6/17/2011

Sepenggal Kisah Dari Gomorah II

Tiga batang kontol yang semuanya berukuran besar, milik Habel, Moab, dan Kenan mengacung tegak di depan mukaku. Setelah berhasil membuatku orgasme tadi, kini mereka menyuruhku untuk menghisap batang kontol milik mereka bergantian. “Aku tak pernah melakukannya. Aku tak bisa, aku tak mau” tolakku. Tiba-tiba aku teringat pada kekasihku. “Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri melakukan hal ini Seth,” kata Habel. Kemudian dia menyorongkan batang kontol miliknya ke mulutku. Aku mengatupkan mulutku. “Ayolah Seth, jangan melawan. Nanti malam, kau harus sudah siap untuk melayani Tuan Enokh. Kami tidak mau dimarahi, karena tidak mengajarkanmu melakukan hal ini,” bujuk Kenan. “Kami bisa mengerti penolakanmu ini. Kami juga seperti itu dulu, tapi bagaimanapun, kita tak bisa menolak hal ini kan?” sambung Kenan. Dia berjongkok disampingku. Matanya menatapku lembut. Bukan pandangan birahi, namun pandangan kasihan. Pandangan yang bisa memahami penolakanku. Kupandangi Habel dan Moab. Mereka juga memandangiku kasihan. “Aku punya kekasih yang sangat kucintai,” kataku lirih. “Kenapa aku harus melakukan semua ini?! Seharusnya aku melakukannya dengan Rahel. Tidak dengan laki-laki sepertiku juga,” “Kita sama Seth, kami juga seperti dirimu. Tahukan engkau, pada saat aku dibawa kemari setengah tahun yang lalu, kekasihku sudah menantiku di pelaminan. Kami akan dinikahkan ketika itu,” kata Moab, kulihat matanya berkaca-kaca. “Kenapa nasib kita seperti ini?” tanyaku.

“Mau apalagi Seth. Kita harus menjalaninya. Kita tak bisa menolaknya kan?” kata Habel bijak. Aku hanya bisa terpekur mendengar kata-katanya. Lama aku terdiam, pun demikian dengan tiga orang teman baruku ini. Tangan Habel membelai rambutku lembut. Tak tahu lagi harus berbuat apa, tanganku kemudian meraih batang kontol Habel. Kemudian batang besar berurat itu kumasukkan kedalam mulutku. Kujilat, kuhisap, kulakukan seperti apa yang mereka lakukan tadi padaku. Bergantian, ketiga batang kontol itu ku oral. Sambil aku mengoral, mereka memberikan instruksi-instruksi apa saja yang harus kulakukan saat mengoral. Mereka melatihku dengan baik. Selesai dengan pelajaran mengoral, ketiga teman baruku ini mengajarkanku melakukan anal sex. Moab dan Kenan mempraktekkan berbagai gaya anal sex dihadapanku, sementara Habel duduk disampingku, menerangkan apa yang dilakukan oleh Moab dan Kenan. Mereka tidak melakukan anal sex padaku, mereka tetap menjaga keperjakaanku untuk dipersembahkan pada Enokh nanti. Cukup banyak gaya yang ditunjukkan oleh Moab dan Kenan. Mereka benar-benar lelaki-lelaki yang perkasa. Lama mereka melakukan anal sex, hingga akhirnya tergolek lemas, kelelahan, dengan tubuh mandi keringat dan kontol menyembur-nyemburkan sperma dengan deras. Aku terhanyut juga menyaksikan pertunjukan yang disuguhkan oleh Moab dan Kenan itu. Sebuah persetubuhan dua laki-laki perkasa yang kasar, binal, dan penuh gairah. “Kau harus melakukan seperti apa yang ditunjukkan oleh Moab dan Kenan tadi. Tuan Enokh sangat menyukai sebuah persetubuhan yang binal dan kasar,” kata Habel. “Bagaimana bila aku tak melakukannya seperti itu?” tanyaku.

“Dia akan menghukummu kawan. Sebuah hukuman yang akan membuatmu sangat menderita,” Malam itu, setelah aku dimandikan kembali oleh teman-temanku hingga tubuhku benar-benar bersih dan harum, seorang pengawal mengantarku menuju peraduan Enokh. “Lakukan dengan baik,” pesan teman-temanku saat aku meninggalkan mereka. Jantungku berdebar keras, dalam setiap langkahku menuju peraduan Enokh. Kurasakan tubuhku yang hanya di tutupi oleh selembar kain putih penutup batang kontolku, seperti menggigil. Tapi meskipun demikian, aku tetap melangkah dengan mantap dan gagah. Sampai di depan pintu peraduan Enokh, sang pengawal menyuruhku menunggu sebentar di depan pintu yang ditutup dengan tirai kain sutra. Pengawal itu masuk ke dalam. Tak lama ia kembali ke luar dan menyuruhku masuk. Pengawal yang mengantarku kemudian berjaga-jaga di depan pintu peraduan Enokh. Enokh duduk diatas tempat tidur, memandangku tajam. Bibirnya menyunggingkan senyum menawan. Dia mengenakan pakaian putih terusan yang terbuat dari sutra. Karena kepalanya tak berpenutup maka aku dapat melihat rambut ikal hitam sebahunya yang tergerai. Pria ini benar-benar tampan. “Mendekatlah,” katanya, sambil melambaikan tangan, menyuruhku mendekatinya. Aku mendekatinya. Aku berdiri tepat di depan Enokh yang masih tetap duduk di ranjangnya. Jantungku masih berdebar kuat. Kedua tangannya kemudian meraih pinggangku. Matanya menatap tajam ke tubuhku yang kekar. “Tubuhmu benar-benar indah,” katanya. Selanjutnya dengan satu hentakan kuat, tubuhku ditariknya. Dadaku yang bidang menyentuh bibirnya. Selanjutnya dengan kasar dan penuh nafsu, mulutnya menjelajahi dadaku. Puting susuku dijilat, diisap, dan digigitnya. Ludahnya membasahi dadaku. “Hmmmmmm, slrerpp….slerpppp…..dadamu sangat kekar, aku suka,” katanya. Sambil menyelomoti dadaku, tangannya meremas bongkahan pantatku yang ditutupi kain putih. Aku mengerang atas perlakuannya ini. Batang kontolku kurasakan mulai mengeras. Debar jantungku kembali menjelang, namun sekarang bukan debar ketakutan, melainkan debar nafsu. Tiba-tiba tangannya menarik kain putih penutup kontolku. “Kita tidak memerlukan ini,” katanya. Tangannya menyentakkan kain itu hingga terlepas dari pantatku dan kemudian membuangnya ke lantai. Tubuhku telanjang bulat dalam cengkeramannya. Batang kontolku yang tegak keras menempel erat di perutnya, menggesek kain sutra bajunya yang lembut. Mulutnya terus menjelajahi tubuh atasku. Ketiakku yang ditumbuhi rimbunan bulu, tak lepas dari jelajahan lidahnya. Enokh mendengus-dengus penuh birahi. “Robekhh, bajukuh…robekhh…bajukuh…,” perintahnya. Dia benar-benar ingin bermain kasar rupanya. Segera kuikuti perintahnya. Kucabik-cabik baju sutranya. Kini Enokh telanjang bulat di depanku. Tubuhnya kekar, dadanya yang bidang dipenuhi dengan bulu-bulu. Kemudian dia menyuruhku berjongkok diselangkangannya. Aku mengerti apa maunya. Dia ingin aku oral. Aku segera membenamkan batang kontolnya yang besar kedalam mulutku. Semua pelajaran yang kuperoleh dari Habel, Moab, dan Kenan tadi kupraktikkan di batang kontol Enokh. Akibatnya pria kaya raya ini mengerang-erang kuat seperti kesetanan. Kontolnya dipompa keluar masuk mulutku dengan cepat. Bulu jembutnya yang hitam lebat itu menggelitik hidung dan bibirku. Aku kewalahan oleh perlakuannya, apalagi saat kepala kontolnya yang besar itu menerobos dalam ke tenggorokanku. Rasanya aku hampir muntah. Namun aku tak berdaya melawan perlakukan binalnya. Puas diselomoti olehku, Enokh kemudian memaksaku berbaring telentang diatas tempat tidurnya. Selanjutnya dia berjongkok dari tepi tempat tidur. Kedua kakiku ditekukkannya ke atas. Mulutnya segera menari-nari didaerah selangkanganku. Kontolku yang tegak mengacung keras dioralnya dengan buas. Mulutnya tak henti menghisap, lidahnya terus menjilat, giginya sesekali menggigit-gigit lembut batang kontol dan buah pelirku yang penuh jembut. Ohhhhhh......mengapa begitu nikmat. Mengapa aku bisa menikmatinya. Tiba-tiba terbersit bayangan Rahel dimataku. Aku merasa bersalah padanya, karena ternyata aku menikmati cumbuan Enokh. Lobang pantatku yang masih perjaka ting ting juga tak lupa dikerjai Enokh. Kenapa dia tak merasa jijik menjilati lobang pelepasanku itu. Mengapa lidahnya tak sungkan-sungkan menerobos celah sempit itu. Aku mengerang-erang. Deru nafasku memburu bak banteng liar marah. Rambutnya yang ikal itu ku remas-remas diantara rasa nikmat yang kurasakan. Tiba-tiba kurasakan jari telunjuk Enokh sudah merojok lobang pantatku. Rasanya geli, enak, dan sedikit sakit. Ohhhh...... tapi sakitnya tak sebanding dengan rasa enaknya. Begitu nikmat. Tak kusangka lobang pantat bila disodok-sodok dengan jari seperti ini ternyata enak. Sambil satu jarinya mengorek-ngorek lobang pantatku, jari-jarinya yang lain mencoba melebar-lebarkan lobang sempitku itu. Mulutnya tak henti menghisap batangku. Lobang pantatku sepertinya mulai semakin melebar. Kini dua jari Enokh sudah bisa masuk kedalam. Lobang pantatku terasa penuh. Aku semakin terangsang. Tubuhku basah bersimbah keringat. Begitupun tubuh Enokh. Akhirnya aku tak bisa lagi menahan orgasmeku. Tanpa bisa kutahan tubuhku mengejang. Batang kontolku terasa berdenyut-denyut. Segera saja spermaku berlompatan, menyembur keluar dari lobang kencingku. Menyemprot kedalam mulut Enokh yang terus memompa. Enokh tak melepaskan mulutnya dari batang kontolku. Seluruh sperma yang kusemprotkan itu masuk kedalam mulutnya. Gila, ia menelan semuanya. Tubuhku terasa ringan. Aku tergolek lemas tak berdaya diatas tempat tidur. Tubuhku basah kuyup dengan keringat yang mengalir deras keluar dari pori-poriku. Enokh yang juga berkeringat, berdiri tegak dengan batang yang sekeras batu. Ia menatapku sambil tersenyum puas. “Bagaimana Tampan, kau menikmatinya kan,” katanya padaku. Aku tak tahu harus menjawab apa. Yang pasti apa yang baru saja kualami bersamanya begitu nikmat. Akhirnya aku mengangguk lemah menjawab pertanyaannya. Enokh kemudian mengambil tempayan tempat air minum yang ada di kamar itu. Dia memberikannya padaku. Aku bangkit kemudian duduk ditepi tempat tidur. Kusambut tempayan dari genggamannya. Segera kuteguk air dalam tempayan itu. Tenggorokanku yang kering akibat memacu birahi bersama Enokh tadi terasa segar. Aku minum dengan lahap. Enokh tertawa melihatku. Selesai aku minum, Enokh juga minum dari tempayan itu. Ia meneguk air dari tempayan itu hingga habis. Rupanya dia kehausan juga sepertiku. Usai minum ia naik ke atas tempat tidur. Dia menarik tubuhku agar berbaring bersamanya. Kami berbaring miring berhadapan. Dia memelukku. Tangannya mengelus-elus punggungku. Bibirnya menciumi rambutku, pipiku, mataku, bibirku, daguku, telingaku, juga leherku. Sebenarnya aku tak suka diperlakukan seperti ini. Aku diperlakukannya seperti perempuan saja. Tapi apa dayaku untuk menolaknya. Dia punya kuasa untuk melakukan ini semua. Dia menggesek-gesekkan dadanya pada dadaku, kontolnya pada kontolku. Buah pantatku kini diremas-remasnya. Desah nafasnya mulai keras kurasakan menyentuh wajahku. Dia akan memulai babak kedua persetubuhan kami rupanya. Saat Enokh asik mencumbuku, tiba-tiba tirai penutup pintu kamar itu tersibak. Posisi berbaringku yang kebetulan tepat menghadap pintu kamar, langsung dapat melihat seorang remaja tampan yang menyibakkan tirai itu. Kini ia berdiri tegak menatap tajam pada kami. Aku kaget. Aku segera bangkit dari posisi berbaringku, menyebabkan Enokh yang sedang asik mencumbuku terkejut dengan perbuatanku. Dia segera mengikuti tatapanku ke arah pintu. Enokh juga nampak terkejut. Selanjutnya pengawal yang bertugas menjaga pintu tadi juga menyusul masuk ke kamar. Ia mengelus-elus kepalanya, muka sang pengawal menunjukkan kesakitan. “Maafkan saya Tuan, tuan muda memaksa masuk. Saya tadi sudah mencoba meghalangi, tapi ia memukul kepala saya hingga saya terjatuh,” kata sang Pengawal. “Sudahlah, tidak apa-apa. Sekarang kamu kembali keluar,” perintah Enokh pada pengawalnya. Sang pengawal segera melaksanakan perintah tuannya. Setelah pengawal itu keluar, Enokh yang masih dalam keadaan telanjang bulat itu, kemudian mendekati remaja tampan yang berdiri diam di pintu. “Ada apa Ruben?!” tanyanya berwibawa.

“Aku ingin melihat pemuda yang baru Ayah bawa dari desa,” jawab remaja itu tersenyum pada Enokh. “Hahahaha, putraku kau tak sabar ingin mencicipinya juga ya,” Enokh tertawa lebar sambil menepuk-nepuk bahu remaja tampan yang ternyata tak lain adalah putranya itu. “Tentu saja Ayah. Hmmm.... pilihan Ayah memang tak pernah salah. Kapan giliranku mencicipinya Ayah? Aku sudah bosan menyetubuhi Habel, Moab, dan Kenan,” jawab Ruben sambil menatapku dengan tatapan binal. Aku tak suka dengan tatapannya itu. upanya bukan hanya Enokh saja yang harus kulayani disini. “Hahaha, sabar nak. Kau pasti akan dapat giliran juga menikmatinya. Sekarang kau pergilah, aku masih ingin menuntaskan nafsuku padanya,” Ruben kemudian meninggalkan kami. Selanjutnya Enokh kembali mendekatiku. “Ruben itu putraku yang paling muda, dia memang sangat manja. Padahal usianya masih 12 tahun tapi nafsu sexnya luar biasa. Seusia Ruben dulu, kakak-kakaknya belum kuijinkan bersetubuh dengan siapapun. Dan kakak-kakaknya yang bisa menahan diri. Tapi kalau si Ruben itu tidak bisa, dia tak bisa membendung nafsunya. Saat usianya 11 tahun, dengan tanpa seijinku, dia sudah memaksa Habel untuk melayaninya. Hahahaha. Setiap aku membawa laki-laki kemari, dia pasti tak sabar untuk tahu paling awal,” kata Enokh padaku menunjukkan kebanggannya pada Ruben. Aku hanya diam mendengarnya. Kakak-kakak Ruben? Ada berapa orang mereka? Apakah aku juga harus melayani mereka semua.

Enokh tidak jadi memperjakaiku malam itu. Ia hanya memintaku untuk mengoral kontolnya hingga orgasme. Aku sangat bersyukur, malam itu keperjakaanku tak perlu terenggut. Sambil melepas lelah seusai orgasmenya tuntas, dia bercerita tentang ketujuh putranya yang diperolehnya dari tiga orang istrinya padaku. Aku mendengarkan saja. Dia mengatakan padaku, bahwa keperjakaanku akan diserahkannya pada salah seorang puteranya. Besar kemungkinan ia akan memberikannya pada Ruben. Namun apabila kakak-kakak Ruben lainnya yang lebih tua meminta juga kepada Enokh, maka mau tak mau Ruben harus mengalah pada kakak-kakaknya. Begitulah adat yang berlaku di Gomorah. Yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Enokh terus bercerita sampai jatuh tertidur kelelahan. Tangannya memeluk tubuhku erat. Tak lama setelah dia tertidur, aku juga tertidur. Dari tadi sebetulnya aku sudah mengantuk mendengar ceritanya. Tapi tak mungkin aku mendahuluinya tertidur. ----- Besoknya, saat kembali berkumpul dengan ketiga teman baruku, aku bertanya pada mereka apakah aku juga berkewajiban untuk melayani seluruh anak Enokh. “Kita memang berkewajiban untuk melayani mereka semua Seth,” kata Habel. “Kita dibawa kemari kan untuk melakukan tugas itu, kawan,” sambung Moab. “Betapa menyedihkannya nasib kita,” kataku. “Mau apalagi kawan,” ini jawaban Kenan. ----- Malamnya Enokh mengadakan acara di kediamannya yang megah itu. Ia mengundang seluruh orang kaya di Kota Gomorah. Ia juga mengundang orang-orang kaya dari Kota Sodom, kota terdekat dari Gomorah. Dengan hanya menggenakan secarik kain putih kecil penutup kontol, kami bertugas menuangkan arak ke gelas orang-orang kaya yang tak henti-hentinya tertawa terbahak-bahak sambil mencumbui laki-laki muda yang gagah, tampan, kekar, yang mendampingi mereka. Sama sepertiku, mereka juga hanya menggenakan secarik kain putih penutup kontol saja. Ditengah-tengah ruangan, dikelilingi para tamu, beberapa laki-laki muda menari-nari dalam keadaan telanjang bulat. Gerakan-gerakan tubuh yang mereka peragakan sangat erotis dan membangkitkan birahi penonton. Suara tabuhan gendang, dan seruling, meramaikan suasana ruangan itu. Tak ada perempuan disini. Semuanya laki-laki. Para perempuan berkumpul di ruangan lain, bersama dengan istri-istri Enokh. Disana mereka juga saling memuaskan nafsu sesama mereka. Benar-benar gila keadaan di Gomorah ini dan juga di Sodom. Meskipun semua laki-laki menikah dengan perempuan, tapi tetap saja pemuasan birahi dilakukan dengan sesama jenis. Perkawinan dilakukan hanya sekadar untuk memperoleh keturunan saja rupanya. Ketujuh putra-putra Enokh kulihat duduk mendampingi ayah mereka. Ketujuhnya memang tampan-tampan dan gagah-gagah. Ruben si bungsu, tak lekang menatapku terus, kemanapun aku melangkah. Tapi ia belum bisa beranjak meninggalkan ayahnya. Ia baru bisa meninggalkan ayahnya saat acara persetubuhan massal dimulai. Habel menceritakan padaku, bahwa setelah tengah malam tepat, semua yang hadir dalam acara bebas untuk bersetubuh dengan siapa saja yang mereka kehendaki. Ruangan ini nantinya akan berubah menjadi tempat pergumulan cabul dari semua laki-laki yang hadir disini. Pasti Ruben nanti akan mendatangiku untuk memuaskan hasratnya. Pasti Enokh sudah memberikan janji padanya untuk merenggut keperjakaanku malama ini. Sebenarnya aku ingin menghindar darinya. Tapi tentu sangat tidak mungkin. Rasanya harga diriku runtuh bila harus ditunggangi oleh remaja yang masih sangat belia itu. Masak aku dientot oleh anak-anak? Meskipun sudah kurasakan melakukan hubungan sejenis itu begitu nikmat, tapi bukan berarti aku suka dengan persetubuhan sejenis. Aku hanya melakukannya karena terpaksa. Tapi kalau seandainya aku disuruh untuk memilih pada siapa keperjakaanku kuserahkan malam ini, aku lebih memilih untuk memberikannya pada Mahalel, kakak Ruben yang keempat, apabila ia memintaku pada Enokh. Usia Mahalel sebaya denganku. Diantara semua saudaranya dia memiliki wajah yang paling tampan, gagah dan kekar. Dari cerita ketiga kawanku dia punya hobi yang sama denganku, sama-sama suka berburu dan memanah. Tapi aku rasa tak mungkin dia memilihku. Tak pernah kulihat dia mengamatiku seperti Saudaranya yang lain, khususnya Ruben. Dari tadi kulihat Mahalel tak lepas menyaksikan tontonan tarian pria di tengah ruangan. Mungkin dia tertarik dengan salah seorang penari itu. Aku bertemu juga dengan teman lamaku, Lamakh. Kami saling bertukar cerita. Tentu saja juga saling menyesali nasib masing-masing. Lamakh menanyakan Rahel padaku. Saat menceritakan kekasihku itu, tak kuasa air mataku mengalir tak terbendung. Aku sangat merindukannya. Saat tengah malam menjelang, dimulailah acara maksiat itu. Semua laki-laki dalam ruangan ini saling mencari pasangan bersetubuh masing-masing. Kulihat Ruben sibuk berbisik-bisik pada ayahnya. Sambil tertawa-tawa, kulihat ayahnya mengangguk-angguk. Ruben segera mendekatiku. Sementara Enokh mulai mencumbu seorang penari pria. “Kau milikku malam ini Seth,” kata remaja itu sambil menyeringai cabul padaku. Ruben menarikku ke tengah ruangan. Dengan terpaksa kuikuti dia. Tiba-tiba kulihat Mahalel mendekati kami. Mau apa dia? “Ruben, Seth milikku malam ini. Kau pergilah mencari pria lain,” kata Mahalel tegas dan penuh wibawa. “Aku sudah memintanya pada ayah,” jawab Ruben. “Aku juga telah memintanya pada ayah. Karena aku lebih tua, maka akulah yang punya kesempatan untuk menikmatinya terlebih dulu, barulah nanti dia kuberikan padamu,” kata Mahalel, matanya tajam menatap Ruben. Remaja belia itu tak berani membantah, bersungut-sungut ia meninggalkan kami. “Kenapa kau memilihku?” tanyaku pada Mahalel. Tak kusangka akhirnya Mahalel memilihku. “Kulihat kau tak suka saat ditarik oleh adikku yang manja itu,” “Kau memperhatikan kami rupanya,”

“Aku selalu memperhatikanmu, Tampan,” jawabnya dengan suaranya yang tegas, namun dengan senyum ramah dibibirnya. “Aku tak tahu kau memperhatikanku. Kulihat dari tadi kau asik melihat gerakan binal penari pria saja,” “Ternyata, kau memperhatikanku juga dari tadi,” dia tersenyum menggodaku. Aku jadi malu karena tertangkap basah mengamatinya. Mahalel segera merengkuh tubuhku dengan tangannya yang kekar dan berbulu-bulu halus itu. Ia memelukku lembut. Diciumnya bibirku, tipis. Kubalas ciumannya dengan lembut. Aku menyukai ciumannya dibibirku. Kami berciuman dengan hangat diantara pria-pria lain disekitar kami yang sedang memuaskan birahi mereka. Tak lama kami sudah sama-sama telanjang bulat dan bergumul penuh nafsu dilantai. Saling mencium, menjilat, melumat, menyedot, saling merangsang satu sama lain. “Aku suka tubuhmu yang kekar ini Seth......,” kata Mahalel diantara cumbuannya. Tangannya menjalari seluruh lekuk-lekuk tubuhku yang kekar. “Aku juga...ohhhh..,”

Mahalel menetek di puting susuku, sambil tangannya mengocok-ngocok batang kontolku. Aku menciumi rambutnya yang hitam kecoklatan itu sambil tak lupa tanganku mengocok batang kontolnya yang lebih besar dari batangku. Selanjutnya ia mengangkangi mukaku. Kontolnya tepat dihadapanku, sementara kontolku tepat dihadapannya. Kami saling melakukan oral satu sama lain dalam posisi aku tidur telentang dan Mahalel merangkak bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Seperti seorang bayi, kini aku menetek pada batang kontolnya yang besar dan berurat-urat jantan itu. Jembutnya yang menjalar sampai kepusatnya juga tak lupa kubasahi dengan ludahku. Dibawah sana Mahalel asik menggempur batang kontolku dan dua buah pelirku. Betapa nikmat kurasakan saat Mahalel melakukan gerakan-gerakan mulut yang seakan-akan mencoba menelan buah pelirku. Rasanya begitu geli dan nikmat. Aku mengerang keras, “Aourghhhhhh......,” Aku sangat menikmati percumbuan kami. Tidak seperti percumbuanku dengan Habel, Moab, Kenan, dan juga Enokh, yang kulakukan dengan terpaksa. Percumbuanku dengan Mahalel kulakukan dengan penuh kerelaan. Aku menikmati dirinya. Tak ada penolakan dalam batinku saat ini. Kuluman mulutku pada batang kontol besar miliknya yang bergerak keluar masuk mulutku dengan gerakan yang penuh kelembutan itu, kulakukan dengan penuh penghayatan. Aku sangat menikmati saat kulit batang kontolnya itu bergesekan dengan bagian dalam mulutku, juga dengan bibirku. Aku sangat menikmati hisapanku pada kepala kontolnya. Benda berbentuk cendawan berwarna kemerahan itu, kuhisap dalam-dalam. Sepertinya Mahalel juga melakukan hal yang sama padaku. Aku benar-benar diliputi perasaan nikmat, oleh sensasi mulut pria muda jantan ini pada batang kontolku yang bergerak ritmis dalam mulutnya yang basah dan hangat. Auhhhh, betapa nikmatnya. Cukup lama kami bermain kontol dalam mulut. Tak ada tanda-tanda bahwa salah satu dari kami akan menyerah lebih dulu dengan menyemburkan sperma di mulut lawan. Kami saling menahan diri. Mulut Mahalel kemudian mulai beroperasi di sekitar lobang pantatku. Ia menjilat-jilatnya. Ia meludahi celahku hingga basah kuyup. Jari-jari tangannya disodok-sodokkannya ke celah sempitku yang masih perjaka. Aku tahu apa maunya setelah ini. Ia akan memasukkan batang kontolnya ke dalam sana rupanya. Aku keenakan oleh sodokan jari-jarinya yang bergesekan dengan bulu-bulu halus di sekitar celah sempit milikku itu. Mahalel selanjutnya memutar tubuhnya 180 derajat. Kini wajahnya yang tampan itu tepat diatas wajahku. Ujung rambutnya yang tergerai sebahu, jatuh dipipiku. Titik-titik keringat, kulihat mengkilap di keningnya. Ia memandangiku tersenyum. Aku membalas senyumannya. Ia menciumku hangat. Kubalas dengan lumatan yang tak kalah hangat. Kami berciuman dengan lidah saling bertempur, menggelitik dinding dalam mulut kami. “Aku akan memasukimu sekarang Seth...,” katanya diantara lumatan kami. Aku tak menjawab. Kubiarkan saja dia melakukan apa yang dikehendakinya padaku. Sambil tak putus melumat bibirku, ia mengatur posisi kakiku. Kedua pahaku disibakkannya sehingga aku mengangkang lebar dibawah tubuhnya. Jari-jarinya kembali merojok celah sempitku. Selanjutnya tanpa melepas lumatannya pada mulutku, ia menggenggam batang kontolnya kemudian mengarahkan kepala kontolnya kedepan bibir lobang pantatku. Selanjutnya kepala kontol itu digesek-gesekkanya ke bibir lobang pantatku. Dia mengerang, aku juga mengerang. Aku dan dia merasakan geli-geli nikmat akibat gesekan kepala kontol itu pada bulu-bulu celah pantatku. Selanjutnya kepala kontol itu didorongnya, mencoba menembus celah sempitku. Tangannya yang lain menyibakkan pahaku lagi, mungkin ia merasa kangkanganku masih kurang lebar. Ia menyorong terus. Kurasakan sebuah benda bulat, hangat, basah, tumpul, kenyal bergerak perlahan menyusup ke dalam lorong lobang pantatku. Semakin dalam benda itu menyusup masuk kurasakan dinding lorong lobang pantatku memanas, dan berdenyut-denyut. Aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku ingin menjerit, akibat rasa sakit itu. Tapi kutahan sekuat tenaga. Mataku kupejamkan, tanganku memeluk punggung Mahalel kuat. “Sakitnya hanya sebentar Seth....tahan ya.......,” bisik Mahalel diantara lumatannya. Dia memahami akan kesakitanku rupanya. Benda kenyal itu terus menyusup masuk dengan gerakan perlahan. Kini kurasakan batangnya yang seperti pipa kenyal itu juga menyusup ke dalam. Urat-urat batangnya itu menggesek dinding lorong lobang pantatku. Lobang pantatku terasa penuh. Tak ada celah sedikitpun yang bisa dilalui oleh udara. Aku benar-benar kesakitan. Tubuhku kurasakan mulai dibanjiri oleh keringat. “Mahalelhhkkk.........sakithhhhkkkk..........,” erangku tertahan. “Tahan Seth.., ohhhh...ohh....tahan..sedikit lagihhhhhhh..........,” bujuknya, pantatnya terus menekan kebawah, mendorong masuk seluruh batangnya ke lobang pantatku. Terus masuk, hingga akhirnya kurasakan bulu-bulu jembutnya menempel menggelitik belahan pantatku. Seluruh batang kontolnya sudah bersarang didalam lobang pantatku. “Sudah masuk semua Seth...,” katanya. Ia mendiamkannya sejenak. Ia kembali menciumi bibirku. Selanjutnya pantatnya mulau bergerak pelan. Menyebabkan kontolnya juga mulai bergerak mengaduk lobang pantatku. Aku mengerang. Sakitnya tak terkira kurasakan di lorong sempit lobang pantatku. Mahalel tak memperdulikan erangan kesakitanku. Dia terus bergerak cepat, memompa batang kontolnya yang besar itu, sambil mulutnya dengan liar melumat bibirku. Tangannya meremas-remas dadaku. Gerakannya mulai meningkat cepat. Eranganku semakin keras. Begitu terus dan terus. Hingga akhirnya gerakannya menjadi sangat cepat, seperti kesetanan. Nafasnya menderu-deru bak banteng liar mengamuk. Tak dipedulikannya lagi aku yang mengerang-erang keras dibawahnya, kesakitan. Dia terus memompa dengan segala keperkasaan yang dimilikinya. Otot-otot diseluruh tubuhnya menegang, mengkilap indah oleh keringatnya yang membanjir. Rasa sakitku perlahan mulai sirna. Yang kurasakan kini adalah rasa gatal yang apabila digesek-gesek oleh batang kontolnya menjadi enak. Ohhh........apakah ini kenikmatan yang dikatakan oleh Habel padaku. Tiba-tiba aku teringat kembali pada yang Habel katakan saat mengajariku kemaren, “ Seth, memang awalnya lobang pantat kita akan terasa sangat sakit saat dimasuki batang kontol, namun akhirnya kamu akan rasakan kenikmatan yang tak terkira. Kenikmatan yang membuat laki-laki manapun, meskipun pada awalnya dia normal seperti kita, akan berkeinginan untuk dimasuki kembali lobang pantatnya oleh kontol.” Ketika itu aku tak percaya padanya. Namun akhirnya hari ini ketidakpercayaanku itu sirna. Aku tak kuasa menahan kenikmatan yang ditimbulkan oleh gerakan tarik sorong batang kontol Mahalel di lobang pantatku. Habel tak berdusta. Pantatku kini melakukan gerakan berlawanan arah dengan gerakan pantat Mahalel. Gerakan ini kulakukan karena efeknya menimbulkan rasa yang nikmat bagiku. Apalagi saat buah pantatku bertepukan keras dengan selangkangannya yang mebuat batang kontol Mahalel menembus semakin dalam di lobang pantatku. Rasa yang ditimbulkan sangat nikmat. Aku berkelojotan. Tubuhku bergetar hebat tanpa kusadari. Aku mengerang-erang bukan karena kesakitan lagi, tapi karena keenakan. Sangat enak malah. Kalau seandainya Timbul Srimulat sudah hidup pada masaku ini, pasti dia akan mengatakan padaku, “Uenakk tenan,” Kami terus melakukan gerakan pantat berbalasan. Gerakan yang sama-sama cepat dan keras. Kedua tanganku memegangi buah pantatnya untuk membantu Mahalel melakukan gerakan pantat yang sangat cepat dan keras. Akibatnya suara-suara tepukan yang ditimbulkan oleh pertemuan buah pantatku dan selangkangannya itu semakin kuat, semakin menigkatkan birahiku. Tiba-tiba Mahalel mencabut kontolnya dari lobang pantatku. Kemudian ia menyuruhku untuk berbalik, menungging, membelakanginya. Segera kuikuti perintahnya. Kedua tanganku kutumpukan pada lantai, sedang kedua kakiku menyiku. Mahalel yang berdiri dengan kedua kaki sedikit menekuk dibelakangku langsung meremas buah pantatku. Tak berlama-lama segera dimasukkannya kembali batang kontolnya disana. Seperti anjing kawin Mahalel mengentotiku. Ia memompa batang kontolnya dengan cepat. Kini ia bisa melakukan gerakan memompa sambil mengocok batang kontolku yang tegak mengacung. Dalam posisi seperti ini aku bisa melihat aksi mengentot gila-gilaan yang dilakukan oleh orang-orang disekitar kami. Ruben sedang asik menunggangi seorang pemuda yang tak ku kenal sambil mulutnya mengulum batang kontol besar milik pemuda lain. Mungkin kedua pemuda itu adalah pelayan sex sepertiku juga. Tubuh Ruben yang mulai terbentuk sempurna itu, basah bersimbah keringat. Seperti kesetanan ia mengebor lobang pantat pemuda yang juga menungging pasrah seperti posisiku saat ini. Sementara di tempat duduknya yang empuk, kulihat majikanku, ayah Mahalel, Enokh sedang asik memuaskan birahinya dengan menggeluti tiga pemuda tampan bertubuh kekar, sekaligus. Kulihat ia menggilir lobang pantat mereka satu persatu, bergantian. Disalah satu sudut ruangan kulihat temanku sekampung, Lamakh, sedang serius melakukan oral sex pada seorang bangsawan tua bertubuh gendut. Tangannya menggenggam batang kontol itu, mengeluar masukkannya kedalam mulutnya. Ia melakukannya sembari duduk mengangkangi batang kontol besar milik laki-laki yang sedang berbaring dibawahnya. Pantatnya bergerak naik turun mengeluarkan masukkan batang kontol itu dilobang pantatnya. Mataku mencari-cari ketiga temanku. Habel. Moab, dan Kenan. Akhirnya kutemukan ketiganya juga sedang melakukan tugas seperti yang sedang kulakukan saat ini. Ditengah-tengah ruangan kulihat Moab sedang digenjot oleh dua orang putra Enokh yang mencoba memasukkan kedua kontol mereka kedalam lobang pantat Moab sekaligus. Kasihan temanku itu. Kulihat matanya mendelik-delik sambil menjerit keras. Pasti ia sangat kesakitan menerima sodokan dua batang besar didalam lobang pantatnya itu sekaligus. Kembali padaku. Keringatku berjatuhan ke lantai dari rambutku yang basah kuyup. Aku dan Mahalel terus memacu birahi, hingga akhirnya kurasakan spermaku sudah tak bisa lagi kubendung. Perlahan-lahan kurasakan gerakan spermaku yang mengalir cepat menuju batang kontolku yang terus dikocok oleh Mahalel dengan cepat. Akhirnya spermaku bersemburan dari lobang kencingku, menyemprot-nyemprot ke lantai. Aku kelojotan. Aku mengerang. Mataku terpejam, tanganku mengepal-ngepal menahan nikmatnya orgasmeku pada saat lobang pantatku masih menjepit batang kontol Mahalel yang terus memompa dengan gerakan yang cepat tanpa henti. Aku meyakini bahwa akibat orgasmeku itu, maka lobang pantatku berdenyut-denyut kuat meremas-remas batang kontol Mahalel. Efek yang ditimbulkan oleh remasan itu menyebabkan Mahalel juga tak dapat menahan lagi orgasmenya. Tiba-tiba ia menekan batang kontolnya dalam-dalam menembus ke dasar lobang pantatku yang mampu dicapai oleh ujung kepala kontolnya. Kedua tangannya menekan buah pantatku agar menempel erat diselangkangannya. Ia mengerang keras. Sesaat kemudian kurasakan dinding lobang pantatku seperti disemprot keras oleh cairan hangat dan kental. Mahalel menumpahkan spermanya di dalam lobang pantatku. “Ohhhhhhh..........,” aku menjerit.

*Arghhhhhhhhhhh...................,” Mahalel mengerang. Giginya menggigit punggungku agak keras. Semprotan spermanya yang beruang-ulang sangat nikmat kurasakan. Kemudian ia mendorong tubuhku hingga ambruk ke lantai dan tubuhnya menindihku. Dadanya bergerak turun naik dengan cepat, di punggungku. Hembusan nafasnya yang hangat menderu-deru di leherku. Tubuhnya yang bersimbah keringat memeluk tubuhku yang juga tak kalah basahnya dengan sangat erat. Ia mengecup punggungku hangat. “Betapa nikmatnya Seth..., apakah kau menikmatinya juga?” bisiknya dalam getar ditelingaku. “Yah...aku sangat menikmatinya...,” jawabku jujur, juga dengan berbisik. Tak bisa kudustai diriku. Aku sangat menikmati persetubuhan ini. Sisa-sisa kenikmatan itu masih kurasakan pada lobang pantatku yang didalamnya masih bersemayam batang kontol besar milik Mahalel. Entah mengapa, saat bersenggama yang penuh gelora birahi dengannya tadi, tak sedetikpun terbersit muncul perasaan bersalah pada Rahel dibenakku. Tidak seperti ketika aku disetubuhi oleh Enokh, dan mendapatkan pelajaran sex dari habel, Moab, dan Kenan. 7 Begitulah.........

Sejak pesta sex itu, hubunganku dengan Mahalel semakin dekat. Kami semakin sering berkomunikasi. Kami mulai saling mengenal hobi dan kebiasaan masing-masing. Hanya dengan Mahalel aku dapat menikmati persetubuhan seutuhnya. Karena dilandasi perasaan suka sama suka. Sedangkan pada yang lainnya tidak. Apabila aku mengentot dengan Enokh atau anak-anaknya yang lain, perasaan tertekan selalu muncul dibenakku. Aku pasti teringat akan Rahel, dikampungku sana yang terus setia menantiku. Masa satu tahun berlalu sudah. Habel, Moab, dan Kenan telah pergi meninggalkanku. Tugas mereka sudah usai di rumah besar milik Enokh ini. Ada lima pemuda baru dari desa yang menggantikan mereka. Kini akulah pelayan sex yang paling senior disini. Syukurlah Enokh membawa mereka kemari, karena tugasku untuk melayani Enokh dan putra-putranya semakin berkurang. Tentu saja barang baru lebih diminati daripada barang lama. Dalam hal ini Rubenlah paling senang atas kedatangan kelima pemuda itu. Kini lebih sering persetubuhan kulakukan hanya dengan Mahalel. Karena kami sama-sama memiliki hobi berburu, atas seijin Enokh, Mahalel sering membawaku berburu, berdua saja. Sambil berburu kami bisa melepaskan nafsu birahi sepuasnya. Kami melakukannya dimana saja yang kami sukai, termasuk diatas seekor kuda yang sedang melaju kencang sekalipun. Mahalel sudah menikah dengan seorang putri bangsawan dari kota Sodom. Eva namanya. Ia sangat cantik dan menggairahkan. Pada malam pengantinnya, Mahalel melakukan hal yang gila. Ia mengajakku bergabung bersamanya. Sembari memperawani istrinya ia memintaku untuk melakukan anal di lobang pantatnya dari belakang. Lebih gilanya lagi, setelah ia selesai menuntaskan birahinya pada istrinya itu, ia menyuruhku untuk gantian mengentot istrinya. Tentu saja saat aku mengentot istrinya ia melakukan pompaan binal batang kontolnya di lobang pantatku. Istrinya tak bisa melawan kelakuan binal suaminya itu. Eva hanya bisa menjerit-jerit pasrah atas apa yang kami lakukan padanya. Saat ini aku masih harus tinggal di rumah Enokh sampai masa satu tahun ke depan. Belakangan ini aku merasa ragu apakah aku siap untuk kembali ke kampungku dan menikahi Rahel, gadis cantik putri pamanku itu. Didesaku, kami tak terbiasa dengan kehidupan kebebasan sex seperti di Kota Gomorah ini. Meskipun aku yakin, pasti bisa memuaskan libidoku pada Rahel dan Rahel akan terpuaskan juga libidonya olehku, tapi bagaimana bila hasratku untuk memuaskan birahi pada sesama lelaki tiba-tiba muncul kembali? Saat ini saja, bila dalam dua hari lobang pantatku tidak dipompa oleh batang kontol dan mulutku tak merasakan semburan sperma, maka kurasakan ada yang kurang didiriku. Bila Mahalel tak ada kesempatan untuk melakukannya padaku maka aku akan meminta pelayan-pelayan sex junior untuk memompa lobang pantatku yang sudah lebar ini, sambil mulutku mengoral kontol mereka. Aku benar-benar sudah ketagihan pada kenikmatan sodokan batang kontol dari laki-laki perkasa. Ahhh..., entahlah, apa yang akan terjadi padaku nanti.

Tamat

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini