5/28/2011

Aku dan Supir-supir Truk

(by: hayudian@telkom.net)

Sering sekali aku berkhayal kontol-kontol supir
truk yang terkenal suka "jajan" itu nancep di lobangku, terkadang kalau
aku sedang berada di jalan dan melihat mereka suka kencing di pinggir
jalan dengan kontol terlihat kemana-mana rasanya pengen aku samperin
dan aku emut, sayangnya aku nggak punya keberanian itu.

Aku sama sekali nggak nyangka bahwa semua keinginanku ini terwujud.
Hari sabtu yang menyebalkan, seharusnya semalem aku bisa pesta pora
ngocok kontolku sambil nonton VCD gay yang kubawa dengan
fantasi-fantasi liarku saat menatap kontol-kontol bule yang gede-gede
itu. Tapi dasar sial, keluarga kakak ayahku datang dan menginap di
rumah, dan karena kamar di rumahku tidak terlalu banyak jadi terpaksa
kakak sepupu tidur di kamarku, batal deh.

Hari ini aku harus kembali ke kota tempatku bekerja karena besok
aku malas kalau harus subuh-subuh berangkat dari rumah orang tuaku yang
jaraknya sekitar 2 jam perjalanan ke kota. Sambil menunggu bis yang
emang agak-agak susah aku memandangi kendaraan yang lewat. Sampai ada
sebuah truk yang lewat, sebenarnya truk itu biasa saja karena dari tadi
juga banyak yang lewat, tapi mereka menjepit celana jeans dan celana
dalam di depan mobil, mungkin baru mereka cuci biar kering.

Timbul ide dalam otak mesumku. Selama ini para supir truk terkenal
suka ngeseks, dan aku yakin kalau ada dinatar mereka yang gay atau
biseks. Karena tempatku menunggu hanya ada aku seorang, maka aku
berdiri disisi jalan menunggu truk yang lewat. Beberapa sudah lewat
tapi mereka tidak berhenti, sekedar tahu saja aku melambai untuk
menumpang dengan meletakkan tangan kiriku di gundukan selangkangan
sebagai kode. Sekitar 20 menitan tidak sukses, tiba-tiba truk yang
barusan lewat berhenti dan kemudian mundur.

Degg.. Antara takut dan senang aku menunggu apa yang akan terjadi.

Seseorang membuka pintu penumpang, lalu muncul wajah yang nggak
terlalu ganteng tapi dilihat sekilas sangat laki-laki sekali. Ia
menanyakan tujuanku dan kemudian aku sebutkan, lalu dia mengajakku naik
ke truknya karena kebetulan arahnya sama. Truk akhirnya jalan dan aku
mulai sering curi pandang, ternyata supir truk ini cuma memakai celana
boxer yang tipis dan kaus oblong warna hitam. Kulitnya agak gelap dan
kulihat pahanya penuh bulu, seketika kontolku ngaceng melihat bulu-bulu
itu karena aku sangat suka dengan bulu-bulu di paha dan jembut.

"Namanya sapa Mas?" tanya supir itu, dari logat bicaranya dia seperti orang batak.

"Yudi," jawabku.

"Mas sendiri?"

"Luhut,"

Kami terdiam sebentar karena dia konsentrasi ke jalan, kesempatan
aku gunakan untuk melihat tonjolan di boxernya, sepertinya dia sedang
ngaceng.

"Tadi ngapain berdiri sambil megang selangkangan?" tanyanya. Wah mulai nih pikirku.

"Biasa, pagi-pagi gini kontol pada ngaceng, gatel pengen kocok," jawabku berani.

"Sama, nih kontol aku juga sudah ngaceng," ujarnya sambil memegang tonjolan di daerah kontolnya.

"Biasanya kalo dah ngaceng gitu diapain Mas?" tanyaku lagi.

"Kalo nggak dikocok, paling-paling mampir di warung nyari lobang," jawabnya sambil cengengesan.

"Kalo ngocok emang bisa sambil nyupir?"

"Yah dibisa-bisain lah,"

Kemudian tangannya mengelus-elus kontolnya dari luar celana, ia
konsentrasi sebentar ke jalan, kemudian tangan kirinya masuk ke dalam
boxer dan membuat gerakan keluar-masuk.

"Repot nanti Mas, sini saya bantuin ngocok," kataku.

Ia menatapku sambil kemudian tersenyum, "kok nggak bilang dari tadi,"

Kemudian tangannya keluar, lalu dengan yakin aku merunduk ke dekat
selangkangannya. Aku memasukkan tangan kananku ke dalam boxer dan baru
saja masuk jemariku langsung bersentuhan dengan kepala kontolnya yang
segera ku genggam dan ku elus-elus. Aku keluarkan tanganku lalu menarik
boxernya sampai sedengkul dan sekarang kontolnya sudah terlihat jelas
olehku.

Kepala kontolnya gede dan batangnya berurat dengan panjang seperti
milikku, dan jembutnya lebet banget. Aku menjadi gemes dan segera aku
usap-usap serta kusibak rimbunan jembutnya dengan jemariku. Batang
kontolnya berdenyut-denyut tanda dia terangsang hebat.

Aku menggenggam batang kontolnya dan aku mulai kocok, saat itu aku
kaget ternyata dia belum disunat dan inilah kontol pertama yang belum
sunat yang aku pegang. Aku tarik kulupnya ke atas hingga menutupi
kepala kontolnya, aku mendengar dia mengerang-erang. Kini posisiku
tengkurap dan wajahku tepat di atas kontolnya. Aku masih terkagum-kagum
dengan kulupnya, dan kulupnya yang masih menutupi palanya aku gigit
pelan sampai kurasakan dia menggelinjang.

"Aduh.. Enak banget. Suka kulup ya?"

"Iya, sedep."

Aku menyedot kulupnya agak kuat dan sesekali aku sesap-sesap.
Kemudian kulit kulupnya aku turunkan sehingga kepala kontolnya muncul
lagi. Aku angkat batang kontolnya ke atas hingga menyentuh perutnya
sehingga bagian bawah batangnya kini menghadapku. Ini adalah bagian
kesukaanku, aku mendekatkan wajahku ke batang kontolnya dan aku jilat
bagian frenulumnya (bawah dekat lobang kencing) hingga ke lobang
kencingnya, lalu ujung lidahku sedikit kumainkan di lobangnya sampai
dia sedikit melompat dari tempat duduknya mungkin karena kaget dan
enak. Aku turunkan lagi lidahku perlahan-lahan hingga kepangkal batang
bagian bawah.

Urat-urat kontolnya juga mempesona, berkali-kali aku rasakan
urat-uratnya menyentuh lidah dan bibirku. Aku jilat lagi keatas hingga
frenulumnya, kemudian ujung lidahku aku peletkan di pinggiran topi
bajanya dan memutar beberapa kali hingga kemudian berakhir lagi di
lobang kencingnya yang kembali aku mainkan dengan ujung lidahku. Aku
melihat lendir bening keluar dari lobang kencingnya dan tanpa ragu aku
jilat habis.

Lalu dari topi kontol bagian atas aku mulai menelusuri senti demi
senti batang bagian atasnya hingga ke pangkal kontol yang tertutup oleh
rimbunan jembut. Aku jilati jembutnya yang super lebet itu, ahh sedep
banget, buat yang suka jembut seperti aku ini adalah sensasi yang
paling nikmat.

Aku benamkan hidungku di hamparan hitam jembutnya dan kugosokkan
berkali-kali hidungku dan berkali-kali dia mengeluarkan erangan. Lalu
aku merasa mobil berhenti.

"Kenapa Mas?"

"Nggak apa-apa, susah nyupir kalo kontol diginiin," ujarnya.

Jadi aku kembali melanjutkan aksiku, kali ini malah semakin nikmat
ada sensasi tambahan saat dia melihat aksiku. Aku sekarang sudah di
bagian kepalanya dan aku jilat-jilat seluruh helm daging itu kemudian
memasukkannya ke dalam bibirku dan kusedot dengan kuat-kuat hingga dia
kelojotan di bangkunya sambil meracau kata-kata tak jelas. Mungkin
lonte-lonte yang selama ini dia entot nggak pernah ngisep kontolnya.
Aksi sedotku tetap aku teruskan dan kulihat matanya terpejam menahan
enak.

Kami terhanyut oleh suasana itu sehingga sama sekali tidak
memperhatikan sekeliling ketika tiba-tiba muncul seseorang di pintu
jendela tempatku berada.

"Gila kau Hut!," suara itu tiba-tiba muncul.

Aku kontan kaget dan kurasa luhut juga seperti aku kagetnya. Aku
menghentikan jilatanku dan menatap ke arah suara yang ternyata datang
dari sebuah wajah yang terlihat keras dengan kumis tipis dan rambut
yang keriting. Kutaksir ia berusia 26-an.

"Kupikir mobil kau kenapa-napa, tak tahunya lagi asik kontolmu di sedot," ujarnya.

"Ah kau Ben bikin aku kaget saja. Kau tak tahu enak kali kontol diginikan, mau coba?"

Luhut kemudian memegang kepalaku dan didorong pelan ke
selangkangannya tanda ia ingin aksi dilanjutkan. JAdi aku kembali
melanjutkan aksiku dan mulai menyedot-nyedot kontol luhut. Pintu mobil
tempatku berada terbuka, lalu orang yang tadi naik dan dia
memperhatikan apa yang kami lakukan. Aku sengaja membuat suara ribut
dengan mulutku, berharap orang ini terangsang juga.

"Enak hut?"

"Enak Ben, kamu coba juga lah,"

"Hei, kamu mau nggak isep kontolku juga?" tanya orang itu. Aku melepaskan isapanku dan menatapnya.

"Mau banget, tapi tempatnya sempit,"

Orang itu terlihat berfikir, lalu ia berkata, "Hut, gimana kalo kita ke rumah Bonar aja, sepi paling-paling cuma ada Bonar,"

"Ya bereslah, mau nggak kau?" tanya luhut kepadaku

Aku mengangguk dan kembali mengisap kontol luhut. Orang tadi masih
di tempat yang sama memperhatikan aksiku dan Luhut. Sementara tangan
kananku sibuk memegang batang kontol Luhut, sekarang tangan kiriku
bergerak ke belakang dan menuju selangkangan orang itu. Dia memakai
celana jeans, tapi bisa kurasakan kontolnya sudah mengeras dan kontol
itu aku remas-remas.

"Hut aku tak tahan juga nih, kita ke depan aja di dekat lembar
(tempat reklamasi pantai yang rimbunan pepohonan) aku pengen ngerasain
juga,"

"Agghh, kau ini Ben, ya sudah kau turunlah,"

Orang itu turun dari mobil dan menutup pintu, tak lama kudengar suara
mesin mobil dan mobil kami juga jalan. Aku tetap menghisap-hisap kontol
luhut yang semakin banjir cairan bening. Tak lama mobil kembali
berhenti

"Kita turun yuk?"

Kami turun dan saat itu bisa kulihat figur Luhut dengan jelas. Ia
cukup tinggi sekitar 165cm dan agak gemuk, celananya sama sekali tidak
dinaikkan dan kontolnya yang ngaceng masih teracung-acung di luar.

"Lama sekali si Beni ini," ujar Luhut. Nama supir truk itu rupanya
Beni, dan sekarang dia turun dia hanya memakai celana dalam biru tua
yang terlihat kendor dan membawa sarung.

"Cepatlah kau Ben, pejuhku kayaknya sudah mau nyemprot,"

"Sabar hut,"

Beni kemudian menggelar sarung di rerumputan dan aku mulai
menelanjangi diriku. Dengan tinggi 175cman dan berat 68Kg, meski tidak
terlalu berotot rasanya tubuhku cukup menggoda, apalagi aku berkulit
putih mulus.

Sekarang aku berbaring telentang di sarung dan kutarik kontol Luhut
yang kemudian berlutut lalu aku jilati lagi bagian kontol bawahnya.
Kemudian Beni bergabung dan Beni ini tubuhnya proporsional sekali,
badannya berotot, mungkin dia suka mengangkat barang, kulit gelapnya
sangat seksi.

Dia nggak tampan, tapi aku sama sekali tidak perduli. Inilah
enaknya kontol mereka yang suka di sebut pekerja kasar, mereka nggak
penting tampang yang penting bisa puas, begitu juga aku, asal ada
kontol, nggak perlu pemanasan dan romantisan segala. Asal birahi sudah
bergolak bisa dapet rasa enak yang luar biasa.

Saat menatap kontol Beni aku kaget, kontol itu tak lebih dari 14cm,
tapi diameternya sangat besar. Aku tangkap kontol beni dengan tangan
kananku dan kudekatkan dengan mulutku. Kurasa mereka laki-laki sejati,
karena mereka sama sekali tidak perduli dengan tubuh telanjangku, yang
penting buat mereka kontol terasa enak. Aku kemudian berbalik dan
kusatukan kepala kontol mereka hingga bersentuhan, lalu secara
bergantian aku jilati bagian bawahnya hingga kuisap-isap kuat, bahkan
terkadang kedua kepala kontol itu kucoba hisap bersamaan dalam mulutku,
tapi kontol Beni yang gemuk membuat masalah.

Seperti Luhut kontol Beni juga tak disunat. Aku tarik kulupnya lalu
aku longgarkan dan pelan-pelan aku masukkan kepala kontol Luhut ke
dalam kulup Beni yang panjang dan berhasil. Mereka mengerang bersamaan,
lalu kedua kontol yang sudah menyatu itu aku kocok-kocok dan kujilat
dari kiri ke kanan dan kusesapi seperti aku makan jagung bakar. Mereka
terus mengerang enak, dan saat aku tarik kontol luhut, cairan lendir
bening menetes dari kedua kontol, entah punya siapa.

"Kau entot aku ya," pintaku kepada Beni.

"Dimana?" tanyanya bingung.

"Ya di lobang pantatku lah,"

"Nanti sakit,"

"Ah sudah Ben, kau embat sajalah, dia pasti sudah biasa,"kata Luhut yang kuiyakan dengan anggukan.

Beni kemudian berdiri dan berjalan ke belakangku yang sudah dalam
posisi menungging, kulihat dia meludahi tangannya lalu ludah itu
dipoletin ke kepala kontolnya dan dia menempelkan ujung kepala
kontolnya tepat di lobangku. Luhut memperhatikan apa yang Beni lakukan,
sementara tangan kananku terus mengocok kontolnya. Beni menekan
kontolnya dan aku merasakan lobangku terkuak pelan-pelan. Agak susah
juga karena kontol Beni memang sangat gemuk, tapi dia nggak menyerah
meski sudah keringetan.

"Gila sempit kali lobang kau," ujarnya.

Kali ini dia menekan agak kuat dan aku berusaha serileks mungkin
menghadapinya. Sedikit demi sedikit kepala kontolnya mulai masuk
seiring rasa sakit yang juga mulai kurasakan.

Bless.. Tiba-tiba kepala kontol itu berhasil masuk, dan aku
mengerang keras karena rasanya cukup sakit. Kurasa Beni tidak
pengalaman dengan laki-laki sehingga dia pikir lobangku sama saja
dengan memek lonte yang pernah dientotnya. Dia terus membenamkan batang
kontolnya dan aku mengerang-erang sampai akhirnya seluruh batang kontol
dia amblas. Aku bernafas lega dan Beni mulai memompa lobangku, aku yang
mulai terbiasa juga mulai mengimbangi gerakannya.

Sambil tubuhku bergoyang-goyang akibat hantaman kontol Beni di
belakang aku menjilat peler Luhut bagian bawah dan kuputar-putar
lidahku di daerah itu. Enak sekali rasanya.

Sekarang kontol Luhut sudah tenggelam dalam mulutku yang lincah
memainkan lidah di dalamnya sehingga batangnya tetap terjilat.
Terkadang aku sedikit tersedak juga saat Luhut dengan cepat membenamkan
seluruh batangnya di mulutku dan hidungku juga terasa geli karena
seluruh jembutnya terasa menggelitik. Dia menekan agak lama baru
dilepaskan lagi.

"Yang kuat Mas, cepet entot yang kuat.. argghh.. enakk.. shh .. ahh," ujarku.

Beni semakin semangat, dia semakin mempercepat temponya dan terus
memompa dengan liar sampai biji-biji pelernya terasa menampar-nampar
paha belakangku. Seluruh batang kontol Beni tenggelam dan ia tidak
menariknya, diputar-putar pinggulnya sehingga menimbulkan rasa ngilu
yang sangat nikmat di lobangku, apalagi jembut-jembutnya juga terasa
menggelitiki kulit pantatku. Lagi ia menarik batangnya dan
berteriak-teriak keenakan..

"Argghh.. setan kau.. setan kau.. enakk.. argghh.." racaunya.

Aku merasakan desah nafas yang semakin berat dari Luhut, dan aku
khawatir dia keluar sebelum sempat mengentot lobangku, jadi keluarkan
kontolnya dari mulutku.

"Jangan keluar dulu, entot dulu lobangku," kataku ke Luhut. Luhut mengangguk dan ia memperhatikan Beni yang masih memompaku.

"Jangan keluar dilobang ya, keluarkan di mulut aja, mau ku hisap dan kultelen habis pejuh supir batak," ujarku.

"Lepas aja Ben, biar ku entot dia, kau keluarin saja pejuh kau dimulutnya," ujar Luhut.

Tiba-tiba kurasakan sangat kosong saat Beni menarik kontolnya dan
aku berbaring telentang dengan kontolku mencuat ke atas tegang sekali
seperti monas. Kurengkankan pahaku lebar-lebar, lalu aku minta Luhut
dengan posisi yang sama untuk mengentotku.

Kami sama-sama telentang dan karena lobangku sudah terbuka lebar
oleh kontol Beni, dengan mudah kontol Luhut masuk. Tidak banyak gerakan
yang bisa dilakukan dengan posisi ini. Kedua kaki Luhut berada
disamping bahuku dan Luhut menghunjam-hujamkan kontolnya dengan
sesekali memutar pinggulnya, enak sekali.

Kini giliran Beni menghajar mulutku, dia kangkangi tubuhku lalu
tepat di atas wahku dia sorongkan kontol gedenya ke mulutku dan segera
aku hisap sementara aku tangan kiriku mengocok kontolku sendiri. Beni
terus menerus memompa mulutku yang menjadi sedikit lelah karena terbuka
begitu lebar karena kontol Beni begitu besar. Belum lagi Luhut semakin
garang di bawah. Aku tahan lagi.. Aku mengerang dan mengejan
sejadi-jadinya..

"ARgghh.." teriakku, lalu Croott.. crott.. crott.. crott..
Berkali-kali pejuhku muncrat dan entah mendarat dimana, aku menggelepar
seperti ikan kehabisan nafas, nikmatnya tiada tara.

Bersamaan dengan itu Beni membenamkan kontolnya dan aku sedikit
tercekok saat tiba-tiba pejuhnya menyemprot langsung ke dalam
tenggorokanku, seketika aku reflek dan mengeluarkan kontolnya yang
masih menyemprotkan pejuh dan kemudian meleleh dari lobang kencingnya.
Karena ejanganku tadi, otomatis membuat lobang pantatku mengkerut
sehingga mencekik batang kontol Luhut sehingga dia juga mengerang
keras, dan kurasakan semburan hangat di lobangku.

"Sini Mas, kesinikan kontolnya, aku pengen ngerasain pejuhnya,"
ujarku kepada Luhut yang kemudian mencabut kontolnya dan berjalan ke
arahku.

Sementara Beni mengelap-elap sisa pejuhnya di bibirku dan sesekali
masih mengalir pejuh dari lobangnya yang aku jilat habis. Kini giliran
kontol Luhut menempel di bibirku, dan kembali lidahku bergerilya
menyapu sampai habis pejuhnya yang belepotan di kepala kontolnya
sendiri.

Kami semua terbaring bugil bertiga di sarung yang tidak muat untuk
kami berbaring. Setelah mengelap sisa-sisa pejuh, kami berangkat lagi
dan aku diantarkan ke tempat tujuanku. Enaknya pejuh supir batak, nggak
perlu ada romantisan, nggak perduli tampang, yang penting punya kontol,
maennya enak, puass!

Gue tunggu kontol-kontol lo semua, gendut, kurus, jelek, ganteng
yang penting kontol lo berisi pejuh untuk muncrat di dalem mulut gue.
Ahh, sedep! Ada lagi yang pejuhnya pengen gue sedot abis?

E N D

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini