7/05/2011

Aku Jadi Ketagihan

Aku adalah seorang gadis lajang. Saat ini usiaku 24 tahun, anak ke-5 dari 5 bersaudara yang semuanya perempuan. Dengan tinggi badan 168 dengan berat tubuh 56 membuat orang menganggapku sebagai gadis yang seksi dan menggiurkan. Apalagi aku selalu menjaga kebugaran tubuhku dengan berlatih fitness secara rutin. Orang bilang wajahku cantik. Padahal aku merasa biasa saja. Mungkin ini karena kulitku yang putih dan mulus. Rambutku hitam lurus sebahu. Sebut saja namaku Anna.
Kegadisanku Direnggut Pamanku
Suatu hari tiga tahun yang lalu (entah hari apa aku lupa) saat itu aku sedang tidak kuliah jadi aku sendirian di rumah. Bokap dan Nyokap seperti biasa ngantor dan baru sampai di rumah setelah jam 07.00 malam. Kakak-kakakku yang semuanya sudah menikah tinggal di rumah-masing-masing yang tersebar di Jakarta dan Bandung, jadi praktis tinggal aku saja sebagai anak bungsu yang masih ada di rumah. Oh ya Bokap dan Nyokapku selalu mendidik anak-anaknya agar mampu mandiri, dan mereka tidak pernah menggunakan jasa PRT. Jadi aku selalu membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri jika liburan.

Karena enggak ada kuliah aku masih malas-malasan di rumah. Sehabis mandi, hanya memakai celana pendek mini dan kaos you can see aku duduk-duduk di depan TV sambil nonton acara kegemaranku sinetron telenovela. Rencananya aku mau mencuci dan memasak setelah hilang rasa malasku nanti. Lagi asyik-asyiknya nonton sinetron tiba-tiba aku dikejutkan bunyi bel pintu yang ditekan berkali-kali.
Ting-tong… Ting-tong… Ting-tong!
“Sialan juga nih orang!! Mengganggu aja! Siapa sih!” makiku dalam hati karena kesal keasyikanku terganggu.
Dengan malas aku berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Kulihat di depan pintu ada seseorang yang berpakaian TNI sedang cengangas-cengenges.
“Siapa pula orang ini! Keren juga” kataku dalam hati.
Aku terkejut setengah mati waktu kubuka pintu. Rupanya itu adik kandung bokapku yang paling kecil!

“Ooh Oom Heru kapan sampai di Jakarta…! Kirain monyet dari mana yang nyasar ke sini” teriakku gembira sambil terus menyalaminya.
Rupanya benar itu pamanku yang sudah lama sekali tidak datang ke rumah sejak ia ditugaskan ke daerah konflik di NAD sana (hampir 1 1/2 tahun). Oh iya aku hampir lupa, aku tinggal di Jakarta bagian selatan, tepatnya di daerah Mampang.
Oomku ini seorang perwira menengah yang masih muda, ia berpangkat Kapten waktu itu. Umurnya waktu itu baru 31 tahunan dan ia duda tanpa anak karena istrinya meninggal saat melahirkan anaknya satu tahun yang lalu. Orangnya tinggi besar dan gagah seperti papaku. Tingginya mungkin sekitar 175 Cm dengan berat badan seimbang. Kulitnya agak hitam karena banyak terbakar matahari di daerah konflik sana.
“Baru aja nyampe!! Terus mampir ke sini!.. Lho Anna.. Emang.. Kamu enggak kuliah? Mana papa dan Mamamu?” kulihat matanya jelalatan melihat pakaianku yang minim ini. Jakunnya naik turun seperti tercekik.

“Brengsek juga rupanya! Mungkin di NAD sana enggak pernah lihat cewek pakai rok mini kali!” kataku dalam hati.
“Enggak Oom.. Anna enggak ada kuliah kok hari ini! Papa sama Mama kan kerja! Entar sore baru pulang!” jawabku agak jengah juga melihat tatapan mata Oomku yang jelalatan seolah-oleh hendak melumat dan menelan tubuhku.
“Memang Oom Heru sedang cuti?” tanyaku untuk mencoba menghilangkan rasa jengahku.
“Lho.. Kamu enggak tahu ya? Oom Heru kan tugasnya sudah selesai dan sekarang dikembalikan ke pasukan! Jadi mulai minggu depan Oom Heru sudah masuk barak lagi di Jakarta sini”

Matanya makin jelalatan menelusuri seluruh tubuhku, sementara tanganku yang menyalaminya masih digenggamnya erat-erat seolah ia enggan melepaskan tanganku. Aku merasakan betapa tangannya begitu kokoh dan kuat menggenggam jemariku.
“Nah daripada nunggu di mess mending Oom Heru ke sini biar ada teman” katanya.
Lalu kupersilahkan Oom Heru untuk duduk di sofa ruang tengah dan kubuatkan minuman.
“Oom Anna siapin kamar tamu dulu ya? Silahkan diminum dulu tehnya! Entar keburu dingin enggak enak lho!”
Aku pun membawa tasnya ke kamar yang depan yang biasa dipakai Oom Heru dulu kalau ia menginap di rumahku. Saat aku sedang membungkuk membenahi seprei tempat tidur yang dipakainya aku terkejut ketika tiba-tiba dua tangan kekar memelukku dari belakang. Aku tidak mampu meronta karena dekapan itu begitu kuat. Terasa ada dengusan napas hangat menerpa pipiku. Pipiku dicium sedangkan dua tangan kekar mendekapku dan kedua telapak tangannya saling menyilang di pinggang kanan-kiriku yang ramping. Aku memberontak, namun apalah dayaku. Tenaganya terlalu kuat untuk kulawan. Setelah kutengok ke belakang ternyata Oom Heru yang sedang memelukku dan mencium pipiku.

“Oom ngapain! Lepasin dong Oom!” Aku berteriak agar dilepaskannya.
Karena terus terang aku belum pernah yang namanya dipeluk laki-laki! Apalagi pakai dicium segala! Tubuhku gemetar ketika tangan kokoh Oom Heru mulai bergerak ke atas dan mulai meremas payudaraku dari luar kaos singletku. Bukannya berhenti tetapi justru Oom Heru semakin menggila!
“Diam sayang… Dari dulu Oom sangat menyayangimu” bisiknya di telingaku membuat aku geli saat ada dengusan nafas hangat menyembur bagian sensitif di belakang telingaku.

Dekapannya semakin ketat sampai aku merasakan ada semacam benda keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku semakin menggelinjang kegelian saat bagian belakang telingaku terasa digelitik oleh benda lunak hangat dan basah! Ooh.. Rupanya Oom Heru sedang menjilati bagian belakang telingaku. Tanpa sadar aku melenguh.. Ada rasa aneh menjalar dalam diriku! Rupanya Oom Heru sangat piawai dalam menaklukkan wanita. Ini terbukti bahwa aku yang belum pernah bersentuhan dengan lelaki merasa begitu nyaman dan merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu.
“Ja.. Jangan Oomhh!” Aku mendesis antara menolak dan enggan melepaskan diri.

Bibir Oom Heru semakin menjalar ke depan hingga akhirnya bibirnya mulai melumat bibirku. Seprei yang tadinya kupegang terlepas sudah. Tanganku sekarang bertumpu memegang kedua punggung tangan Oom Heru yang sedang sibuk meremas dan mendekap kedua payudaraku.

Napas Oom Heru semakin menggebu seperti kerbau. Lidahnya mulai bergerak-gerak liar menyelusup ke dalam rongga mulutku. Akupun tak tahan lagi.. Tubuhku seolah mengawang hingga ke awan. Kakiku limbung seolah tanpa pijakan. Sekarang tubuhku sudah bersandar sepenuhnya bertumpu pada Oom Heru yang terus mendekapku. Mataku terpejam merasakan sensasi yang baru pertama kali ini aku alami. Tanpa terasa lidahku ikut menyambut serangan lidah Oom Heru yang bergerak-gerak liar. Selama beberapa saat lidahku dan lidah oom Heru saling bergulat bak dua ekor naga langit yang sedang bertarung.
Aku membuka mata, wajah Oom Heru sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul dan meremas kedua payudaraku. Anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar. Aku merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dan harus tersalurkan. Kubiarkan saja tangan Oom Heru saat mulai menyusup ke balik singletku dari bagian bawah.

Aku semakin menggelinjang saat tangannya mulai meraba perutku yang masih rata. Perlahan namun pasti tangannya mulai merayap ke atas dan ke bawah. Tangan kanan Oom Heru mulai menyentuh payudaraku yang terbungkus BH tipis itu, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke balik celana pendek ketatku. Aku tak sadar tanganku bergerak ke belakang dan mulai meremas rambutnya.

Tubuh kami masih berhimpit berdiri menghadap searah. Oom Heru masih tetap mendekapku dari belakang. Bibirnya melumat bibirku sementara kedua tangannya mulai meraba dan meremas bagian-bagian sensitif tubuh perawanku. Akupun tak tinggal diam tanganku tetap meremas-remas rambutnya yang cepak seperti “rambutan sopiyah” (memang seperti lazimnya anggota TNI harus berambut cepak… Kalau gondrong soalnya malah dikira preman kali!!)
Untuk beberapa lama, Oom Heru masih melumat bibirku. Aku harus jujur bahwa aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara tak sadar aku juga membalas melumat bibir Oom Heru. Aku masih tetap belum menyadari atau mungkin terlena hingga tak menolak saat tangan Oom Heru mulai menyusup ke dalam BH-ku dan menyentuh apa yang seharusnya kujaga. Nafasku semakin memburu dan aku mulai merasakan bagian selangkanganku mulai basah. Apalagi saat ibujari dan telunjuk Oom Heru mulai mempermainkan puting payudaraku yang sudah semakin mengeras. Tubuhku semakin bergerak liar hingga benda keras yang menempel ketat di belahan pantatku kurasakan semakin mengeras.

Desakan aneh semakin kuat mendorong di bagian bawah. Tubuhku semakin melayang saat tangan kiri Oom Heru dengan lembut mulai memijit-mijit dan meremas gundukan bukit di selangkanganku. (Namanya Bukit Berbulu!! Kalau Uci Bing Slamet dulu nyanyinya Bukit Berbunga.. Mungkin waktu ngarang lagu itu terinspirasi saat bukit berbulunya kepegang lak-laki seperti aku ini!! Ooh indah sekali!! Lebih indah daripada bukit yang berbunga!! Tul enggak? Munafik kalau bilang enggak… ).

Tubuhku semakin liar bergerak saat jari Oom Heru mulai menyentuh belahan hangat di selangkanganku. Jari-jarinya terasa licin bergerak menyusuri belahan hangat di selangkanganku. Rupanya aku sudah begitu basah.. Dan Oom Heru tahu kalu aku sudah dalam genggamannya. Aku memang sudah menyerah dalam nikmat sedari tadi. Apalagi aku memang juga mengagumi Oomku yang keren ini.


Tubuhku berkelejat liar seperti ikan kurang air saat jemari Oom Heru mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jarinya tak henti-hentinya menggocek dan berputar liar mempermainkan kelentitku.
“Akhh.. Oomphf..” desisanku terhenti karena bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom Heru.
Aku sudah merasakan terbang mengawang. Desakan yang menuntut pemenuhan semakin membuncah dan akhirnya dengan diiringi hentakan liar tubuhku aku merasakan ada sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami orgasme!! Aku semula tak tahu apa itu orgasme, yang jelas aku merasakan kenikmatan yang amat sangat atas perlakuan Oom ku itu. Tubuhku terasa ringan dan tak bertenaga sesudah itu.

“Gimana sayang?” bisik Oom Heru di telingaku.
“Enak sayang?” lanjutnya.
Aku hanya terdiam dan ada sebersit rasa malu. Seharusnya ini tidak boleh terjadi, kataku dalam hati menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. Tetapi rangsangan dan stimulus yang diberikan Oom ku terlalu hebat untuk kutahan. Akhirnya aku hanya pasrah saja saat tangan Oom Heru mulai melucuti pakaianku satu per satu. Mula-mula kaos singletku dilepasnya hingga payudaraku yang masih kencang terlihat terbungkus BH cream yang seolah-olah tak mampu menampungnya. Padahal ukurannya sudah 36B.

Tubuh bagian atasku sudah setengah telanjang. Sementara aku yang sudah lemas tetap berdiri dipeluk Oom Heru dari belakang. Kembali tangannya mengelus perutku yang putih rata itu. Tanganku menutup bagian dadaku karena malu dan jengah harus terlihat laki-laki dalam keadaan begini. Lalu dengan terburu-buru Oom Heru melepaskan pakaian seragamnya hingga aku merasakan rambut dada oom Heru yang cukup lebat menempel punggungku yang telanjang. Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang lain-daripada yang lain.

Masih dengan setengah telanjang Oom Heru memelukku dari belakang. Aku terlalu malu untuk membuka mataku. Aku hanya memejamkan mata sambil menikmati sensasi dipeluk laki-laki perkasa. Dengan tangan mengelus perut dan dadaku Oom Heru kembali menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan sasaran serbuan bibirnya yang panas. Kumisnya yang tipis terasa geli saat menyapu-nyapu punggungku yang terbuka. Aku menggelinjang hebat. Apalagi saat lidah Oom Heru mulai merayap di tulang belakangku.

Perlahan dari leher bibirnya merayap ke bawah hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku merasakan kekangan yang mengekang payudaraku melonggar. Ternyata Oom Heru telah menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak sempat menutupi payudaraku yang terbebas karena dengan cepat kedua tangan Oom Heru telah mendekap kedua payudaraku. Aku hanya pasrah dan membiarkan tangannya meremas dan mempermainkan payudaraku sesukanya, karena aku memang menikmatinya juga. Tiba-tiba ada sepercik perasaan liar menyerangku. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Godaan itu begitu menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku memegang tangan Oom Heru seolah-olah membantunya untuk memuaskan dahagaku.
Dengan bibirnya Oom Heru menggigit tali bra-ku dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh bagian atasku sudah telanjang sama sekali. Hanya celana pendek mini dan celana dalam yang masih menutupi tubuhku.

Setelah berhasil melepaskan tali bra-ku, bibir Oom Heru kembali menyerbu punggungku. Ditelusurinya tulang punggungku dengan lidahnya yang panas. Ini membuat syarafku semakin terangsang heibat. Apalagi tangannya yang kokoh tetap meremas kedua belah payudaraku dengan gemasnya. Ada rasa sakit sekaligus enak dengan remasannya itu. Lidahnya terus turun ke bawah hingga ke atas pinggulku. Hal ini membuatku semakin menggelinjang kegelian.
“Ouchh.. Oomm su.. Sudahhh Oommmh” aku merintih.
Mulutku bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku menginginkannya. Penolakanku seolah tiada artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku digigitnya dan ditarik ke bawah hingga ke atas lutut. Separuh buah pantatku yang bulat dan mulus terbuka sudah!! Lidah Oom Heru terus menyerbu buah pantatku kanan dan kiri secara bergantian. Tubuhku meliuk dan meregang merasakan rangsangan terhebat yang baru kali ini kurasakan saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai mengais-ngais analku! Luar biasa.. Tanpa rasa jijik sedikitpun lidah Oom Heru menjilati lobang anusku. Hal ini membuat tubuhku tergetar heibat.

Selang beberapa saat, setelah puas bermain-main dengan lobang anusku tangan Oom Heru mulai menarik celana pendek sekaligus CD-ku hingga ke mata kaki. Lalu tanpa sadar aku membantunya dengan melepaskan CD-ku dari kedua kakiku. Kini aku sudah bugil.. Gil! Oom Heru pun rupanya sedang sibuk melepaskan celananya. Hal ini kuketahui dari bunyi gesper yang dilepas.
Sekarang tubuhku yang sintal dan putih sudah benar-benar telanjang total dihadapan Oom Heru. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Dengan Oomku sendiri pula. Tetapi kini, Oom Heru berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.
Tiba-tiba Oom Heru menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Oom Heru yang saat itu sudah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Oom Heru menempel kebibirku hingga beberapa saat.

Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Oom Heru melumat mulutku. Lidah Oom Heru menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat kencang terjepit antara perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras yang terjepit diantara kedua tubuh telanjang kami.

Mengetahui besarnya batang kemaluan Oom Heru aku jadi ingat saat aku masih TK waktu diajari menyanyi guru TK-ku “Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten! Tapi ini Oom ku seorang kapiten mempunyai peler (bahasa jawa batang kemaluan) panjang…” memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu sudah Kapten! Cocok bukan?
“Akh.., ja.. Jangan oomhh..!” kataku terbata-bata.
“Su.. Sudah.. Oomhh” desisku antara sadar dan tidak.

Oom Heru memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku dengan erat. Aku masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku. Ia menjilati dan menciumi seluruh leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku memang pasif dan diam, namun nafsu birahi sudah semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Oom Heru sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Apalagi saat bibir Oom Heru dengan penuh nafsu melumat kedua puting payudaraku yang sudah sangat keras bergantian. Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas Oom Heru menghisap kedua puting payudaraku bergantian. Rangsangan yang kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di selangkangan Oom Heru yang terjepit kedua tubuh telanjang kami mulai tersentuh bibir kemaluanku yang sudah sangat basah.
Gejolak liar yang berkobar dalam diriku semakin menggila. Hingga tanpa sadar aku menggoyang pinggulku di atas pangkuan Oom Heru untuk memperoleh sensasi gesekan antara bibir kemaluanku dengan batang kemaluannya.

Oom Heru sendiri tampaknya juga sudah sangat terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah dan batang kemaluannya mengedut-ngedut. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Oom Heru yang kekar mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan merebahkan di atas tempat tidur yang sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting perawanku secara refleks masih coba berontak.

“Sudah Oomhh! Jangan yang satu… Anna takut..” Kataku sambil meronta bangkit dari tempat tidur.
“Takut kenapa sayang? Oom sayang Anna, percayalah sayang…” Jawab Oom Heru dengan napas memburu.
“Jang.. Jangan.. Oom..” protesku sengit.

Namun seperti tidak perduli dengan protesku, Oom Heru segera menarik kedua kakiku hingga menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Oom Heru yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke lantai membuat Oom Heru dapat memandang seluruh tubuhku dengan leluasa.
“Kamu cantik dan seksi sekali sayang” katanya dengan suara parau tanda bahwa ia sudah sangat terangsang.
Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan cepat tangan Oom Heru memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Oom Heru membentangkan kedua belah pahaku dan menundukkan wajahnya di selangkanganku. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.
Tanpa membuang waktu, bibir Oom Heru mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku semakin salah tingkah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku kembali merasakan adanya desakan yang semakin menggebu dan menuntut penyelesaian. Sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.

Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir kemaluanku.
“Akhhh.. Oomhhh… Sud.. Sudahh Oommm..” bibirku menolak tetapi tanganku malah menarik kepala Oom Heru lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Oom Heru yang tenggelam dalam selangkanganku.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom Heru menjilat dan melumat bibir kemaluanku.
Aku semakin melayang dan seolah-olah terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Oom Heru menyedot kelentitku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik kelentitku.

“Akhhh.. Akhhh.. Ohhh…” dengan diiringi jeritan panjang aku merasakan orgasme yang ke sekian kalinya. Benar-benar pandai menaklukan wanita Oom ku ini. Pantatku secara otomatis terangkat hingga wajah Oom Heru semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami beberapa kali orgasme tanpa ada coitus.
“Anna sayang.. Sekarang giliran Anna menyenangkan Oom ya..” bisiknya setelah napasku mulai teratur.

Aku hanya pasrah dan tak mampu berkata-kata. Antara malu dan mau aku hanya merintih pelan.
“Mmhhh..”
Oom Heru yang sudah pengalaman rupanya menyadari keadaanku yang masih hijau dalam hal urusan bawah perut ini. Ia pun lalu membaringkan diri di sisiku. Tangannya sekarang membimbing tanganku dan diarahkannya ke bawah. Dengan mata terpejam karena jengah aku ikuti saja apa kemauannya.
Hatiku berdesir saat tanganku dipegangkannya pada benda keras berbentuk bulat dan panjang. Benda itu terasa hangat sekali dalam genggamanku. Ooh betapa besarnya benda itu. Tanganku hampir tak muat menggenggamnya. Setelah terpegang tanganku pun digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah untuk mengocok benda itu. Oom Heru pun kemudian menarik tubuhku hingga aku berbaring miring menghadapnya. Kepalaku ditariknya dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya mencari-cari lidahku dan tangannya bergerilya lagi meremas-remas payudaraku.
Aku pun tak sadar ikut mengimbanginya. Lidahku bergerak liar menyambut lidahnya dan tanganku dengan agak kaku mengocok batang kemaluannya. Aku belum berani melihat seperti apa kemaluan laki-laki. Aku masih terlalu malu untuk itu.”Mphh jangan keras-keras sayang… Sakit itunya” bisik Oom ku. Rupanya aku terlalu keras mengocok batang kemaluannya sehingga Oom Heru merasa kurang nyaman.
Kemudian setelah beberapa saat berciuman, didorongnya kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke dadanya yang bidang. Masih dengan mata terpejam aku mencoba menirukan apa yang dilakukan Oom Heru padaku. Lidahku mulai menjilat puting dadanya kiri dan kanan bergantian.
“Oohh.. Teruss sayanghhh..”

Oom Heru rupanya merasa nyaman dengan perlakuanku itu. Terus didorongnya kepalaku ke bawah lagi.
Kini bibirku mulai menciumi perut dan pusar Oom Heru. Hal ini membuatnya semakin meradang. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis seperti kepedasan. Tangannya terus mendorong kepalaku ke bawah lagi. Kini aku merasa daguku menyentuh benda keras yang sedang ku kocok, sementara bibir dan lidahku tak henti-hentinya menciumi perut bagian bawahnya. Kemudian ditekannya lagi kepalaku ke bawah. Rupanya ia menyuruhku menciumi batang kemaluannya!
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lalu aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Lagi-lagi aku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika mataku melihat batang kemaluan Oom Heru. Gila! Kataku dalam hati besar sekali… Bentuknya coklat kehitaman dengan kepala mengkilat persis topi baja tentara! Sementara itu kantong pelernya tampak menggantung gagah dan penuh! Seperti ini rupanya batang kemaluan laki-laki. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika batang kemaluan yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang kemaluan perempuan, apalagi jika perempuan itu aku. Gejolak liar kembali mengusikku.

Lamunanku terputus saat tangan Oom Heru yang kekar menekan kepalaku dan didekatkannya ke arah batang kemaluannya. Dengan canggung bibirku mulai mencium batang kemaluannya. Aku sengaja membuang pikiran jijikku dengan membayangkan bahwa aku sedang menjilat”Magnum” (Es Krim yang terkenal besar dan enaknya itu!!). Dan ternyata aku berhasil!! Dengan membayangkan aku sedang menikmati ‘magnum’ku tanpa rasa jijik sekalipun aku mulai menjilati batang kemaluan Oom Heru. Dari ujung kepala kemaluan yang mengkilat hingga kantung biji peler yang menggantung penuh tak luput dari jilatan lidahku.
Sambil berjongkok di lantai aku terus menjilati menyusuri seluruh batang kemaluan Oom Heru yang besar dan panjang itu. Sesekali dengan nakal kusedot biji peler bergantian membuat pantat Oom Heru terangkat. Sementara kedua kaki Oom Heru menjuntai ke lantai seperti posisiku tadi waktu selangkanganku dijilati Oom Heru. Sesekali aku melirik bagaimana reaksinya. Ku lihat mulut Oom Herus terus menceracau tak karuan.
“Terushh sayang.. Oohh nah… Terussshh oughhh” bagai orang gila Oom Heru terus menceracau.
Kemudian Oom Heru bangun dan diangkatnya tubuhku. Kali ini aku dibaringkannya dengan berhadap-hadapan. Kakiku masih menjuntai ke lantai. Ia berdiri di antara kedua belah pahaku. Kemudian tangannya membimbing batang kemaluannya yang sudah berlendir dan dicucukannya ke celah hangat di tengah bukit kemaluanku. Aku tersadar. Antara nafsu dan ketakutan aku menangis. Aku memohon.
“Ja.. Jangan Oommhh.. Ja.. Jangan yang itu”.

Rupanya superegoku memenangkan pertarungan antara id dan superegoku. Ego ku mampu menekan gejolak liar ide ku.
“Kenapa sayang..?” tanya Oom Heru dengan suara parau.
“Anna… Takut Oomhh… To.. Tolong jangan yang itu..” kataku memohon.
“Ok.. Okay sayang..” kata Oomku sambil menghela nafas.
“Oom tak akan masukkan sayang… Cuma diluar… Oom janji deh” lanjutnya dengan suara parau karena sudah dikuasai oleh nafsu birahinya.
“Jang.. Jangan Oomhh,” aku tetap menolak, “Anna enggak ingin kehilangan satu-satunya yang paling berharga Oom” aku merintih antara nafsu dan takut. Saat ia mulai mencucukkan ujung kepala kemaluannya di celah kemaluanku yang sudah sangat basah.
“Anna sayang.. Apa.. Kamu.. Nggak kasihan padaku sayang.. aku sudah terlanjur bernafsu.. aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. Mohon,” kata Oom Heru masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.

“Sudah 2 tahun Oom harus menahan ini sejak tantemu meninggal”
Tiba-tiba Oom Heru beranjak dan dengan cepat mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat kencang di sela-sela bukit kemaluanku. Kini tubuh telanjang Oom Heru mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Oom Heru menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang menggesek-gesek bibir kemaluanku. Ternyata Oom Heru menggesek-gesekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Ia memutar-mutar dan menggocek-gocekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku. Sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih mampu bertahan agar benda itu tidak benar-benar memasuki liang kemaluanku.
“Oom, jangan sampai masuk…, diluar saja..!” pintaku.

Oom Heru hanya mendengus dan tetap menggosok-gosokkan batang kemaluannya di pintu kemaluanku yang semakin licin oleh cairan. Aku begitu terangsang. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Oom Heru yang masih terengah-engah.
Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Napasku semakin memburu dan tubuhku kembali berkelejat menahan kenikmatan. Aku harus mengakui kehebatan Oom Heru untuk yang kesekian kalinya. Karena tanpa penetrasi pun ia telah sanggup membuatku orgasme berkali-kali.
“Akhh.. Oomhh.. Shh… Ouchh..” tanpa sadar aku menjerit ketika kurasakan kelentitku berdenyut-denyut dan ada sesuatu yang menggelegak di dalam sana.
Mataku terbeliak dan tanpa malu-malu lagi aku mengangkat pantatku menyambut gocekan batang kemaluan oom Heru di bibir kemaluanku agar lebih ketat menekan kelentitku. Aku berkelejotan, sementara napasku semakin memburu. Gerakanku semakin liar saat liang kemaluanku berdenyut-denyut. Lalu aku terdiam tubuhku terasa lemas sekali. Aku tak peduli lagi pada apa yang hendak dilakukan Oom Heru pada tubuhku. Tulang-belulangku serasa lepas semua.

Setelah itu Oom Heru bangkit dan mengambil body lotion yang ada di meja rias kamar tamu dan dengan cepat ia menindihku. Dikangkanginya tubuhku. Kali ini ia benar-benar menguasaiku. Dari kaca meja rias disamping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Oom Heru yang tinggi besar mulai menindihku. Lalu Oom Heru membalur kedua payudaraku dengan lotion dan melemparkan botol itu setelah ditutupnya kembali. Aku merasa lega karena setidak-tidaknya ia telah menepati janjinya untuk tidak memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku.
Oom Heru kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Oom Heru. Oom Heru terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Bermenit-menit kami terus berpagutan hingga akhirnya Oom Heru melepaskan bibirnya dari pagutanku. Ia lalu menempatkan batang kemaluannya di belahan kedua payudaraku yang sudah dilumuri body lotion. Kedua tangannya yang kekar lalu memegang kedua buah payudaraku dan dijepitkannya pada batang kemaluannya. Aku pun ikut membantunya dengan memegang lembut batang kemaluannya.

Setelah batang kemaluannya terjepit kedua payudaraku, ia mulai mengayunkan pantatnya maju mundur hingga batang kemaluannya yang terjepit payudaraku bergerak maju mundur. Batang kemaluannya yang begitu panjang membuat ujung kemaluannya menyentuh-nyentuh bibirku. Lalu untuk membantunya menuntaskan nafsunya akupun membuka mulutku dan menjilati ujung kemaluan itu setiap kali terdorong ke atas. Hal itu berlangsung beberapa lama hingga kurasakan ayunan pantat Oom Heru mulai makin cepat. Gesekan batang kemaluannya yang terjepit ke dua buah payudaraku pun semakin kencang. Nafasnya semakin mendengus dan kulihat matanya terpejam seolah sedang menahan sesuatu. Peluh telah membasahi kedua tubuh telanjang kami hingga kelihatan mengkilap dan licin. Semakin lama gerakannya semakin cepat disertai dengus nafas yang semakin menderu.
Tiba-tiba ia seolah tersentak kurasakan batang kemaluannya yang terjepit dadaku mulai mengedut-ngedut. Tubuhnya mengejat-ngejat seperti tersengat arus listrik dan dari mulutnya keluar geraman dahsyat.
“Ugh.. Ugh.. Arghhh.. Akhhh”.

Cratt.. Crat.. Cratt.. Cratt… Cratt..
Akhirnya dari lubang di ujung kemaluannya menyemburlah cairan putih kental yang banyak sekali. Sialnya cairan itu sebagian besar tumpah ke mulutku yang sedang terbuka karena menjilati batang kemaluan itu.

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini