5/21/2011

Om Sardi, Majikanku

Karena terpaksa dan tidak ada keahlian untuk bekerja di sektor formal. Terpaksalah kujalani bekerja sebagai tenaga serabutan di Kota Malang ini. Tak pernah kubayangkan, sebagai lulusan STM aku akan bekerja menjadi pembantu.
Setelah beberapa kali melamar kerja tidak kunjung ada respon, akhirnya aku melamar iklan koran yang mencari tenaga serabutan di kawasan elit Kota Malang, di Jalan Ijen. Ternyata pemilik rumah adalah seorang pengusaha sibuk dengan beberapa anak. Dan di Malang, dia hanya tinggal sendirian. Om Sardi aku biasa memangil majikanku ini.

Di saat awal aku bekerja, tak pernah aku berfikir untuk cari tau kegiatan dan aktivitas Om Sardi. Bahkan kebiasaan yang tidak lumlah majikanku yang membawa cowok ABG ke rumahnya. Kupikir keponakannya, tapi kok suka ganti ganti cowok.
Namun setelah beberapa kali aku amati, ternyata Om Sardi suka bawa cowok-cowok ABG bergantian dan berlainan orang ke kamarnya. Memang kamarnya terpisah dari bangunan utama. Dia keluar masuk tidak lewat pintu utama tapi lewat pintu samping di sebelah garasi. Garasinya cukup besar sehingga muat 2 mobil berjajar.

Cowok yang dibawa sering ganti-ganti, tapi semuanya manis dan imut. Kalo sudah dikamar, aku suka nguping. Terdengar cekikikan, tapi gak lama kemudian terdengar erangan si cowok, pasti sedang dientot. Napsuku berkobar-kobar kalo sedang nguping dia ngentot. Tanpa terasa aku sering meremas-remas kontolku sendiri yang gak kalah gedenya dengan kontol ABG nya. Saking napsunya, tanpa sadar aku terengah engah sendiri di depan kamarnya.

Ketika membersihkan kamar Om Sardi, aku membuat posisi kordennya sedemikian rupa sehingga aku bisa ngintip ke dalam kamar. Om Sardi tidak mengetahui bahwa aku bisa ngintip ke dalam kamarnya, dan dari tempat aku ngintip, aktivitas yang dilakukan di ranjang bisa aku lihat dengan jelas. Suatu malem, aku lihat dia bawa ABG lagi ke kamarnya. Setelah mereka masuk kamar, segera aku ngintip mereka berdua. Dia sedang menelanjangi cowoknya, lalu ditelentangkan di ranjangnya. Kontolnya besar, berdiri tegak. Jembutnya lebat. Gak lama kemudian Om Sardi bergabung dengan cowok ABG itu di ranjang, bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kontolnya yang besar dan panjang, sudah ngaceng dengan kerasnya. Dibandingkan dengan kontolku gak ada apa-apanya.

Sejenak Om Sardi sudah membunguk dan langsung menjilati dan mengulum kontol ABG itu. Lalu tak lama kemudian, bergantian ABG itu yang menghisap kontol Om Sardi yang besar dna panjang itu Aku tidak dapat menahan napsuku, segera aku kembali kekamar. Seluruh pakaian aku buka dan aku mulai meremas kontolku sendiri, makin lama napsuku makin memuncak sampai akhirnya dengan erangan panjang aku nyampe juga. Pengen rasanya aku ngerasain kontolku diisep isep. Pengen tau rasanya saja.

Suatu malem minggu, Om Sardi tidak kemana mana. Aku yang sedang membersihkan rumput hanya menggunakan celana boxer kain lembut, sehingga kontolku yang montok bergerak-gerak kalo aku berjalan.

"Om, kok ngajak cowoknya", tanyaku sambil menyiapkan makan malem. Untuk yang punya rumah, meja makannya terpisah di ruang utama.
"Enggak", jawabnya sambil menyuap makanan ke mulutnya.
"Emangnya om gak pengen", pancingku lagi.
"Pengen apa", tanyanya.
"Kan biasanya sama cowoknya, asik-asikan", godaku lagi.
"Kamu kok kurang ajar. Kamu suka nguping ya", katanya sambil tersenyum.
"Gak usah nguping juga kedengaran kok, Om, cowoknya keenakan", jawabku lagi. Dia diam saja dan meneruskan makannya. Aku menambah air minumnya, ketika menambah air posisiku agak dekat tubuhnya.
"Kamu sehat juga ya, Hen", katanya tanpa kumengerti apa maksudnya.
"Temennya banyak ya om, cowoknya ganti-ganti terus", kataku lagi.
"Bosen dong kalo sama yang itu itu terus, kan perlu variasi", jawabnya lagi.
"Mau gak kamu nyobain",ajak Om Sardi.
"Kok om mau ngajakin Hendro, kan Hendro cuma pembantu", kataku.
"Biar kamu pembantu tapi kamu gak kalah sama ABG yang biasa aku bawa, lagian kamu masih ABG juga kan", jawabnya.
Aku diam saja, membereskan peralatan makan dan kubawa ke dapur. Demikian juga dengan makanan yang tidak habis dimakan, aku bawa dan simpan di lemari dapur. Aku mencuci peralatan makan.

Tiba-tiba Om Sardi berdiri dibelakangku, memelukku dan tangannya langsung meremas kontolku. "Hen, kontol kamu kenceng ya, besar lagi", katanya sambil terus meremas kontolku. Napsu Om Sardi rupanya sudah berkobar, aku berhenti mencuci peralatan makan dan bersandar di dadanya menikmati remasan tangannya di kontolku. Tangan satunya segera mengelus pahaku, sedikit demi sedikit tangannya naik dan terasa bajuku tertarik sampai atas. Kemudian tangannya ke bongkahan pantatku dan jarinya menggesek-gesek bagian lubang pantatku dari luar.
"Pantat kamu montok juga ya",puji Om Sardi.
Mendengar itu aku tambah terangsang dan aku semakin merenggangkan kaki. Kemudian aku merasakan jarinya menyelinap ke balik CD dan terus masuk ke belahan pantatku. "Lubang pantat kamu sempit", katanya. Gerakan jarinya enak sekali, dia pintar memainkan jarinya, apalagi setelah dia menambah jarinya untuk masuk ke lubang pantatku. Aku sendiri sudah tidak ingat lagi apakah waktu itu aku sempat mengeluarkan suara atau tidak. Tangan yang satu tetep meremas-remas kontolku, tangan yang lain menusuk nusuk lubang pantatku.
Beberapa saat aku biarkan dia begitu karena aku juga merasa enak sekali. Kemudian aku membalikkan diri dan berhadap-hadapan dengan dia. Tangannya seperti tergesa-gesa merauk baju di kedua pundak ku dan ditarik ke bawah hingga terbuka dada ku. Kemudian dia menjilat dan mengisap-isap dada dan pentilku. Aku benar benar terangsang dan sudah tidak bisa mengatur diri lagi. Aku juga mulai gemes dan menggenggam kontolnya dari atas celananya, terasa sudah menegang dan terasa ukurannya besar sekali. Om Sard nampak begitu penasaran hingga dia menarik kepalanya yang sedang berada di dada ku dan menciumku bertubi-tubi. Dia aku dorong sedikit-sedikit ke belakang sampai menubruk kursi di belakan nya. Kemudian aku paksa Om Sardi duduk. Resleting celanaku dibukanya dan segera bersamaan pula cdnya dia turunkan juga. Aku hanya diam melihat apa yang Om Sardi lakukan. Kontolku memang tidak seberapa besar dan panjang, tapi Om Sardi nampak tidak sabar lagi untuk menciumnya, menjilat sekitar ujung kontolku. Baru sebentar saja sudah terasa cairan kontolku keluar sedikit dari ujungnya. Selanjutnya mulai Om Sardi emut emut kontolku. Terasa kontolku penuh di mulutnya. Tapi baru sebentar aku sudah minta segera dilepas karena aku gak mau keluar di mulutnya.

Setelah Om Sardi lepas kontolku dari mulutnya, Dia segera menaikkanku keatasnya yang sedang duduk di kursi itu. Aku juga sudah tidak sabar lagi, akan diapakan selanjutnya. Secara reflek kontolnya aku genggam dan aku kocok pelan-pelan. Om Sardi melenguh dan mengejang.
Tapi tiba-tiaba Om Sardi melakukan gerakan melepaskan tanganku dan mengolesi batang kontolnya dengan suatu cairan. Lalu tubuhku diturunkan di pangkuannya dan pantatku menyentuh ujung kontolnya. Lalu dengan tangannya, diarahkannya kontolnya mengarah ke lubang pantatku, Sedikit demi sedikit kontol itu menelusup dan menembus belahan lubang pantatku. Terasa kontol yang besar itu masuk menembus relung ususku. Dia sedikit menarik nafas ketika kontolnya masuk semua. “Hen, enak banget deh lubang patatmu…”, kata Om Sardi.
Aku begitu amazing dan tak pernah menyangka akan melakukan hubungan seks sejenis ini. Tak pernah ada dalam benakku ketika sering mengintip aktivitas Om Sardi degan cowok ABG itu aku juga terobsesi untuk mencobanya.
Nampak Om Sardi melek merem dan mendesis desis saat kontolnya melesak dan menancap di lubang pantatku.
"Om Sardi dah napsu banget ya?", tanyaku.
Dia hanya mengangguk sambil tersenyum.
Lalu kedua tangan Om Sardi memegang pinggangku dan sedikit mengagkat tubuhku. Akibatnya aku bergerak naik-turun. Jadinya aku mulai bergerak gerak, dan Om Sardi berkali-kali mendesah dan mnggeleng gelengkan kepalanya. Aku juga tidak bisa menahan perasaan yang enak itu dan berkali kali mendesis desis juga.
Akhirnya dia tidak tahan juga berdiam diri, segera dia memeluk aku dan membenamkan mukanya ke dadaku. Aku hanya dapat mengelus-elus rambutnya yang ikal itu. Berkali-kali kontolnya aku jepit dengan lubang pantatku dan setiap dijepit, aku juga merasakan enak di dalam lubang pantatku. Tapi aku tidak bisa lama-lama, aku bilang sudah tidak tahan lagi dan sesuatu akan muncrat di kontolku. Tapi Om Sardi tidak ingin selesai sekarang, dia sedang benar-benar menikmati sempitnya lubang pantatku. Aku berusaha menggoyang hingga akhirnya sesuatu akan muncrat dan kontolku aku kocok kencang kencang hingga akhirnya spermaku ngencret. Dan akibatnya, lubang pantatku berkontraksi membuat jepitan kontol Om Sardi terasa semakin sempit.
Om Sardi menanyaiku, apakah pejunya akan di keluarkan di dalam apa di luar. Belum sempat aku jawab, akhirnya ngecret juga terasa berkali-kali pejunya keluar dari kontolnya dan menyembur di dalam lubang pantatku. Aku diam menikmati dan mengawasi Om Sardi yang mengejang dan mendesis desis saat ngencret. "Hen, nikmat banget deh lubang pantatmu. Lebih nikmat dari semua ABG yang pernah aku entot. Lubang pantatmu kerasa banget empotannya”,katanya terengah.
Aku bangkit dari pangkuannya. Terasa pejunya mengalir keluar dari lubang pantatku.
Lalu Om Sardi mengambil Cdnya dan dilapnya ke kontolnya hingga kontolnya bersih. Lalu CD itu diusapkan ke elahan pantatku.
Sesaat, lalu Om Sardi segera menarik aku ke kamarnya. "Terusin di kamarku ya Hen", katanya. Aku masih bingung dengan maksud kata-katanya itu. Bukan kah barusan selesai dan ejakulasi bersamaan.
Sesampainya di kamar, Om Sardi mulai menciumi rambut ku dari belakang dan terasa bibirnya menyentuh kuduk dan berkali kali mengecupnya, aku menjadi terangsang lagi ketika itu dan terus dia menciumi punggung ku. Terus dia memegang kedua lengan ku dan membalikkan badan ku sehingga berhadapan. Dia memandang muka ku dari dekat dan salah satu tangannya memegang dan meremas remas kontol aku. Kemudian dia mencium aku dengan nafsunya dan aku pun menerimanya dengan saling menghisap lidah. aku begitu terangsang hingga terasa kontolku basah lagi. Kemudian aku duduk di tempat tidurnya dan terus merebahkan diri.
Kedua kaki aku dia pegang dan perlahan-lahan dia buka hingga selangkangan aku terlihat lebar-lebar, kemudian kakiku ditekuknya. Sambil menciumi paha ku, sedikit demi sedikit kepalanya terus naik ke atas. Ciumannya begitu membuat aku terangsang dan aku sudah sedikit mendesah, apalagi ketika bibirnya sudah dekat benar dengan selangkanganku. Kemudian dia berkata “Hen, kontolmu bagus juga ya. Meski ga terlalu besar tapi mantap untuk diisep dan dikulum kulum. Nih kok keluar caitran bening lagi. Kamu dah napsu lagi ya”. Mendengar itu aku jadi bertambah terangsang, “Om…jilat…dong…”, desahku. Mukanya segera dibenamkannya di selangkangan ku, dan tidak tahan lagi, kepalanya aku pegang dengan agak kuat dan aku tekan ke ujung kontolku. Terasa dia mulai menjilat dan menciumi sekitar buah pelerku, dan terasa sekali lidahnya bergerak kesana kemari, benar-benar nikmat, beberapa kali batang kontolku dikulumnya. Ini nikmat sekali, lidahnya terasa seperti benda hidup yg bergerak gerak di sekitar kontolku yang sensitif itu, dia begitu pintar memainkan lidahnya.

Dia naik ke tempat tidur. Kemudian dia minta aku merubah posisi agar aku dapat mendekat ke kontolnya. Rupanya dia inginkan aku juga melakukan hal yang sama terhadap kontol Om Sardi. Segera aku pegang kontolnya sambil mengelus-elus pangkal kontolnya. Kepala kontol Om Sardi beberapa kali aku kecup dan kujilat, terutama ujungnya yang ada belahan tempat cairannya keluar itu. Dengan ujung lidahku sedikit kutekan, belahan ujung kontolnya aku jilat, terasa asin...
Sedikit-sedikit terlihat cairan yang agak lengket itu keluar dari ujung kontolnya.
Terdengar suaranya menahan karena napsu. Kemudian kepala kontolnya aku kulum dan kumainkan dengan lidah berkali kali didalam mulutku, ujungnya aku hisap seperti menyedot minuman, kontolnya berdenyut dan keluar sedikit cairan dari ujungnya. Karena tidak tahan, Om Sardi berubah posisi dan kini dia tepat di depan kontolku. Jadi saat au sibuk memainkan kontolnya. Om Sardi juga terus menjilati kontolku juga dengan posisi 69. Aku tetap terlentang dan dia berada di atas. Tapi terus dia memberi kesempatan ke aku dengan merubah posisi menjadi terbalik, aku berada di atas dia. aku jadi lebih bebas mengemut kontolnya yang berukuran besar itu, terus aku masukkan kemulut sampai semaksimal mungkin.
Air liur sengaja aku keluarkan banyak agar terasa licin dan mudah mengeluarkan dan memasukkan kontolnya ke mulutku. Memnag ini pengalamanku yang pertama, tapi entah mengapa secara naluri aku bisa mengimbangi Om Sardi.

Karena tadi Om Sardi sudah ngecret. Kontolnya bisa bertahan lebih lama selama kuemut. Sama juga denganku. Jilatannya di batang kontolku juga enak sekali terasa, beberapa kali terasa jarinya juga masuk ke lubang pantat, entah berapa jari, tapi yg jelas bukan satu jari. Karena begitu asyiknya, tidak terasa udara kamar semakin panas karena jendela tidak di buka. Aku merasa keringat dari sekitar leher Om Sardi mengalir ke bawah dan menetes di batang kontolku. Setelah agak lama dalam posisi 69 kemudian dia mulai bergerak merubah posisi. Dia mundur ke bawah dan badannya keluar melewati selangkangan kaki.
Terus dia berlutut di tempat tidur dan tetap minta aku untuk nungging, Dia mulai mendekati lubang pantatku dari arah belakang. Pelan-pelan kontol yang besar itu didorong dan dimasukkan ke dalam lubang pantatku lagi. Terasa agak susah masuknya, padahal tadi sudah dimasuki kontol yang sama. Ketika dia mulai bergerak memainkan kontolnya keluar masuk kedalam lubang pantatku, dia berkata “Hen….enak sekali ….kecang banget rasanya lubang pantat kamu ngeremes batang kontolku….”, berkali kali aku eratkan kedua pantatku agar dapat menjepit kontolnya dan setiap dijepit, tangannya menggenggam pinggul ku lebih kencang lagi, sampai akhirnya dia menyudahi sendiri posisi ini.

Terus dia merubah posisi, duduk berhadap-hadapan dan aku seperti di pangkunya. Terasa kontolnya lebih masuk kedalam aku dan terasa ujungnya menyentuh bagian yg paling dalam. Dia dan aku dengan irama teratur menggerak-gerakkan pinggul masing masing sehingga terasa benar benar nikmat sekali. Aku mendesah desah keenakan dengan keras. Badan ku dan Badan Om Sardi sudah basah dengan keringat.

Kemudian dia mendorong aku sehingga aku terlentang di tempat tidur yang sudah mulai acak-acakan itu. Posisi sudah berubah menjadi posisi berhadapan. Kakiku diangkatnya ke pundaknya dan dia leluasa mendorong maju mundurkan kontolnya ke lubang pantatku dan dia terus semakin cepat gerakkannya, dan aku bilang ke dia untuk nyampe sama-sama. Beberapa saat kemudian dia mengejang dan bilang akan ngecret. Tak seberapa lama terasa cairan panas seperti menyembur ke dalam lubang pantatku berkali kali, dan aku pun menyusul dengan mengocok keras keras kontolku. Berkali-kali aku jepit kontol nya sampai terasa badan begitu lemas dan tidak bergerak. Hanya nafas yang terputus putus seperti habis lari lari saja. Kemudian dia menciumi bibir aku, dan sambil berbisik “Terima kasih Hen, nikmat banget. Kapan kapan kita ngentot lagi ya". Dia rebahan di samping ku dan memandang ke langit langit, kemudian aku merubah posisi miring kesamping menghadap dia, “Kalo Om sama Hendro, terus cowok-cowok Om yang lain mo dikemanain",tanyaku polos.
"Udah ada kamu, ngapain cari lagi yang lain", jawabnya.

Seminggu ini dia menepati janjinya, gak bawa cowok ABG ke kamarnya. Malam minggu berikutnya, Om Sardi mengulangi lagi memberi aku kenikmatan. Tentunya aku tidak menolak ajakannya. Di kamarnya, dia mendekatkan wajahnya perlahan, napas hangatnya menerpa wajahku. Aku memejamkan matanya dan perlahan bibirnya mendarat lembut di bibirku. Aku tak menolak kecupan tersebut, kembali bibirnya mendarat di permukaan bibirku. Dikecupnya lagi perlahan, dan mulai melumati bibirku. Aku terpejam membalas lumatannya. Kecupan dan lumatan nya bergerak menjauhi bibirku menjalar sepanjang rahangku, bergeser turun menjelajahi leherku. Mengecup dan menjilati dengan lidahnya yang kasap terus keatas menuju wilayah belakang telinga dan mengulum cuping telingaku dengan lembut. Aku memegang erat pergelangan tangannya, ”Om….” desah ku. Kedua tanganku meraih keatas dan merangkul bahu dan lehernya. Ciuman dan lumatan bibirnya makin bergelora. ”Hmhhhh”, desahku perlahan. Dia meraih tubuhku dan merebahkannya di tempat tidurnya. Kembali lidahnya menjalar dari bibir ranum bergerak menyusuri rahang terus mengecup leher dengan bergairah. Terus keatas ke balik cuping telinga, menjilati dan melumati nya.
”Om….” ,rintihku perlahan. Tangan nya tak tinggal diam mulai menjalar meraba dan mengelus permukaan dadaku yang masih di balut pakaian itu. Terus turun ke bawah menemukan tepian kaos dan menyelusup kedalam. Meraba- mengelus permukaan kulitku dengan jemarinya. ”Mmmhhhh……oohhhh”, kembali aku mengerang. pakaianku mulai tersingkap dan dengan cekatan pula jarinya melepas kaos singlet dan melepas pakaianku lewat kepala. Dia mengecup pangkal leherku, terus kebawah, menjilati permukaan kedua dada dan pentil dadaku bergantian. Hingga…”Ahhhh…..om….”,erangku seraya menggeliatkan tubuhku saat kedua bibirnya mencucupi pentilku. Bergantian pentil yang kiri dan kanan sehingga membuatnya mengkilap karena basah. Kulumannya pada pentilku yang telah mengeras itu terasa sangat nikmat. Kedua tanganku mengerumasi rambutnya dan terkadang menyelusup ke balik kaosnya. Sembari mencucupi kedua pentilku tangannya bergerak turun mengelus kedua pahaku yang ditumbuhi bulu halus. Dia bangkit dan melepas kaosnya dan celananya. Kita kini dalam keadaan hampir telanjang hanya ditutupi CD.
”Om…..ahhhh……..”, erangku tatkala mulutnya mencucupi kontolku yang masih terbalut CD tipis itu. Kedua tangannya tak tinggal diam mengelus dan merabai kedua kontolku. Jarinya juga turun dan mengelus permukaan paha, menyelinap ke balik karet cdku dan mengurut perlahan. ”Oghhhh.”, aku tersentak saat jemarinya menyelusup ke dalam selangkanganku. Mataku membeliak dan menggelinjang dengan napasnya seperti tersedak. Seluruh kepala kontol telah basah oleh precum dan batang kontolkupun berdenyut-denyut. Gerakan jarinya mengelitik seluruh pemukaan peka di daerah selangkanganku. Tangannya kembali bergerak meraih karet CDku, menariknya hingga terlepas. Begitu juga CDnya juga telah terlepas. Dia meraih kedua kaki ku, mengecupi betisku dengan lembut, menjilati dengan lidahnya yang kasap, turun terus ke bawah menjilati paha bagian dalam kedua kaki ktu bergantian. ”
Om……..”, kembali aku mendesahi saat bibirnya mendarat di batang kontolku yang diliputi jembut yang lebat. ”Nikmati aja”, ujarnya. Lidahnya menjilati seluruh batang sensitifku itu dan mengulumnya masuk lebih dalam mulutnya. ”Aahhhhh ...ohhhhhhh” ,erangku lagi. Menemukan kontolku yang teracung keras dan tegak disana langsung dijilat dengan hisapan bertubi-tubi. Pinggulku bergerak-gerak gelisah mengimbangi serbuan lidahnya. Kedua tanganku menggerumasi rambutnya dan menekankan kepalanya.
”Om………..uhhhhhhhh”, aku melenguh kembali. Seluruh batang kontolku telah basah air ludahnya. Jilatan dan hisapan yang dilakukannya membuat aku menggerinjal hebat, menggeliat-geliat di bawah tekanan kedua tangannya pada pinggulku. Gelombang demi gelombang nikmat makin bergelora menyeret diriku hingga tak tertahankan lagi. ”Om .ooohhhhhh”, jeritku saat aku merasakan akan ejakulasi dan menyemburkan spermaku. Tubuhku melenting, kedua tanganku mencengkeram bahunya dengan kuat. Beberapa menit situasi itu berlangsung. Dia membiarkan aku menikmatinya. Beberapa tetesan spermaku menyembur. Namun tidak seluruh cairan yang ada di kantung spermaku keluar semua. Buktinya kontolku masih terus teracung kencang.

Dia merangkak naik perlahan, merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Bergoyang ke kanan dan kekiri menyibakkan kedua paha ku yang secara naluriah membuka memberikan ruang pada pinggulnya untuk merapat. Aku membuka mataku, napasku masih memburu dengan keringat pada keningku. ”Om, nikmat banget deh, padahal belum dientot", kataku lirih. ”Nikmati saja Hen…” ujarnya. Sambil tersenyum aku menarik kepalanya kearahku, kulumat dengan ganas bibirnya. Dia kembali bergerak menggosok belahan pantatku dengan kntolnya yang sedari tadi tegang. Ujung kontol itu bergerak dan menelusuri permukaan belahan pantatku. Maju – mundur seolah akan melesak. ”Ohhh……om…………ya disana…” ,tuntunku.
Kembali aku melenguh karena gerakannya. Kedua tanganku yang tadi memeluk lehernya turun ke bawah dan mencengkeram pinggulnya. Kutekan pinggulnya kebawah lebih kuat dan kedua kakiku mengunci di belakang pinggangnya. Dia terus bergerak maju mundur menggesekkan kontolnya ke belahan pantatku. Naluriah aku bergerak seirama gerakannya. Sesekali kepala kontolnya menusuk dan menembus lubang pantatku di bagian ujungnya… ”Ohh…..” desis ku karenanya.

Dia mengangkat tubuhnya hingga duduk berselonjor. Menarik pinggulku menumpu paha kedua kakinya. Kedua kakiku menekuk di sisi tubuhnya dalam posisi masih berbaring. Belahan lubang pantatku semakin terkuak. Seraya menggenggam pinggulku, dengan tangan kirinya dia mengarahkan kontolnya tepat pada lubang pantatku. Dengan memegang batang kontolnya dia mendorong ke depan. ”Om..", desahku lirih. Dia mendorong kembali, tak terlalu dalam, hanya kepalanya yang menyeruak di lubang pantatku. Aku memegang lengannya menahankan dorongan yang terlalu jauh. Dia bergerak Dengan jarinya yang menggenggam kontolnya untuk membatasi, hanya ujungnya saja yang masuk, dia menggerakkan kontolnya keluar masuk lubang pantatku. ”Ooooohhhh……..,ohhhh….!!” , desahku keras. Pinggulku ikut menggerinjal mengimbangi gerakan kepala kontolnya. Dia mengelus lututku dengan perlahan.
”Oooohhh……om…”, aku merintih berulang kali. Aku menggerakkan pinggulku, bergoyang dan berputar- putar. Gerakan itu menyebabkan lubang pantatku serasa di aduk – aduk oleh kepala kontolnya. ”Om...”, panggilku lirih. ”Hmm...”, dia cuma menggumam, "Kenapa?". "Rasanya makin nikmat om", erangku lagi.
"Om..”, jeritku kecil seraya memutar pinggulku perlahan. Tubuhku bergetar, pahaku mengejang. Perlahan kontolnya tenggelam mili demi mili di telan jepitan lubang pantatku. Aku memeluk ketat lehernya, menggigit kecil pundaknya dan mendesakkan tubuhku turun, hingga seluruh kontolnya terbenam utuh. ”Aah", jeritku. Langsung aku merebah ambruk menyeret tubuhnya. kedua kakiku langsung kusilangkan di belakang mengunci pantatnya. Dengan napas tersengal – sengal kami berbaring melekat erat. Dia mengangkat wajahnya menatap wajahku yang berpeluh. Aku mengecup keningnya,
"Om, tuntaskan dong", pintaku lirih. Lubang pantatku terasa mencengkeram erat kontolnya. Dia bergerak naik hingga kontolnya terlepas kembali dari cekalan lubang pantatku. ”Mmmhhh…uhf”, dia mendesis. Kedua tangannya bergerak turun menemukan kedua pahaku, ditariknya kedua kakiku keatas melewati lengannya, mengunci kedua lututku dengan lengan dan sikunya. Sehingga pinggulku mengangkat menguakkan lubang pantatku.
“Om, .lagi…lagi………terusskan sekarang…!”, pintaku parau.
”Bener ini…? ”, tanyanya kurang yakin.
”Sekaraaanng……..om, ssekaraaang, Hendro ga…tahann..ayoo..!”, rengekku lagi seraya menekan pantatnya kearah tubuhku lebih erat.
”Ayo….om", rintihku tatkala dia menempelkan kepala kontolnya ke belahan lubang pantatku dan bersiap mendorong. Ujung kontolnya yang tegak dari tadi mendesak masuk. Aku mencoba membantu mempermudah dengan menggerakkan pinggulku. Dia dengan sabar menunggu, menekan pelan, sangat pelan. ”Ohh……….om…….”, aku kembali mengerang. Dia menghentikan tekanan. Diiringi jeritanku dan tancapan kukuku ke punggungnya, kepala kontolnya kembali menusuk lubang pantatku. Kedua bola mataku membeliak. tubuhku menggigil dan cengkeraman kedua tanganku semakin kuat pada pantatnya. ”Ahhhhhh………………!!!” ,rintihku. Tubuhku mengejang, kepalaku mendongak tatkala dia bergerak mendorong perlahan. Mataku membeliak menikmati mili demi mili masuknya kontolnya ke lubang pantatku. Dia kembali mendorong pinggulnya dengan perlahan membenamkan seluruh kontol besarnya ke dalam lubang pantatku. Dia mulai bergerak perlahan naik turun, merasakan jepitan dan denyutan lubang pantatku mengurut dan memijat kontolnya.
”Om...", erangku semakin keras tak beraturan lagi. Tubuhku yang telah berkeringat di sana sini mengelinjang-gelinjang dengan hebat ditingkahi gerakan naik turun tubuhnya diatasku. Kaki kananku terlepas dari siku Sardi dan mengunci ke belakang pinggangnya. Terkadang dia berhenti sejenak, tetapi dengan mengedan mendenyut-denyutkan kontolnya di dalam lubang pantatku menimbulkan variasi tekanan yang berbeda - beda pada lubang pantatku. Peluh telah bercucuran membasahi tubuh kami. ”Ohhh,…….ahhhhhh,………….”, jerit ku setiap denyut-denyut kontolnya dalam tubuhku menyentuh pusat birahiku. ”Lagiii…..teruss……..ahh…..”. Dia terus bergerak naik turun diatas tubuhku, aku merasakan nikmat yang luar biasa setiap kali kontolnya menghunjam.

Tubuhku mulai menggigil dan dia tahu aku hampir nyampe. Diapun memacu gerakan memompanya, kontolnya menghunjam keluar lubang pantatku semakin cepat. ”Ya om…………ohhh..Hendro ’ga tahan…lagiii…”, jeritku parau ”Ahhhhhhhh……………………….Om………..Hendro aku mau keluar om…ohh”, jeritku. Aku melengkungkan punggungku, kedua pahaku mengejang serta menjepit dengan kencang, seluruhan badanku berkelojotan dan nafasku tersengal-sengal. Aku merasa lemas seakan-akan seluruh tulangku copot. Aku kelojotan di bawah dengan kedua tanganku memeluk ketat dan kakiku terkangkang lebar dengan kontolnya masih terjepit didalam lubang pantatku. Lubang pantatku berdenyut – denyut dengan cepat, berkontraksi mengurut kontolnya. Mataku membeliak, tubuhku melenting dan kucengkeram pantatnya, menekannya dengan kuat kearah tubuhku. Dia bergerak makin cepat walaupun makin sulit, karena kuncian tanganku. Makin cepat menghunjam dan akhirnya tak tertahankan lagi dengan suatu sentakan menekan keras kontolnya menyentuh dasar perutku.
"Oughhh……yesss…..”,seraya menggeram dia ngecret, beberapa kali menyemburkan peju kentalnya dalam lubang pantatku. Berkali-kali semburan itu terulang hingga daya semburnya melemah dan mereda, lalu tubuhnya ambruk diatas tubuhku. Setelah mereda dia menggeliat menjatuhkan tubuhnya ke sisiku. Berdua kami terdiam sesaat. Aku bergerak mengecup ringan pipinya. ”Makasih om…………, gile beneerrr…..” pujiku. ”Apanya yang terimakasih” ujarnya sambil merapihkan rambut yang jatuh di wajahku. ”Terus terang om, nikmatnya lebih dari ketika kita ngentot minggu yang lalu. Wuihhh….bukan main rasanya”, imbuhku lagi. ”Kapan-kapan lagi ya om?.”pintaku memohon. Dia tak menjawab dan hanya menjatuhkan kecupan pada kedua mataku.

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini