku dengan batang kontolya. Aku menjepit batang kontol Pakde, biar dia merasakan mulutku yang tidak kalah dengan lobang perawan perempuan.

Desahan-desahan Pakde terdengar saat dia mengentot mulutku, gerakan pantatnya semakin cepat maju mundur, batang kontolnya yang panjang dan batang bagian pangkalnya lebih besar dari yang lain dapat ku telan semuanya.

"Akhh.. Akhh.. Ohh.." desah Pakde lagi keenakan dan memperlambat gerakannya sambil menarik nafas panjang. Pakde mengeluarkan batang kontolnya dari mulutku dan memintaku untuk menjilati biji totongnya.
"Jilat.. Jilat.. Telan", ucapnya. Akupun menelan biji totongnya sambil kutarik-tarik dengan mulutku ke bawah, tanganku menggenggam batang kontolnya.
"Akh, sekarang Pakde mau mengentot lobang pantatmu"

Pakde berbaring di sampingku, memelukku dan memasukan batang kontolnya ke dalam lobang pantatku, aku menggigit bibirku, Pakde menekan pantatnya hingga batang kontolnya masuk lebih dalam sambil memelukku erat dan kembali menekan pantatnya hingga tubuh Pakde lebih rapat ke tubuhku. Aku merasakan hangatnya tubuh Pakde. Sambil mencumbui leherku Pakde menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan, lobang pantatku diobok-obok dengan batang kontolnya ke kiri dan kanan, hingga kemudian tubuhku bergoyang-goyang ke depan dan belakang saat Pakde mulai permainannya dengan menyodok-nyodok lobang pantatku dengan cepat.

"Akhh.. Ohh", desah Pakde menghentikan permainannya sesaat sambil menarik nafas mencegah maninya keluar. Pakde kembali melanjutkan dengan sodokan yang pelan, tangannya sesekali mengelus-elus dadaku, menarik-narik kedua puting tetekku bergantian.

Akhirnya Pakde tidak mampu menahan klimaxnya lagi setelah kontolnya menyodok-nyodok lobang pantatku dengan cepat dan sangat cepat, hingga derit ranjang terdengar dan plok.. plok.. plok.. Bunyi pahanya beradu di pahaku. Suara desahanku dan kata-kata ku yang membuat Pakde bersemangat untuk terus menyodok-nyodok lobang pantatku dengan cepat.

"Akkhh.. Akhh.. Ohhkk", desah Pakde sambil menggigit leherku saking nikmatnya..

Permainan ronde pertama atau ronde yang keberapalah, akhirnya kontol Pakde basah, aku menjilatinya lagi, akhh daging kenyal dan legit tersebut tidak habis-habisnya kujilati, kuciumi dan kuisap-isap. Akhh.. Pokoknya enak bah.

"Kemari Wan", ajak Pakde dan menyambutku dalam pelukannya.

Kami berbaring sambil berpelukan, sesaat bertatapan, Pakde tersenyum, dan menciumku, aku membalas ciumannya juga. Dan tanganku tidak mau lepas dari batang kontolnya.

"Kontol Pakde melebihi besar dan panjangnya dari kontol yang aku bayangkan sebelumnya", ucapku. Laki-laki itu tersenyum.

Kontol Pakde yang panjangnya melewati pusatnya, hingga saat kupegang dengan kedua tanganku masih tersisa 5 senti dengan besar batang kontol dibagian pangkalnya sampai tanganku tidak penuh menggenggamnya.

"Pakde suka juga mengentot laki-laki yah?" tanyaku.
"Tidak, tapi Pakde pernah mengentot dengan laki-laki waktu dipenjara, dan coba-coba mana tahu Iwan mau Pakde entot", jawab Pakde sambil tersenyum.
"Hasil coba-coba ternyata memuaskan yah Pakde". Laki-laki itu tersenyum.
"Pakde pengen bernostalgia dengan pengalaman yang lalu", ucapnya.
"Yah, Iwan pernah melakukannya beberapa kali", jawabku saat Pakde menanyakan.

Untuk beberapa saat kami mengobrol, sambil merokok dan selanjutnya aku memberikan pemanasan kepada Pakde dengan mencumbui dadanya yang bidang, mengisap-isap kedua puting teteknya yang berwarna coklat, sambil menarik-nariknya dan menjilatinya. Kembali batang kontolnya ku lumat di dalam mulutku, kujilati kembali dari kepala totongnya sampai pangkalnya. Kontolku yang sudah tegang kutempelkan ke kontol Pakde dan kukocok-kocok bersamaan, hingga beberapa saat lamanya, mewujudkan imajinasi sex-ku.

Kedua kaki Pakde aku lebarkan, lobang pantat Pakde yang berbulu tersebut aku elus yang kemudian kujilati membuat Pakde tersenyum dan kegelian. Tanpa menolak, Pakde setuju aku menyodomi lobang pantatnya. Permainanku untuk memuaskan nafsuku dimulai, aku meletakkan kedua kaki Pakde di bahuku dan lobang pantatnya ku jejali dengan kontolku yang mulai mencari sasaran, ku tekan pantatku hingga batang kontolku ambalas semua ke dalam lobang pantatnya. Aku mulai menyodok-nyodok lobang pantat Pakde dengan pelan, sambil meremas-remas batang kontol Pakde. Pakde tersenyum sesekali menghisap rokoknya dan menghembuskan asap tebal dari lobang hidungnya.

"Ayo teruskan", ucapnya.

Aku mempercepat gerakan untuk menyodok lobang pantatnya, lobang pantat Pakde ternyata tidak hanya sekali ini di sodomi, ditandai dengan mudahnya kontolku untuk memasuki lobang pantatnya.

"Akhh.. Oohh", desahku menikmati kegelian, kenikmatan, akhh.. Enaknya.

Pakde terus menikmati rokok keretk nya dan sesekali mendesah kegelian saat tanganku mengocok-ngocok batang totongnya yang besar, tegak berdiri seperti tugu monas.

Untuk beberapa saat aku terus menyodok-nyodok lobang pantat Pakde dengan pelan dan menarik nafas panjang agar maniku tidak keluar lebih cepat, aku ingin permainanku lebih lama agar bisa menikmati lobang pantat Pakde, namun aku tidak mampu juga menahannya, sodokan kontolku semakin ku percepat saat aku merasakan kenikmatan dan kegelian yang aku rasakan semakin hebat.

"Aakkhh.." Desahku panjang..
"Ohh", batang kontol Pakde kuremas kuat saat aku mencapai klimaks dan menyemburkan air maniku ke dalam lobang pantat Pakde.
"Akh.." Desahku sambil mendekati pakde dan berbaring di sampingnya.
"Enak.. Enak kali Pakde", ucapku.

Laki-laki itu tersenyum. Aku mengelus-elus dada Pakde, menatap mukanya yang terus menikmati rokok kereteknya, sesekali tersenyum memandangku. Jembut-jembut Pakde yang lebat, hitam, ikal dan kasar menjadi sasaran tanganku berikutnya, aku elus dengan lembut, aku menjadi geram dengan jembut-jembut Pakde, aakhh.. Teriak Pakde menahan sakit saat Jembutnya aku genggam dan jambak, aku tersenyum dan melompat ke atas tubuh Pakde. Laki-laki tersebut tertawa kecil, memukul pantatku.

"Ayo, lakukan", ucapnya.
"Aku mau memuaskan Pakde.. Pokoknya malam ini aku puaskan Pakde", ucapku sambil menggenggam batang kontolnya dan memasukannya ke dalam lobang pantatku,.

Perlahan kuturunkan badanku.. Aakhh.. Desahku pelan, batang kontol Pakde telah masuk ke dalam lobang pantatku sampai pangkalnya. Dengan menggerakkan pantatku maju mundur, dan kiri kanan, agar Pakde merasakan enak.. Kugerakan pantatku dengan cepat.. Ho.. Hoo.. Hoo

"Bagaimana Pakde, enak.. enak..?", ucapku.

Pakde menarik nafas panjang, menggerakan tubuhnya ke belakang, tangannya dengan cepat meraih tubuhku, laki-laki tersebut dalam posisi duduk memeluk tubuhku yang berada dalam pangkuannya.

Pakde merangkul tubuhku, merapatkan tubuhnya ke badanku, dan menggerakan kedua tangannya yang memelukku erat hingga badanku terayun-ayun keatas dan kebawah, dengan cepat. Beberapa kali Pakde mendesah merasakan kenikmatan dan menghentikan permainannya sambil menarik nafas panjang. Rupanya Pakde menahan agar maninya tidak cepat keluar. Laki-laki tersebut dengan rakus melumat bibirku, menciuminya, memasukan lidahnya ke dalam mulutku, aku pun membalas cumbuan Pakde. Lidah kami saling menjilati, Pakde memegang kepalaku dan menjiltai mukaku, hidungku, pipiku, daguku, leherku terus bergantian mendapat giliran.

Pakde meletakkan tubuhku ke bawah, mengangkat kedua kaki ku ke atas pundaknya dan menekan pantatnya dengan kuat, melakukannya dengan cepat dan menggerakan pantatnya maju mundur hingga batang kontolnya terus masuk keluar ke dalam lobang pantatku.

"Akh.. Akhh.. Akkhh.. Lagi.. Lagi Pakde" ucapku.
"Teruskann.. Teruskann..", kataku lagi sambil mengelus-elus dadanya, menarik-narik kedua puting teteknya bergantian.

Gerakan pantat Pakde semakin cepat, hingga laki-laki tersebut mendesah panjang, menggelinjang menahan puncak kenikmatan yang dia rasakan, yah.. Dia orgasme dengan mengeluarkan maninya di dalam lobang pantatku. Laki-laki tersebut menjatuhkan tubuhnya ke atas badanku, dan kembali kami bercumbu, menikmati malam-malam yang semakin menyenangkan.

Pakde dan aku beristirahat kembali, memulihkan stamina sambil mengobrol, tanganku yang tak mau diam terus meremas-remas, mengocok-ngocok batang kontol Pakde. Tubuhnya yang kekar padat berisi juga mendapat giliran juga.

Dan entah berapa kali Pakde menyodomiku dengan posisi-posisi yang sama-sama kami ketahui untuk meraih kenikmatan dan kegelian yang membuat nafsu kami terpuaskan. Dan entah berapa kali pula aku meremas-remas, mengocok-ngocok, mengisap-isap batang totongnya yang besar tersebut.

Malam terakhir Pakde di rumahku, dan aku memberikan kepuasan, kenikmatan yang tidak habis-habisnya malam itu, aku tetap mereguk, menjilati maninya yang keluar sedikit demi sedikit dari lobang kencingnya.

Akkhh.. Kenikmatan yang tidak terbayangkan dengan hayalanku sebelumnya..
Aakkhh.. Kenikmatan yang entah kapan lagi terulang..
Aakhh.. Kenikmatan yang sungguh-sungguh merupakan pengalaman yang tak terlupakan..
Aakkhh.. Akhh.. Ohh.. Ohh
Menghayal..
Menghayall..
Menghayall..
Itu yang kulakukan kembali..
MENGKHAYALLAH BERSAMAKU..
"Aakhh.. Akhh.. Ohh!!"

Tamat

7/14/2011

Andai Aab Tahu

Rasa bersalah pada isteriku kian menggunung dengan segala rahasiaku. Ingin rasanya berterus terang selekas mungkin sebelum semuanya terlambat. Namun aku belum siap untuk bisa menerima konsekwensi terburuk yang sering menghantui. Aku tidak mau ditinggal isteri yang sangat kucintai jika dia tahu betapa bejatnya aku. Apalagi jika harus berpisah dengan anakku, aku tidak sanggup.

Namun aku pun tertekan. Jika dokter keluargaku atau Aab Saddam (begitu aku memanggil dosen yang berasal dari Irak itu) meneleponku hanya sekedar tanya kabar misalnya, apalagi sampai datang mengunjungiku, rasa itu semakin menyiksaku. Aku mencoba menghilangkan rasa bersalahku, tapi biar bagaimana pun aku pernah bercinta dengan mereka dan isteriku tidak tahu bahwa telah kukhianati. Untungnya Mr. Smith si bule baik hati itu sudah kembali ke negara asalnya dan hanya setahun sekali datang ke rumah. Meski email untuknya masih sering kukirim, namun beban terhadapnya tidak terlalu berat dibandingkan yang lain.

Sejak pergumulanku yang sedikit bernuansa premanisme dengan Aab Saddam, lelaki itu semakin sering menghantui pikiranku. Tidak jarang dia datang ke rumahku jika aku tidak masuk kuliahnya, meski dia juga tahu bahwa aku tidak di rumah karena sedang sibuk dengan proyekku. Dia beralasan menanyakanku sekaligus menengok keluargaku, dan memang benar juga. Anakku semakin akrab dengannya karena Aab sering membawakan mainan dan makanan kesukaannya. Berbagai rasa berkecamuk jika sepulang kerja, isteriku apalagi anakku bercerita panjang lebar tentang kedatangan Aab Saddam yang setahu mereka adalah dosenku sekaligus salah satu pengurus perguruan tinggi di mana aku dulu mondok menimba ilmu.

"Maaf, tidak nelepon lebih dulu, Dj. Kedatanganku mengganggu?" sapanya.

Aku sedikit terkejut begitu tahu bahwa yang menekan bel rumahku adalah Aab Saddam. Aku menggeleng antara menggeleng menjawab tidak terganggu dan menggeleng karena tidak siap akan kedatangannya.

"Woww, kerennya kau dengan baju itu, bikin kangenku harus segera diobati, Dj!" ujarnya.

Sebelum pintu kututup rapat, Aab sudah mendekapku erat dari belakang. Aku tidak bisa beralasan lagi sebagaimana hari sebelumnya jika Aab ingin bertemu khusus denganku. Dia tahu bahwa aku sendirian saja karena siangnya tadi dia telah ikut mengantar isteri dan anakku ke bandara untuk berlebaran di kampung orang tuanya.

"Aduh, aku belum makan, Ab. Jadi masih lapar!" ujarku sambil memegang perutku yang terasa lapar.
"Iyaa, kebetulan sekali Dj. Aku juga belum makan, makanya aku bawakan banyak makanan untuk kita" aku sekali lagi menggeleng karena tidak tahu harus berbuat apa.

Sambil mendekap erat dan sesekali menciumiku, Aab membimbingku ke meja makan. Selama makan, banyak hal yang dilakukannya yang membuatku risih. Aku yang biasanya tidak aneh-aneh jika makan dengan isteriku, merasa kikuk saat dia meminta untuk menyuapiku. Bahkan sesekali makanan yang sudah disuapkannya ke mulutku diambilnya lagi dengan mulutnya. Aku sendiri jijik membayangkan makanan yang sudah kukunyah ditelan lagi oleh orang lain.

"Maaf, Ab. Aku mau mandi, sudah hampir malam" ujarku.

Aku bergegas bangkit setelah merasa cukup. Kulihat rasa kecewa menggantung di wajah brewoknya yang berubah seperti wajah anakku yang merengut jika kemauannya tidak kuturuti.

"Please, Dj. Hampir satu bulan aku menahan rasa ini. Aku tidak sabar menunggu waktu yang tepat seperti sekarang ini. Atau memang kau sudah siap untuk berterus terang dengan isterimu?" ujarnya.

Ahh, lagi-lagi dikeluarkannya jurus itu. Aku memang sudah yakin kalau foto-foto ketika dia menjilati dan mengulum penisku sebagaimana di ceritaku sebelumnya itu sudah terekam bagus di ponselku, tapi aku belum bisa memproses foto itu tanpa aku harus minta bantuan orang lain. Resikonya terlalu besar, pikirku.

"Tapi, Ab. Aku masih capek, nanti agak malam saja yaa.." ujarku merajuk. Sebenarnya sekarang atau kapan pun aku tidak yakin mau. Rasa bersalah terhadap keluargaku terlalu besar.

Dia menggeleng. Bahkan semakin erat memelukku. Aku yang sudah sangat gerah seharian tadi semakin merasakan gerah di sekujur tubuhku.

"Please, Dj!" ujarnya dengan nafas terengah-engah.

Hembusan panas nafasnya terasa di telinga ketika dari belakang kepalaku dia menjilatinya. Kumisnya yang tebal seolah memberikan tambahan energi di desahannya. Tangannya sudah meremas-remas penis di balik celanaku. Kurasakan benjolan keras di pantatku ketika dia dekap erat aku.

Aku kembali tak bisa berbuat apa-apa. Kedekatan Aab dengan keluargaku seolah memberikan gambaran mengerikan jika Aab sampai menceritakan apa yang pernah kuperbuat dengannya dan dengan lelaki lain sebagaimana di ceritaku karena dia kecewa telah kutolak kemauannya. Aku harus senatural mungkin bersikap di hadapannya. Aku masih belum tahu betul karakter Aab sebagai orang Arab, orang Irak persisnya.

Gairahku mulai terusik ketika dibisikkannya kata-kata indah yang entah dari mana didapatnya. Desahannya di telinga membius gairahku. Tak urung penisku yang berkali-kali diremasnya menyembul dengan bebasnya dari balik celanaku karena memang aku tidak memakai celana dalam. Bajuku, pemberian dokter keluargaku, sosok yang juga mengisi gundahku, tidak sedikit pun menyurutkan gairah Aab yang sudah membara.

"Ohh, Dj. Please!". Berkali-kali desahan itu keluar dari bibir tebalnya.

Lidahnya berkali-kali menjilati kedua telingaku seperti induk kucing sedang memandikan anaknya. Direnggutnya celanaku sehingga penisku yang sudah sangat tegak, bergoyang-goyang mengikuti irama gairahku. Demi melihat penisku yang telah keras dan memerah, Aab beralih ke bagian depan. Dengan mesra disandarkannya tubuhku ke dinding. Tangannya yang besar berkali-kali meremas penisku hingga menambah cepat gairahku memuncak.

Aku mulai mendesah mengikuti permainannya, apalagi saat mulut Aab beradu dengan mulutku. Bibirku digigitnya hingga aku mengaduh, tapi bukannya beringsut Aab malah semakin ganas melumat bibirku. Lidahnya mencoba membuka mulutku yang ternganga merasakan sensasi gilanya. Dengan ganas lidahnya bermain di dalam mulutku. Berkali-kali aku tersedak karena merasa risih dengan kumis tebal yang melintang di atas bibirnya, namun tetap dengan ganas Aab memainkan lidahnya menyedot habis lidahku yang bahkan semakin tidak bisa kuimbangi.

Setelah terenggut satu-satunya baju yang kupakai, aku dibopongnya ke kamar mandi. Ruangan berukuran 3x4 yang kudesain alami dengan segala pernak-perniknya, terasa berubah menjadi sempit dengan permainan kami. Tergesa Aab melepas segala yang dipakainya, sehingga keringat yang mengucur di tubuhnya yang sedikit gelap dan hampir dipenuhi bulu, kulihat berkilat. Aah, benjolan di pangkal paha itu seakan bertambah besar saja. Kembali Aab menciumiku.

"Sejak pertama masuk di kamar mandimu dua minggu lalu, aku begitu ingin merasakan bercinta denganmu di sini, Dj. Aah, ternyata anganku tidak harus lama menunggu" ujarnya.

Ucapan Aab yang tidak lebih bernada membisik, mencoba membangkitkan sensasiku. Bak mandi yang juga kudesain sendiri, sengaja kubuat agar muat dua orang, bahkan lebih bisa berendam. Dan memang sudah tidak terhitung berapa kali aku, baik sendiri maupun dengan isteriku melampiaskan gairah insani kami.

Saat mulut Aab menemukan penisku, aku semakin bergairah. Aku mendesis dan kembali mendesis begitu kurasakan sensasi di batang kebanggaanku. Mulut Aab memang sangat terampil menghadirkan berbagai rasa. Bibirnya yang tebal, seolah didesain khusus untuk menjepit penisku. Aku mendesis. Rasa gerah berangsur menghilang, saat air dari kran mulai mengaliri tubuh telanjang kami, seolah memacu gairah kami agar lebih dahsyat lagi bergulat.

Aku mulai mengerang saat mulut Aab semakin ganas melumat penisku. Kumisnya yang tebal sesekali digosokkannya ke penisku hingga memberikan rasa berganda di ujung ubun-ubunku. Apalagi saat jemari Aab mulai bermain di anusku. Beberapa jari, dengan cepat bergantian menusuk anusku dan bermain di dalamnya. Ada rasa yang mulai menyentak dari dalam penisku, karena dua titik gairahku digarap Aab. Saat aku mulai mengaduh, Aab mencabut mulutnya dari penisku. Mungkin dia tidak mau kenikmatanku berakhir hanya dengan permainan mulutnya.

Aab bangkit dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Aku menggeleng. Tapi tetap disodorkannya penis yang besar itu ke mulutku. Aku mencoba mengulumnya agar tidak dianggap egois, namun aku tetap tidak bisa. Penisnya terlalu besar di mulutku, sehingga berkali-kali aku mencoba untuk mengulumnya, berkali-kali pula aku tersedak. Akhirnya aku hanya menjilati batang penisnya yang hitam, keras, besar dan panjang itu. Aab mengangguk, tanda menyetujuinya. Dia mendesis berkali-kali. Kata-kata, "Yess, uugh, yess, uughh..", seperti di adegan intim di film-film porno koleksiku, berkali juga keluar dari mulutnya.

Tanganku yang sudah kulumasi dengan sabun mandi kujadikan alat untuk menggantikan mulutku yang masih tidak bisa kutipu untuk tidak jijik. Aab semakin mendesah, bahkan kulihat mulutnya yang berkali-kali mendesis, ternganga seolah sedang merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Mata bulat itu berkali-kali merem melek, mengikuti irama tanganku yang sedang memainkan penisnya.

"Ouugghh, ouuggh..!".

Akhirnya raungan mulai keluar dari mulut Aab begitu kupercepat aksiku. Di puncak gairahnya, dia ambil alih penisnya yang sejak tadi dalam kekuasaanku. Begitu raungan panjang terlontar dari mulutnya, dia mencoba menyodorkannya ke mulutku. Aku menggeleng dan mengunci rapat mulutku. Aku belum bisa menerima kalau spermanya masuk ke mulutku.

Tak urung sperma itu muncrat ke wajahku. Rasa hangat menyentak wajahku ketika dengan kerasnya sperma Aab muncrat dari penisnya ke sekujur wajahku. Sperma yang panas dan kental kurasakan lengket hampir di semua bagian wajahku. Aku pejamkan mataku agar spermanya tidak mengenai mataku.

"Sshh.. Shhss". Berkali-kali kudengar Aab mendesis saat mengurut penisnya yang masih tegang, mencoba menghabiskan sisa-sisa sperma dari batangnya.
"Terima kasih, Say. Terima kasih, Dj!". Masih dengan gemetar suara Aab lirih berbisik.

Aku membuka mataku dan mengangguk. Aku hendak membenamkan kepalaku di bak mandi agar sperma Aab yang berserakan di wajahku menghilang. Namun Aab menangkap wajahku. Dia menggeleng tanda melarangku. Kemudian dia jilati spermanya sendiri di wajahku, mulutnya sesekali mampir di mulutku, memagutnya, sambil berkali-kali berkata terima kasih.

Aku mencoba melepaskan dekapannya saat kusadari air dalam bak sudah terlalu kotor oleh busa sabun, keringat, dan sperma Aab yang terlalu banyak untuk ukuran lelaki Indonesia. Kembali Aab menggeleng.

"Tidak adil". Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, karena secepat itu pula tangannya meraih penisku yang masih tegak.

Kembali mulutnya mencoba menambah sensasi di penisku dengan permainan dahsyatnya. Aku pun mulai menemukan gairahku yang sempat terputus saat sperma Aab muncrat.

"Tunjukkan padaku, seberapa dahsyat kau punya tenaga, Dj. Mungkin kalau dengan isterimu kau masih kasihan untuk melampiaskan semua tenagamu, namun denganku, keluarkan saja semua yang kau bisa". Begitu tantangnya saat dia memasang kondom di penisku, seolah membangkitkan sesuatu yang selama ini kupendam.

Aab bersandar telentang di dinding kamar mandi. Pantatnya menempel di bibir bak mandi, sedang kedua kakinya dijulurkan ke luar. Tangan Aab membimbing penisku ke anusnya. Dengan posisi berhadapan, semula aku merasa kesulitan, namun Aab dengan sabar membimbingku. Penisnya kulihat sedikit demi sedikit mulai bangkit. Gambaran seorang dosen yang biasanya perlente dengan segala atribut dan gaya bicara yang dibuat sewibawa mungkin, lenyap sudah dari diri Aab. Kulihat Aab tidak lebih dari seorang preman yang sedang melampiaskan gairahnya.

Aku mendesis saat penisku sudah mulai menusuk anus Aab. Kumaju mundurkan pantatku perlahan, agar penisku benar-benar tertancap ke anusnya. Saat semua batang penisku tertelan anusnya aku mulai sedikit keras memaju-mundurkan pantatku, Aab meringis, kesakitan. Aku menghentikan aksiku, namun kembali Aab menggeleng, bahkan dia mengolokku bahwa aku hanya bisa sebatas itu.

Harga diriku mulai terusik saat kembali Aab mengolokku. Aku mempercepat aksiku, kujambak rambut ikalnya dengan kedua tangan. Aab mengerang, namun justru erangan kesakitannya seolah membangkitkan gairah nakalku. Bahkan kemudian penis Aab kujadikan pegangan kedua tanganku ketika semakin keras aku bereaksi. Aab meringis, namun berkali-kali juga mendesah, sama sepertiku. Desisanku berubah menjadi erangan kecil saat mulai kurasakan ada yang berdenyut-denyut di pangkal batang kebanggaanku.

Mulutku ternganga sambil sesekali mengerang. Mataku kupejamkan agar bisa mendatangkan sensasi yang lebih besar. Eranganku mengeras, seiring dengan cepatnya denyutan yang kurasakan dari dalam penisku. Aku hendak mencabut penisku, saat kurasakan sperma mulai menyentak ingin muncrat, namun di saat spermaku sudah tidak bisa kutahan lagi, Aab justru membenamkan pantatku ke anusnya dalam-dalam.

Aku berontak, tidak mau kondomku terlepas di dalam anusnya karena bisa jadi masalah. Namun tetap saja terlambat, aku mengejang hebat saat spermaku muncrat di dalam anus Aab. Lama aku berada dalam lambungan gairahku. Belum sempat aku tersadar dari kenikmatanku, satu tangan Aab mendekapku erat sementara satu tangannya merancap penisnya sendiri. Tubuh Aab bergetar hebat saat dia mulai mengerang. Kurasakan Aab mengejang hebat saat cairan hangat muncrat di perutku. Denyutan penisnya begitu keras sampai-sampai perutku merasa kegelian.

Kucabut segera penisku dari anus Aab saat kulihat Aab terkulai kelelahan. Untungnya penisku masih keras, sehingga kondomku juga bisa kutarik. Begitu melihat penisku yang terbungkus kondom, secepat kilat Aab meraih penisku dan dilepasnya kondom itu. Aksinya tidak berhenti di situ, karena kemudian dia menjilati sisa-sisa sperma di penisku, seolah-olah penisku adalah sebatang ice cream berbalut vanilla.

Lebih anehnya, kondom bekas pakaiku berkali diciumi dan kemudian dituangnya spermaku yang masih tersisa dalam kondom itu ke tangannya lalu dijilati. Bahkan spermaku yang masih melekat tersisa di kondom itu pun dijilatinya tak bersisa. Sinting, gumamku. Aku hanya menggeleng dalam kelelahan hebat. Ah, dosenku yang malang.

Seandainya saja foto-foto itu bisa kuproses sendiri dan bisa kusimpan dalam komputerku, mungkin aku bisa mengandalkannya saat Aab Saddam mengancam akan membeberkan aibku ke keluargaku sehingga aku tidak harus merasa seterpaksa ini. Aab, kapan kau mengerti keadaanku?

Tamat

Paling Populer Selama Ini