6/28/2011

Sinta – Ilmu Gaib Penakluk Sukma

Pada tengah malam itu Ki Dargo sedang merapalkan mantera-mantera. Di hadapannya ada selembar kain hitam yang di atasnya ada sebuah perapian dupa kemenyan. Di situ juga ada selembar celana dalam dan BH milik Sinta yang tadi siang sudah habis-habisan digarap Ki Dargo.

Dukun itu bertekad untuk tak akan melepaskan ibu muda tersebut begitu saja. Ki Dargo sadar bahwa pasiennya yang satu ini begitu cantik dan seksi, dengan payudaranya yang teramat indah serta bentuk vaginanya yang menggairahkan. Postur tubuh perempuan itu tinggi semampai nyaris 170 cm dengan seraut wajah yang mungil. Bola matanya seakan-akan selalu mengundang gairah laki-laki untuk menidurinya.

Beruntunglah Rama mempunyai seorang istri yang cantik dan menggairahkan. Jika berjalan ia teramat merangsang dan mempesona setiap laki-laki. Ki Dargo langsung bisa mencium keistimewaan Sinta begitu perempuan itu mendatanginya untuk berobat.

Dengan kelicikan dan ilmu hitamnya yang tinggi, Ki Dargo telah memperdaya ibu muda cantik itu habis-habisan siang tadi. Disetubuhinya Sinta dengan buas di kamar prakteknya sebagai syarat untuk mendapatkan keturunan. Padahal Rama, suaminya, sedang menungguinya dengan setia di luar kamar. Sehabis disebadani, perempuan itu lalu memberikan CD dan BH-nya kepada dukun cabul itu untuk ritual mendapatkan keturunan. Sedangkan Ki Dargo memberikan ramuan jamu yang harus diminum rutin oleh Sinta.

Maka malam itu Ki Dargo merapal ajian Pengikat Sukma dan ajian Asmara Gama pembangkit gairah. Selain membantu Sinta segera hamil, Ki Dargo juga bermaksud menguasai jiwa dan raga ibu muda itu dengan ilmu sakti yang didapatnya dari bertapa di gunung Krakatau dulu.

“Hai penghuni elong-elong sejatinya perempuan! Malam ini sukmaku akan mendatangimu untuk memberikan kenikmatan padamu. Maka nikmatilah batang kejantanan Setan Koberku. Nikmatilah bara nafsu birahi makhluk penghuni kegelapan!”

Pada malam itu juga, istri Rama seperti merasa ada bayangan yang menggumulinya. Kali ini dalam ilusinya dia seperti bercumbu dengan seorang lelaki perkasa dan tangguh. Lelaki itu membuat dirinya terasa di awang-awang dengan nafsu birahi yang membara. Lelaki itu adalah perwujudan Setan Kober, jin jahat tingkat tinggi yang sangat tinggi nafsu seksnya.

Batang kejantanan makhluk Krakatau itu telah menghunjam ke dalam lubang kenikmatannya. Ibu muda cantik itu sampai terperangah dibuatnya. Betapa besar dan panjang dirasakannya batang kejantanan itu, seakan-akan hendak merobek vaginanya. Akan tetapi, rasa sakit itu lalu hilang diganti oleh rasa kenikmatan yang tiada taranya.

Makhluk itu menggeram kenikmatan. Perempuan itu mengerang juga kenikmatan seraya tangannya memegangi kepala makhluk tersebut. Ibu muda itu terkejut bukan main. Ketika diraba olehnya, ternyata kepala lelaki tersebut ditumbuhi tanduk. Ketika ia membuka matanya, dilihatnya sepasang mata merah saga mengerikan, sedang menatap dirinya dengan penuh nafsu gairah yang membara.

Anehnya, rasa takut dan seram dalam jiwanya seketika menghilang saat makhluk laki-laki bertanduk itu meniupi wajahnya dengan hembusan yang lembut seraya berkata.

“Dekaplah aku, sayang. Aku akan memberikan kenikmatan abadi alam ghaib. Kau akan merasakan betapa indahnya gelora asmaraku yang akan kau rasakan malam ini.”

Ibu muda cantik itu pun semakin terpukau dan terangsang oleh bisikan-bisikan gairah dari makhluk itu. Ia mengerang saat ayunan pantat sang pejantan perkasa alam kegelapan semakin buas menghunjami vaginanya tanpa ampun.

“Hmmmm…. yeaaaah….!” Sinta tak mampu menolak kenikmatan yang menyelimuti sekujur tubuhnya.

“Hai, manusia betinaku yang menggairahkan! Kini dirimu telah menjadi pemuas nafsu kegelapanku. Nikmatilah kejantananku malam ini dengan penuh gelora nafsu manusiamu…. Sekarang! sekarang!” desak Setan Kober itu seolah tak sabar.

“Jawablah pertanyaanku, hai betina liarku. Apakah kau bersedia jadi budak nafsuku?” kata makhluk bertanduk itu lagi sementara kedua makhluk berbeda alam itu semakin menyatukan diri mereka.

“Hey! Jawablah, hai betinaku yang cantik. Ayo, cepat katakan kepada sang penguasa sukmamu!” katanya sambil terus menggenjot Sinta yang semakin kewalahan menahan nafsunya.

Pada saat bisikan itu menggema, ibu muda cantik itu sedang mengalami kenikmatan yang begitu dahsyatnya. Kenikmatan yang diberikan oleh makhluk itu sampai ke ubun-ubunnya dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ia merasa seperti kapas yang tertiup angin, melayang-layang di angkasa dideru nafsu. Tubuhnya sampai melengkung ke depan bagaikan busur panah, sambil memeluk erat pundak sang perkasa kegelapan. Ia pun berkata menuruti kata hatinya yang telah buta oleh kenikmatan yang menderanya.

“Sang perkasa, puaskanlah aku dengan kejantananmu….! Aku adalah budak nafsumu…. selamanya!”

Entah ada kekuatan dari mana yang mendorong Sinta berkata seperti itu. Ia benar-benar memasrahkan dirinya sepenuhnya kepada pejantannya yang berupa Setan Kober.

“Ayolah, sang perkasa, luluh lantakkan aku dengan keperkasaan batang kejantananmu….” desah ibu muda itu.

Saat itu ia telah mengalami beberapa kali orgasme namun nafsu gairah bercintanya tidak pernah surut. Mungkin ini disebabkan ramuan jamu dari Ki Dargo yang diminum olehnya.

Anehnya, suara ceracauan dan erangan ibu muda cantik yang sedang bersetubuh dengan makhluk bertanduk itu tidak sekalipun mengganggu tidur suaminya yang sedang berada di samping mereka. Bahkan ia nampak semakin pulas saja saat sang istri yang sedang disetubuhi sang pejantan kegelapan melihat ke samping ke arah sang suami yang tergolek di dekatnya.

Itu semua karena pengaruh bau badan makhluk lelaki bertanduk itu. Badannya mengeluarkan bau-bauan khas dengan aroma bunga setaman teratai kegelapan yang akan membuat seorang manusia laki-laki tertidur sangat pulas. Di saat yang sama, aroma teratai tersebut memiliki efek yang berbeda terhadap seorang manusia perempuan, yaitu semakin menambah gairah nafsunya untuk bercinta dengan menggebu-gebu. Terbukti nyata efeknya pada kejadian malam itu. Sementara suaminya, Rama, tertidur pulas, istrinya sibuk melayani nafsu sang perkasa kegelapan dari gunung Krakatau.

Makhluk itu lalu melepaskan batang kemaluannya yang panjang dan besar dari lubang kenikmatan sang betina binal. Sang ibu muda cantik itu mengerang saat batang kemaluan makhluk tersebut dicabut secara tiba-tiba. Ia merasa seperti kehilangan sesuatu yang begitu nikmat.

“Ouuuh.. setan…!” jeritnya tertahan seperti kecewa.

“Ayo, betinaku yang cantik, sekarang balikkanlah tubuhmu membelakangiku. Aku akan memberikan kenikmatan yang lebih hebat lagi,” kata Setan Kober seolah memberikan penjelasan.

Tanpa diberi komando untuk kedua kalinya, Sinta menuruti perintah tuannya dengan patuh. Ia tak ingin batang kemaluan pejantan itu terlepas terlalu lama dari tubuhnya.

“Mari, cepatlah budak nafsuku!,” kata setan itu seolah tak sabar menunggu budak cantiknya yang sedang membalikkan badannya dan menumpukan badannya dengan kedua tangan dan kedua lututnya seperti seekor anjing betina yang akan dikawini.

“Rasakanlah ini,” kata si setan tanpa basa-basi. Bless… maka masuklah batang kemaluan sang perkasa ke dalam vaginanya.

Kali ini ibu muda itu mengerang nikmat lebih hebat lagi saat kejantanan makhluk itu menghunjamnya dari belakang. Dengan buasnya sang makhluk bertanduk mengayunkan pantatnya maju mundur dengan kerasnya. Mata perempuan itu terbeliak-beliak ke atas saat menerima kenikmatan. Ceracaunya yang ngawur seperti kesetanan mulai terdengar lagi.

“Oh, yeah, yeah…. oh, kekasihku, sang perkasa! Bawalah aku ke puncak kenikmatan bersama denganmu…. Oh, oh, ampun…. ampun…!”

Ia merasakan dinding vaginanya mulai basah dan berdenyut-denyut karena kenikmatan. Sementara itu sang perkasa semakin buas menghunjaminya tiada henti-henti. Dengan suara serak dan menggeram sang perkasa bertanduk berbisik di telinga perempuan itu.

“Betina liarku yang cantik, aku akan melepaskan air kenikmatanku dan menempatkannya di dalam rahimmu….” katanya menandakan bahwa sebentar lagi mereka akan memulai bagian terpenting dari ritual seks malam itu.

“Haeeerm, air kenikmatanku akan membuatmu tetap cantik dan awet muda dan tak akan pernah tua. Juga tubuhmu akan selalu nampak menggairahkan bagi siapa saja yang memandangmu. Mulai hari ini, kau juga akan membuka dirimu untuk dinikmati oleh setiap lelaki yang tergoda padamu,” kata Setan Kober merapalkan kutukannya kepada wanita cantik itu. Setan itu telah mengutuk Sinta menjadi wanita binal haus seks yang tak akan sungkan untuk bersetubuh dengan tiap lelaki!

Sambil terengah-engah kenikmatan karena vaginanya terus-menerus digenjot pejantan kegelapan, Sinta berusaha mendengarkan dengan seksama semua instruksi kekasih sekaligus tuannya itu.

“Dengarkanlah manusia betinaku, walaupun mulai sekarang kau akan bersetubuh dengan berbagai macam lelaki, kau tak akan pernah puas bercinta dengan manusia lain, kecuali dengan Ki Dargo dan aku sendiri sebagai penguasa kegelapan Mayapada ini,” lanjut setan itu.

Bagaikan dihipnotis, Sinta menanamkan semua perkataan setan itu lekat-lekat di dalam benak bawah sadarnya. Ia yakin sepenuhnya hanya akan mendapatkan kepuasan seks yang sejati dari Ki Dargo dan Setan Kober pengikutnya.

“Kini tibalah saatnya kulepaskan air kenikmatanku ke dalam rahimmu yang subur ini,” kata makhluk bertanduk itu akhirnya.

Saat itu sang ibu muda cantik sudah tak dapat bersuara lagi. Kenikmatan ragawi dirasakan begitu dahsyatnya dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Ia merasa seperti berada di awang-awang, melayang-layang penuh kenikmatan.

Orgasme yang kesekian kalinya ini membuatnya kini hanya samar-samar mendengar ucapan terakhir makhluk bertanduk yang sedang menyetubuhinya dengan penuh kebuasan yang memabukkan itu. Ibu muda cantik itu berkelojotan dengan sensasi kenikmatan yang menggila.

Makhluk bertanduk itu mulai merasakan sesuatu akan keluar dari dalam batang kemaluannya yang besar. Hunjamannya pada lubang kenikmatan budak nafsunya mulai tak teratur lagi, hingga akhirnya sang perkasa mengaum, mengerang nikmat setinggi langit saat lahar panasnya menyembur di dalam lubang kenikmatan sang betina cantik budak setianya.

Ibu muda berparas cantik itu mencapai orgasme yang kelima kalinya, bertepatan saat air mani sang pejantan perkasa menyembur dengan amat derasnya. Cairan itu terasa panas, menghangatkan rahimnya dengan penuh kenikmatan, membuat dirinya berkelojotan nikmat dengan mata terbeliak ke atas. Kepalanya mendongak ke atas karena rambutnya yang panjang dijambak ke belakang oleh Setan Kober. Serasa semburan air mani makhluk itu menembus hingga ke ubun-ubunnya.

Sinta terjatuh tertelungkup telanjang bulat di atas ranjang, tepat di samping suaminya yang masih pulas berpiyama lengkap. Ibu muda itu tampak kecapekan dan akhirnya tertidur pulas setelah menikmati persetubuhan paling hebat yang pernah dialaminya. Air mani Setan Kober sedikit demi sedikit tampak meluber keluar dari lubang vaginanya dan membentuk genangan membasahi ranjang.

Makhluk bertanduk itu tampak puas melihat hasil kerjanya. Ia kini telah selesai menjalankan tugasnya bersekutu dengan seorang dukun yang bernama Ki Dargo untuk memberi ibu muda cantik itu keturunan.

Pada saat itu juga, di tempat Ki Dargo, sang dukun baru saja selesai melepas air kenikmatannya di selembar celana dalam milik ibu muda cantik pasiennya. Saat makhluk bertanduk itu sedang menggumuli Sinta, Ki Dargo juga melakukan ritual dengan merapal mantera-mantera dan bermasturbasi pada selembar celana dalam milik istri Rama.

Dengan melumuri celana dalam Sinta dengan air maninya, sang dukun mengirimkan ilmu pembangkit gairah kepada perempuan yang sedang disetubuhi oleh makhluk bertanduk dari Krakatau itu.

Saat disetubuhi, perempuan itu merasakan kadang-kadang wajah sang perkasa kegelapan berubah-ubah wujudnya. Kadang ia merasa seperti melihat wajah Ki Dargo sedang menyetubuhi dirinya. Kadang ia seperti melihat wajah makhluk itu berubah menjadi suaminya. Di saat ia tengah didera oleh kenikmatan yang diberikan oleh makhluk bertanduk itu, ia masih sempat juga berpikiran jernih walau hanya sesaat. Memang makhluk tersebut adalah suruhan Ki Dargo untuk menggauli dirinya agar mereka berdua bisa mendapatkan kepuasan seksual dari dirinya.

Lengkaplah sudah, ibu muda cantik itu kini telah menjadi budak nafsunya Ki Dargo dan makhluk bertanduk dari alam kegelapan abadi di gunung krakatau.

Pagi harinya ia terbangun agak kesiangan. Tubuhnya masih bugil di bawah selimut. Makhluk bertanduk itu memang menyelimuti tubuhnya dahulu sebelum pergi meninggalkannya semalam. Tidak dijumpainya suaminya yang telah berangkat ke kantor. Tinggallah ia seorang diri di rumah sambil merenungkan kembali apa yang telah terjadi malam tadi.

“Oh, apakah aku bermimpi semalam? Kalau hanya mimpi, kenapa ini seperti benar-benar terjadi?” keluhnya membatin. Memang dirasakan tubuhnya amat letih dan selangkangannya serasa amat nyeri serta memar seperti kena benda yang besar sekali namun nikmatnya serasa masih menjalari seluruh tubuh seksinya.

Lalu ia tuangkan ramuan jamu pemberian Ki Dargo ke dalam gelas. Setelah meminum ramuan tersebut, tubuh perempuan itu terasa mulai segar kembali dan penuh gairah kembali untuk bercinta. Itulah hebatnya khasiat ramuan Ki Dargo si dukun sakti.


Remake: Copyright 2010, by Mario Soares


(Berbagi Istri, Seks dengan Pria Tua, Penghamilan)

Setelah seminggu berlalu, pada hari yang telah dijanjikan Ki Dargo, Sinta mengunjunginya kembali beserta suaminya. Pasangan suami istri itu sampai di rumah Ki Dargo menjelang maghrib. Mereka diharuskan menginap malam itu karena akan ada pengobatan dan ritual untuk segera mendapatkan anak.

Sehabis makan malam, tepatnya pukul 8 malam, suami perempuan itu diberi ramuan untuk diminum. Sesaat setelah meminum ramuan tersebut, Rama merasakan tubuhnya segar dan ringan, seolah tak ada beban pikiran yang memberatkannya. Tanpa disadarinya, ternyata ramuan mantera itu juga telah membuat Rama tunduk dan patuh pada Ki Dargo. Karena itu saat Ki Dargo memberi perintah kepada Sinta untuk bertelanjang bulat di hadapan sang dukun, suaminya tak keberatan sama sekali.

“Kemarilah, kemarilah budakku yang cantik, akan kutunjukkan bagaimana aku dapat membuatmu terhempas dalam badai kenikmatan,” kata Ki Dargo seraya tangannya dengan bebasnya meremas-remas buah dada istri Rama yang mengkal dan segar karena belum pernah menyusui anak.

Inilah kesempatan sang dukun untuk menggarap habis-habisan tubuh molek ibu muda cantik itu di hadapan suaminya sendiri. Sang dukun seperti bayi raksasa yang kehausan saat mengisap-isap puting susu yang masih segar milik Sinta. Tangan kirinya memeluk tubuh Sinta sambil sesekali jari-jarinya yang kasar meremas-remas dan memulin puting susu perempuan itu. Sementara tangan kanannya dengan penuh perasaan bergerak ke bawah, mengelus dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya.

Sinta yang memang sudah pernah disetubuhi oleh Ki Dargo maupun Setan Kober suruhannya, tak merasa sungkan diperlakukan seperti itu di depan suaminya sendiri. Bahkan ia tampak menikmati sekali pencabulan yang dilakukan dukun tua itu terhadapnya.

Seperti kerbau dicucuk hidung, sang suami hanya terperangah tanpa protes sama sekali. Bahkan Rama ikut terhanyut melihat cumbuan-cumbuan Ki Dargo kepada tubuh istrinya yang seksi. Ia seperti menonton sebuah permainan yang amat menyenangkan dan membuatnya ikut terangsang juga.

“Bagaimana, Rama?” kata sang dukun pada suami perempuan itu.

“Eh, eh… ya, Ki…” kata lelaki itu tergagap.

“Gimana, Rama, kalau aku menyetubuhi istrimu? Apakah kau senang atau marah padaku?” tanyanya dengan tegas dan tajam.

“Eh, eh… ya, Ki Dargo. Aku sangat senang, Ki,” kata Rama seperti orang tolol.

Ilmu pengikat sukma Ki Dargo memang ampuh dan telah membuat Rama tunduk patuh pada kehendaknya. Rama menurut saja saat Ki Dargo menyuruhnya untuk melakukan onani.

“Ayo, Rama! Kocok batang kemaluanmu sambil menonton permainanku dengan istrimu!”

Rama pun menuruti perintah itu. Sinta hanya memandangi perbuatan suaminya sambil tetap memeluk Ki Dargo yang saat itu dengan jemarinya masih mengobok-obok lubang kemaluannya.

“Ayo, ibu muda cantik, peganglah dan belai dengan mesra batang kejantananku ini dengan jari-jari lentikmu….” suruh Ki Dargo pada Sinta untuk mengocok batang kemaluannya, di saat bersamaan suaminya juga sedang mengocok batang kemaluannya sendiri.

Sinta dengan patuh melakukannya sementara Ki Dargo membelai-belai rambutnya yang hitam panjang.

“Nah, begitu, manis…” puji dukun sakti itu senang.

Sungguh suatu pemandangan yang begitu indah dan serasi! Suami istri melakukan kegiatan yang sama secara bersamaan. Sang suami mengocok dirinya sendiri sedangkan sang istri mengocok si dukun sakti.

Sementara Sinta tetap mengocok penis Ki Dargo yang panjang, lidah serta bibir Ki Dargo menyelusuri seluruh tubuh molek istri Rama dengan buasnya. Sinta sampai merem melek dibuatnya karena terangsang dengan hebat.

“Oh yeah, ouuuh… ampuuun…. Aaaaku sudah gak tak tahan lagi, Dargo” ceracau perempuan itu. Dia sudah tak memanggilnya Ki lagi. Mungkin karena sekarang dia sudah merasa lebih mesra dan intim dengannya sehingga tak sungkan menyebut namanya saja.

“Ayo, Dargo, puaskan aku dengan batang kejantananmu yang besar ini. Ayo, Dargo!”

Erangan ibu muda cantik itu melengking tinggi saat Ki Dargo menjilati klitorisnya dengan penuh gairah.

“Ampuuuuun, Dargo! Yeah, Oh, Dargo pejantanku! Jangan kau siksa aku dengan permainanmu. Akuuuuu sudah tak tahaaaan, Dargo. Ayolah, Dargo! Aku budak nafsumu, Dargo. Aku budak nafsumu, Dargo. Yeaaah….!”

Blees, saat itulah batang kejantanan Ki Dargo yang hitam besar dan panjang masuk separuh ke dalam liang kenikmatan istrinya Rama.

Mata perempuan itu terbeliak terbalik ke atas saat kejantanan itu menghunjamnya. Tubuhnya langsung menegang dan terpaku sejenak. Rama pun terperangah dibuatnya. Tak lama kemudian Sinta tampak begitu nyaman menerima susupan batang Ki Dargo di dalam tubuhnya. Saat istrinya mengerang kenikmatan di dalam pelukan dukun tua itu, ia pun ikut terangsang dan terpana dibuatnya.

Saat itu posisi istrinya berhadap-hadapan dengan sang dukun. Mereka bersetubuh dalam keadaan berdiri. Kaki kiri istrinya dinaikkan ke atas meja tamu oleh sang dukun. Istrinya berdiri dengan kaki kanannya. Keduanya berpelukan erat dalam keadaan bugil seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara.

Ia melihat wajah istrinya semakin manis dan mempesona dalam keadaan menuju orgasme karena merasakan kenikmatan seks. Bila ingin melihat kecantikan seorang wanita, lihatlah saat ia sedang dalam kenikmatan saat disetubuhi. Sejak ia mengenal Sinta, belum pernah sekali pun Rama melihat istrinya secantik saat itu! Yakinlah Rama seyakin-yakinnya kalau tempat istrinya yang pas memang di sisi dukun sakti mandra guna itu. Rama semakin bergairah penuh nafsu birahi saat melihat istrinya bersetubuh dengan liar dan buas bersama sang dukun.

Dengan bebasnya kini Ki Dargo mengayun-ayunkan pantatnya maju mundur dengan irama teratur dan kuat sambil mengulum puting susu istrinya yang menjulang indah itu. Posisi demikian amat menyenangkan bagi Ki Dargo. Dengan kedua kakinya yang kokoh dan kekar, Ki Dargo mampu menyetubuhi ibu muda cantik budak nafsunya itu dengan sempurna sekali pada posisi demikian.

Perempuan itu merasakan ujung kepala batang kejantanan Ki Dargo yang besar dan panjang mampu menyentuh leher rahim peranakannya. Rasa nikmatnya mengalir deras sampai ke ubun-ubun.

“Oh yeah, Dargo! Terus, terus….” pintanya merengek-rengek.

Sang ibu muda binal mulai merasakan dinding Vaginanya berdenyut-denyut seakan-akan hendak meledak. Tubuhnya mulai gemetaran saking hebatnya kenikmatan itu melanda dirinya. Ia merasakan sebentar lagi akan mencapai orgasme…. tapi…

Tiba-tiba saja Ki dargo melepaskan batang kemaluannya dari lubang surgawi milik istri Rama. Tampak jelas raut kecewa di muka Sinta karena perjalanannya menuju orgasme tiba-tiba terputus, padahal ia masih merasakan horny yang luar biasa!

Dukun sakti itu dengan tenaganya yang kuat lalu membopong tubuh molek Sinta. Dibawanya perempuan itu masuk ke dalam kamarnya sambil membentak suami ibu muda cantik itu.

“Rama, budakku! Kemarilah ikut masuk ke dalam kamar ini. Aku akan mengobati kemandulanmu. Ayo, cepat, Rama!”

Rama dengan patuh mengikuti perintah sang dukun sakti itu. Pada saat itu gairah nafsu bercinta istrinya sedang menggantung di ubun-ubunnya. Kini istrinya telentang penuh nafsu birahi yang minta segera dituntaskan. Nafsu syahwatnya mendera dan menyiksa batinnya karena tergantung di tengah permainan panas yang telah dikobarkan oleh Ki Dargo tadi.

“Ayolah, Dargo, sayang, hempaskanlah aku ke pantai nafsumu, Dargo,” ceracau manja istrinya merayu dukun sakti itu untuk segera menyetubuhinya kembali. Akan tetapi sang dukun dengan tegasnya memberi perintah kepada suaminya.

“Rama! Ayo, setubuhilah istrimu dan buahilah kandungan istrimu dengan air manimu. Cepatlah, Rama. Lihatlah istrimu sudah tak tahan lagi memendam rasa gairahnya. Nanti setelah engkau mengeluarkan manimu di dalam liang kenikmatan istrimu, aku akan menyempurnakannya dengan ilmuku agar kau mendapatkan keturunan yang kauharapkan.”

Dengan tubuh gemetaran karena menahan nafsunya, Rama mendekati istrinya. Gairah bercinta Rama menggebu-gebu setelah melihat persetubuhan istrinya yang sangat panas dengan sang dukun dalam posisi berdiri tadi.

“Ayolah, Mas Rama! Peluklah aku, Mas. Berilah aku kemesraan, Mas!” ceracau istrinya tanpa malu-malu lagi karena desakan birahinya yang begitu memuncak. Keluarlah kata-kata kotor dari mulut istrinya sendiri yang membangkitkan gairah Rama.

Dengan sangat bernafsu Rama memasukkan kemaluannya secara terburu-buru ke dalam vagina istrinya yang cantik dan seksi itu. Disebabkan nafsunya yang tinggi dan permainan Rama yang begitu tergesa-gesa, hanya dalam waktu sekitar tiga menit Rama sudah tak dapat lagi membendung lahar kemesraannya.

“Oh, aku keluar…. Maaf, sayangku… Aku tak sanggup lagi… Maafkan aku yang loyo ini, sayangku,” keluh Rama di puncak kenikmatannya dengan nada menyesal.

Rama pun terkulai lemas dalam kenikmatan setelah menyetubuhi istrinya dalam waktu yang singkat di hadapan Ki Dargo. Air mani Rama yang tertumpah ke dalam liang istrinya sangat encer dan sedikit sekali.

Tampak jelas raut kecewa di wajah istrinya. Saat Ki Dargo mendekatinya, Sinta meliriknya dengan penuh harapan. Tubuhnya serasa kembali panas didera oleh hawa nafsu.

“Ini tak mungkin dapat membuahkan kandungan istrimu,” kata Ki Dargo saat jemarinya menelaah liang vagina Sinta yang baru saja disetubuhi suaminya secara singkat. Ki Dargo bahkan hampir tak dapat merasakan air mani Rama di liang kelamin istrinya itu.

“Aku akan melakukan sesuatu untuk mengantarkan air manimu yang masih muda dan encer itu ke pintu rahim istrimu dengan bantuan ilmu yang kumiliki,” tegasnya sambil mengangkangkan kedua paha Sinta.

Sebelum memulai, Ki Dargo meminumkan secangkir jamu ramuannya kepada istri Rama. Efeknya tampak nyata dalam hitungan detik. Wajah Sinta tampak begitu binal seperti betina yang sedang dalam puncak kesuburannya dan siap untuk dibuahi. Badannya gemetaran seolah tak sabar untuk dimasuki Ki Dargo.

“Lihatlah! Lihatlah, Rama! Bagaimana aku akan menyetubuhi istrimu yang cantik ini. Bagaimana aku akan melakukannya dengan penuh kemesraan, dengan batang kejantananku yang besar dan perkasa ini, yang akan mampu menerbangkan sukma istrimu mencapai puncak nirwana bersama-sama denganku dalam badai gairah kami berdua.”

“Istrimu akan kubuat berkelojotan dalam badai gairah bercintanya. Istrimu akan selalu merindukan persetubuhan ini. Ia akan selalu membayangkan dan merindukan batang kejantananku yang besar dan panjang ini. Bagaimana Rama?”

Dengan lesunya Rama menjawab.

“Baik, Ki Dargo…. Setubuhilah istriku! Berilah ia kenikmatan yang tak bisa kuberikan. Buahilah kandungannya melalui ragamu, Ki…”

Entah bagaimana bisa Rama mengucapkan kata-kata demikian itu padahal batinnya bertolak belakang dengan ucapannya sendiri. Itu dikarenakan pengaruh ilmu penguasa sukma Ki Dargo yang amat ampuh untuk menundukkan setiap orang yang telah bersedia menjadi budaknya.

“Rama, kau berani bersumpah?” kata Ki Dargo lagi.

“Sumpah, Ki! Aku menikmatinya saat engkau menyetubuhi istriku dengan kebuasan gairah nafsumu. Silakan, Ki! Engkaulah yang dapat menolong kami dalam pengobatan ini….”

“Dargo, kau dengar izin dari suamiku? Kau berhak sepenuhnya atas tubuhku… Aku sangat ingin kau setubuhi…” desah Sinta spontan menanggapi perkataan suaminya.

Sangat kontras perbedaan antara Rama yang dengan hormatnya memanggil Ki kepada dukun sakti itu dengan istrinya yang sudah begitu intim dengannya sehingga cukup memanggil namanya.

Ibu muda cantik itu sudah tidak sabar lagi menunggu kemesraan yang akan diberikan oleh Ki Dargo. Ia dengan gelisah berkelojotan menanti sentuhan mesra dari Ki Dargo. Perempuan itu telah kecewa serta frustrasi karena saat ia bersenggama dengan suaminya, sang suami tak dapat menuntaskan dengan sempurna ke puncak nafsunya. Maka ia merengek-rengek memohon kepada Ki Dargo.

“Dargo, sayangku! Aku adalah budak nafsumu. Ayo, Dargo! Berilah aku kejantananmu yang hitam dan besar ini. Nikmatilah tubuhku, Dargo! Puaskanlah aku, Dargo! Aku kekasihmu yang selalu akan merindukan percintaan ini…”

Tentu serta merta rengekan ibu muda itu telah membuat dukun tua perkasa yang sakti itu tambah bergairah liar dan buas.

Meskipun usia Ki Dargo sudah 50 tahunan, daya tahan Ki Dargo tiada tandingannya dalam hal olah asmara gama. Sedangkan Rama yang baru berusia 35 tahun sangat jauh kemampuannya di bawah Ki Dargo. Sedangkan ibu muda cantik itu sedang ranum-ranumnya dan harum-harumnya, ibarat buah mangga yang matang. Di usianya yang ke-28 tahun, wanita seumur istri Rama itu sedang berada dalam puncak gairah birahinya. Ibarat sekuntum bunga mawar yang sedang mekar-mekarnya, yang mengeluarkan keharuman yang menyengat birahi setiap lelaki yang memandangnya.

Rama telah menyia-nyiakan bunga cantik itu. Karena kesalahannya sendiri, kini bunga cantik miliknya itu telah jatuh ke tangan dukun yang amat sakti mandra guna, Ki Dargo.

“Oh, betina cantikku, apakah kau ingin menikmati manisnya tubuhku? Ayo, jilatilah seluruh tubuhku dengan lidahmu, sayang… Di situ dirimu akan mendapatkan manis dan nikmatnya gairah nafsumu yang tak terbendung lagi.”

Dengan patuh dan penuh perasaan, perempuan itu menjilati sekujur tubuh Ki Dargo di hadapan suaminya sendiri. Bau badan dukun sakti itu begitu khas. Pada penciuman Rama, baunya hampir seperti bangkai tapi sebaliknya pada penciuman istrinya, bagaikan harum cendana. Keringatnya terasa bagaikan manisnya madu di lidah istri Rama.

Setelah sekujur tubuh dukun itu habis dijilati oleh ibu muda cantik itu, akhirnya sampailah perempuan cantik itu ke sumber sarang madu yang terletak di selangkangan dukun tua itu. Tubuhnya bergetar sangat hebat saat ia menjilati batang kejantanan Ki Dargo yang besar dan panjang. Di situlah terletak puncak sari madu yang dijanjikan sang dukun.

Batang kejantanan itu dengan perlahan dan pasti mulai tegak dengan gagah perkasa saat jemari lentiknya membelai dengan penuh perasaan. Tubuh Sinta bergetar hebat. Dinding vaginanya serasa berdenyut-denyut manakala hangatnya serta aroma khas kejantanan, yang besar panjang dan hitam legam itu terhirup hidungnya. Gelora kedutan batang kejantanan itu menjalari telapak tangannya.

“Oh, sayangku, Dargo! Cepatlah, terbangkan aku dalam badai gairah nafsu liarmu,” pinta Sinta dengan penuh harap.

Ki Dargo menjilati puting susu istrinya Rama yang cantik itu dengan lidahnya yang kasar. Dengan kedua tangannya yang kekar, Ki Dargo mulai membuka jalan pendakian dengan merentangkan kedua kaki budak nafsunya disertai dengan belaian yang memabukkan.

Ibu muda cantik itu mengerang nikmat dan manja saat batang yang besar dan perkasa itu mulai menyeruak bibir vaginanya yang sempit. Padahal batang kemaluan Ki Dargo ukurannya amat luar biasa besar dan panjang.

Istri Rama yang cantik itu berkelojotan saat kejantanan Ki Dargo digesek-gesekkan dengan lembut di sela-sela bibir vaginanya dengan menyenggol-nyenggolkan kepala kejantanannya pada klitoris perempuan itu. Dipegangnya erat-erat pantat dukun tua itu seolah tak mau kedua kelamin mereka terpisah.

Budak nafsu sang dukun itu kini mengerang nikmat dengan histeris saat kejantanannya masuk setengahnya ke dalam liangnya yang sempit.

“Oh, yeah! Enak… eeenak, Dargo!”

Perih bercampur dengan kenikmatan serasa mengalir dari ujung jari kaki hingga ke ubun-ubunnya.

“Oh, Dargo, ammmmpuuuun, ammmpuuuun! Tuanku yang perkasa, cepat benamkanlah diriku dalam badai gairah nafsumu, Dargo.”

Ibu muda cantik itu kini menceracau tak karuan saat batang kejantanan sang dukun itu menghentak-hentak ke dasar rahimnya. Sempurnalah kini kepasrahan Rama sang suami saat ia melihat istrinya berkelojotan disetubuhi Ki Dargo dengan permainan yang meluluhlantakkan tubuh istrinya yang cantik.

Kini Rama menyadari kelemahan dirinya yang tak setangguh Ki Dargo. Ada rasa minder menghinggapi dirinya, baik dari segi keperkasaan maupun ukuran kemaluannya yang jauh di bawah Ki Dargo. Ia malah ikut menikmati persetubuhan istrinya dengan sang dukun sakti itu.

Kini Ki Dargo mencapai puncaknya bersama-sama dengan budak nafsunya yang cantik itu.

“Yeeeeah….!!!!” geramnya dengan suara yang berat memenuhi ruangan itu.

Croot….. croot…..

Tubuh istrinya yang cantik itu bergetar hebat saat air kenikmatan sang dukun menyemburkan kehangatan ke dalam liang senggama milik istrinya. Perempuan itu mendesis nikmat. Rasanya sampai ke ubun-ubun. Ki Dargo ikut terbeliak biji matanya saat batang kejantanannya diurut-urut oleh kedutan vagina yang sempit dan peret milik istri Rama. Nikmat sekali! Benar-benar persetubuhan yang sempurna!

Ibu muda cantik itu masih dalam keadaan tertindih di bawah tubuh kekar milik Ki Dargo untuk meresapi kenikmatan yang meluluhlantakkan sukma dan raganya. Ki Dargo pun belum mau mencabut batang kejantanannya dari lubang kenikmatan itu.

Ia masih merasakan betapa panjang dan lamanya kedutan vagina ibu muda yang cantik ini. Otot-otot vaginanya masih mengurut-urut batang kejantanannya yang tak pernah melemas walaupun telah meledakKan lahar panasnya.

Itu semua berkat ramuan yang diolahnya beserta mantera-mantera Asmara Gama yang dirapalkannya saat menyetubuhi ibu muda cantik istri Rama itu. Perempuan itu kini telah menjadi budak yang setia dan patuh padanya. Ki Dargo berbisik dengan mesranya di kuping Sinta.

“Apakah kau menikmati kejantananku, sayang?”

“Ya, tuanku yang perkasa! Aku menikmatinya. Aku akan selalu menikmatinya bersamamu dan juga bersama makhluk yang bertanduk itu. Kalian berdua telah mebuka mata hatiku. Selama ini hanyalah kegersangan yang kudapatkan dari suamiku. Kini aku tahu betapa dahsyatnya kenikmatan yang telah kalian berdua berikan kepadaku. Oh, kekasih perkasaku, Tuan Dargo… Aku puas. Terima kasih, Tuan. Aku sangat menikmati disetubuhi olehmu,” kata istri Rama sungguh-sungguh sambil menatap dalam-dalam mata Ki Dargo yang menindih tubuhnya.

Ki Dargo sangat senang mendengar pengakuan gundiknya yang tulus itu. Dikecupnya kening dan bibir istri Rama itu.

“Baiklah! Engkau akan segera mendapatkan anak dengan bantuan air maniku yang telah menyuburkan air mani suamimu saat ia tanamkan ke dalam rahimmu,” kata Ki Dargo.

“Air maniku akan mendewasakan air mani suamimu yang encer itu. Dengan masuknya air maniku ke dalam rahimmu, kau akan hamil, sayangku,” kata Ki Dargo sambil mengelus-elus rambut ibu muda itu dengan lembut.

Dengan mengerang manja, ibu muda cantik itu memeluk erat tubuh kekar dukun sakti itu. Ia mengerang kenikmatan karena batang kejantanan Ki Dargo mengayun dan menghentak-hentak lembut di liang vaginanya saat berbisik di telinganya. Ujung kejantanan itu berkedut-kedut di pintu dasar rahimnya.

Dengan masih terbenamnya batang kemaluannya di liang ibu muda Sinta, Ki Dargo memanggil suami perempuan itu.

“Rama, kemarilah! Cumbuilah istrimu ini. Ayo, cepat!”

Dengan patuhnya Rama menjalani perintah itu. Ia mendekati sepasang manusia berbeda kelamin yang sedang bersetubuh itu dari atas kepala si perempuan.

“Ciumlah bibirnya, Rama!”

Rama pun mecium bibir istrinya. Sinta membalasnya dengan ciuman yang mesra pula.

Sementara suami istri itu berciuman bibir dengan romantisnya, Ki Dargo dengan perlahan mulai menggenjot liang kenikmatan perempuan itu. Dukun sakti itu kembali menyetubuhi Sinta yang sedang bermesraan dengan suaminya!

“Ayo, Rama, hisaplah puting susunya!” perintah Ki Dargo setelah mereka berada dalam posisi itu selama beberapa menit.

Dengan patuhnya Rama mengisap-isapnya sehingga istrinya menggelinjang kenikmatan dengan mengeluarkan suara desahan-desahan birahi.

“Oh, sayangku, oh tuanku yang perkasa, Dargo darrrrrgo, ammmmpun… Oh yeah, dargo kekasihku yang perkasa, akuuuu sudah mau keluar. Cepat hempaskanlah aku dalam pusaran badai nafsumu.”

Ibu muda itu sudah tak menghiraukan lagi Rama walaupun suaminya itu ikut juga mencumbuinya. Baginya, keintimannya dengan Ki Dargo lah yang memberinya kepuasan total. Dengan menceracau tak keruan perempuan itu berbisik pada suaminya.

“Oh, Mas Rama, batang kejantanan Ki Dargo ini enak, Mas. Aku senang disetubuhi olehnya. Aku akan selalu merindukan kenikmatan ini, Mas…” kata perempuan itu membuat pengakuannya yang jujur sambil menatap dalam-dalam suaminya.

Kata-katanya segera terputus dan matanya kembali terpejam karena menahan kenikmatan dari genjotan Ki Dargo pada lubang kelaminnya. Ia hanya menggenggam erat-erat kedua tangan suaminya sambil memasrahkan tubuhnya kepada dukun durjana itu.

Rama hanya bengong tak bisa berbuat apa-apa seperti orang bodoh melihat istrinya yang sedang berjuang mendapatkan puncak kenikmatan. Peluh istrinya beserta peluh Ki Dargo tampak sudah bersatu menyelimuti tubuh keduanya. Ia lalu sedikit menjaga jarak supaya tak mengganggu Ki Dargo yang sedang asyik menyebadani istrinya yang cantik itu. Dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri betapa bahagianya istrinya dibawa Ki Dargo mengarungi samudera birahi. Ia hanya bisa ikut bahagia melihat istrinya seperti itu.

Memang perempuan itu hanya akan menikmati rasa manis madu birahi dari sang dukun Ki Dargo. Satu-satunya manusia laki-laki yang telah membuat dirinya melambung kembali ke awang-awang indahnya persetubuhan. Kenikmatan yang tak pernah didapatkannya dari suaminya yang loyo. Ki Dargo menggeram hebat lagi saat ia melepaskan lahar panasnya.

“Ayo, budak nafsuku, nikmatilah kejantananku! Ayooo, yeeeah, yeah!! Ayo, cantikku! Mana yang jantan, aku atau Rama? Ayo, jawablah, budak manisku…” kata Ki Dargo dengan kurang ajarnya.

“Oh, yeeah…. ammmmpuuun! Engkaulah yang jantan, Darrrrgoooo…..!!!” jerit Sinta histeris di depan mata suaminya.

Maka jebollah bendungan lahar panasnya Ki Dargo. Panas dirasakan oleh istrinya Rama di dalam perutnya sampai ke ubun-ubun.

Segera dilepaskannya genggaman tangannya pada suaminya. Kedua tangannya serta merta berganti memeluk tubuh Ki Dargo erat-erat. Perempuan itu tampak mencapai orgasme yang kesekian kalinya di tangan dukun tua itu.

Vaginanya terasa berkedut-kedut sehingga memijat-mijat penis Ki Dargo yang masih menyemprotkan air maninya. Dengan tubuh berkelojotan dan mata mendelik ke atas, ibu muda itu menerima kenikmatan yang amat dahsyat dari sang perkasa dukun sakti mandra guna.

Keduanya lantas berciuman bibir dengan nafsunya, seperti dua orang yang sudah lama sekali tak bertemu. Batang kemaluan Ki Dargo masih berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air kenikmatannya di dalam liang kemaluan istri Rama. Vagina perempuan itu pun masih memijat-mijat batang kelamin kekasihnya. Keduanya berpelukan erat sekali. Kedua mulut mereka terus bersatu saling bertukar ludah dan membelit lidah.

Mereka berdua bertahan pada posisi itu selama sepuluh menit, sebelum keduanya lalu tidur berpelukan dalam keadaan bugil. Rama melihat senyuman manis menyungging di bibir istrinya. Nampak sekali betapa bahagianya perempuan yang disayanginya itu! Ki Dargo pulas sambil mengeluarkan dengkuran yang sangat keras tapi ibu muda Sinta tampak sama sekali tak terganggu di dalam pelukannya.

Rama hanya duduk merapat ke pojok kamar sambil terus memperhatikan istrinya yang terlelap telanjang bulat di dalam dekapan Ki Dargo yang juga bugil. Ia tak mau mengganggu ketenangan dan kebahagiaan mereka berdua.

Lebih dari dua jam kemudian barulah keduanya bangun. Istri Rama segera mengenakan kembali semua pakaiannya tanpa membersihkan dirinya sama sekali. Tibalah saatnya suami istri itu berpamitan pulang sambil mengucapkan terima kasih kepada Ki Dargo.

TAMAT

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini