6/20/2011

2 Abang Tukang Bangunan

(by: brycejlover@yahoo.com)

Sejak masa puber, saya telah menyadari homoseksualitasku. Di mana saja
dan kapan saja, saya selalu memuaskan pandanganku dengan menikmati
tubuh indah para lelaki. Diam-diam saya berharap bakal ada pria homo
yang menyadari keberadaanku dan mau ngentotin lubang pantatku yang
ketat dan menikmati kulitku yang putih mulus. Kebetulan, orangtuaku
sedang menyewa para tukang bangunan untuk meninggikan lantai.

Rumahku memang langganan banjir dan sudah saatnya untuk mengakhiri
semua itu dengan meninggikan rumah. Maka sejak hari Senin, rumahku
selalu penuh kesibukan. Berhubung orangtuaku kerja, maka saya selalu
diminta menjaga rumah. Tentu saja saya setuju!

Sejak jam 8pagi, dua orang pekerja bangunan sedang sibuk memulai
pekerjaannya. Tampang mereka jantan sekali. Meskipun kulit mereka agak
gelap akibat sinar matahari, namun mereka terkesan macho sekali. Nama
mereka Ujang dan Udin. Ujang lebih tua, sekitar tigapuluhan sedangkan
Udin lebih muda. Nampaknya mereka teman baik. Diam-diam, saya sering
mengintip mereka bekerja.

Kunikmati tubuh telanjang mereka yang berotot and berkilauan akibat
keringat yang tertimpa cahaya matahari. Aahh.. Andai saja saya dapat
meraba tubuh mereka. Lalu sebuah ide mesum muncul di benakku.
Kebetulan, mereka sedang beristirahat di teras samping, tepat di luar
kamarku sambil bercanda dan minum kopi. Tak susah bagi mereka jika
mereka ingin mengintip jendelaku.

Maka saya pun menelanjangi diriku dan berbaring di ranjangku. Kontolku
sudah menegang duluan, membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
Kuambil Men's Health Indonesia edisi Januari 2004 di mana aktor tampan
Marcelino Lefrandt berpose telanjang dada. Sambil memandangi wajah
Marcelino dan juga tubuhnya yang berotot, saya mulai memainkan
kontolku. Sengaja kusuarakan erangan tertahanku agar Ujang dan Udin
mendengarnya.

"Aahh.. Oohh.. Mm.. Uuhh.. Hhoohh.." Dan mereka mendengarnya!

Dari sudut mataku, saya mengintip ke arah jendela. Ujang dan Udin,
dengan mulut ternganga, memandangiku lekat-lekat. Sengaja kumiringkan
majalah Men's Health agar mereka dapat melihat objek fantasi mesumku.
Kudengar Ujang berbisik.

"Gile banget! Dia homo, Din. Lihat aja, masak dia coli sambil liatin
foto cowok."

Tapi beberapa saat kemudian, mereka menghilang. Saya kecewa sekali,
tapi berhubung tanggung maka saya meneruskan masturbasi.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar-lebar. Di sana berdirilah Ujang
dan Udin. Keduanya telah bugil dengan tubuh masih bersimbah keringat.
Untuk pertama kalinya, saya berkesempatan untuk melihat kontol mereka
yang tegang berdiri. Panjangnya sekitar 15 cm, cukup lumayan untuk
kontol cowok macho. Kepala kontol mereka yang ungu kemerahan menatapku
dengan tajam. Tanpa bicara, mereka berdua mendekatiku dan naik ke atas
ranjangku. Udin mengambil Men's Health dari tanganku dan membuangnya
ke atas lantai sambil berkata.

"Loe gak butuh cowok di majalah buat muasin loe. Loe cuman butuh kami berdua."

Jantungku berdegup kencang, gugup sekali. Namun saya juga amat senang
karena rencanaku berhasil. Ujang mengusap-ngusap dadaku dan
meraba-raba tubuhku. Di matanya jelas terpancar nafsu birahi yang
menggebu-gebu.

"Loe putih dan mulus. Gua paling suka cowok Cina."

Ujang memiringkan kepalanya lalu memaksakan sebuah ciuman pada
bibirku. Tentu saja saya tak menolaknya. Dengan nafsu yang tak kalah
besar, saya menciuminya. Berkat tontonan VCD gay porno, saya tahu cara
mencium seorang pria. Dengan nafsu, kulumat bibir bawahnya dan
kupaksakan lidahku masuk. Ujang pun nampaknya ahli dalam berciuman.
Begitu bibirnya menangkap lidahku, tanpa ragu, dia langsung
menyedotnya. Aahh nikmat sekali. Tidak ada rasa jijik sedikit pun
meski saya harus bertukar air liur dengan Ujang.

Sementara itu, Udin memposisikan kepalanya agar dia dapat menghisap
kontolku. Berhubung kontolku tak disunat, dia harus menarik kulupku ke
bawah terlebih dahulu. Kepala kemerahan yang basah dengan precum pun
muncul. Sebutir precum nampak menyembul keluar dari lubang kencingku
yang sempit.

"Mm.. Seksi sekali," Udin berkomentar.

Lalu dengan lahapnya, kontolku ditelannya dalam-dalam. Saya hanya
dapat mengerang keenakkan saat kurasakan kepala kontolku yang amat
sensitive bergesekkan dengan dinding dalam mulutnya. Aahh.. Hangat dan
basah.

Ujang menghentikan ciumannya. Dengan pandangan penuh nafsu, dia
mengontrol kepalaku dan membimbingnya turun. Saya amat memuja
tubuhnya. Cepat-cepat kujilati tubuh kekarnya yang penuh keringat itu.
Benar-benar tubuh maskulin yang amat sempurna, bagaikan patung Yunani
kuno. Sungguh sulit dipercaya tubuh indah seperti itu adalah milik
seorang abang tukang bangunan. Dadanya kujilati dan sempat kukulum
salah satu putingnya yang berwarna coklat tua. Dapat kurasakan
bulu-bulu halus di putingnya menggelitik mulutku. Aahh.. Nikmat
sekali.

Ujang nampak puas dengan servis jilatku. Tubuhnya berkilauan dengan
air liurku, dan dia pun makin ngaceng. Kontolnya menusuk-nusuk
tubuhku, seolah ingin melubanginya. Saya tahu apa yang dia mau. Maka
tanpa ragu, saya pengulum kontolnya. Begitu bibirku mengatup di antara
batang kontolnya, bau khas laki-laki menusuk hidungku.

Jelas sekali Ujang malas membersihkan kontolnya. Bau pejuh kering
bercampur dengan keringat serta air kencing berpadu menjadi satu. Saya
merasa seperti disihir. Tanpa takut dan ragu, saya mulai memompa
kontolnya dengan mulutku. Kuberikan servisku yang terbaik. Kujilati
kepala kontolnya, lalu lubang kontolnya, dan juga bagian bawah kepala
kontolnya. Ujang mengerang-ngerang kenikmatan, sambil meremas-remas
dadaku.

"AARRGH!! Ya, hisap terus kontol gua.. Hisap gue.. Kontol Ujang memang
yang terbaik.. Ayo, hisap yang kuat.. Aarrgghh.."

Mendengar erangannya, saya menjadi semakin terangsang, apalagi Udin
masih asyik menghisap kontolku. Ah, tak terbayang nikmatnya menghisap
kontol cowok sambil dihisapin pula. Kontolku terus berdenyut, dan
melelehkan cairan precum. Semuanya habis dijilat Udin yang haus akan
cairan kelelakianku. SLURP! SLURP! Begitu bunyinya.

Semakin lama Udin menghisap kontolku, semakin besar keinginanku untuk
ngecret di dalam mulutnya. Tekanan di dalam biji pelerku makin besar
dan pelan-pelan pejuhku mulai mengalir naik. Astaga, sebentar lagi
saya akan ngecret! Nafasku mulai memburu dan nampaknya Ujang dan Udin
mengetahuinya. Dengan cekatan, Udin menekankan jari-jarinya tepat di
bawah kontolku kuat-kuat. Dan pada saat itu pula, saya ngecret.

"MMPPHH!! UUGGHH!! MMPPHH!! MMPPHH!!" Orgasme mengguncang tubuhku.

CRROOTT!! CCRROOTT!! Kurasakan kontolku menembakkan pejuh
berkali-kali, namun aneh, kenapa tak ada pejuh yang mengalir keluar.
Setelah semuanya berakhir, saya terduduk lemas, tapi saya tetap
menghisap kontol Ujang dengan semangat. Udin sibuk menjilati sisa
precum pada kontolku. Erangan-eranganku tadi tertahan oleh kontol
Ujang yang tersumpal di dalam mulutku. Erangan-eranganku
bergetar-getar di dalam rongga mulutku dan merangsang kontol Ujang.
Tak pelak lagi, kini giliran Ujang untuk menumpahkan cairan kontolnya.

"UUGGHH!! Bangsat! Gue mau ngecret.. Bersiaplah.."

Dengan penuh tenaga, Ujang memegang kepalaku lalu pinggulnya didorong
maju sehingga kontolnya nyaris menyumbat kerongkonganku.

"AARRGGHH!!" Dengan jeritan yang memekakkan telinga, Ujang pun
menumpahkan semua isi biji pelernya tepat ke dalam kerongkonganku.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Saya tak perlu menelannya sebab
kepala kontolnya langusng menembakkan pejuhnya ke dalam perutku.
Cairan hangat kental dari kontolnya meluncur turun kerongkonganku.
Rasanya erotis sekali. Sambil mengejang-ngejang, Ujang
menghentak-hentakkan pinggulnya dan tetap mengerang.

"UUGGHH.. AAGGHH.. OOHH.. AARRGGHH.." CRROTT!! CCRROOTT!! CRROOTT!!
Dan akhirnya semuanya selesai. Tapi semua belum berakhir.

Udin memeluk tubuhku dan menggulingkannya. Dia lalu segera berbaring
di samping tubuh telanjangku secara menyamping. Tubuhku menghadap ke
arah lain dengan pantatku menghadap kontolnya. Tiba-tiba, dengan
bernafsu, dia memelukku dan menarik tubuhku kuat-kuat.

"AARRGGHH!!" teriakku. Udin sendiri hanya menyuarakan "MMPPHH!!" saat
kontol besar miliknya menghunjam masuk ke dalam lubang pantatku yang
masih perjaka.

Tanpa ampun, kepala kontol itu menarik lubang anusku lebar-lebar.
Kesakitan, saya meronta-ronta namun Udin memegangku dengan kuat. Ujang
terangsang sekali melihat rasa sakit yang kualami; kontolnya kembali
ngaceng.

"AARRGHH!! Sakit, Bang! Ampun," tangisku. Namun Udin tak mempedulikanku.

Sambil tetap menyodomiku, dia berusaha untuk berkata di antara helaan napasnya.

"Loe suka 'kan.. UGH! Kontol gue di dalam loe.. ARGH! OOHH! FUCK YOU!
Gue ngentotin cowok Cina.. ARGh!"

Saya hanya dapat pasrah. Rasa sakit di anusku semakin bertambah parah
saja. Kontol Udin menghajar pantatku tanpa ampun. Air mataku terus
mengalir keluar, rasanya sakit tak terkira. Namun aneh, saya malah
menyukainya. Udin sedang memakai tubuhku untuk kepuasan seksualnya.
Entah kenapa, tapi pikiran itu malah membuatku semakin terangsang.

Selama beberapa saat, saya merasa seperti akan buang air besar.
Tekanan dalam ususku bertambah besar. Lalu saya teringat akan sebuah
artikel yang kubaca bahwa ketika pertama kali disodomi, perasaan palsu
itu memang muncul karena usus tertipu dan mengira kontol yang sedang
menyodomi itu adalah kotoran manusia.

Tiba-tiba kontol Udin mengenai sesuatu jauh di dalam tubuhku.

"AARGGHH!!" erangku.

Begitu organ itu tersentuh, tiba-tiba saya merasa 'kesetrum'.
Gelombang orgasme yang luar biasa menyapu seluruh tubuhku, seakan-akan
saya sedang orgasme. Ujang menatapku dengan mata berbinar-binar, ingin
mencicipi pantatku, namun Udin tak mengizinkannya sebab dia sedang
sibuk ngentotin saya. Maka Ujang pun menemukan ide hebat.

"Din, loe berbaring di bawah dan dia di atas. Lalu gue bakal bergabung
dengan loe," katanya.
"Gue pernah liat adegan ini di film bokep homo. Dan keliatannya enak, tuh."
"Gile loe. Tapi boleh juga, tuh," sahut Udin terengah-engah.

Saya agak takut mendengar ide Ujang, namun saya juga terangsang.
Doble-fuck terdengar erotis. Sakit tapi nikmat. Maka Udin pun
berguling sambil tetap menyodomiku. Kini dia berada di bawah dan saya
menimpa tubuhnya. Kontolnya masih tertanam di dalam lobang pantatku,
memompaku tanpa ampun. Pada saat tulah, Ujang menimpa tubuhku.

Bibirnya menempel pada bibirku dan pria bejat itu kembali menciumiku.
Sambil mencium, Ujang memposisikan kontolnya tepat di bawah kontol
Udin yang sedang sibuk memompaku. Tiba-tiba Ujang memaksakan kontolnya
masuk. Kontol itu, dibantu oleh cairan precum, mulai membuka luang
anusku lebih besar lagi. Kurasakan lubangku tertarik semakin leabr,
seakan ingin robek.

"AARRGGHH!!" erangku, sakit sekali.

Hal itu tidak mudah sebab lubangku ketat sekali. Ujang hampir frustasi
namun dia pantang mundur. Pelan tapi pasti, kontolnya membor lubangku.
Begitu ada celah, kepala kontol Ujang menyelip masuk dan terus memaksa
masuk.

"AARRGGHH!! Ampun, Bang!" tangisku lagi.
"Sstt.. Diam aja. Nikmat sekali kok. Bayangkan dua kontol gede di
lobang loe. Enak lagi," bujuk Ujang.

Namun saya tetap menjerit dan menjerit. Akhirnya PLOP! Kontol Ujang
masuk! Kini lubangku terasa penuh sekali. Kedua kontol itu berebut
tempat di dalam anusku, sesak sekali rasanya. Udin dan Ujang pun
mendesah keenakkan. Kemudian, secara bergantian, mereka memompa
pantatku. Ritme mereka adalah jika Udin menusuk masuk, maka Ujang akan
menarik keluar; dan begitu sebaliknya. Mereka kompak sekali
sampai-sampai saya terlena dibuatnya.

Rasa sakit itu pelan-pelan memudar. Sungguh nikmat sekali!! Satu
lubang ketat diisi DUA KONTOL sekaligus! Bayangkan! Tubuhku
terguncang-guncang, mengikuti irama sodokan kontol mereka. Tubuh Ujang
yang besar dan berotot menimpa tubuhku dan menahannya di sana.
Kira-kira setengah jam berlalu. Mereka memang sengaja menahan laju
ejakulasi mereka untuk memperlama permainan. Oh, mereka sungguh tahu
cara memuaskan sorang gay 'bottom' sepertiku. Namun, semua hal mesti
berakhir, begitu pula permainan panas ini.

Kontol Udin mulai berdenyut-denyut tak karuan. Denyutannya
menggesek-gesek kepala kontol Ujang dan memicu denyutannya. Berdua
mereka mengerang-ngerang seakan-akan sedang dalam kesakitan yang
teramat sangat. Ekspresi muka mereka pun menunjukkan rasa sakit. Namun
mereka tidak kesakitan sama sekali. Sebaliknya, mereka sedang dilanda
rasa nikmat yang amat teramat sangat. Rasa nikmat yang tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata.

"UGH! Oohh.. Hhoosshh.. Oohh.. Aahh.. Gue.. Oohh.. Mau kke.. Hhooshh..
Keluar," erang Udin, kedua tangannya mencengkeram pinggangku
kuat-kuat.
"Aahh.. Gue juga.. Oohh.. Hhoosshh.. Uugh.." balas Ujang.

Semakin lama, tubuh telanjang Ujang yang menggairahkan itu semakin
menekan tubuhku. Tak ayal lagi, perutnya yang kotak-kotak itu
menggesek-gesek kontolku. Kontolku terperangkap dan tergesek-gesek
mengikuti sodokan kontolnya. Secara tak langsung, Ujang sedang
men-coli kontolku dengan perutnya!

"ARGh! Gue sampe," teriak Udin dan muncratlah pejuhnya. CRROTT!!
CCROOTT!! CCRROOTT!
"AARRGGHH..!! Erangnya, panjang sekali seperti lolongan serigala.

Kepala kontolnya menggembung sedikit dan terus-menerus menembakkan
pejuhnya. Kontan saja perutku dibanjiri cairan lava putih yang
mendidih. Ejakulasi Udin memicu ejakulasi Ujang. Pria ganteng itu pun
mulai mengejang-ngejang dan berteriak-teriak.

"UUGGHH!! OOHH!!" CRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Tubuhnya
berguncang-guncang dan gerakannya memicu orgasmeku.
"AARRGGHH..!!" erangku saat kepala kontolku mulai menembakkan pejuh.

CCROOTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku tersemprot mengotori tubuhku
dan tubuh Ujang. Berhubung pejuhku amat banyak, sebagian mengalir
turun dan mengotori ranjangku serta tubuh Udin yang berada di bawahku.
Bertiga kami mengerang-erang, terguncang-guncang, dikuasai nafsu
homoseksual.

"AAGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH!!" Dan semuanya berakhir beberapa saat kemudian.

Tubuh kami basah dengan keringat bagaikan mandi uap, dan kami
kesulitan menghela napas. Rasanya capek sekali, namun juga nikmat.
Kami puas sekali. Terutama Ujang dan Udin, karena mereka akhirnya
dapat mencicipi enaknya ngentotin cowok Chinese sepertiku.

Begitu Ujang mencabut kontolnya, pejuhnya meleleh keluar dari lubang
pantatku. Dan saat saya mengangkat tubuhku, kontol Udin terlepas
diikuti dengan lelehan pejuh yang jauh lebih banyak lagi. Perutku
menggembung karena pejuh, rasanya penuh sekali. Ujang tersenyum nakal
padaku.

Tanpa dikomando, Udin dan Ujang mengangkat tubuhku lalu mereka
membawaku keluar kamar dan masuk ke kamar mandi. Di sana, saya
terpaksa harus berjongkok bermenit-menit hanya untuk mengeluarkan
pejuh mereka dari lubang pantatku. Setelah itu, kami mandi bertiga
sambil saling meraba-raba. Tak ayal lagi, kontol kami pun ngaceng
lagi.

"Waduh, tegang lagi nih," keluh Ujang, matanya mengerdip nakal padaku.
"Mau lagi?" Langsung saja, saya mengangguk.

Tanpa basa-basi lagi, mereka kembali menyodomiku. Masih dengan double
fuck tapi kali ini smabil berdiri. Saya hanya dapat mengerang-erang,
nikmat sekaligus keskitan, sambil berpegangan erat-erat pada tubuh
Ujang ketika Ujang menancapkan batangnya ke dalam tubuhku. Sementara
itu, Udin menyodok lubangku dari belakang. Aahh nikmatnya double fuck!
Tak lama kemudian, kami pun mencapai klimak dan.. Pejuh mereka kembali
membanjiriku. Oh sungguh hari yang tak terlupakan!


E N D

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini