6/30/2011

Ahhh, Malam yang Indah

Udara dingin menyengat sekujur tubuhku. Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Malam itu aku suntuk, kedua orang tuaku sedang dinas keluar kota. Pikiran kotor membawaku ke lamunan mesum, entahlah malam itu aku melamunkan seorang satpam dealer mobil di sebelah rumahku. Perawakannya tinggi, tubuhnya kekar, dan mukanya hitam manis. Setiap kali aku melewati dealer mobil itu, ia selalu tersenyum kepadaku.

Aku bermasturbasi sebentar, lalu terlintas dalam pikiranku untuk 'menjenguknya', hal itu memang sudah biasa kulakukan. Tanpa mengenakan sehelai kainpun aku melompat keluar lewat jendela kamarku. Dengan sangat berhati-hati aku berjalan menuju pekarangan belakang rumahku. Udara dingin semakin menusuk sekujur tubuhku. Dari belakang rumah dengan mudah kupanjat dinding menuju bagian belakang dealer mobil. Baru saja kuinjakkan kaki di sana, aku tersentak kaget saat melihat dia sedang buang air kecil, aku terdiam, mataku segera menuju bagian kemaluannya, ukuran penisnya yang begitu besar dan panjang membuatku terpana, belum pernah kulihat penis sebesar itu sebelumnya, membuatku horny banget.

Ia langsung menyadari keberadaan diriku, jantungku berdetak kencang, dapat kurasakan rasa malu bercampur hornyku yang sudah memuncak, aku membalikkan tubuhku memandang tembok, dan ingin rasanya segera memanjat tembok itu, namun kedua kakiku sudah terkulai lemas, rasanya tak sanggup lagi. Ia segera menghampiri diriku, kurasakan suara langkah kakinya semakin dekat.

"Loh kamu ngapain disini? Hayo tadi ngintipin Om yah?" rasanya mulutku tak sanggup membalas perkataannya.

"Kamu nggak kedinginan? Ck ck ck.. Mulus banget body kamu, sexy lagi.." kurasakan wajahku memanas.

"Mau nggak temenin Om malam ini, Om janji nggak kasih tau orang laen deh.." saat itu rasanya seperti disamber geledek, rasa gelisahku langsung memudar, kurasakan penisku mengeluarkan cairan yang mengalir ke paha kananku, aku semakin horny, entah kenapa aku menganggukkan kepalaku tanda setuju dengan permintaannya.

Aku terperanjat kaget saat mengetahui dirinya sudah mendekap diriku dari belakang. Kedua tangannya sudah melingkari perutku, kurasakan kedua tangannya yang besar dan sangat kasar, ia mulai menciumi leherku, kurasakan lidahnya bermain liar di sana, belum lagi saat lidahnya mulai bermain di telingaku.

"Emmh.." tak kusadari aku mengerang akibat kenikmatan yang mulai kuterima.

Mendengar eranganku, lidahnya semakin menggelitik lubang telinga kananku. Tangannya mulai menuju penisku lalu tanpa aba-aba lagi ia mulai mengocok lembut penisku yang saat itu sudah mengeras. Tangannya yang satu lagi terus memijat, mengelus dan kadang mencubit kasar kedua putingku. Kurasakan penisnya semakin menonjol dari dalam celananya, dan digesek-gesekkannya tepat di belahan pantatku.

Eranganku semakin menjadi-jadi, tangan kananku menjambak rambutnya, tanda baginya untuk terus memainkan lidahnya, sedang tangan kiriku meraba penisnya. Ia tahu tak lama lagi aku akan ejakulasi, dengan segera ia menghentikan permainannya, ia berbisik..

"Isep dong kontol Om, udah keras nih.."

Segera kubalikkan tubuhku menghadap dirinya dan kukulum bibirnya yang memerah, lidah kami terus beradu di dalam, sambil mulai kulepaskan kancing bajunya satu per satu, kuraba kedua dadanya yang berbulu lebat, kujilat dan kugigit lembut kedua putingnya, ia mulai mendesah, "Aahh.. Ahh".

Aku mulai berlutut, kulepaskan celananya, saat itu tercium bau pesing yang menyengat dari cawat putihnya, bulunya yang sangat lebat banyak keluar dari cawatnya. Saat itu, rasa hornyku telah menguasai seluruh pikiranku, tanpa merasa jijik lagi kujilat ujung penisnya yang masih di dalam cawatnya yang basah, entah karena air seninya atau cairan precum.

Ia kembali mendesah. Saat kuperosotkan cawatnya, penisnya yang sudah tegang segera menyembul keluar mengenai bibirku. Aku kembali terpana melihat ukurannya yang sangat besar, entah apakah bisa masuk ke dalam mulutku, tanganku mulai mengocok lembut, kulihat kepala penisnya memerah akibat permainan tanganku. Selang beberapa detik, ia kembali memintaku untuk mengoral penisnya, sejujurnya aku belum pernah melakukan oral seks, hanya seringkali kusaksikan di film-film porno, oleh sebab itu aku sangat tertarik untuk mencobanya.

Aku mulai mendekatkan bibirku, kusentuhkan sekali lagi dengan kepala penisnya, lalu kujilat lubang kencingnya, kudengar desahan kenikmatan. Kubuka mulutku, dan mulai kucoba memasukkan batang kemaluannya, saat itu rasanya tidak ada ruang yang kosong lagi di rongga mulutku. Saat kucoba untuk memasukkan seluruh bagian penisnya, kurasakan ujung penisnya telah mentok di saluran kerongkonganku yang paling dalam, padahal masih ada kira-kira 1/4 bagian penisnya di luar mulutku, kubayangkan betapa panjangnya ukuran penisnya itu.

Bulu-bulunya yang lebat membuatku kesulitan untuk bernafas. Kulakukan gerakan maju mundur, penisnya terus menggesek rongga mulutku, lidahku terus merasakan urat-urat penisnya yang semakin menonjol, terkadang kubantu dengan kocokan tanganku. Kukulum buah pelirnya, selama itu ia terus menjambak kasar rambutku, dan terus mendesah, kudengar desahannya semakin kencang, kupercepat tempo permainanku, hingga akhirnya kurasakan ia memuncak, tubuhnya kaku, dan penisnya menegang keras lalu menyemburkan cairan hangat yang membanjiri rongga mulutku, saking banyaknya ada yang menetes keluar dari mulutku.

Aku kaget saat jari tangannya mulai menjepit hidungku, dipaksanya aku untuk menelan habis seluruh air maninya. Setelah itu, dibantunya aku berdiri, didekapnya erat tubuhku, kami kembali bercumbu mesra, dikulumnya kedua bibirku, kubalas mengulum bibirnya. Lidah kami terus mengadu lincah. Keringat kami bercampur menjadi satu, tubuh kami terus menempel erat, dan penisku terus kugesekkan dengan penisnya, sambil diterangi cahaya bulan.

Kami bercumbu cukup lama. Setelah itu, ia menggenggam tanganku mengajakku ke pos satpamnya, karena situasi sangat sepi, kami berani berjalan lambat melintasi bagian depan dealer. Karena kedua tubuh kami masih belum dilapisi sehelai kainpun. Sesampainya di sana ia mengambil sebotol pil, yang kutebak adalah Viagra, kami meminumnya masing-masing 2 butir. Kami kembali bercumbu liar di sana. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya di atas meja.

Mulai kurasakan efek Viagra, yang rasanya seperti membakar sekujur tubuhku, kulihat iapun merasakan hal yang sama. Kedua putingku menjadi sangat tegang, dan dengan cepat penis kamipun mengeras, sambil terus bercumbu kukaitkan kedua kakiku ke belakang tubuhnya, tangannya yang nakal kembali memijat, mencubit kasar kedua putingku. Setelah cukup lama kami bercumbu, ia kembali berkata..

"Sekarang Om mau cobain punya kamu, boleh yah?" kembali kuanggukkan kepalaku.

Ia mulai berlutut, diletakkannya kakiku di atas meja, aku mengangkang kubuka lebar-lebar kedua kakiku, ia terdiam mungkin terpana melihat penisku yang tanpa jembut itu, karena belum lama baru saja kucukur habis. Tanpa aba-aba lagi ia mulai menjilati penisku, dengan mudah ia melahap habis seluruh bagian penisku sepanjang 13 cm. Dengan mulutnya yang sangat terampil ia mulai mengocok penisku, layaknya sedang menikmati es mambo.

Tak tahan aku menerima kenikmatan yang tiada tara itu, aku terus mengerang tertahan, giliran kedua tanganku terus menjambak kasar rambutnya. Tak selang berapa lama aku tahu akan segera ejakulasi, ia pun langsung melambatkan tempo permainannya, dikulumnya kedua pelirku, dan terkadang dijilatnya lubang anusku. Tak tahan rasanya menerima rasa geli yang terus menggelitik bibir anusku.

Saat ia kembali memijat penisku dengan mulutnya, tiba-tiba sekujur tubuhku menegang kaku, akupun segera memuntahkan lahar panas ke dalam mulutnya, kurasakan cairan spermaku cukup memenuhi rongga mulutnya, saat itu anehnya aku tidak merasa letih sedikitpun, malah rasanya aku semakin horny. Mungkin akibat Viagra yang telah kutenggak. Ia kembali bangkit berdiri, dengan segera ia mendekap dan menyambar kedua bibirku.

Entah kenapa ia sangat menyukai bercumbu denganku, aku kaget saat ternyata di dalam mulutnya masih tersimpan cairan spermaku, kujilat habis spermaku sendiri dari dalam mulutnya, terkadang ia kembali mencumbui leherku dengan penuh nafsu. Saat itu keringat kami kembali bercucuran, baunya sampai memenuhi ruangan pos. Sebenarnya aku ingin segera pulang, tubuhku telah lengket dengan keringat, namun aku belum mampu menahan nafsu yang masih membara. Kulihat ia mengambil kunci, lalu berkata..

"Kita cobain mobil di dalam yuk.." sambil terus menarik tanganku keluar dari pos satpam.

Asep, begitu panggilannya, anak Bogor katanya. Sekolah STM Mesin di Manggarai. Wuu.. Muda banget. Lihat jari-jari tangannya masih licin. Rasanya paling 18 tahun. Kakinya, betisnya, tangannya, bibirnya, masih serba licin. Dia bilang pamannya yang ngajari 'bercinta'. Sampai ketagihan, sementara pamannya sudah pindah kerja di luar Jawa.

Aku berusaha banget untuk menyenangkan dia. Akhirnya aku yang ajak makan di restoran Aston. Dia baru merasakan makan di hotel ini. Kami ngobrol macam-macam. Aku berusaha menyelami dunianya. Tentang idola, tentang musik, bola atau panjat tebing. Ternyata dia sangat cerdas. Dia bilang suka macam aku yang lebih tua. "Sabar," katanya.

Memang benar. Aku pengin berpuas-puas dengannya. Jarang dapat anak segar macam dia. Dia mau pulang pagi. Besok minggu lIbur. Dia telpon ke rumahnya bilang tidur di rumah temannya. Ah, lelaki, biar masih mudapun sudah pinter bohong.

Aku suka ketiaknya yang sangat seksi. Malam itu berkali-kali aku kembali melumat dan menciumi ketiak itu. Dalam kamar aku merasa sangat nyaman. Leluasa, aman tanpa khawatir diintip Satpam. Kami mulai dengan berpagutan mesra. Dia macam anak gadis. Mendesah, merintih manja silih beganti.

Dia pengin mandi kucing. Dijilati seluruh detail tubuhnya.

"Pamanku paling senang," katanya.

Ah.. Tentu aku juga "paling" senang donk. Dia menggeliat-geliat saat lidahku menelusuri betisnya, pahanya dan kemudian lubang pantatnya. Ah, dasar "anak gadis". Baunya masih terasa alami. Selangkangannya yang licin mulus menjadi terminal jilatan, kecupan dan sedotan bibirku. Rambut kemaluannya masih tipis. Segar banget rasanya.

Saat mendekati klimaksnya dia bangun mendorong aku agar telentang. Dia duduki wajahku, menyapu-nyapukan anusnya ke bibirku sambil mengerang dan terus mendesah-desah.

Tangannya mengocoki penisnya hingga klimaksnya datang. Dia berteriak setengah histeris sambil menunjukkan puncratan spermanya yang sebagiannya terlempar jauh mengenai cermin kamar tidurku dan sebagian lainnya melumuri wajahku.

"Ahh.. Oom.. Oom.. Oomm.. Enak Oom.." racaunya.

Aku yang juga sudah demikian menahan birahiku langsung menubruk dan menindih tubuhnya. Aku 'entot' dia. Aku peluk dan ciumi bibir, leher dan dadanya sambil penisku terus berusaha menembusi analnya. Saat mau keluar dia mendorong bangkit aku. Dia raih penisku.

"Keluarin di mulut Asep, Oom.. Keluarin di mulut Asep, Oom.."

Sambil dia kocoki penisku yang memang sudah siap menyemprotkan spermanya. Edan anak ini. Dia minum dan jilati seluruh cipratan spermaku. Semalaman kami nyaris tidak tidur. Aku terbangun saat tiba-tiba kurasakan dia tengah menciumi dadaku atau selangkanganku. Sebaliknya kalau dia tidur aku tak mampu menahan diri untuk menggumuli ketiaknya, bokongnya, ngisepin penisnya atau apa saja yang bisa kuraih.

Pagi harinya kami makan di kamar. Aku pesan American breakfast. Nampak kami sangat kelaparan. Sebelum pulang saat dia mau kencing kuikuti. Kutadahi dalam gelas air seninya yang bening dan wangi itu. Aku bilang untuk minumanku hari ini. Dia melihatku dengan heran. Wajahnya yang bengong demikian tampan dan sekaligus cantik. Tak puas-puasnya aku memandangi dan mengagumi wajahnya 'cantik'nya itu. Ah.. Kapan kita ketemu lagi, Sep??

Sepagian itu aku banyak laporan ke bossku. Semua informasi yang diperlukan telah aku dapatkan. Dan sesuai dengan rencana aku akan pulang Minggu malam. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan sebelum pulang.

Gun Wijaya, China tambun pedagang komputer dari Dusit Mangga Dua itu telpon. Nanti malam dia pengin ngajak ke kafe LM di Jakarta Pusat. Sesaat aku mengingat-ingat. Rasanya aku pernah denger itu kafé para gay Jakarta ngumpul. Ah.. Kenapa tidak. Kusanggupi ajakan Koh Gun. Jam 8 malam dia mau jemput aku.

Bukan main mewahnya kafe LM ini. Di bawah lampu yang sangat eksotis, dua orang resepsionis yang ganteng dan ayu menerima kami. Koh Gun rupanya sudah pesan meja dengan 4 kursi.

"Loh.., kok kursinya 4?"

"Sabar Pak Koco, lihat saja.."

Belum selesai dia ngomong, ada 2 pria setengah baya mendekat dan memperkenalkan sebagai teman Koh Gun. Aku langsung tahu. Koh Gun rupanya buat acara khusus. Orgi bersama mereka ini. Ha.. Ha.. Ha.. Ahh, ramahnya Jakarta..

Memang benar cerita temanku. Kafe LM hanya dikunjungi pria. Mereka semua ini bisa dipastikan kaum gay. Ada yang bule, China, Jawa, hitam, Ambon, Arab atau turunan. Wuiihh.. Asyikk banget jadi gay di Jakarta. Serba ada. Selama 2 jam di kafe itu banyak orang-orang yang menengok ke kami juga. Barangkali mereka ini berharap bisa gabung bersama kami.

Dua orang teman Koh Gun adalah Wawan yang berprofesi" marketing eksekutip" untuk perusahaan garmen terbesar di Indonesia dan yang satunya Doddy peragawan dan anggota Dance Group terkenal, kelompok tari dan nyanyi pimpinan artis yang akhir-akhir ini juga politikus dari partai pemenang pemilu.

Mereka ini simpatik banget. Koh Guan pinter mencari teman. Lihat saja, Wawan ini, walaupun nampak badannya kerempeng, tetapi dengan dadanya yang bidang macam itu aku bisa membayangkan pasti ketiaknya lebar dan leluasa banget untuk jadi sasaran ciuman ataupun jilatan. Dan Doddy, dengan postur yang jangkung sangat menjanjikan bahwa permukaan pahanya sangat nyaman untuk jelajah lidah dan bibir lawan mainnya. Ahh.. Itu mah pandangan subyektipku.. Aku ngaceng..

Kami sepakat untuk menghabiskan malam bersama di Puncak, Bogor. Koh Gun bilang sekitar 1,5 jam perjalanan. Disana hawanya segar. Itu villa temannya.

"Aku boleh pakai kapan saja," sambil menunjukkan serentetan kunci villa tersebut.

Kita bisa main-main di dalam maupun di luar rumah, lanjutnya. Bukan main. Ini sangat surprise bagi aku yang 'bocah Semarang' ini. Ah.. Ramahnya Jakarta..

Jadinya aku tidak tidur di hotel malam ini. Sesudah melewati jalan berliku di antara pokok-pokok cemara, sekitar jam 1 malam kami baru memasuki halaman villa. Hawa dingin langsung menerpa begitu kami turun dari mobil. Terasa embun sudah turun membasahi rerumputan. Villa ini benar-benar kosong, oh.., bukan. Ternyata Koh Gun yang mengatur. Sore tadi dia telepon ke penjaganya. Dia boleh lIbur untuk pulang ke rumahnya, karena malamnya rombongannya mau datang.

Koh Gun membuka pintu dan menyalakan lampu. Woo.., bukan main. Lengkap. Dari ruang tamu, dapur dan kamar tidurnya cukup mewah. Lihat, sofanya dari kulit asli. Pasti mahal sekali.

Koh Gun langsung membuka lemari es mengeluarkan beberapa botol bier. Rupanya Wawan maupun Doddy bukan yang pertama kali ke tempat ini. Dan yang surprise lagi bagiku, mereka berdua ini langsung ber-asyik masyuk. Saling rangkul dan berpagutan. Koh Gun tertawa saja menyaksikan mereka sambil melirik padaku. Aku pengin duduk dulu sejenak. Kubuka botol bier dan kutuang ke gelasku. Sambil menyaksikan kedua anak itu. Edan. Tangan Wawan sudah merogohi gundukkan celana Doddy. Aku ngaceng.

Rupanya mereka, teman-teman baruku ini orang-orangnya pragmatis banget. Koh Gun keluar dari kamar tidur hanya bercelana kolor. Dia langsung duduk disampingku. Tangannya tak menunggu ijinku lagi langsung meraba dan meremasi gundukkan celanaku yang semakin menggunung, hangat dan keras ini. Aku tersenyum asyik. Koh Gun sangat bernafsu padaku.

Adegan Wawan dan Doddy mempercepat aliran syahwatku. Mungkin itu juga yang membuat Koh Gun begitu bernafsu. Dia sudah menarik resliting dan menarik celanaku hingga jatuh ke lantai. Dan lihat, dia nyungsep langsung ke selangkanganku. Rupanya dia akan berpuas diri dengan membuka CD alias celana dalamku dengan bibirnya.

Aku bersandar ke sofa dan mulai merem-melek menikmati rasanya dikerjain sama Koh Gun ini. Giginya menggigit pinggiran CD-ku kemudian menariknya kebawah. Tak bisa sekaligus, beberapa kali dia memindahkan giginya pada tepian berikutnya hingga berhasil menariknya ke pahaku. Penisku sudah macam Tugu Monas, ngaceng kaku dan berkilatan kepalanya menahan ledakkan birahiku. Koh Gun mulai menjilati kepalanya yang sudah basah oleh 'precum'.

Ah, asyiknyaa.. Ku-elus-elus rambutnya agar birahinya semakin terbakar. Kemudian lidahnya menjalar ke batang, ke pangkal dan sebagai selingan terkadang dia nyungsep ke belantara jembutku untuk menghirup aroma selangkangan yang pasti nikmat bagi Koh Gun ini. Aku jadi blingsatan tak terkendali. Sulit untuk tidak mengerang dan merintih. Elusan tanganku berubah menjadi remasan menahan syahwat.

Koh Gun melepasi seluruh busana bawahku agar leluasa beroperasi. Kakiku diangkat hingga rapat dengan dadaku. Hasilnya adalah wilayah analku terbuka. Dia pusatkan jilatan selanjutnya di tempat itu. Kurasakan lidah dan bibirnya yang tak henti-henti menjilat dan menyedoti. Ah, kenikmatan yang tak kurencanakan sendiri ini demikian hebatnya. Aku hanyut dalam gairah birahi yang luar biasa. Koh Gun benar-benar tahu titik-titik sensitive seorang pria macam aku.

Saat lidahnya menyapu pinggiran analku, jangan tanya lagi, aku menjerit kecil. Kegatalan yang menyergapku membuat aku bertekuk pasrah pada nafsu Koh Gun.

Untuk bisa lebih meraih duburku dia berbisik,

"Kamu nungging pegangan sofa ya, Mas," aku ikuti.

Saat aku bergerak bangun kulihat Doddy dan Wawan ternyata sedang saling mengocok-ocok penis pasangannya sambil menyaksikan tingkah kami berdua yang rupanya sangat atraktip bagi erotik mereka. Aku nungging menghadap ke jok sofa. Koh Gun langsung menerkam bokongku. Analku dia jilat dan sedoti kembali. Sesekali jari-jarinya menyodok masuk dan mengutik-utik dinding anusku. Nikmatnya membuat serasa jantungku mau copot.

Kurasakan Koh Gun berdiri, kemudian dia meludahi analku. Aku merasa bahwa Koh Gun ingin 'menembak' pantatku. Dan sesaat kemudian kurasakan tonjolan bulat hangat mendorong lubang pantatku.

"Ampunn.. Pedih banget siihh.. Dan pelan-pelan.."

Bless..

"Uuuhh.. Ampunn.. Sakiitt.."

Kog Gun tak terpengaruh oleh rintihan-rintihanku. Malahan semakin semangat untuk terus menembusi lubang yang sangat sempit ini. Dia mulai memompa pelan-pelan. Dia rubuh memelukku dari belakang sambil mencium kudukku. Pompaan penisnya men-cepat. Bles.. Bles.. Bles.. Nikmatnyaa.. Hawa dingin pegunungan yang meniup ke villa ini tak mampu menahan keringatku yang mengalir deras.

Tiba-tiba Koh Gun mencopot penisnya. Kudengar suara Wawan bergumam. Ah, rupanya mereka menggilir aku. Kurasai penis Wawan di pantatku. Sambil berpegang pada pinggulku di tusukkannya ke anusku. Bless.. Wawan mendesah. Sementara dari arah depan Doddy mendekati aku dan menyodorkan kemaluannya ke mulutku. Duh, gedenyaa..

Aku tak mampu menunda, langsung kulumat-lumat. Mulutku mengulum merasakan kerasnya otot-otot penis Doddy. Eeehh.. Rupanya Koh Gun mendekati Doddy dan mulai menciumi punggungnya kemudian meluncur turun ke bokongnya. Nampak Doddy menggeliat menahan gelinjangnya.

Aku mengocoki penisku menyalurkan kegatalan birahi. Wawan menggenjot cepat penisnya menembusi anusku. Duh, pedihnya.. Panass..

Enak benar si Doddy. Dari depan aku melumati penisnya, dari belakang Koh Gun menjilati analnya. Dia mengerang dan mendesah-desah sambil tangan kanannya meremasi rambutku dan tangan kirinya rambut Koh Gun. Terdengar paduan desahan, erangan dan rintihan kami ber-empat. Seperti orkestra Jakarta yang telah tiada itu. Sesekali bunyi kecupan keras dari segala arah. Stereo dan surround, ha.. Ha..

Rupanya ini merupakan acara perdana keberadaan kami di villa sejuk ini. Beberapa saat kemudian penis Doddy menyemprotkan spermanya ke mulutku. Panas dan guriihh.. Banget. Aku agak tersedak saat lidahku meraupi semprotan-semprotannya. Kurasakan penis manis ini menganguk-angguk 6 atau 7 kali memompa keluar air maninya. Doddy langsung rubuh bertumpu pada tepian sofa, sementara Koh Gun belum melepaskan jilatan pada anusnya sambil sIbuk mengocok penisnya sendiri.


"Ooohh.." rupanya Koh Gun juga mau memuntahkan spermanya, Lihat kocokkannya semakin cepat. Dan benar. Dia seketika berdiri sambil berteriak nyaring tetapi tertahan. Diasongkannya penisnya ke wajahku.

"Minum ini. Minum Pak Koco.., ayoo minum.., telan..," pintanya histeris.

Dan dengan sigap kuraih dan ku-emut penisnya yang langsung memuncratkan air maninya membasahi wajahku, bibirku dan masuk ke mulutku juga. Aku tegak dan jilati semua yang tercecer. Ah, tidak sampai 3 menit sudah 2 penis memuntahkan air maninya ke mulutku. Aku berkecap-kecap merasai gurihnya air mani mereka.

Menyusul kemudian Wawan yang semakin membuat panas pantatku. Dia genjot penisnya dengan cepat. Semakin cepat.., hingga kembali kudengar dia mengeluarkan auman yang mengiringi keluar spermanya. Belum tuntas seluruhnya ketika dengan cepat dia mencabut penisnya dari anusku sambil tangannya mengocokinya. Dia menarik aku agar jongkok menerima semprotannya. Aku bergegas jongkok dan mengangakan mulutku. Sekali lagi cairan kental hangat dan gurih memenuhi mulutku.

Ah, rupanya mereka telah merekayasa semua ini untukku. 3 muntahan sperma dari 3 lelaki telah menyemprot dan tumpah ke mulutku. Kompak benar.

Aku capai tetapi puas banget. Langsung aku merosot telentang di lantai parket yang terbuat dari kayu itu. Terus terang baru pertama kali ini aku ber-seks ria rame-rame. Belum pernah aku mengalaminya. Aku sungguh-sungguh mendapatkan pengalaman erotis yang luar biasa.

Kami sama-sama istirahat. Dengan setengah telanjang kami meneruskan membuka makanan yang Koh Gun pesan dari kafe dan minum bier. Semalaman kami nyaris tidak tidur, dan bagiku ini malam ke-2 yang kurang cukup tidur sesudah kemarinnya bersama Asep di kamar hotelku.

Malam pertama di Puncak kami penuhi dengan segala cara dan gaya. Dan ternyata dari mereka semua itu hanya aku yang memiliki kesukaan menelan apapun yang keluar dari tubuh pasangan seksku. Menjelang pagi, karena pengaruh minuman bier, teman-teman banyak kencing. Koh Gun mengusulkan bagaimana kalau mereka kencingi mulutku rame-rame. Aku agak sedikt tersipu tetapi dengar usulan itu kurasakan syahwatku menyala. Aku hanya memandangi mereka penuh arti sebagai jawaban persetujuanku.

Mereka rencanakan besok pagi, dimana air seni mereka sedang pekat-pekatnya, siapapun yang bangun lebih dahulu akan langsung mengencingi aku, walaupun aku masih tertidur. Aku tidak komentar kecuali tersenyum tanda tidak menolak. Ah, asyiknyaa.. Aku membayangkan nikmat birahiku yang akan menyala besok pagi. Menjelang pagi aku tak mampu menahan kantukku, tertidur..

Aku merasa seperti sedang jalan-jalan pagi di lapangan Monas saat tiba-tiba air mancur Monas menyemprot aku dengan air panasnya. Aku terkaget dan bangun. Ternyata itu mimpi pagi hariku. Saat kubuka mata kulihat sentoran air hangat itu keluar dari kemaluan Doddy. Air kencingnya yang kuning pekat menyirami wajahku. Dengan sedikit gelagapan aku teringat akan kesepakatan semalam. Ah, .. Sepertinya mereka benar-benar memanjakan aku. Dengan senyum aku menyambut semburan cairan kuning pekat yang hangat itu. Aku membuka mulutku lebar-lebar. Aku mendesah dalam batinku,

"Doddy, aku adalah urinoir-mu. Kencinglah, biar kujadikan penyegar pagi hariku".

Kuminum sebagian kencing Doddy. Dan sebagian lainnya membuat ranjangku basah dan pesing. Belum usai Doddy kencing datang Koh Gun yang hanya bercelana dalam. Dia lantas keluarin burungnya dan siap seperti di depan urinoir dia memancurkan kencingnya ke mulutku pula. Kemudian nampak menyusul Wawan dari kamarnya telanjang. Penisnya yang gede itu ngaceng hingga agak sesaat baru berhasil mengeluarkan air kencingnya. Kini genaplah tiga pancuran air kencing yang menyirami mulutku, wajahku, leherku dan bagian tubuhku yang lain. Mereka lakukan itu dengan kegembiraan penuh tawa dan canda.

Koh Gun tidak peduli akan tempat tidurnya yang akan berbau pesing nantinya. Yaa.., aku jadi ingat tulisan 'Therapi Urine' bahwa air seni itu bisa dijadikan obat alternatif. Siapa tahu aku jadi tambah sehat sesudah minum kencing mereka.

Itulah nikmat bersama terakhir di Puncak. Karena Koh Gun mesti urus tokonya, sesudah sarapan pagi kami balik ke Jakarta. Saat aku ambil kinci kamar di resepsionis, petugas hotel menyerahkan amplop surat. Katanya dari relasiku. Siapa? Kubuka. Ah si sopir taksi itu. Dia pengin ketemu lagi.

"Aku terkesan sama barangnya Oom yang gede," tulisnya. Dia mau telpon ke kamarku nanti.

Walau hanya tas cangkingan kecil, seorang room boy menjemputku dan membawakan tas kecilku itu. Mungkin dia perlu uang tip. Sesampai di kamar dia taruh tasku di meja rias, aku merogoh kantongku memberi dia 10 ribu rupiah. Kemudian tanpa buka baju dan sepatu kurebahkan badanku ke ranjang. Uh, capainya..

Ternyata room boy itu tidak langsung keluar.

"Mau pijat, Oom?".

Oo.., dia nawari aku pijat. Aku jadi bangkit,

"Kamu bisa pijat aku?," sambil aku memperhatikan anak itu.

Masih muda, mungkin sekitar 20 tahunan. Lugu. Tetapi simpatik amat anak ini, pikirku. Dia tidak menunggu jawabanku tetapi langsung jongkok melepasi sepatuku. Kemudian juga melepasi celana panjangku. Dia membiarkan aku setengah telanjang kecuali celana dalamku yang tinggal menutupi auratku. Biarlah. Kuperhatikan sosoknya.

Badannya bersih terawat dan sehat. Wajah dan sosoknya mengingatkan Syahrul Gunawan, tokoh sinetron itu. Ternyata ketika tersenyum juga mirip selebriti itu. Aku kembali berbaring telentang di ranjang. Aku jadi membayangkan Syahrul Gunawan yang saat ini mijiti kakiku. Ah, enak juga pijitannya. Aku hampir tertidur ketika aku merasakan geli pada kakiku. Ketika aku membuat mata kulihat Syahrul ini mengulum jari-jari kakiku dengan penuh nafsu. Saat itu aku kaget dan hampir menarik kakiku. Tetapi aku kasihan sama Syahrul ini. Kubiarkan.

Dia nampaknya sangat terobsesi padaku. Dan aku merasakan betapa syahwatku langsung terbakar. Dia melihat aku bangun. Saat tahu aku tak menolak kulumannya, dia semakin meliar sambil mulai memperdengarkan desahannya. Dia begitu menikmati jari-jari kakiku. Sambil mengelusi betis-betisku dia juga menjilat dan menciumi telapak kakiku. Aduuhh.., nikmatnya serasa naik ke ubun-ubunku. Penisku jadi ngaceng berat. Kuelus-elus kepalanya. Syahrul nampak mengunggu elusanku itu. Dia kembali mendesah.

Nafasnya kudengar memburu. "Oomm, Oom, Oom, mmhh.. Mmllpp..," dia meracau.

Matanya setengah merem. Kepalanya bergulir kekanan dan kekiri saat meratai jilatannya ke telapak-telapak kakiku. Aku semakin merinding. Anak ini sangat pintar membangkitkan gairah nafsu birahiku. Ciumannya bergerak ke atas. Ke betisku. Dia juga menggigit kecil saat menemui rambut-rambut kakiku. Dia juga mencakar-cakar kecil betisku menahan gelora birahinya.

Tangannya kini tak sabar merabai selangkanganku dan kemudian gundukkan celana dalam yang berisi penisku yang sudah sangat mengeras. Aku lebih baik diam meraskan nikmatnya. Kubiarkan Syahrul manis ini melampiaskan nafsunya. Dia meremas-remas kemaluanku. Sementara itu gigitan dan jilatannya sudah melwati lututku dan kini mulai masuk ke wilayah pahaku. Aduuh.., bukan main dan.. Betapa aku terangsang.

Aku kini merintih dan mendesah-desah. Tak tahan merasakan lidah lembut si manis Syahrul ini. Kenapa dia begitu berkobar nafsunya?

Dan sesudah bermenit-menit puas menciumi pahaku, Syahrul mulai merambati selangkanganku. Dia ' nyungsep' di pangkal pahaku. Kudengar dia menarik dalam-dalam nafasnya untuk menghirup bau selangkanganku. Ah, anak ini, kenapa dia begitu 'hot'?!

Dia ciumi celana dalamku. Dia hisap-isap penisku di balik celana dalam ini. Aku merasakan betapa aku menggelinjang nikmat. Kuelusi dan sesekali kujambak rambutnya. Dia semakin bersemangat. Tangannya kini meraih ketepian celana dalamku, merogoh dan menarik keluar penisku. Mulutnya langsung mencaploknya. Dia melumat-lumat bijih dan seluruh batang kemaluanku. Kepalanya bergeser naik turun mendorong lidahnya yang menjulur kelantai pori-porinya.

Aku tak mampu untuk tidak mendesah dan merintih. Kenikmatan ini sungguh tak bertara. Syahrulku ini ternyata benar-benar jago kecil yang mampu mendongkrak libidoku. Aku tak tahan lagi. Aku bangkit dan kuterkam dia. Kurebahkan dan ganti, Kini aku yang aktif menjilat dan menciumi tubuhnya. Aku seakan macan lapar yang melahap kijang lembut mangsa tangkapanku.

Dia menyerah pada apa mau nafsuku. Dia ganti pasif merasakan ciuman-ciumanku pada tubuhnya.

"Ah, Syharuull.., begitu harum dan manis ketiakmu, dadamu, perutmu, selangkanganmu. Ah, Syahrulkuu.., sini.. Biar aku jilati seluruh bagian tubuhmu. Biar aku nikmati segala keringat-keringatmu. Biar aku lumat-lumat tubuh indahmu."

Kubolak-balik tubuhnya. Kusedotin bagian-bagian sensualnya. Dan aku paling suka menciumi lubang pantatnya. Aroma lubang pantat sangat cepat merangsang syahwatku. Lidahku menusuk-nusuk lubang itu seakan ingin meraih apa yang ada di dalamnya. Terkadang kubawa rasa sepat-sepat lengket ke mulutku. Itu yang biasa disebut sebagai semen anus. Sungguh nikmat merasakan semen anus Syahrulku.

Dan akhirnya dia minta aku memasukan kemaluanku ke anusnya. Dia ingin aku melakukan seks anal padanya. Dia pengin merasakan tusukan penisku di anusnya. Dia mau aku pisa memuntahkan air maniku ke lubang pantatnya. Kuturuti. Ini memang satu hal yang paling kusukai.

Saat kemaluanku mulai membelah lubang pantatnya, Syahrul menjerit kecil. Saat kemaluanku mulai merasuk amblas ke lubangnya, Syahrul mendesah nikmat. Saat itu kurasakan cengkeraman otot-otot dinding anusnya sangat legit menjepit penisku. Ampuunn.. Enaknya.. Sesudah itu, pantat si manis itu mulai menggoyang menjemput penisku. Sekali lagi, kurasakan nikmat hingga ke-ubun-ubunku.

Kudengar Syahrul meracau,

"Enak banget, Oom, enak banget penis Oom, yaa.. Enak banget penis Oom.., keluarin di dalam ya Oomm..," maksudnya biar aku keluarin air maniku di lubang pantatnya itu.

Suara racaunya sangat merdu di telingaku. Dan suara racau itu yang kemudian membuat gejolak syahwatku langsung melonjak. Kupacu penisku memompa anal Syahrul. Aku ikut meracau juga,

"Enak pantatmu Rul, enaakk.. Wangi banget duburmu Rul, wangii..," dengan gemetar dan menggigil racauku keluar dari mulutku.

Aku sungguh didera nikmat syahwat yang luar biasa. Melihat Syahrul anak manis tergoncang-goncang menerima tusukan penisku, mendorong spermaku untuk merambati menuju klimaks nikmat. Aku merasakan betapa saraf-sarafku menyongsong akan kehadirannya air maniku mengalirinya. Dan aku memang tak mampu menahan lebih lama.

Saat menjelang muncrat kurenggut rambut Syahrul. Kutarik seperti menarik surai kuda. Kuhentakkan penisku ke lubangnya. Dan dengan kedutan-kedutan yang begitu nikmat, tumpahlah air maniku. Syahrul merasakan kedutan-kedutanku itu,

"Oom. Enaakk.. Oom, Oom, Oom, oohh.. Oom..".

Sesaat sesudahnya, sebelum kedutanku usai, dengan cepat dia melepaskan penisku dari anusnya dan berbalik. Dia raih kemaluanku dan di kulumnya. Dia mereguk dan membasahi tengorokannya dengan air maniku. Kulihat cairan kental lengket itu belepotan membusa di sekitar mulutnya. Sebagian nampak meleleh ke dagunya. Aku tahu nafsu panas macam Syahrul ini. Lelehan sperma di dagunya kukais dengan jariku. Kusodorkan ke mulutnya. Dia emut-emuti jari-jariku untuk membersihkan dan menelan habis lendir putih kentalku itu.

Syahrul di kamarku hingga sore hari. Dia mendengar tentang aku dari kawannya Asep yang aku temui dan kuajak ke kamarku kemarin. Aku jadi tahu, bahwa dia bukan room boy hotel. Dia memang menunggu aku.

Dia penasaran mendengar kenikmatan yang didapat Asep dariku. Dia ingin aku memasuki pantatnya sebagaimana yang dialami Asep. Cerita Aseplah yang membuat Syahrul ini seperti kesetanan padaku. Aku ajak dia makan di restoran sebelum pulang. Dan hebatnya, dia tak mau menerima uangku. Dia senang saja berteman dengan aku. Dan berharap kalau nanti aku ke Jakarta lagi agar menghubunginya. Dia serahkan nomer HP padaku.

Besok pagi aku meninggalkan hotel ini. Demikian banyak yang kudapatkan dalam kunjunganku ke Jakarta kali ini. Urusan pekerjaan kantorku beres, urusan senang-senang beres. Aku juga mendapatkan banyak kawan baru yang tak membuatku khawatir sewaktu-waktu aku berkunjung ke Jakarta lagi. Kawan-kawan yang saling memberik dan menerima nikmat. Para lelaki tulen yang saling mengincar kepuasan dari kawan sejenisnya.

Ah, ramahnya Jakarta..

Aku mulai melipat-lipat pakaian kotorku. Aku melihat kembali tiket keretaku yang telah kubeli untuk pulang pergi dari Semarang. Sekitar jam 9 malam bosku telpon dari Semarang untuk mengecek rencana pulangku. Inilah malam di Jakarta dimana aku bisa benar-benar tidur lelap.

TAMAT

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini