5/25/2011

Akhir Sebuah Penantian

(by: bala_dhika@yahoo.com)

Budi seorang pemuda lugu dari Sukabumi itu
pergi meninggalkan desanya karena dipaksa menikah oleh orangtuanya.
Orangnya yang putih, berbadan atletis dan imut itu memang sudah berusia
25 tahun tapi rasa ketertarikannya pada sesama jenis membuatnya ia
tidak pernah melirik seorang gadis pun, yang ia harapkan hanyalah dapat
hidup bersama dengan seorang lelaki yang menyayanginya. Dia datang ke
Jakarta untuk mencari pekerjaan, dan akhirnya diterima sebagai penjaga
rumah oleh Pak Herman.

Pak Herman seorang duda berusia 40 tahun dicerai istrinya tiga
tahun lalu karena dirinya mandul, hal itu membuat dirinya frustasi dan
benci sekali pada setiap wanita.

"Sudahlah kamu bekerja disini saja menjaga rumah saya dan menemani
saya untuk teman ngobrol ya.. Bud? Karena saya disini hanya tinggal
sendiri" kata Pak Herman.

"Baik Pak saya akan bekerja sebaik mungkin." Kata Budi dengan lugunya.

Sudah sebulan Budi bekerja di rumah tersebut, Pak Herman mulai
tertarik dengan keluguan Budi dan kejujurannya. Ia paling senang kalau
Budi memijitnya, karena dengan hal itu ia langsung terangsang dan
paling-paling ia hanya melampiaskannya dengan onani. Pernah suatu kali
setelah Budi selesai memijat, dia kembali lagi kekamar Pak Herman
karena akan mengambil minyak angin yang tertinggal, ia terkejut melihat
Pak Herman telanjang bulat sambil tiduran diatas ranjang. Budi lalu
bersembunyi dibalik lemari dan dilihatnya Pak Herman yang telanjang
bulat itu sedang mengosok penisnya dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya meremasremas dadanya.

"Woow.. Pak Herman sedang onani!" bisiknya dalam hati.

Seakan tidak mau ketinggalan sedetikpun ia amati terus permainan
Pak Herman. Kini Budi pun ikut terangsang, lalu dia menggosok-gosokkan
penisnya ke lemari tapi karena tidak puas akhirnya tangannya pun main
juga, ia lepas celananya lalu dikocoknya penis itu dengan tangannya.
Sementara itu Pak Herman mulai menekuk kakinya lalu mengangkat
pinggulnya tinggi-tinggi sehingga penisnya yang besar itu mencuat
keangkasa bagaikan tugu monas dengan ujung yang bulat kemerahan,
nafasnya menderu suaranya yang berat terkadang menyebut nama Budi.

"Ooohh.. Budi.. Rasakan nikmatnya ini.. Aahh.."

Budi gemetar ketika mendengar namanya disebut, kemudian ia melihat
Pak Herman bergerak kesana kemari sehingga membuat sprei ranjangnya
menjadi berantakan, hampir sepuluh menit berlalu dan akhirnya posisi
Pak Herman kemudian berubah menjadi setengah jongkok, badannya ia
sandarkan di ujung ranjang, kepalanya menatap ke atas lalu ia
mempercepat kocokan penisnya dan menjadi lebih dalam, matanya memejam
lalu ia mengejan menahan nikmat dan mengerang keras..

"Oooahh.."

Saat itu juga Budi melihat penis Pak Herman menyemburkan cairan
putih kental keudara dan berhamburan jatuh diatas sprei yang putih
bersih. Pak Herman lalu terduduk lemas, kemudian ia menjilati tangannya
yang penuh dengan air mani sambil terkadang sesekali ia masih menggosok
penisnya yang mulai layu. Budi yang tadi juga ikut mengocok penisnya
lalu mempercepat gerakannya.

"Wah tanggung dikit lagi.. Oohh.. Oohh."

Dan akhirnya..

Croott.. Croott..

Cairan putih kental milik Budi membasahi lemari dan lantai, Budi
panik dan langsung lari meninggalkan kamar Pak Herman menuju kamar
mandi untuk menyelesaikan urusan penisnya yang belum kelar. Peristiwa
itu membuat Budi selalu membayangkan Pak Herman.

"Alangkah senangnya jika aku bisa bermain onani bersama Pak Herman" pikirnya.

Pada suatu sore ia meminta dipijit Budi tetapi kali ini ia sengaja
meminta Budi untuk memijit dadanya karena nafsu birahinya sudah tak
tertahankan. Sementara Budi yang mulai tertarik dengan Pak Herman
merasa senang bila ia meraba dada Pak Herman yang agak berbulu itu, ia
tersenyum dan berharap Pak Herman senang dengan pijitannya dan setelah
itu dia dapat melihat Pak Herman onani lagi karena pijatannya yang
sensual itu. Ia menatap wajah Pak Herman yang ganteng itu,
rambut-rambut tipis yang mulai tumbuh dibekas kerokan jenggot, jambang
dan kumisnya semakin membuat Pak Herman terlihat gagah, bibirnya yang
seksi seakan ingin membuat Budi untuk menciumnya.

Saat Budi menatap wajah Pak Herman tiba tiba Pak Herman juga menatapnya,

"Kenapa Bud kok memandangi saya terus?"

Budi terkejut, wajahnya yang putih itu langsung kemerahan, hal ini semakin membuat Pak Herman penasaran.

"Apakah Budi itu seorang homoseks ya..? Tapi kalau dilihat dari
caranya memandangku kok sepertinya iya? Apa Budi mau ya.. kalau aku
mencoba untuk bermesraan dengannya? Apakah Budi juga senang
terhadapku?" Pak Herman mulai bimbang, lalu tanpa sadar ia membelai
wajah Budi.

"Wah pijitanmu enak pasti pacarmu seneng kalau kamu mijitin dia" pancing Pak Herman.

"Wah saya belum punya pacar pak," katanya.

"Wah anak seganteng kamu masa belum punya pacar, rugi dong. Gimana kalau kamu lagi ngebet, ntar main gituan sama siapa?"

"Ngebet gimana pak?" kata Budi bingung.

"Ngebet itu kalau nafsumu lagi bergelora emang kamu enggak pernah onani?"

"Ah bapak saya jadi malu. Ya.. Pernah sih Pak tapi jarang, takut berdosa."

"Eh Bud kamu pernah berciuman belum?" Pak Herman mulai memancing lagi.

"Belum pak." Kata Budi tersipu.

"Apa? Belum pernah, wah payah. Sini aku ajarin," kata Pak Herman semangat, lalu ia bangkit dan memandang Budi.

Budi duduk diranjang Pak Herman sambil memandangnya, dia bingung.
Pak herman lalu memegang dagu Budi dengan penuh nafsu dia lalu
menempelkan bibirnya ke bibir Budi, Pak Herman mulai melumat bibir
Budi, setelah itu dia berhenti.

"Gimana Bud enakkan?" Budi hanya terdiam, bibirnya masih terbuka sesekali ia menelan ludah karena tercengang.

"I.. Ii.. Aa enak pak"

Budi lalu berdiri, ia menatap Pak Herman tak percaya sementara Pak Herman pun terdiam.

Mereka saling bertatapan lalu tanpa ada perintah mereka berciuman
lagi tetapi kali ini lebih liar, bibir Pak Herman melumat bibir Budi,
lalu lidahnya dimasukkan ke dalam mulut Budi, Budi pun langsung
menerima dan menghisapnya, kemudian ganti lidah Budi yang dihisap Pak
Herman. Setelah puas mereka berhenti.

"Bud gimana kalau kita mencoba.." Pak Herman terdiam, ia bingung

"Terus terang aku juga belum pernah melakukan ini.. Tapi.. Kau tahu
sudah tiga tahun aku haus akan cinta, dan kini kamu muncul membuat
cintaku segar kembali. Aku harap kamu mau berkorban untukku Bud? dan
demi cintaku padamu apapun akan ku lakukan"

Budi menitikkan air mata lalu berkata, "Dalam keadaan menderita
bapak masih sempat menolong saya, kasih sayang bapak yang tulus kepada
saya tak akan bisa saya lupakan, apapun yang bapak inginkan akan saya
turuti"

Pak Herman lalu tersenyum dan mencium kening Budi. Kemudian ia
menyuruh Budi untuk melepas pakaiannya, Budi bingung tapi ia tahu apa
yang diinginkan seorang lelaki yang haus cinta ditambah nafsunya yang
selama ini terpendam lalu tibatiba membara membuatnya hanya bisa
mengikuti ajakan Pak Herman, kemudian ia melepas pakaian Pak Herman
lalu celananya hingga Pak Herman telanjang bulat.

Kemudian Pak Herman ganti melepas pakaian Budi, saat celana
dalamnya akan dilepas Budi memejamkan mata, ia malu tapi pasrah dan
akhirnya Pak Herman melihat sebuah sosis putih kemerahan didalam sarang
yang lebat yang selam ini diidamidamkannya nafsunya makin bertambah
lalu diciumnya penis yang tak berdosa itu.

"Kita mau ngapain pak, saya nggak tahu?"

"Tenang Bud, saya pernah melihat adegan ini di film blue"

"Tapi kita kan laki-laki pak, gimana caranya.."

Walaupun Budi juga seorang gay, tapi ia sama sekali belum pernah
melihat adegan hot seperti itu apalagi antara laki-laki dengan
laki-laki.

"Ala.. enggak ada bedanya kok, cuma ada sedikit modifikasi malah
lebih aman, kita enggak bakalan hamil, lagi pula saya juga belum pernah
melakukannya jadi kita sama-sama belajar."

Pak Herman lalu memandang penis Budi lagi, "Wah penismu kok enggak
bangunbangin sih Bud, kan sudah saya cium, sini aku bangunin ya."

Pak herman yang sudah ngebet langsung memeluk Budi agar penisnya
bisa bergesekan dengan penis Budi. Pak Herman lalu mendorong Budi
sampai terjatuh diranjang, dia lalu membuka pahanya, ditatapnya penis
yang berwarna putih dengan kepala yang kemerahan itu tersembunyi
diantara rambut-rambut yang subur. Pak Herman gemetar, air liurnya
mulai menetes lalu dengan perlahan dia mulai menjilati penis Budi yang
masih tidur. Jilatan-jilatan itu terus dilakukan mulai dari buah
zakarnya terus naik sampai kepala burung yang berwarna kemerahan itu
hingga basah oleh ludah.

"Ohh.. Aduh Pak jangan.. Ohh"

Budi menggeliat sambil mengerang keenakan kakinya malah dia buka
semakin lebar sementara tangannya meremas rambut Pak Herman karena
tidak kuat, Pak herman tersenyum melihat tingkah budi yang mulai tidak
karuan.

"Terus Bud enggak usah malu kalau mau teriak"

Penis Budi pun tibatiba langsung berdiri kokoh, Pak Herman
tercengang kemudian dengan lembut dibelainya penis itu lalu
diremas-remas sambil dikocok perlahanlahan terkadang Pak Herman tak
kuasa untuk menjilatnya seperti permen lolypop, jantung Pak Herman
berdetak kencang karena dia sendiri baru kali ini memegang penis orang
lain bahkan menjilatnya lalu mulai mengulum penis itu dengan raguragu.
Tapi karena nafsu homoseksnya yang selama ini terpendam sudah tak
tertahankan lagi dia masukkan seluruhnya ke dalam mulutnya sambil
digosokkan dengan lidahnya, sepertinya Pak Herman mulai kesetanan dia
melakukan seperti yang ada di film porno. Budi mulai mengerang keenakan
dia merasa ada sesuatu yang hangat dan basah menerpa penisnya.

"Ahh.. Aduh.. Jangan Pak saya nggak kuat ohh.."

Aduh seluruh tubuh Budi terasa lemas dan pasrah karena kenikmatan
yang luar biasa itu, matanya merem melek, mulutnya terus mendesah
bahkan pinggulnya ia goyangkan kesana kemari, maju mundur untuk
menandingi jilatan-jilatan Pak Herman.

"Ooohh.. Aahh.. Rasanya ada yang mau keluar pak.. Terus Pak lebih cepat lagi."

Budi semakin menggeliat baru kali ini dia merasakan nikmat yang
tiada tara jauh lebih nikmat dibanding onani, tiba-tiba budi merasa
pasrah tangannya menggenggam kuat, perutnya mengejan dan pantatnya
terangkat lalu..

Crot.. Crot.. Crot

Air maninya keluar.. "Uuaahh.. Aahh.. Aahh"

Pak Herman tidak menyianyiakan kesempatan itu, lalu dia telan semua
air mani Budi sambil terus dia jilati, sebagian air mani itu mengenai
wajah Pak Herman. Budi terkapar lemas tak berdaya. Pak herman lalu
bangkit dia tersenyum.

"Gimana Budi enakkan?" tetapi Budi cuek saja karena dia masih menikmati kejadian tadi.

Lalu Pak Herman mulai merayap naik, posisinya kini berada diatas
budi sambil terus menjilati perutnya dan terus naik ke dadanya lalu
mulai menciumi leher sampai akhirnya dia memandang Budi, lalu
dipeluknya Budi. Budi menjadi terangsang lagi karena bulu dada Pak
Herman yang agak kasar itu mengenai dadanya yang licin, dalam keadaan
telanjang itu penis Pak Herman digosok-gosokkan keperut Budi tak lupa
pula ia menciumi bibir Budi. Budi tersenyum lalu dia membalas
menciumnya tangannya mulai nakal, ia meremas pantat Pak Herman sambil
sesekali jari telunjuknya menusuk lubang anus Pak Herman.

"Sekarang gantian ya Bud, bapak juga kepingin."

Pak Herman lalu memutar badan sehingga posisi Budi kini diatas.

"Tapi.. Pak, saya belum pernah Pak menjilat anu bapak."

"Sudah lakukan seperti yang aku kerjakan tadi, Bud"

Budi lalu mulai merangkak turun, kepalanya kini tepat berada di
depan penis Pak Herman yang besar dan berdiri kokoh. Dilihatnya rambut
yang tebal mulai dari bawah pusar sampai disekitar penis Pak Herman
yang agak kehitaman, rasanya ingin muntah tapi dia tidak berani
menolaknya apalagi dari dulu ia memang ingin sekali memegang penis
orang lain dibanding memegang vagina seorang cewek, lalu dipegangnya
penis itu akhirnya dia mulai menjilat penis Pak Herman.

Dia jilat dari bawah ke atas, Budi tersenyum geli melihat kepala penis
yang bulat kemerahan itu mengkilat karena basah, lalu dikecupnya kepala
penis itu dan jilat-jilat seperti es krim.

Pak Hermanpun memekik kegelian, lalu dia mulai lagi menjilati penis
itu terus sampai kebawah, terkadang buah zakar nya pun dia mainkan
dengan lidahnya bahkan sampai paha Pak Herman pun ia jilati. Lalu
setelah puas..

Sleep..

Penis Pak Herman masuk juga ke dalam mulutnya digosok-gosoknya sambil kepala Budi naik turun..

"Uuhh.. Terus Bud.. Fuck.. Me.. Oohh.." Pak Herman mengerang keenakan.

Budi terus menjilati penis tersebut, rasanya ia tidak ingin
melepasnya, sampai limabelas menit budi menjilati akhirnya Pak Herman
merubah posisi 69, dia menelungkup lalu menungging sementara budi
dibawah sambil terus menjilat penis Pak Herman sehingga bentuk mereka
seperti seekor anak sapi yang sedang menyusu induknya, Pak Herman
kadang juga menjilat penis Budi yang juga tegang sambil terus
menggoyang-goyangkan pantatnya dan akhirnya Pak Herman mendesah keras..

"Ahh.. Oohh.."

Dan seketika itu budi merasakan mulut dan wajahnya penuh dengan
cairan hangat yang aneh tetapi ia telan saja cairan itu sampai habis.
Akhirnya mereka berdua tergeletak lemas.

Setelah satu jam mereka beristirahat, Pak Herman lalu minum segelas air sambil memberikan Budi segelas air juga.

"Kamu masih capek ya?"

"Enggak pak, sudah agak mendingan, memangnya kenapa pak?"

"Gini bapak masih mau mencoba cara yang lain, kamu mau ya..?"

"Sekarang kamu tiduran aja ya Bud," lalu Pak herman mulai memeluk
Budi dari belakang sambil menciuminya sampai akhirnya dia menyuruh budi
untuk nungging.

"Lho saya mau diapain lagi pak?"

"Tenang kita akan mencoba hal yang baru, yang saya sendiri pun belum pernah mencobanya."

Pak Herman lalu mengambil gel untuk melumasi penisnya, dia oleskan
merata sementara Budi hanya melihat keheranan. Dia lalu menepuk pantat
budi, wah pantatmu seksi juga. Tangannya lalu mulai meraba pantat yang
putih itu lalu mulai membuka lipatan diantara kedua pantat itu dan
terlihatlah lubang kemerahan yang ditutupi rambut. Nafsu Pak Herman
makin bergelora, sambil menjilati selangkangan Budi, Pek herman lalu
menjilati pantat bahkan sampai dilubangnya.

"Aahh geli pak. Aduhh.."

Tapi Pak herman diam saja, kemudian Pak Herman menjilati jari
telunjuknya agar basah lalu memasukkannya ke dalam lubang tersebut dan
menggosok-gosokkan sambil tetap menjilati lubang itu agar tetap basah
lalu memasukkan jari tengahnya sampai akhirnya jari manisnya pun ikut
masuk.

"Aduh.. Sakit.. Pak," kata budi sambil menangis.

"Tenang bud ini supaya lubangmu yang masih perjaka ini tidak kaget nantinya."

"Emang mau diapain pak?" Pak Herman hanya tersenyum, anak ini benar-benar lugu pikirnya.

"Anggap saja kamu seorang wanita yang akan menyerahkan
keperawananmu untuk dimasuki penis suamimu ya.. Sekarang pejamkan
matamu, jangan tegang, rileks aja."

Pak Herman pun gemetar karena dia juga belum pernah melakukan hal
ini, rasanya tak tega untuk menodai seorang pemuda yang baik hati itu,
lalu dia berkata lagi.

"Gimana Bud apakah kamu ikhlas memberikannya untuk bapak?"

Budi lalu menjawab,"Saya ikhlas, karena saya yakin bapak begitu
tulus mencintai saya. Akan saya berikan milik saya yang paling berharga
ini demi bapak. Lakukan saja.. Tapi.. Pelanpelan ya.. Pak, saya agak
takut..?"

Lalu tanpa basa-basi lagi Pak herman mulai memasukkan penisnya ke
dalam lubang tersebut, pelan tapi pasti karena dia tahu Budi belum
pernah mengalami hal ini, penis itu pun masuk perlahan lahan, Pak
Herman agak kesulitan karena penisnya cukup besar sementara lubang anus
Budi cukup imut.

"Aaduuhh.. Sakit pak, pelan-pelan.. Pak".

Pak Herman lalu berhenti agar budi tenang, "Kita coba lagi ya Bud, bapak masukkan pelanpelan deh."

Untuk mengurangi sakit Pak Herman sampai meremas dan mengocok penis
Budi agar Budi tidak tegang, sampai akhirnya penis itu masuk semua,
lalu Pak Herman diam sejenak. Dia merasakan penisnya kini hangat dan
seperti dipijit kuat oleh otot yang masih perjaka.

"Ooh baru kali ini aku melakukan sodomi ternyata enak juga," pikirnya.

"Kita mulai ya.. Bud, kamu rileks aja".

Budi lalu mengangguk dan memejamkan mata hatinya berdebardebar. Pak
Herman lalu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk secara
perlahan-lahan.

"Aaduh.. Pelan aja pak.. Oohh."

Pak Herman mengocok pelan lalu setelah beberapa menit ia mulai mempercepat gerakannya.

"Oohh.. Oohh ohh.."

Sementara Budi mulai terbiasa..

"Ayo Pak lebih cepat lagi.. Aahh.."

Budi kini mulai merasa keenakan seperti ada sesuatu yang membelah
pantatnya dan rasanya panas bercampr nikmat. Jika dilihat gayanya
seperti anjing kawin. Pak Herman mengerang sambil memegang pundak Budi,
kepalanya terangkat ke atas karena keenakan.

"Uahh.. Oouuhh.."

Pinggulnya bergoyang cepat seakan tidak terkendali, kini khayalan
yang selama ini hanya ia lakukan saat onani akhirnya terwujud sudah.
Sementara budi masih tetap nungging tapi kini perutnya ia ganjal dengan
bantal, ia terlihat pasrah..

"Uuhh.. Uuhh.. Terus Pak.. Masukkan lebih dalam dan berikan aku
setetes noda manis itu.. Oohh, ini aku lakukan hanya untukmu pak..
Oohh.."

Goyangan gila itu terus berlangsung sampai keringat mereka berdua
bercucuran dan akhirnya Pak Herman mulai merasa ada sesuatu dari
penisnya.

"Oohh aku mau keluar Budi, aku keluarin didalam ya Bud.. Aahh.."

Crot.. Crot.. Crot..

Belum sempat Budi menjawab tibatiba Pak Herman sudah memuntahkan
maninya ke dalam perutnya, Budi merasakan ada air hangat masuk ke dalam
perutnya.

"Oohh.."

Pak Herman lalu terjatuh lemas, dia mencabut penisnya yang sudah
kelelahan dan kemerahan itu, sementara lubang anus Budi tampak basah
oleh mani dan kemerahan.

Kini Budi bangkit, "Gimana Pak enak lubang saya?"

"Gila Bud enak banget.. Oohh.. Sekarang gantian kamu yang coba, aku
juga sudah berjanji untuk memberikan keperjakaanku pada orang yang
kucintai."

Lalu ditariknya Pak Herman ke pinggir ranjang, "Kamu mau pake cara apa Bud?"

"Tenang pak, saya tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan bapak pada saya."

Lalu tanpa banyak bicara Budi mulai berdiri disisi ranjang dia
mengoleskan juga gel pelicin penis itu lalu mencium Pak herman sambil
meremas dadanya. Pak herman pasrah saja, sambil memejamkan mata dia
membayangkan bahwa dia seorang putri yang akan menyerahkan
keperawanannya pada pangeran yang dicintainya. Lalu budi mulai menciumi
penisnya, sambil terus menjilat turun sampai ke lubang anus yang
berambut itu tanpa raguragu dimasukkannya lidah itu ke dalam lubang
keluar masuk, tangannya kini mengangkat paha Pak Herman dan
meletakkannya dileher sehingga luban anusnya terangakat dengan satu
kali dorongan kini penis budi dimasukkan ke lubang Pak Herman..

"Aawww.."

Pak herman menjerit kesakitan.. "Gila.. Kamu Bud main kasar ya.."

Tapi Pak Herman hanya tersenyum karena penis Budi memang tidak
begitu besar sehingga tidak begitu terasa sakit, disamping itu ia ingin
merasakan permainan yang kasar dimana ia menjadi seseorang yang tidak
berdaya yang takluk pada seorang yang gagah. Kini Budi merasakan
penisnya hangat dan seperti dipijit, sesaat sebelum Budi mulai bekerja,
Pak Herman berkata,

"Kocok yang keras ya Bud..! jangan pedulikan aku, lakukan sesukamu
kamu pantas mendapatkannya. Aku ingin permainan yang sedikit gentle dan
keras. Aku ingin kamu menjadi perkasa dan aku hanyalah orang yang tak
berdaya.."

Budi keheranan. Tapi ia tidak mau mengecewakan Pak Herman dia lalu mulai mengocok keluar masuk..

"Aahh.. Aahh maafkan saya ya pak.. Oohh"

Karena penis Budi yang tidak terlalu besar maka ia dapat sedikit
leluasa untuk menggerakkan kesana kemari, disodoknya kuat-kuat penisnya
ke dalam lubang itu, Pak Herman mengerang kesakitan.

"Aaahh.. Aawww.. Terus aja Bud jangan hiraukan aku.. Oohh.."

Budi yang melihat Pak Herman mengerang hanya tersenyum saja, ia
merasa kasihan tapi puas juga. Budi terus memacu pantatnya maju mundur
dengan cepat dan kuat laksana ksatria yang memacu kudanya.

"Rupanya Budi punya teknik bercinta dan kekuatan yang hebat" bisik
Pak Herman, sementara tangan budi mencengkeram pundak Pak herman,
keringatnya makin bercucuran.

"oohh.. Oohh.. Ayo Bud lebih dalam lagi.. Oaahh.. Kau memang
kuat.. Oohh.. Kau.. Gilaa.." Pak Herman mengerang sakit, nikmat dan
emosi bercampur menjadi satu.

Ia menatap Budi lalu ia meneteskan air mata ohh.. Kini aku telah
menyerahkan keperjakaanku pada orang yang kusayangi, ia menikmati
setiap sodokan-sodokan yang diberikan oleh Budi dan berharap semoga
budi puas. Ketika membuka mata Pak Herman melihat Budi jadi semakin
imut ketika wajahnya penuh dengan keringat saat berjuang dan bibirnya
yang kecil dan kemerahan itu tak hentihentinya mengerang membuat Pak
Herman gemes kini ditariknya Budi sehingga kepala mereka saling beradu
dan ciuman hebat pun terjadi. Lidah Pak Herman dimasukkan ke dalam
mulut Budi, Budi pun lalu langsung menyedotnya lalu mereka bergantian
memasukkan lidah. Sementara pinggul Budi semakin cepat bergerak sampai
akhirnya ia melepaskan ciuman Pak Herman. Budi pun akhirnya mencapai
orgasme rasakan ini Pak Herman..

"Uuoohh.. Aahh.."

Croott.. Crroott..

Dia berteriak keras, kini Pak herman merasakan sesuatu yang hangat
mengalir didalam tubuhnya, Budi pun terkapar jatuh dipelukan Pak
Herman, nafasnya terengah-engah, kepalanya menempel didada Pak Herman,

"Ternyata seperti ini rasanya menjadi korban sodomi.. Ahh" pikir
Pak Herman sambil tersenyum bahagia dan memeluk Budi yang tak berdaya.

Pak Herman dan Budi pun kini berpelukan, tak lupa kecupan manis dikening Budi menandai berakhirnya kegiatan sore itu.

"Terima kasih ya Bud, Kau telah menyerahkan keperjakaanmu pada
bapak dan bapak juga telah menyerahkan keperjakaan bapak kepadamu. Kamu
tahu, kamu orang pertama yang telah membelah lubang anusku dan bapak
juga baru pertama kali ini merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama
lelaki, sekarang bapak ingin kamu menjadi pendamping bapak selamanya,
mulai saat ini bapak tidak tertarik untuk mencari istri, cukup kamu
saja," kata Pak Herman sambil menitikkan air mata.

"Baik pak, Budi juga berterima kasih karena bapak mau menyerahkan
keperjakaan bapak dan berbagi rasa dengan saya, ini menandakan bahwa
bapak cinta saya. Terus terang ini juga pengalaman saya yang pertama,
dulu saya pernah berjanji siapa yang pertama kali meniduri saya dialah
yang menjadi pendamping saya, dan ternyata bapaklah orangnya".

Lalu mereka tidur sambil berangkulan dalam keadaan telanjang,
semalaman mereka cekikikan sambil bermain penis, berciuman, onani
bersama layaknya sepasang pengantin dimalam pertama. Mereka akhirnya
hidup bahagia bersama.

E N D

No comments:

Post a Comment

Paling Populer Selama Ini